MADU KUJADIKAN BABUPart 16Gegas aku menghampirinya."Ibu, ada apa?""Lihat itu Intan, coba kamu lihat itu di dalam kamar pembantumu," kata Ibu sambil bergidig.Aku baru akan mendorong pintu kamar si madu babu saat dia menolaknya."Apa sih, jangan. Enak aja maen masuk ke kamar orang."Mataku menyipit, jadi penasaran. Sebenarnya ada apa sih? Sekuat tenaga akhirnya kudorong daun pintu kamarnya si madu babu dengan kencang, dia sampai ikut terdorong ke belakang pintu."Tuh kamu lihat sendiri kan Intan. Ih jorok banget," kata Ibu mertua lagi.Pantas saja ibu mertua ngomong begitu, ternyata di kamarnya si madu babu memang banyak sampah bekas makanan ringan, tak terlalu banyak banget sih tapi aku yakin mata ibu mertuaku sangat terganggu melihat sampah-sampah itu.Gak heran kalau beliau sampai teriak-teriak marahin si madu babu. Aku tahu ibu mertuaku itu tipe orang yang harus bersih banget sampai gak boleh ada debu atau sampah sebiji pun di dekatnya. "Nia, apa-apaan sih, kamu bersihin do
MADU KUJADIKAN BABUBab 17Aku menggeleng lagi, "biarin aja Bu, gak usah diganggu.""Ish kamu nih, tegas dong. Itu laki kamu lagi ada di dalem sama wanita lain, gimana sih malah suruh biarin. Gedor ayo." Ibu mertua mendesak.Akhirnya tangan ini kuangkat juga dan cepat menggedor pintu kamar itu dengan kencang.Dor dor dor."Siapa itu Ni?" Suara Mas Iwan terdengar panik di dalam."Kamu sih, awas ah aku mau buka pintu." Tak lama si madu babu membuka pintu. Dan dia langsung menelan ludah dengan mata melebar ketika mendapati kami ada di hadapannya."Ny-Nyo-"Ucapannya terpotong saat Mas Iwan juga muncul di balik pintu."Ibu?" gumamnya dengan wajah yang mendadak pias.Sementara ibu mertua mematung, beliau tampak sesak napas dan tak percaya ketika melihat Mas Iwan ada di dalam kamar si madu babu dengan keadaan hanya memakai box*r saja."Sedang apa kamu ada di dalam kamar pembantu?""Bu, itu anu ... anu ... anu Bu, Iwan ....""Jadi ini alasan kamu kemarin bantuin pekerjaannya si Nia? Karena
MADU KUJADIKAN BABUPart 18 A"Karena itu adalah satu-satu cara agar Intan bisa memberi wanita itu pelajaran, Bu. Intan membiarkan mereka menikah, Intan membiarkan wanita itu tinggal di rumah Intan bukan karena Intan pasrah apalagi menyerah, Intan melakukan semua itu karena Intan punya rencana yang tak pernah wanita itu pikirkan. Setahun terakhir dia hidup di rumah Intan, lihat apa yang terjadi? Intan bahkan merasa jauh lebih baik, semua pekerjaan rumah dia yang kerjakan, kebutuhan Mas Iwan dia yang siapkan, masak, bahkan belanja pun menjadi tugasnya. Iya Bu, Intan memang sengaja menjadikannya babu di rumah Intan, babu gratisan lebih tepatnya, supaya wanita itu merasakan bagaimana akibatnya setelah dia berani mengacau dan merusak rumah tangga orang," ujarku panjang lebar.Ibu menatapku lekat, "tapi selama itu apa kamu yakin kamu kuat Intan? Wanita mana yang tahan melihat suaminya bersama wanita lain? Sedangkan Iwan tidur di kamar perempuan tak punya harga diri itu setiap hari.""Intan
MADU KUJADIKAN BABU Part 18 B"Antre, Neng."Aih, akhirnya aku duduk lagi sambil menunggu antrian. Warung nasinya memang ramai pengunjung sekali, maklum letaknya strategis, dan menunya juga banyak, jadi orang-orang pada demen banget makan di sini.Sambil menunggu dengan resah, kulihat si madu babu dan seorang lelaki yang memboncengnya tadi masuk ke dalam. Eh tunggu, ngomong-ngomong lelaki itu siapa ya? Kok ikut masuk. Kalau dia tukang ojek harusnya nggak masuk dong ya, hmm. Jadi penasaran."Ini, Neng. 20 ribu."Aku bangkit dan buru-buru memberikan uang untuk membayar nasi bungkusku pada pemilik warteg."Terimakasih, Bu." Setelah itu aku nyebrang.Tapi saat sampai di depan pintu ruangan ibu mertua, kulihat si madu babu hanya sendirian.Loh kemana laki-laki yang tadi sama si Nia? Kok gak ikut masuk? tanyaku dalam hati. Kutengok kanan kiri, mencari pria berjaket hitam itu. Tapi nihil."Pergi kamu, saya nggak sudi melihat wajahmu di sini," usir Ibu pada si madu babu di dalam. Aku menole
