Share

Bab 6

"D-Devan, cepat bawa Yuli ke klinik terdekat saja kita sudah tidak ada waktu, ketuban Yuli sudah pecah" ujar sang mertua.

Devan bersama dengan sang ibu memutuskan membawa Yuli ke klinik persalinan yang terdekat karena jika mereka tetap bersikeras ke rumah sakit itu akan memakan waktu yang lebih lama sementara kondisi ketuban Yuli sudah pecah yang artinya proses persalinan akan segera terjadi.

Sebelum pergi Devan tetap memaksa Mirna untuk memberikannya uang yang dia miliki berapa pun itu.

"Aku tidak punya banyak waktu Mirna, kamu sudah lihat bagaimana keadaan Yuli apa kamu tega membiarkannya kesakitan lebih lama? Cepat berikan aku uang! Ujar Devan

" Sudah aku katakan aku tidak punya uang lagi kenapa kamu tidak percaya?" Ujar Mirna

" Jangan keras kepala Mirna atau kamu juga akan merasakaan sakit!" Ucap Devan

Keadaan yang mendesak membuat Devan menjadi gelap mata, tanpa aba-aba Devan menjambak dan memukul Mirna secara bertubi-tubi, Mirna berteriak histeris meminta tolong  namun tidak ada yang datang menemuinya.

"Ampunn mas! Jangan pukul lagi," Mirna mengatupkan kedua telapak tangannya memohon pada Devan agar tidak memukulnya lagi.

"Cepat berikan aku uang sekarang juga kalau kamu mau aku berhenti!" Ancam Devan

"Tapi aku benar-benar tidak ada uang,mas!" Ucap Mirna sembari menangis dan memegang kepalanya.

Devan yang hendak melayangkan pukulan pada Mirna menghentikan aksinya saat tiba-tiba dia melihat sebuah cincin emas yang masih terpasang dijari manis Mirna.

" Berikan cincin itu," perintah Devan pada Mirna yang mau tidak mau di turuti oleh Mirna.

Setelah mendapatkan cincin itu Devan meninggalkan Mirna begitu saja baru kemudian mengantar Yuli ke klinik persalinan yang tidak jauh dari rumah.

Setibanya mereka di klinik tersebut,mereka langsung ditangani oleh bidan yang ada disana Yuli diminta untuk berbaring dan menjalani berbagai pemeriksaan kehamilannya. Yuli terus merintih kesakitan akibat kontraksi yang lebih sakit dibanding yang tadi dia rasakan.

Sementara itu Mirna tidak bisa ikut menemani proses persalinan Yuli karena kondisinya sendiri yang terluka, seluruh badannya juga mengalami luka lebam akibat pukulan yang diberikan Devan,dirinya tidak menangka jika Devan bisa melakukan hal tersebut.

Cincin yang dipakai oleh Mirna tadi adalah cincin pernikahan nya bersama Devan namun hari itu juga Devan memilih untuk menjualnya demi biaya persalinan isteri kedua nya, jadi untuk apa lagi Mirna mempertahankan pernikahan yang sudah jelas dirinya tidak mendapatkan prioritas sama sekali.

****

Saat ini adalah hari ketiga setelah Yuli melahirkan, Yuli sudah diizinkan untuk pulang kerumah. Sementara Mirna tengah sibuk merapikan barang-barang miliknya,dia sudah mengambil keputusan untuk pergi dari rumah tersebut dan akan mengajukan gugatan perceraian untuk Devan, dirinya tidak sanggup menjalani rumah tangga seperti itu.

"Mirna!" Teriak sang mertua

" Ada apa,bu?" Jawab Mirna dari dalam kamarnya.

"Cepat siapkan makanan yang sehat untuk Yuli, sebentar lagi mereka akan kembali dan kamu harus mengurus semua keperluan Yuli dan juga anaknya." Perintah sang mertua.

"Tapi bu," Mirna ingin  bicara dan membantah keinginan sang mertua tapi sudah di potong oleh mertuanya.

"Tapi apa lagi? Kamu juga tidak ada kegiatan di rumah hanya makan tidur gratis saja tanpa melakukan apapun, sekarang apa salahnya membantu meringankan beban suami dan Yuli," ujar sang mertua

Lelah bicara dengan sang mertua,Mirna milih untuk mengalah dan menyiapkan makanan yang sehat untuk Yuli, dirinya juga mempersiapkan menu lainnya untuk Devan dan mertuanya.

Saat Yuli dan Devan tiba di rumah mereka sudah disuguhkan berbagai menu makanan, sementara bayi mereka tertidur dengan nyenyak.

Mirna memandangi bayi perempuan tersebut dengan sorot mata yang tak terbaca, dia teringat akan anak yang dikandungnya namun tidak sempat dia lahirkan. Dirinya kembali menyalahkan dirinya sendiri yang tidak dapat menjaga kandungannya dengan baik.

Mirna tersadar dari lamunannya dan mendapati sang mertua dengan raut wajah bahagianya tengah menggendong bayi tersebut, merasa tidak di perlukan kehadirannya disana Mirna memilih untuk menarik diri dari mereka semua.

Namun baru beberapa langkah sang mertua meminta nya untuk mengganti popok sibayi. Dengan sabar Mirna masih mau melakukan perintah sang mertua meski dengan berat hati.

Mirna frustrasi menghadapi mereka semua,bahkan tidak ada satupun dari mereka yang memikirkan keadaannya padahal dirinya juga mendapatkan kekerasan dari suaminya.

" Mas, besok aku akan keluar dari rumah ini," ujar Mirna tanpa basa basi saat berpapasan dengan Devan di ruang makan.

" Memangnya kamu bisa apa tanpa aku? apa kamu akan balik jadi babu di negeri orang sana?" tanya Devan merendahkan.

"Apa yang akan aku lakukan itu bukan urusan kamu lagi,mas! Aku hanya ingin memberitahu kamu saja," ketus Mirna

"Bagus,  pergilah secepatnya itu akan meringankan beban aku saja," ujar Devan.

" Aku juga akan mengurus perceraian kita mas, dan tolong kamu kembalikan hak aku akan rumah ini," ucap Mirna dengan lantang.

"Jika kamu memutuskan untuk berpisah maka kamu tidak bisa meminta hak kamu lagi, jika memang kamu ingin berpisah maka pergilah dengan tenang jangan membuat onar atau menuntut apapun dari aku."  ketus Devan.

"Aku hanya menuntut bagian aku saja, terutama untuk rumah ini karena semua bangunan ini menggunakan uang pribadi aku.Kamu bisa menjualnya dan membagikan uang hasil penjualan rumah ini," Jawab Mirna memberikan solusi.

" Dasar bodoh! Jika aku melakukan itu lantas aku,ibu dan Yuli mau tinggal dimana?" sengit Devan.

"Lantas apa aku harus memberikan rumah ini untuk kalian begitu saja? Padahal aku sendiri tidak tinggal disini!" Ketus Mirna.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status