MADU KUJADIKAN BABUPart 12"Ayo Mas, sarapan. Aku udah masak enaaak banget dan banyak buat kamu.""Duh hebat banget sih istriku."Aku pura-pura ke dekat kompor saat mereka datang."Eh ada Mbak Intan, mau sarapan, Mbak? Tapi maaf ya sarapan hari ini aku masak khusus buat Mas Iwan. Mbak Intan tunggu sisanya aja," ujar si madu babu.Aku berbalik badan. Tampak sengaja banget si Nia itu memanas-manasiku. Modal maksa bait dipanggil cantik dan diperlakukan baik aja bangga. Astaga manusia macam apa dia itu?"Aku ke sini mau ngambil minum, bukan mau sarapan makanan sampah kamu," sahutku.Wajah si madu babu memias. Dia baru akan melawanku lagi saat Mas Iwan menariknya."Udah ayo sarapan aja, ngapain ribut-ribut terus. Mas udah laper nih."Mau tak mau akhirnya si madu babu duduk. Sementara aku juga keluar karena mau berangkat yoga.Pulang dari yoga. Kulihat rumah udah kinclong. Teras, halaman, sampah, semuanya udah enyah. Saat masuk ke dalam rumah juga wanginya beda. Wangii banget pokoknya. Dan
MADU KUJADIKAN BABUPart 13Sampai akhirnya dia pun pergi dengan langkah dihentak-hentakan."Iiih amit-amit. Kalian emanya betah miara pembantu kayak dia? Songong dan nggak sopan begitu." Ibu mertua bergidig.Lagi, aku hanya bisa cekikikan puas dalam hati."Intan, kamu udah hamil belum?" Pertanyaan Ibu mertua membuatku yang tengah terkikik tiba-tiba terbatuk.Uhuk uhuk uhuk."Kamu kenapa?""Emm belum, Bu.""Buruan dong hamil, jangan kalah sama yang belakangan nikah, adiknya si Iwan udah positif, makanya sekarang dia sama suaminya lagi babymoon."Aku nyengir saja. Huh andai aku bisa memberitahu ibu mertuaku bagaimana kondisi rumah tanggaku dengan Mas Iwan sekarang, jangankan untuk bisa punya anak, tidur bareng saja aku tak sudi.Selama setahun terakhir ini Mas Iwan tidur di kamar si madu babu, dia hanya akan pergi ke kamarku saat ganti baju atau numpang mandi saja. Dan kalau pun Mas Iwan harus tidur di kamarku, maka dia akan kusuruh tidur di karpet. Entah kenapa, meski dia masih sah be
MADU KUJADIKAN BABUPart 14 AKlek!Dalam sekali tekanan, pintu terbuka oleh ibu mertua. Di sana nampaklah si madu babu tengah tiduran santai sambil mendengarkan musik memakai headset."Kumenangiiiisss membayangkan betapa keejamnya dirimu atas dirikuuu ... kau du-"Brak!Si madu babu ditarik kasar oleh ibu mertua ke lantai. Sontak saja dia menjerit kesakitan sambil buru-buru melepaskan headsetnya."Ash aawww, Nyonya. Ada apa?" tanyanya dengan wajah meringis menahan sakit."Bagus ya kamu! Enak banget hidup kami, bangkrut udah semua majikan andai semua majikan punya babu kayak kamu!" sentak Ibu mertua.Mulut si madu babu mengatup-ngatup, "Ny-Nyonya sebenarnya ini ada apa? Kenapa Nyonya tarik saya dan marah-marah begini?" tanyanya tergagap-gagap.Mata ibu melotot, menampakan wajah yang makin terbakar emosi."Kenapa kata kamu?! Dasar gak tahu malu! Kamu lihat itu anak saya, majikanmu itu lagi nyuci piring sama gelas di dapur. Itu 'kan tugas kamu, kenapa dia yang harus ngerjain? Sementara
