Share

bab 7

"Kamu jangan sombong Mirna, walaupun rumah ini dibangun menggunakan uang kamu tapi rumah ini berada diatas tanah milik ibu, kalau saja tidak ada tanah milik ibu belum tentu dengan uang kamu yang pas-pas an itu bisa membangun rumah dengan luas seperti ini!" Sengit Devan.

"Karena aku menggerti rumah ini berada diatas tanah milik ibu kamu makanya aku minta kamu menjualnya dan hasil penjualan kamu bagi jadi dua, aku rasa ini solusi yang terbaik! Aku juga perlu uang untuk melanjutkan hidup aku." ujar Mirna

"Ada apa ini? Kamu mau minta ibu untuk menjual rumah ini dan memberikan kamu uang hasil penjualan rumah ini? Iya begitu?" Tanya sang mertua yang tiba-tiba muncul dari arah belakang mereka bersama dengan Yuli.

Mirna memutar bola matanya dengan malas saat tahu ibu mertuanya mulai ikut campur.

"Bukan memberikan hasil penjualan rumah keseluruhan untuk aku, tapi di bagi dua sesuai dengan harga tanah dan bangunan tersebut," ucap Mirna menjelaskan.

"Memangnya kenapa harus dijual dan dibagi dua?" Tanya ibu mertua.

Mirna menghembuskan nafasnya sebelum menjawab pertanyaan dari mertuanya tersebut, sebenarnya Mirna malas bicara dengan ibu mertuanya itu karena dia bisa menebak bahwa tidak akan mudah bicara dengan ibu mertuanya itu.

"Karena aku sudah memutuskan untuk berpisah dari Devan dan pergi dari rumah ini, kalau ibu tanya kenapa harus dijual dan dibagi dua karena aku juga memiliki hak atas rumah ini setengah rumah ini, tapi jika ibu atau anak ibu sanggup mengganti uang yang saya gunakan untuk membangun rumah ini maka ibu tidak perlu menjual rumah ini, cukup kembalikan saja uang milik saya." ucap Mirna

"Dengar Mirna, jika kamu ingin pergi maka pergi saja tapi jangan kamu mengganggu rumah ini, ibu tidak akan menjual rumah ini, karena tanah ini adalah warisan turun temurun dari ayah Devan dan akan diwariskan untuk keturunan berikutnya." Ucap ibu mertua.

"Mudah sekali ibu bicara, aku yang bekerja susah payah agar bisa membangunnya sekarang kalian tinggal menikmatinya! Enak sekali hidup kalian! kalau tidak mau menjual setidaknya ganti uang yang ku pakai untuk rumah ini!" Sengit Mirna.

Sang mertua memalingkan wajahnya kesamping dia tidak dapat membantah ucapan Mirna sepatah katapun, karena memang apa yang Mirna ucapkan adalah hal yang sudah sewajarnya, tapi orang seperti dia akan lebih mementingkan kepentingan nya sendiri.

"Mbak! jangan tidak sopan bicara sama ibu," ucap Yuli yang tiba-tiba ikut menyela pembicaraan Mereka.

"Diam kamu! aku tidak ada urusan sama kamu! asal kamu tahu saja semua ini karena kehadiran kamu di rumah ini! Tapi tidak apa-apa setidaknya kamu sudah membantu aku menghilangkan benalu dalam hidup aku!" Ketus Mirna.

"Benar, saya sadar jika semua masalah yang terjadi di rumah ini adalah karena keberadaan saya, tapi saya benar-benar mencintai mas Devan dan tidak terpikir akan menyakiti hati mbak Mirna, apa tidak bisa kita hidup rukun sebagai satu keluarga di rumah ini?" Ucap Yuli.

Mirna menatap Yuli dengan tatapan tidak percaya, tidak mungkin seorang pelakor yang biasanya bersikap tidak baik secara tiba-tiba mengakui kesalahan dan meminta maaf pasti ada niat tersembunyi dari wanita licik seperti itu. Baru saja Mirna hendak menjawab tapi ibu mertua lebih dulu membela Yuli.

"Buat apa kamu menyalahkan diri kamu sendiri Yuli? dia yang salah yang tidak bisa melayani suami dan memberikan keturunan wajar saja jika Devan menikah lagi!" ketus Ibu mertua

"Tapi bu, kasihan mbak Mirna jika dia harus pergi dari sini, bukankah mbak Mirna tidak memiliki siapa-siapa lagi? dia mau pergi kemana nanti? lebih baik mbak Mirna tetap tinggal disini bersama kita," ujar Yuli.

Mirna menyunggingkan bibirnya karena dia sudah tahu kemana arah tujuan mereka memintanya untuk tetap tinggal disana, mereka akan memperlakukan Mirna selayaknya seorang pembantu saja.

"Kamu dengar ucapan Yuli barusan? dia mengkhawatirkan kamu dan meminta kamu untuk tetap tinggal disini, sedangkan kamu hanya memikirkan diri kamu sendiri saja." ketus sang mertua

Mirna berbalik dan menatap tajam wajah ibu mertua yang justru membela Yuli yang seorang pelakor dibanding dirinya sebagai menantu sahnya.

"Maaf bu, saya memang tidak bisa jadi manusia yang bermuka dua! lagipula apa maksud ibu membandingkan Yuli dengan saya? saya heran bagaimana bisa ibu bisa lebih membela seorang pelakor dari pada istri sah! Apa mungkin ibu itu dahulunya juga seorang pelakor?" sengit Mirna.

Mendengar ucapan Mirna sang mertua tidak terima dengan ucapan Mirna, wanita tua itu mengangkat satu tangannya untuk melayangkan satu tamparan namun Mirna dengan cepat menahan tangan wanita tua itu.

"Cukup,bu! Sebaiknya ibu tidak menginjak saya lagi karena saya tidak akan diam seperti dulu!" ujar Mirna

"Dasar wanita tidak tahu diri, dinasehati selalu saja melawan! Pergi kamu dari sini dan jangan pernah kembali! Terserah kamu mau ngapain diluar sana yang jelas rumah ini milik aku, dan kamu tidak berhak apapun! kalau kamu mau bangunan ini ambil saja kalau bisa!" Ujar ibu tertawa lebar dengan nada yang mengejek.

"Oh, saya rasa itu ide yang bagus, akan saya pertimbangkan ide ibu itu, dan ibu jangan menyesal." jawab Mirna

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status