MADU KUJADIKAN BABUPart 19 AIbu mengangguk pelan, "benar juga, tapi rasanya kalau Ibu jadi kamu, Ibu gak akan sepintar dan sekuat itu Intan.""Makanya itu Intan bilang, Ibu udah gak usah banyak pikiran lagi ya, Ibu harus tetap tenang, percayakan semuanya sama Intan. Karena Intan yakin Intan bisa, Bu."Setelah berusaha kutenangkan dan kuberi beliau minum, akhirnya ibu mertua sedikit melandai. Beliau lalu kusuruh beristirahat agar bisa tenang.-Sore hari Mas Iwan datang. Dia benar-benar langsung ke rumah sakit rupanya, karena dia masih memakai kemeja yang biasa dia gunakan untuk kerja."Syukurlah Ibu udah sadar, Iwan seneng banget Bu. Ibu udah ngerasa baikan 'kan, Bu?" tanyanya sambil menatap Ibu lekat.Ibu yang tengah bersender memalingkan wajah tanpa menjawab atau bicara sepatah kata pun."Bu, tolong maafin Iwan ya, Iwan udah bikin Ibu kecewa, tapi Iwan mohon Bu, Ibu harus sehat lagi. Iwan gak bisa lihat Ibu sakit begini," ujarnya lagi.Ibu menoleh dengan rahang yang sudah mengeras
MADU KUJADIKAN BABUPart 19 B"Udah Bu, Ibu jangan begini terus, Intan jadi gak enak rasanya."Ibu melerai pelukannya, lalu menoleh ke arah Mas Iwan yang masih duduk di samping beliau."Kamu lihat itu Iwan, Intan bahkan menyuruh Ibu untuk nggak membahas kelakuan kamu dan perempuan hina itu, di saat harusnya dia justru yang paling berhak membahasnya. Tega kamu Iwan, tega kamu menyakiti istri sebaik Intan, apa kurangnya dia hah?! Apa?" Suara Ibu mertua kembali meninggi.Sementara Mas Iwan makin menunduk lesu dan tak berani mengucapkan sepatah katapun lagi hingga akhirnya hening menjeda agak lama di antara kami. "Pulang kamu ke rumah, Ibu gak butuh kamu." Ibu bicara lagi akhirnya.Mas Iwan yang sedang duduk tertunduk mengangkat wajah dengan mata yang sudah merah."Tapi Bu, Iwan mau jaga Ibu di sini," tampiknya."Pergi. Ibu bilang pergi," tegas Ibu mertua sambil membuang muka.Aku melirik pada Mas Iwan, memberinya kode agar pria itu menuruti perintah ibu mertua. Akhirnya, meski terlihat
MADU KUJADIKAN BABUPart 20"Cuih, kenapa buburnya jadi gak enak gini?" kata Ibu mertua.Hah? Aku bingung sendiri. Itu ibu beneran ngerasain buburnya gak enak apa cuma pura-pura ya? Perasaan tadi lancar-lancar aja makannya."Gak enak gimana sih? Kotor 'kan jadinya baju Nia." Wanita itu pun gegas pergi ke kamar mandi setelah menaruh mangkuk buburnya lagi di atas nakas."Dasar stress, gimana dong nih, ah basah 'kan bajuku," gerutu si madu babu di dalam.Aku cepat mendekat ibu mertua, "Bu, kenapa? Emang buburnya beneran gak enak?""Iya, gak enak Tan, pahit.""Tapi tadi perasaan Ibu lahap aja saat disuapi sama Intan.""Ya gak tahu, mungkin karena tangan pembantu itu kotor kali."Hah? Bisa gitu ya?"Udah gak usah dibahas, sekarang kamu istirahat gih, tidur di sofa ini udah malem.""Iya tapi Ibu? Intan suapin lagi aja ya buburnya.""Eh nggak usah, nanti biar pembantu itu yang nyuapin Ibu. Udah sana kamu istirahat," paksanya. Akhirnya aku bisa apa? Karena ibu mertua terus saja memaksa, aku
MADU KUJADIKAN BABUPart 21 A"Beli pake duit siapa? Bukannya kamu gak punya duit selain duit yang aku kasih sebesar 20 ribu sehari?"Dia berdecak sambil kembali memasukan satu suapan lagi."Pake duit siapa aja asal bukan duitmu, paham?" tegasnya sambil gegas bangkit, meremas kertas bekas makannya lalu membuangnya ke tong sampah.Aku pikir setelah sarapan dia akan melakukan pekerjaan lainnya ternyata dia kembali duduk lalu mengambil sesuatu lagi dari dalam plastik hitam itu.Kue-kue basah kesukaanku yang menggoda selera, ada sekitar 20 biji dia tampakan. Dan mulai melahapnya satu persatu."Kalau mau ambil aja, gak usah gengsi," celetuknya sambil menatapku risih. Aku memang masih berdiri di tempat yang tadi saat ia sedang sibuk melahap kue-kue basahnya."Beli di mana?" tanyaku lagi.Dia menghentikan aktivitasnya lalu melirik malas padaku."Kenapa Mbak Intan bawel banget sih? Ya beli di luarlah, banyak. Gak usah banyak nanya, kalau mau ambil kalau gak mau sana pergi. Ganggu selera makan