"Tidak! Aku tidak bisa mengabulkan keinginanmu, Maya. Kuharap kamu tetap bersabar dan tinggal bersama dengan Wulan. Gajiku tidak mungkin cukup untuk menyewa sebuah rumah apalagi membeli rumah. Aku masih memiliki harga diri dan tidak akan membiarkanmu pulang ke rumah orang tuamu," ujar Aris ketika mendengar ucapan Maya. "Tetapi, aku berhak mendapatkan ketenangan. Dengan meminta aku seatap dengan Ibu saja sudah membuatku tidak nyaman, sekarang kamu memintaku untuk seatap dengan maduku. Entah terbuat dari apa hatimu, Mas," balas Maya dengan wajah sendu. "Nanti, bila Mas naik gaji. Mas akan menyewa sebuah rumah untukmu agar kamu merasakan kenyamanan. Untuk saat ini, aku tidak akan bisa mengabulkan permintaanmu," tukas Aris. Maya diam tidak membalas perkataan Aris. Padahal, dia sudah memberikan solusi yang paling masuk akal. Aris dengan semua harga dirinya menolak membiarkan Maya kembali ke rumahnya. Pria itu membiarkan hari Maya terus terluka, tanpa mengobatinya. Mungkin benar, sudah
"Sudahlah, Bu. Jangan ribut seperti ini. Aku akan makan nanti, silakan Ibu dan Wulan makan terlebih dahulu," ucap Aris tidak ingin kedua wanita yang paling disayanginya itu saling bertengkar."Bukan Ibu yang salah, Maya sudah mulai membantah perkataan Ibu. Seharusnya, kamu bisa menegurnya dan memberitahukannya bila hal yang dilakukannya itu salah! Jangan selalu membantah perkataan Ibu bila tetap ingin berada di rumah ini," balas Hani pada sang putra.Dari dulu, entah mengapa Hani sangat tidak menyukai Maya. Sejak awal berpacaran dengan Aris, tidak ada satu pun dari Maya yang membuat Hani menerima menantunya itu. Ditambah, Maya merupakan seorang yatim piatu yang hanya memiliki seorang kakak. Selain itu, Maya tidak dapat mengambil hati Hani walau telah melakukan semua cara. Bahkan, dia mengundurkan diri dari pekerjaan karena hasutan Hani pada sang suami yang mengatakan kalau dengan bekerja membuat Maya tidak kunjung hamil.Pada kenyataannya, setelah dia berhenti kerja. Hani selalu meng
Aris membuktikan ucapannya, dia ingin bermalam dengan sang istri. Wulan tidak bisa mengubah keputusan suaminya itu. Ada perasaan bersalah dalam hati Aris bila dia berubah pikiran. Tidak mungkin dia terus menyakiti hati Maya. Pada malam hari, Aris ingin menyalurkan hasratnya pada sang istri, tetapi Maya tidak menginginkan hal tersebut. Dia memutuskan untuk menghindar dari Aris. Namun, Aris mengatakan suatu hal yang membuat Maya tersentak. "Kamu ingin terus menghindar dariku? Padahal kamu tahu kalau menolak keinginan suami utnuk berhubungan akan mendapatkan laknat malaikat di sepanjang malam," ucap Aris sudah kehilangan kesabaran. Tidak mungkin dia pindah ke kamar Wulan untuk sekadar menuntaskan nafsunya, setega itukah Aris pada istrinya sendiri. Walau tidak ada cinta dalam dirinya untuk istri keduanya itu, dia tidak ingin terus menyakiti Maya. Akan tetapi, pria itu sadar kalau telah berjanji akan bersikap adil pada kedua istrinya. Maya menatap tajam Aris ketika pria itu menguacapak
"Jadi, apa yang dapat kamu lakukan Wulan?" tanya Aris kesal dengan pernyataan istri keduanya. "Aku tidak mungkin melakukan pekerjaan rumah. Mas tahu bukan kalau di rumahku saja aku dilayani dengan pelayan. Jadi, aku ingin Mas juga menyiapkan hal tersebut. Lagi pula, aku bukan pengangguran seperti Mbak Maya," ujar Wulan dengan sombong. Menjadi seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta membuat Wulan sangat congkak. Berbeda dengan Maya yang merupakan seorang rumah tangga, Wulan merasa dirinya lebih dibandingkan dengan Maya. Belum lagi, kenyataan bahwa Wulan telah memiliki anak dari pernikahannya yang terdahulu. Rumor tentang Maya yang tidak dapat memiliki seorang anak sudah bukan hal baru bagi keluarga besar mereka. Hadirnya Wulan ditengah ucapan Hani yang menginginkan seorang cucu membuat rumah tangga Maya berada di ujung tanduk. "Mengapa tidak mungkin? Dulu ketika aku bekerja, aku tetap melakukan semua pekerjaan rumah tangga. Jangan karena kau bekerja lalu menginginkanku unt
