Share

Bab 5

Suara teriakan Devan ternyata membangunkan sang mertua yang sudah terlelap sedari awal.

"Ada apa lagi,Devan? Apa perempuan mandul itu membuat ulah lagi?" Teriak sang mertua dari dalam kamarnya.

"Tidak apa-apa,bu! aku cuma bilang Mirna untuk tidak pulang larut malam setiap harinya tapi dia malah membangkang!" ujar Devan pada ibu nya.

Akibat kepolosan Mirna dalam hal percintaan yang membuat Mirna mau menikah dengan laki-laki seperti Devan yang suka mengadu kepada ibunya entah itu masalah besar ataupun kecil sehingga sang ibu selalu saja ikut campur dalam permasalahan rumah tangga mereka.

Padahal dengan postur wajah yang dimiliki Mirna dia seharusnya bisa mendapatkan laki-laki yang lebih baik dari Devan.

"Biarkan saja,Devan! Mau ngapain kamu perduli dia mau pulang jam berapa? perempuan seperti dia pasti sudah biasa pulang larut malam, lagi pula perempuan mandul seperti dia mau pulang sampai jam berapa juga tidak akan menghasilkan masalah buat nya," ketus sang mertua.

"Tolong berhentilah menghina aku dengan kata wanita mandul,bu!" Pinta Mirna pada sang mertua.

"Kenapa memangnya? Memang benar kamu itu wanita cacat yang tidak berguna, wanita tidak jelas asal usulnya dan pembawa sial!" Maki sang mertua

"Aku memang tidak sempurna aku juga tidak bisa memberikan keturunan untuk Devan tapi itu bukan berarti ibu bisa menghina aku terus menerus!" Ujar Mirna tidak terima dengan ucapan mertuanya

" Kalau kamu tidak terima apa yang ibu katakan maka dengarkan apa yang suami kamu bilang, jangan membuat malu ataupun masalah untuk anakku, jadilah isteri yang baik" Ketus ibu mertua.

" Ibu seharusnya mengerti bagaimana perasaan aku, tapi ibu selalu saja membela mas Devan tanpa melihat yang dia perbuat, entah benar atau salah ibu selalu saja membelanya,padahal seharusnya ibu menasehati anak ibu itu untuk menjadi laki-laki yang sebenarnya! Bukan justru menghina aku isterinya." ucap Mirna

"Kamu gak usah sok pintar,Mirna! sok ngajarin ibu padahal kamu sendiri saja belum pernah jadi ibu, mana paham kamu!" Ketus ibu mertua

"Terserah ibu mau anggap ucapan aku apa, aku mau istirahat, aku capek!" Ujar Mirna meninggalkan mereka begitu saja.

  Dengan mata yang berkaca-kaca dirinya masuk kedalam kamar miliknya, dia melemparkan tas miliknya kesembarang arah, tubuhnya merosot kelantai kamar begitu saja dengan sorot mata yang hampa dirinya membawa pikirannya larut  dalam kesedihan yang mendalam melayang jauh mencari jawaban akan nasib dirinya kedepan.

Hari tetap terus berjalan Mirna masih berusaha untuk tetap tinggal satu atap dengan mereka semua, hingga tidak terasa kehamilan Yuli sudah mendekati hari persalinannya, Devan bertindak sebagai suami yang siaga demikian dengan mertua yang sudah tidak sabar menunggu kelahiran cucu yang sudah dia nantikan.

Tapi siapa sangka hari persalinan yang semakin dekat tidak di ikuti dengan persiapan yang baik, apalagi persiapan keuangan yang cukup saat persalinan nanti.

Mirna yang baru saja selesai memasak tiba-tiba saja dimintai sejumlah uang untuk biaya persalinan.

" Mirna, pinjamkan aku uang," ujar Devan dengan wajah memelasnya

"Aku sudah tidak punya uang,mas!" Ketus Mirna begitu saja

"Kamu pasti bohong!" Ketus Devan

" Untuk apa aku bohong! Memangnya uang itu mau buat apa? Kamukan masih bekerja masa iya kamu bekerja tapi tidak menghasilkan uang? Pakai saja uang kamu sendiri!" sengit Mirna tak mau kalah.

"Aku harus segera membawa Yuli ke rumah sakit sekarang juga,Mirna! jawab Devan

" Tapi itu urusan kamu,mas! kamu sudah tahu Yuli akan melahirkan seharusnya kamu mempersiapkan hal itu jauh hari," Jawab Mirna dengan sinis.

Tanpa mereka sadari perdebatan mereka kembali terdengar oleh ibu mertuanya.

"Ada apa lagi ini? Makin hari rumah ini makin tidak ada tenang nya tiap hari selalu saja ada keributan." Mertuaku tiba-tiba keluar dari kamarnya menatap tajam kearah Mirna seolah perkataannya ditujukan untuk Mirna seorang.

" Ya mau bagaimana lagi rumah yang dibagun hasil dari sabotase mana mungkin bisa berkah!" Batin Mirna bicara.

"Aku harus membawa Yuli ke rumah sakit bu, dia sudah mau melahirkan," Devan menjelaskan.

"Kalau begitu cepat bawa Yuli ke dokter,kenapa malah kalian berduaan?" Ketus sang mertua

"Kami bukan berduaan! Ini anak ibu sudah mau jadi bapak bukannya mempersiapkan biayanya ini malah sibuk minta-minta ke saya," Geram Mirna

"Siapa yang minta-minta? Aku bilang pinjam Mirna, nanti begitu ada uang akan aku kembalikan" Sengit Devan.

"Hei Mirna, apa kamu benar tidak mau membantu Devan? Sengit mertua yang mulai membela anaknya.

Tentu saja Mirna menolak permintaan mertuanya bagaimana bisa dia masih memberikan uang yang susah payah dia dapatkan untuk mereka yang sudah jelas mengkhianati dirinya.

" Maaf bu, tapi aku sendiri juga sudah tidak punya uang lagi bagaimana mau membantu mereka?" ujar Mirna dengan sopan.

Tiba-tiba saja suara teriakan minta tolong terdengar dari kamar utama.

" Mas,,," Teriak Yuli

"Tolong,,," Suara teriakan Yuli kembali terdengar.

Mendengar suara kesakitan Yuli, Devan dengan sigap menghampiri isteri keduanya itu diikuti mertua juga Mirna.

"Mas, ayo kita ke rumah sakit sekarang!" Pinta Yuli sembari menahan rasa sakit yang kian menjadi.

Devan mengumpat kesal, seharusnya dia mempersiapkan segala hal yang di perlukan saat menyambut kelahiran sang anak tapi dia lebih memilih menghabiskan uang yang ada untuk memenuhi keinginan Yuli saja.

Sementara itu Yuli merasa perutnya semakin kesakitan dan tanpa yang lain sadari cairan bening membasahi  pangkal paha Yuli.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status