MADU KUJADIKAN BABU Part 14 BDia mengerling, "ya itu 'kan karena kemaren mertuamu itu belum dateng Mabk, andai dia gak ada sekarangpun aku ogah minta duit sama kamu, duit segitu cuma cukup buat beli garem.""Loh ya udah kalau ngerasa duitku gak bakal cukup buat apa-apa, ngapain juga kamu minta? Karena ada mertuaku atau enggak, aku gak akan pernah ngelebihin uang belanja, paham?" tegasku."Mbak, tolonglah. Gak usah rese, aku males. Sini gocap, buruan, aku mau ke pasar, keburu si nenek tua itu bangun ribet entar. Kamu mau aku masak pagi-pagi 'kan?" paksanya."Nggak! Tuh kalau mau 20 ribu." Kulemparkan duit 20 ribu yang sudah kuremas-remas sampai berbetuk bulat itu ke lantai.Dia melotot dengan rahang mengeras."Kenapa kamu? Ambil, ambil kalau butuh, gak usah banyak protes ya. Pokoknya aku gak mau tahu duit 20 ribu itu harus cukup buat seharian kami makan enak," tandasku sebelum akhirnya pergi ke kamar mandi."Dasar Nenek Lampir, awas saja kau," dengusnya sambil berlalu keluar.Pukul 6
MADU KUJADIKAN BABUPart 15 AAku ngikik. Si madu babu lalu buru-buru pergi dengan wajah kesal. Haha rasain, mamam tuh ikan goreng sambel terasi sendirian. Siapa suruh pelit."Ini kamu belanja sendiri apa si Nia yang belanja Tan?" tanya Ibu mertua di sela sarapan kami."Si Nia yang belanja Bu, Intan cuma masak yang dia belanjain aja.""Oh baguslah, kirain belanja aja kamu mesti jalan sendiri ke depan, biarinlah itu kan kerjaannya pembantu.""Iya, Bu. Enggak kok Intan gak pernah belanja sayur lagi sejak ada si Nia tapi ini habis sarapan mungkin mau karena tadi pagi si Nia malah lupa nggak beli ikan katanya," balasku panjang lebar.Ibu berdecak, "gimana sih itu pembantu, masa beli ikan aja lupa. Kerjaannya emang udah gak bener dia.""Maklumlah, Bu. Banyak dosa kali dia," sindirku pada Mas Iwan. Dia hanya menarik napas panjang.Setelah sarapan ibu mertua mengantarkan anaknya berangkat kerja, lalu duduk di kursi teras, sementara aku pamit keluar untuk nyari ikan."Bentar ya Bu, Intan car
MADU KUJADIKAN BABU Part 15 BAku gegas ke kamar tamu untuk menemui ibu mertua setelah menaruh ayam dan ikan di dapur.Tok tok tok.Tak dibuka.Tok tok tok."Buuu. Ibu tidur ya?""Hmm iya, gak usah ganggu," sahutnya pelan, seperti orang yang sedang tidur pada umumnya.Baiklah, karena ibu mertua lagi tidur aku pun urung menemuinya. Tadinya aku mau nanya, ini si Nia kapan bersih-bersihnya sampai bisa sekinclong gini. Ah aku jadi curiga dia punya alat kebersihan pasti nih, semacam vacum cleaner atau apa gitu di kamarnya. Karena logika aja, masa iya rumah selalu tiba-tiba kinclong gini dalam waktu singkat. Tadi aku pergi ke pasar si madu babu itu belum nyuci, belum nyapu halaman, belum cuci piring bekas sarapan, belum setrika baju dan lainnya, lah sekarang masa iya cucian udah bertengger semua di jemuran, setrikaan juga udah beres dan halaman pun udah bersih kayak di istana Presiden.Ah sayang aku gak bisa masuk ke kamarnya sekarang buat kepoin kira-kira alat apa yang dia punya buat ban
MADU KUJADIKAN BABUPart 16Gegas aku menghampirinya."Ibu, ada apa?""Lihat itu Intan, coba kamu lihat itu di dalam kamar pembantumu," kata Ibu sambil bergidig.Aku baru akan mendorong pintu kamar si madu babu saat dia menolaknya."Apa sih, jangan. Enak aja maen masuk ke kamar orang."Mataku menyipit, jadi penasaran. Sebenarnya ada apa sih? Sekuat tenaga akhirnya kudorong daun pintu kamarnya si madu babu dengan kencang, dia sampai ikut terdorong ke belakang pintu."Tuh kamu lihat sendiri kan Intan. Ih jorok banget," kata Ibu mertua lagi.Pantas saja ibu mertua ngomong begitu, ternyata di kamarnya si madu babu memang banyak sampah bekas makanan ringan, tak terlalu banyak banget sih tapi aku yakin mata ibu mertuaku sangat terganggu melihat sampah-sampah itu.Gak heran kalau beliau sampai teriak-teriak marahin si madu babu. Aku tahu ibu mertuaku itu tipe orang yang harus bersih banget sampai gak boleh ada debu atau sampah sebiji pun di dekatnya. "Nia, apa-apaan sih, kamu bersihin do
