Share

Bab 140 Pengakuan Aina

Penulis: Aira Tsuraya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-28 13:00:10

“Mama bilang begitu?” sergah Damar.

Pria berwajah manis itu semakin tercengang usai mendengar penuturan Bu Tika. Padahal selama ini, ia dan Aina berusaha menutupi identitas Zafran dari keluarga Fakhri. Kenapa juga mamanya dengan mudah mengatakan hal itu.

“Iya, memangnya kenapa, sih?” Bu Tika malah balik bertanya dan mengungkapkannya tanpa rasa bersalah.

Damar berdecak sambil menggelengkan kepala. Sementara Aina hanya diam sembari menundukkan kepala. Sebenarnya ia sangat terkejut sekaligus kesal dengan ulah Bu Tika. Namun, dia juga tidak berhak marah kali ini.

Damar menghela napas panjang sambil menyandarkan punggungnya ke kursi.

“Harusnya Mama tidak perlu mengatakan hal itu ke Tante Rahma,” gumam Damar.

“Iya, Tika. Kenapa kamu gak sabaran sekali? Nanti takutnya akan menimbulkan rumor dan tentu saja tidak baik untuk pernikahan mereka ke depannya.” Kini Bu Maya ikut bersuara.

Bu Tika tampa

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Nunyelis
klo mereka balikn gimana damar huhuhu..... salah fakhri jg sih gk mw mendengarkn penjelasan aina... aku bingung
goodnovel comment avatar
Jamiah Kampil
amazing. lanjutkan dong, makin seru.
goodnovel comment avatar
iieqhachayank
cinta nya Fakhri msh sm Aina.... yaolo gemesh sm mereka berdua.. knp ga bisa saling terbuka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 141 Cerita Kita Sudah Usai

    Aina sangat terkejut saat tiba-tiba mendengar suara Fakhri dan sosoknya berdiri di samping. Fakhri hanya diam, tapi mata coklatnya sudah mengunci pandangannya ke Aina. Aina membisu dan buru-buru menunduk. Ia tidak mau menjawab pertanyaan Fakhri.Helaan napas panjang terdengar keluar berdesakan dari bibir Bu Rahma. Wanita paruh baya itu bergantian melihat anak dan mantan menantunya ini.“Harusnya ini yang kalian lakukan beberapa bulan lalu. Saling terbuka satu sama lain dan menyelesaikan masalah dengan baik. Bukan mengatasnamakan emosi di atas segalanya,” ujar Bu Rahma.Baik Aina maupun Fakhri hanya diam, tak membantah ucapan Bu Rahma.“Kalau kalian ingin melanjutkan pembicaraan lebih baik di luar saja. Ibu ingin istirahat,” imbuh Bu Rahma.Aina mengangguk, kemudian bangkit dan berpamitan.“Saya permisi pulang saja, Bu. Saya hanya ingin menjelaskan ini ke Ibu.”Bu Rahma tersenyum menganggukkan kepala

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 142 Andai Semua Baik-baik Saja

    “Semua baik-baik saja, Damar,” jawab Fakhri dengan mantap.Damar tersenyum, kemudian matanya melirik Aina. Aina membalas tatapannya. Dua insan itu saling tersenyum dan menyapa dalam pandangan. Tentu saja interaksi intim itu membuat hati Fakhri dongkol.Dengan gerak cepat, ia membalikkan badan dan bersiap kembali ke ruangan Bu Rahma. Harusnya Fakhri tidak menuruti permintaan ibunya. Mantan istrinya sudah tidak mencintainya. Aina sudah menutup hati untuknya dan keinginan rujuk dengannya hanya hayalan saja bagi Fakhri.“FAKHRI!!!” Tiba-tiba suara Damar bergema membuat langkah Fakhri berhenti. Ia menoleh dan melihat Damar bersama Aina berjalan mendekat.“Aku dengar Tante Rahma terkena serangan jantung. Apa beliau baik-baik saja?”Fakhri tidak bersuara hanya kepalanya yang mengangguk.“Boleh aku menjenguknya?” imbuh Damar.“Tentu. Ayo, ke kamarnya!”Fakhri berjalan mendahul

