Share

Bab 2

" Mau tidak mau, terima saja Yuli sebagai madumu. Dia sedang hamil anak suamimu, artinya anakmu juga. Jangan membantah dan durhaka pada suami!" Ujar sang mertua tanpa memikirkan perasaan sang menantu.

"Bagaimana mungkin seorang ibu dengan begitu mudah meminta menantunya untuk menerima madunya? Jika ibu di posisi aku apa ibu tetap akan menerimanya?"  Tanya Mirna kepada sang mertua

"Seharusnya kamu sadar jika diri kamu sendiri yang tidak bisa menjadi wanita sesungguhnya dan memberikan keturunan untuk suami kamu. Sedangkan suami kamu sangat ingin memiliki seorang anak, kamu tidak boleh egois,Mirna!" Ujar sang mertua

Air mata kembali keluar membasahi pipi yang belum juga kering, Dirinya tidak dapat menerima akan ucapkan sang mertua,namun dirinya juga tidak dapat menghindar dari hinaan bahwa dirinya belum mampu memberikan keturunan untuk sang suami.

Padahal di awal pernikahan mereka begitu harmonis, pernikahan karena pasangan tersebut sama-sama saling cinta satu sama lain. Namun sebuah kecelakaan mobil mengambil semua kebahagian pasangan muda itu, Mirna yang sedang mengandung anak pertamanya harus mengalami keguguran di usia kandungan delapan bulan.

Yang lebih parah Dokter menyatakan Mirna tidak dapat mengandung kembali, karena kecelakaan tersebut mengakibatkan cedera dalam rahim. Sejak kejadian itu Mirna kehilangan semangat hidupnya dan terus saja menyalahkan dirinya sendiri.

Sementara Devan yang seharusnya sebagai seorang suami menemani dan menyemangati Mirna agar dapat melewati hari-hari beratnya justru ikut menyalahkan dirinya.

Bahkan perlakuan Devan dan keluarganya makin hari makin berubah, selain terus menyalahkan Mirna akan kejadian naas tersebut mereka juga mengatai Mirna sebagai wanita pembawa sial.

Devan memperlakukan Mirna seperti barang yang sudah tidak ada manfaat untuk dirinya bahkan dirinya juga tidak pernah menafkahi sang isteri.

Sampai satu hari seorang teman yang mengetahui keadaan Mirna mengajaknya untuk bekerja di negeri orang, dia berharap sang sahabat dapat melupakan kesedihannya disana.

Mirna tidak langsung menerimanya karena takut Devan tidak menyetujuinya namun perkiraannya salah, Devan justru sangat mendukung keinginan Mirna bahkan sang suami kembali memperlakukan Mirna dengan baik seolah sang isteri begitu berharga.

Dirinya yang bodoh masih belum menyadari jika suami dan keluarga nya hanya ingin memanfaatkan dirinya saja.

Selama bekerja di negeri orang dirinya kerap dimintai sang suami sejumlah uang dengan berbagai alasan, alasan yang sering dipakai adalah untuk biaya pengobatan sang mertua yang sakit-sakitan, biaya perbaikan rumah, biaya sekolah adik ipar bahkan sampai biaya cicilan mobil yang tidak pernah Mirna setujui.

Padahal Mirna sendiri memiliki beberapa kebutuhan pribadinya namun dirinya lebih mendahulukan kepentingan sang suami yang justru kini mengkhianati dirinya dan memilih bersama wanita lain.

Setelah dua tahun mengadu nasib di negeri orang Mirna berpikir untuk kembali ke kampung halamannya, pikirannya yang sangat polos menganggap sang suami akan senang akan kepulangannya namun kenyataan berkata lain dia justru di minta untuk menerima keberadaan madunya dirumahnya sendiri.

"Aku tetap tidak bisa menerimanya, lebih baik kamu ceraikan saja aku," ujar Mirna sembari menghapus air matanya.

"Ya sudah, mas Devan ceraikan saja dia!" Ucap Yuli sembari memberikan tatapan cemooh untuk Mirna

"Jangan menyesali ucapan kamu itu,Mirna" Devan memperingati.

"Kamu yang akan menyesal,mas!  ceraikan aku dan keluar kalian dari rumah ini!" Ujar

Mirna

" Kamu yang seharusnya keluar dari rumah ini karena rumah ini milik aku, Mirna!" Sengit Devan

"Apa kamu bilang? Aku yang susah payah membayar semua biaya pembangunan rumah ini sampai selesai dan sekarang kamu ingin mengakui rumah ini sebagai milik kamu?" Tanya Mirna tidak percaya dengan sifat pria yang dia nikahi.

"Asal kamu tahu rumah ini dibangun diatas tanah milik keluarga aku? Lebih tepatnya diatas tanah milik ibu!" Ujar Devan.

Mata Mirna membelalak dia tidak percaya jika sang suami mengungkit masalah tersebut, memang benar rumah tersebut dibangun diatas tanah milik sang mertua, dirinya tidak pernah berpikir jika semuanya akan berakhir seperti ini.

"Kamu jangan keterlaluan Devan! Meskipun rumah ini dibangun diatas tanah milik ibu tapi aku yang menanggung semua biaya pembangunannya,aku yang bekerja banting tulang sampai rumah ini bisa berdiri!" Sengit Mirna

"Itu masalah kamu sendiri, Mirna! Jika kamu merasa keberatan untuk  meninggalkan rumah ini kamu bisa tidur di kamar belakang sana! Yang jelas aku,ibu dan juga Yuli berhak untuk tinggal disini!" Ujar sang suami tak tahu malu.

"Aku tidak percaya betapa bodohnya aku bisa menikahi laki-laki iblis seperti diri kamu ini!" Geram Mirna

"Maka dari itu terima saja Yuli jadi madumu, lagi pula kamu juga tidak ada tempat yang kamu tuju jadi lebih baik kamu disini saja, kamu bisa membantu Yuli merawat anaknya nanti." Ujar sang mertua.

"Ternyata pepatah bilang buah yang jatuh itu tidak jauh dari pohonnya itu sangat benar sekali, sifat dan kelakuan anak itu cerminan dari orang tuanya jadi aku tidak heran kenapa Devan bisa memiliki sifat seperti iblis." Sengit Mirna ke ibu mertuanya kemudian menarik koper yang dia lempar tadi.

" Baiklah aku akan pastikan kalian akan menyesal meminta aku untuk tinggal bersama kalian." Gumam Mirna dalam hati, diapun berlalu begitu saja dari sana meninggalkan perkumpulan iblis.

Mendengar ucapan terakhir Mirna membuat sang mertua naik pitam dan menatap tajamnkepada sang menantu, sebenarnya dirinya juga khawatir jika Mirna harus tinggal dalam satu rumah dia takut putranya akan tertimpa sial kembali seperti yang sudah-sudah.

" Bu,kenapa ibu memaksa perempuan itu untuk tinggal disini? jika untuk membantu aku merawat anak dikandungan ini, kita bisa membayar pengasuh," ujar Yuli sang madu yang tidak setuju jika harus tinggal bersama Mirna dia lebih suka Mirna diusir.

" Untuk apa kamu masih harus membayar pembantu lagi, kita manfaatkan saja Mirna yang tak berguna itu." Jawab sang mertua.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status