MADU KUJADIKAN BABUBab 17Aku menggeleng lagi, "biarin aja Bu, gak usah diganggu.""Ish kamu nih, tegas dong. Itu laki kamu lagi ada di dalem sama wanita lain, gimana sih malah suruh biarin. Gedor ayo." Ibu mertua mendesak.Akhirnya tangan ini kuangkat juga dan cepat menggedor pintu kamar itu dengan kencang.Dor dor dor."Siapa itu Ni?" Suara Mas Iwan terdengar panik di dalam."Kamu sih, awas ah aku mau buka pintu." Tak lama si madu babu membuka pintu. Dan dia langsung menelan ludah dengan mata melebar ketika mendapati kami ada di hadapannya."Ny-Nyo-"Ucapannya terpotong saat Mas Iwan juga muncul di balik pintu."Ibu?" gumamnya dengan wajah yang mendadak pias.Sementara ibu mertua mematung, beliau tampak sesak napas dan tak percaya ketika melihat Mas Iwan ada di dalam kamar si madu babu dengan keadaan hanya memakai box*r saja."Sedang apa kamu ada di dalam kamar pembantu?""Bu, itu anu ... anu ... anu Bu, Iwan ....""Jadi ini alasan kamu kemarin bantuin pekerjaannya si Nia? Karena
MADU KUJADIKAN BABU Part 40 B "Tadi tim kepolisian Tan, ngabarin kalau mereka baru aja dibawa ke rumah sakit. Kayaknya yang tadi didorong di atas hospital bed ke ruang IGD itu mereka. Makanya ayo kita lihat." Ikram pun memapahku menuju IGD. Sementara ibu yang melihat kami hendak pergi cepat menghampiri, "eh kalian mau pada kemana?" "Bibi sama si Nia, Bu. Mereka udah nggak ada katanya." Ibu terkejut. "Eh yang bener? Mereka meninggal maksudnya?" Aku mengangguk. "Ya ampun. Kok bisa?" tanya beliau sambil gegas mengekor kami menuju IGD. "Nggak tahu, Bu. Belum jelas kabarnya." "Astaga." Sesampainya kami di depan IGD kami diinformasikan bahwa jenazah si Nia dan Bi Kokom akan segera dipindah ke ruang jenazah setelah pemeriksaan selesai. Jadi kami baru bisa melihatnya saat mereka sudah ada di sana. "Maaf Pak, tapi ini gimana awalnya mereka bisa meninggal?" tanyaku pada petugas polisi yang masih berjaga di depan IGD. "Begini, Mbak. Menurut penuturan para Napi lainnya y
MADU KUJADIKAN BABUPart 40 A"Apa sih Ikram. Bercanda ah.""Aku serius Intan." Dia menatapku lekat-lekat.Ya ampun. Ini orang kenapa? Apa dia beneran ngajakin aku nikah?"Tan. Jangan diem aja, jawab Tan," katanya lagi.Aku baru saja membuka mulut saat ibu mertua masuk."Terima saja Tan," katanya.Ikram terkesiap dan cepat membetulkan posisi duduknya. Aku juga sama."Ibu. Nggak jadi tebus obat?""Udah, dibantu sama suster tadi.""Oh."Ikram lalu bangkit dan Ibu mertua duduk di bangku yang tadi diduduki Ikram."Ikram beli minum dulu ya, Bu, Tan," izin pria itu.Aku mengangguk. Syukurlah dia memilih keluar, aku gak enak kalau dia di sini soalnya. "Tan ....""Ya, Bu?""Maaf ya, tadi Ibu dengar obrolan kamu sama Nak Ikram."Aku mengulas senyum kecil."Hehe gak apa-apa, Bu." Aku cengengesan, pura-pura biasa saja padahal malu banget aslinya."Tadi itu sebetulnya kamu kenapa kok nggak langsung jawab mau aja? Apa kamu masih ragu sama Nak Ikram?""Emm ... itu Bu, sebetulnya ... gini loh, Inta