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 143 Sesuatu yang Diminta

    “Selingkuh?” ulang Fakhri.Bukannya menunjukkan raut wajah muram dan sedih. Fakhri malah tersenyum lebar bahkan wajahnya terlihat lebih ceria dari sebelumnya. Andai Robby bertatap muka dengannya pasti akan terkejut melihat reaksi Fakhri.“Fakhri, kamu baik-baik saja, kan?” Robby bertanya dengan khawatir.Seketika Fakhri tertawa dan terdengar keras di telinga Robby. Tentu saja Robby semakin bingung dibuatnya. Apa yang terjadi pada sahabatnya? Mengapa dia malah senang begitu mengetahui istrinya selingkuh? Itu kini yang tercetus di benak Robby.“Fakhri … kamu ---”Belum sempat Robby melanjutkan kalimatnya, Fakhri langsung menyahut lebih dulu.“Aku baik-baik saja, Rob. Aku malah senang mendengar hal ini. Asal kamu tahu, sebelumnya Wulan sudah pernah bilang kalau aku tidak memuaskannya. Mungkin itu sebabnya dia cari pria lain di luar sana.”Robby terdiam dan tampak terkejut mendengar j

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 144 Obrolan Dua Pria

    “Yeay!! Asyik, akhirnya Zafran bisa ketemu Ayah,” seru Zafran kegirangan. Siang keesokan harinya, sesuai janji Damar. Ia menjemput Zafran pulang sekolah. Bahkan kini sudah mengarahkan mobilnya ke kantor Fakhri. Damar sengaja tidak memberi tahu perihal kedatangan Zafran kali ini. Biar saja ini jadi kejutan untuk Fakhri. “Ayo, kita turun!!” ajak Damar. Ia baru saja mematikan mesin mobilnya kemudian melihat Zafran. Mereka sudah tiba di kantor Fakhri. Zafran tersenyum lebar, kemudian tergesa turun dari mobil. Sepanjang perjalanan menuju ruangan Fakhri, Zafran berjalan sambil melompat-lompat kecil. Senyumnya terkembang indah dengan mata yang terus berbinar. Damar hanya mengulum senyum memperhatikannya. Mungkin dia belum bisa memberitahu ke Zafran tentang ayah biologis sesungguhnya dan kali ini Damar terpaksa mengalah demi Zafran. “Mbak, Fakhri ada?” tanya Damar. Ia sudah berdiri di depan meja kerja Susi. Susi tampak terkejut melihat kehadiran Damar, apalagi ada Zafran di sebelahnya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 145 Dua Ayah

    “Jadi kamu sedang meragukan Aina, Damar?” tebak Fakhri.Damar tidak menjawab hanya diam. Namun, tatapan mata dan gestur tubuhnya sudah memperlihatkan kegelisahan. Fakhri tahu jika Damar meragukan Aina. Bahkan saat di rumah sakit kemarin, Damar berulang kali menatap Aina hanya untuk memastikan kalau mantan istri Fakhri itu tidak akan berpaling darinya.“Kamu takut aku merebut Aina?” imbuh Fakhri.Damar tampak terkejut. Matanya beradu dengan netra coklat Fakhri. Pria manis itu mengatupkan rapat bibirnya. Namun, rahangnya terlihat menegang dan entah mengapa Damar tampak gelisah.Sebuah senyuman seketika terukir di wajah tampan Fakhri. Tentu saja reaksi Fakhri membuat Damar kelimpungan sendiri. Ia takut Fakhri marah dan menyalahartikan pembicaraan mereka kali ini.“Aku memang masih mencintainya.” Ucapan Fakhri memecah keheningan mereka.Damar mendongak dan membuat mata mereka beradu lagi. Untuk beberapa saat k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 146 Gagal Sidak