"Katakan sekali lagi, apa yang kau lakukan!" tegas Maya dengan membulatkan mata.Aris meringis melihat kilat amarah di mata Maya. Wulan memaksanya memberikan nafkah padanya. Tadinya, dia ingin memberikan sebagian pada Maya, tetapi istri mudanya itu meyakinkan Aris kalau Wulan dapat mengelola keuangan dengan baik. Dengan mudah, Aris luluh tanpa mempertimbangkan akibatnya. Dia memberikan gajinya pada Wulan ketika keduanya menghabiskan malam pertama mereka. Entah apa yang ada dipikiran Aris, dia seolah terhipnotis dengan semua ucapan Wulan."Aku sudah memberikan jatah bulan ini pada Wulan, May," ucap Aris. Maya menaikkan alisnya, baru beberapa hari mendua Aris sudah berlaku tidak adil padanya. "Apa kamu ingat janjimu ketika meminta untuk menikah lagi, Mas? " tanya Maya."Ya, tentu aku mengingat setiap perkataanku, May," jawab Aris dengan pelan.Janji hanyalah janji, dia tidak dapat memenuhi semua ucapannya. Baru saja menikah, dia sudah memperlakukan Maya dengan tidak adil. Pria itu ter
"Mas, kamu harusnya bisa mengatur Mbak Maya agar tidak semena-mena padaku. Tidak mungkin aku bisa mengatur keuangan sekaligus mengerjakan pekerjaan rumah," ujar Wulan masih mendumal."Kamu sendiri yang ingin mengambil jatah Maya. Jangan salahkan Maya bila dia tidak ingin melakukan pekerjaan rumah. Aku berangkat sekarang karena sudah hampir telat bila aku jalan jam tujuh," balas Aris.Nasi goreng buatan Maya telah tandas begitu saja. Aris yakin setelah ini, Maya tidak mungkin dengan suka rela memasak untuknya. Mata Maya menyorotkan kekecewaan yang mendalam. Janji berlaku adil pada Maya dan Wulan tidak dapat ditepatinya. Cintanya memang pada Maya, tetapi dia terhasut dengan ucapan Hani dengan memberikan uang gaji sepenuhnya pada istri keduanya."Ini semua salah Ibu! Bila aku tidak menuruti perkataan Ibu, pasti Maya tidak akan marah seperti itu!" ujar Aris menyalahkan ibunya."Lho, kamu sendiri yang mengikuti permintaan Ibu. Jangan malah menyalahkan Ibu seperti ini! Ibu menyuruhmu melak
"Bukan begitu maksudku. Aku hanya ingin Mas Aris bersikap adil! Bahkan, keuangan rumah tangga dipegang oleh Wulan. Padahal, mereka baru menikah satu hari. Hal ini membuat batinku tersiksa, Put. Aku tidak sanggup bertahan dengan semua ini. Aku sangat ingin bercerita dengan Mas Rendra, tetapi hal itu tidak mungkin karena dia pasti akan langsung pulang dari tugasnya di Kalimantan. Aku tidak ingin membuatnya khawatir," ungkap Maya menceritakan kegelisahannya. "Lalu, apa yang kamu inginkan? Kamu tidak ingin berpisah padahal Aris sudah bersikap tidak adil. Akan tetapi, bila terus bertahan kamu juga tidak sanggup. Bila kau menceritakan perihal rumah tanggamu pada Mas Rendra. Aku yakin dia memintamu untuk segera mengurus perpisahan dengan suamimu," balas Putri yang sedikit banyak telah mengetahui sifat Rendra. Rendra sangat menyayangi Maya, adik satu-satunya. Bila Rendra mengetahui Maya telah disia-siakan begitu saja. Pasti pria itu sangat marah dan memberikan pelajaran pada adik iparnya. N
"Begitukah menurutmu?" tanya Putri gemas sekali pada ucapan Wulan. "Ya, memang seperti itulah seharusnya. Akan tetapi, kita lihat saja nanti apakah Mas Aris dapat menjalani kehidupan poligami ini dengan baik. Yang pasti, aku akan melakukan semua cara untuk mempertahankan pernikahanku. Tidak mungkin aku menyerah begitu saja pada wanita yang baru saja datang di kehidupan kami," jawab Maya masih berharap Aris bersikap adil pada dirinya. "Bila dia dapat bersikap adil aku dapat memaklumi sikapmu yang masih ingin mempertahankannya. Akan tetapi, bila kamu terus mengalami hal yang membuatmu kembali kecewa. Aku rasa, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan," balas Putri. "Yah begitulah, terkadang aku hanya tidak tahan dengan tajamnya mulut orang lain. Apa lagi, jika orang itu adalah mertuaku sendiri. Rasanya begitu sakit mendengar semua ucapan Aris," ujar Maya mengungkapkan kegelisahannya. "Aku tahu benar Bu Hani. Sangat disayangkan dia menjadi mertuamu, tetapi ya sudahla. Kamu harus me