MADU KUJADIKAN BABUPart 39 B"Tan, aku mau nikah sama kamu.""What?" Lagi, aku terkejut sampai membuat langkah ibu mertua lagi-lagi terhenti di depan kami. Beliau lalu memutar badan ke arah kami."Kalian lagi pada ngapain sih? Lama amat jalannya. Ayo buruan, katanya takut keburu siang.""I-iya, Bu."Aku buru-buru melangkah mengejar ibu mertua. Ikram ikut di sampingku."Tan aku serius Tan, ucapanku tadi sama ibu mertuamu gak main-main. Aku emang mau nikah sama kamu," cecarnya sambil terus mengimbangi langkahku.Aku tak menjawab. Mendadak otakku ngeblank. Itu orang kenapa sih? Kesambet kali ah."Naik mobil Ikram aja ayo," ajak Ikram saat kami sampai di parkiran.Aku dan ibu mertua gegas naik ke mobilnya.Sampai resto yang tak jauh dari kantor Ikram, kami turun. Dan aku baru akan berputar menghampiri ibu mertua di pintu sebelah saat seseorang yang entah datang dari mana tiba-tiba menabrakku hingga ia sendiri jatuh ke dekat paving.Brak!"Eh ya ampun, hati-hati," ucapku sambil berjongkok
MADU KUJADIKAN BABUPart 39 APoV Intan"Saya benar-benar berterimakasih karena Nak Ikram sudah membantu menantu saya bebas dari tuduhan waktu itu. Sekaligus saya juga ingin menyampaikan terimakasih karena selama ini Nak Ikram sudah jadi bos yang baik untuk almarhum anak saya. Dan maaf karena saya baru bisa menemui Nak Iwan sekarang, kemarin-kemarin saya langsung ngedrop dan harus dirawat beberapa hari," ujar Ibu mertua pada Ikram. Hari ini beliau sengaja mengajakku mendatangi kantornya Ikram untuk mengucapkan rasa terimakasihnya. "Tidak apa-apa, Bu. Sudah jadi kewajiban saya memang membela orang yang tak bersalah. Intan ini teman SMA saya dulu, jadi saya tahu betul Intan nggak mungkin melakukan itu," jawab Ikram penuh wibawa."Oh ya? Jadi kalian ini temen lama toh? Wah saya baru tahu.""Iya, Bu. Intan ini teman dekat saya sejak lama. Dan dulunya menantu Ibu ini cewek populer seantero sekolah loh Bu, pokoknya siapa pun yang dapatkan dia, waaah beruntung banget deh pokoknya. Termasuk
MADU KUJADIKAN BABU Part 38 BMbak Intan, dia datang dengan wajah puas dan senyuman miring. Cepat saja, aku yang tengah terisak-isak itu bangkit."Mbak Intan, Mbak aku gak bersalah Mbak. Tolong bebaskan aku, Mbak. Aku bersumpah, ide racun itu bukan ideku Mbak.""Ya ya ya aku udah tahu Nia. Lupa kamu kalau tadi kita sidang semuanya dibuka dengan jelas? Racun itu bukan idemu, tapi ide ibumu 'kan?""Mbak aku mohon Mbak, tolong bebasin aku, Mbak. Aku gak salah. Aku janji kalau aku dibebaskan kamu boleh menjadikanku apa saja. Bahkan aku siap kalau harus jadi pembantu selamanya. Aku janji Mbak, aku janji," cecarku.Mbak Intan menyipit, "bebaskan? Lalu kalau kamu dibebaskan siapa yang akan menanggung hukumanmu Nia?""Ibu. Ibu adalah satu-satunya orang yang pantas dihukum, Mbak," jawabku asal.Sontak saja hal itu membuat ibuku geram. Lalu bangkit menarikku menjauh dari besi sel."Nia cukup! Apa-apaan ini? Kamu gila apa? Buat apa kamu memohon sama perempuan itu sampai harus bicara begitu soal
MADU KUJADIKAN BABUPart 38 A"Kau mau mengakui sekarang atau nggak?""Ng-ngaku apa, Pak?""Ya ngaku kalau kamu pelakunya. Kamu 'kan yang meracun suamimu sendiri?""Nggak, Pak. Sumpah saya bukan pelakunya. Yang meracun suami saya itu istri pertamanya.""Bohong kamu! Mengaku atau saya tambah hukumannya," ancamnya."T-tapi saya memang gak melakukan apa-apa, Pak.""Ah bohong!"Brak!Dia menggebrak meja dengan mengangkat satu kakinya ke atas meja tersebut. Aku sampai terperanjat. Tubuhku jangan ditanya, bergetar hebat sudah bagai orang yang menggigil kedinginan."Ngaku sekarang juga!""Saya nggak mau mengakui apa-apa, Pak. Saya gak salah!" ***Hari berlalu. Untunglah aku bisa lewati walau hampir gila dan menyerah. Hampir saja aku mengakui semuanya, karena mereka yang terus menerus mendesakku untuk mengakui semuanya.Untunglah ada ibu yang tak pernah berhenti mengingatkanku, seberat apapun mereka menyiksa kami, jangan sampai pengakuan itu terucap. Sidang pun digelar kembali. "Keberatan