    “Mas Fakhri,” seru Wulan.Bukannya takut atau panik melihat kehadiran Fakhri. Wulan malah tersenyum lebar. Ia langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri Fakhri. Fakhri terdiam melihatnya.“Kok kamu tahu kalau aku di sini? Kamu kangen, ya?” Wulan malah bersuara merayu.Fakhri berdecak mengibaskan tangannya ke udara saat Wulan hendak menyentuh wajahnya. Wulan cemberut melihat reaksi Fakhri, tapi seperti saat awal tadi Wulan terlihat tenang.“Ngapain kamu ke sini? Sama siapa?” Fakhri kembali mencerca dengan pertanyaan.Robby yang berdiri di samping Fakhri hanya diam melihat interaksi mereka berdua.“Astaga, iya. Aku lupa belum mengenalkannya.”Wulan malah berkata seperti itu kemudian membalikkan badan dan kembali ke tempat duduknya. Tak lama dia kembali lagi sambil menggandeng tangan seorang pria.“Apa kamu masih ingat, Mas. Ini Theo, sepupuku. Dia baru beberapa minggu ini

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 147 Dilema Pagi

    “Kok Zafran ngomong gitu?” tanya Aina.Zafran terdiam hanya matanya yang masih mengunci netra Aina. Aina terdiam, menghela napas panjang sambil membelai lembut wajah Zafran. Bocah laki-laki itu hanya membisu tanpa suara menatap penuh harap ke Aina.“Maaf, Zafran. Bunda tidak bisa melakukannya. Namun, Bunda janji Zafran masih bisa bertemu Ayah Fakhri kapanpun Zafran mau.”Zafran tidak menjawab hanya menunduk kemudian tanpa berkata sepatah kata ia bangkit dari pangkuan Aina dan berlalu pergi dari kamarnya. Aina terdiam menatap punggung Zafran yang menghilang di balik pintu.Entah sampai kapan Aina merahasiakan semua ini. Apa mungkin sudah saatnya Zafran tahu siapa ayah kandungnya sesungguhnya? Namun, bagaimana jika bocah 7 tahun itu belum bisa menerimanya? Ini seperti dilema bagai Aina dan ia kesulitan sendiri.Dua hari berselang, pagi itu Fakhri baru saja datang saat tiba-tiba Susi menyambutnya dengan mimik wajah yang tegang.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 148 Antara Terpaksa dan Kasihan

    “Damar, kok tumben ke sini pagi?” tanya Aina.Aina baru saja turun dari mobil usai mengantar Zafran sekolah. Mobil Damar sudah berhenti di depan rumahnya bahkan pria manis itu terlihat sedang berdiri di depannya.“Aku hanya ingin mampir. Bisa kita bicara sebentar, Aina?” pinta Damar.Aina mengangguk kemudian menyilakan Damar masuk ke dalam rumah. Mereka kini sedang duduk di ruang tamu saling berhadapan. Entah mengapa Damar terlihat tegang kali ini.“Ada apa? Apa ada masalah?” Aina membuyarkan keheningan mereka.Damar tersenyum, mendongak sambil menatap Aina dengan sendu.“Apa kamu ada waktu hari ini?”Aina belum menjawab, tapi kedua alisnya terangkat dengan mata yang melihat penuh selidik.“Mama sudah menentukan hari pernikahan kita dan meminta kamu datang untuk membahasnya.” Damar sudah menambahkan kalimatnya.Aina hanya diam. Bahunya naik turun sibuk mengolah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31

Bab terbaru

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 167 Bukan Aku Ayahnya

    “Kok Zafran ngomong gitu? Bukannya Om Damar juga baik,” ujar Fakhri.Ia tidak mau memprovokasi Zafran. Bagaimanapun Zafran harus tahu siapa sebenarnya Damar. Mereka juga harusnya bersatu sebagai satu keluarga, meskipun awalnya kehadiran Zafran karena sebuah kesalahan. Namun, Fakhri sudah mengikhlaskan semuanya.Tidak ada suara yang keluar dari bibir bocah laki-laki itu. Ia hanya menunduk dengan bahu yang naik turun. Fakhri terdiam memperhatikan. Bisa jadi bocah ini sedang menangis.Perlahan Fakhri mengulurkan tangan menarik dagu Zafran dan tepat dugaannya jika bocah laki-laki itu sedang menangis.“Kenapa nangis? Apa Ayah menyakiti Zafran?”Zafran menggeleng, menyeka air matanya kemudian berhambur memeluk Fakhri. Fakhri hanya diam menangkap rangkulan Zafran dan membalasnya dengan erat.“Zafran hanya mau sama Ayah, bukan Om Damar.”Lagi-lagi kalimat itu terlontar dari bibir Zafran. Fakhri tidak bisa m