MADU KUJADIKAN BABU Part 37 BSebuah video rekaman cctv pun diputar di persidangan itu.Aku terkejut bukan main. Tentu saja, cafe itu? Cafe Alviar tempat aku dan ibu bertemu? Bagaimana bisa Ikram punya rekaman cctv di cafe itu? Tubuhku mendadak panas dingin saat Ikram mulai bicara menjelaskan soal keadaan yang ada di dalam rekaman tersebut. Berkali-kali kuremas tangan ibuku dengan telapak tangan yang sudah basah ini."Gimana ini, Bu? Mati kita. Kita pasti akan ditangkap, Bu," bisikku pada Ibu."Tenang Nia. Kamu harus tenang supaya gak ada yang curiga.""Tapi, B-""Keberatan Yang Mulia!" Aku terkejut saat ibu teriak sambil kontan bangkit dari kursinya. Dia mengajukan keberatan rupanya. Entah apa yang ibu ucapakan saat itu, aku sampai tak bisa mendengar dan menyimak dengan baik karena saking sudah ngeblank dan ketakutan kejahatan kami terbongkar.Yang jelas, saat Ikram meminta Hakim agar aku dan ibuku juga diperiksa aku refleks teriak, "nggak! Nggaaaak!" Setelah itu aku lari ke luar
MADU KUJADIKAN BABUPart 37 AAku bengong sebentar. Lalu melemparkan senyuman pada ibu sebelum akhirnya aku berhambur dan mulai memainkan akting terbaikku."Mas Iwaaan! Maaas, kamu kenapa, Mas? Kamu kenapa? Bangun, Mas. Maaas!""Tolong tenang ya Bu, saya mengerti perasaan Anda. Tapi ini rumah sakit takutnya menganggu yang lain," ucap seorang dokter yang baru saja masuk bersama seorang perawat."Suami saya kenapa ini, Dok? Suami saya kenapa gak gerak gini? Dia kenapa?" Aku mengguncang kedua lengan dokter tersebut sambil berpura-pura nangis histeris.Ah untungnya aku jago kalau hanya untuk akting nangis seperti ini."Maaf Bu, saya harap kalian bisa ikhlas dan menerima takdir Tuhan. Pasien sudah berpulang akibat racun yang masuk ke dalam tubuhnya sudah menyebar pada aliran darah," terang Dokter tersebut."Apa? Mas Iwaaan!" Aku teriak sekencang-kencangnya agar mereka semakin yakin bahwa aku benar-benar terpukul juga kehilangan.Proses pengurusan jenazah di rumah sakit pun selesai. Jenazah
MADU KUJADIKAN BABU Part 36 BDokter itu menarik napas panjang, "kami sedang berusaha memberinya pertolongan pertama Mbak, tapi sepertinya untuk sadar hari ini kemungkinannya sangat kecil. Mari saya permisi," jawabnya sambil kemudian pergi dengan terburu-buru.Aku mengembuskan napas lega. Aaah syukurlah kalau Mas Iwan gak akan sadar hari ini. Aku jadi punya waktu untuk menyusun rencana berikutnya.Aku kembali ke dekat ibu mertua dan Mbak Intan yang tengah duduk resah di kursi tunggu."Sabar Bu, semoga Mas Iwan baik-baik saja." Mbak Intan terus menerus menguatkan mertuanya.Tak heran jika hal itu membuatku makin tak menyukainya.Awas saja kau, Mbak. Setelah ini aku pastikan, ibu mertua sendiri yang akan menyeretmu ke dalam penjara. Batinku.--Beberapa saat setelah Mas Iwan ditangani. Seorang suster keluar menyuruh salah seorang keluarga Mas Iwan untuk masuk ke dalam. Dan aku baru akan masuk saat Mbak Intan dengan cepat menyerobot."Minggir. Aku lebih berhak," desisnya seraya gegas m