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 166 Ocehan Zafran

    “Tante Tika??” seru Aina tertahan.Wanita cantik itu terkejut setengah mati dengan kehadiran Bu Tika apalagi ditambah dengan pertanyaan yang baru saja ia lontarkan. Fakhri melihat kepanikan Aina. Perlahan ia menurunkan Zafran dan memintanya masuk ke dalam rumah lebih dulu. Kemudian Fakhri berjalan menghampiri Bu Tika.“Selamat malam, Tante,” sapa Fakhri dengan sopannya.Bu Tika tidak menjawab, hanya menganggukkan kepala sambil menatap sinis ke arah Fakhri. Fakhri menyadari kenapa Bu Tika bersikap seperti itu padanya. Pasti wanita paruh baya itu sudah sibuk berpikir banyak hal di benaknya.“Kalian tidak ada yang mau menjawab pertanyaan Tante?”Kembali Bu Tika bersuara dan tentu saja sorot matanya semakin tajam menginterogasi Aina serta Fakhri.“Pertanyaan apa, Tante? Tentang sebutan ‘ayah’ untukku tadi?”Fakhri yang menjawab dan dengan nada ringan, sama sekali dia tidak menunj

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 165 Siapa yang Berbohong

    “Apa Damar melarang aku bertemu dengan Zafran juga?” tanya Fakhri.Sontak Aina mengangkat kepala dan tak ayal mata mereka bertemu lagi. Hembusan napas kasar keluar dari bibir Aina dibarengi gelengan kepalanya.“Enggak. Aku rasa kamu tahu jika Damar malah yang mengantar Zafran menemuimu tempo hari,” jawab Aina.Fakhri tersenyum menautkan kedua tangannya sambil menatap Aina dengan teduh.“Jadi boleh aku mengantarmu pulang, eh maksudku bertemu dengan Zafran?”Kembali Aina diam sesaat. Ia sedikit ragu, tapi dia sudah bertekad untuk mengubah sikapnya pada Fakhri. Bukankah berteman lebih baik dari pada terus menyulut kebencian.“Iya, baiklah.” Aina berkata sambil menganggukkan kepala. Seketika senyum manis terkembang di bibir Fakhri.Tak lama mereka sudah berada di dalam mobil. Aina duduk di sebelah Fakhri dan tampak sedang melamun memperhatikan kemacetan lalu lintas petang ini. Sesekali Fakhr

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 164 Curi Kesempatan

    “Apa Anda sudah siap?” tanya Dokter tersebut.Damar terdiam sejenak, menatap dirinya kemudian mengangguk dengan mantap. Dokter tampan yang tak lain Rendy, teman sekaligus dokter yang pernah diminta tolong Fakhri itu tersenyum membalas gestur tubuh Damar.“Namun, harus Anda ketahui. Kalau kita akan melakukan operasi beberapa kali. Mungkin dua sampai tiga kali.”Damar mengangguk dengan mantap dan tidak terlihat sama sekali keraguan di wajahnya. Rendy hanya tersenyum sambil mengangguk. Damar tidak akan mundur lagi. Ia harus meneruskan operasi ini.Apalagi setahun ke depan, dia akan menikah dengan Aina. Damar tidak mau membuat Aina curiga dengan keadaannya. Aina pasti sangat shock jika tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Damar tidak mau kehilangan Aina lagi. Banyak yang telah ia korbankan untuk mendapatkan hati Aina dan kali ini dia tidak mau gagal.“Kalau begitu, silakan Anda bersiap. Kita akan operasi besok pa

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 163 Sebuah Rahasia

    “Jadi kamu berpikir Damar selingkuh dengan Wulan, begitu?” tanya Robby.Usai mandi dan mengakhiri pembicaraannya dengan Wulan. Fakhri keluar dari rumah dan mendatangi apartemen Robby. Robby tampak terkejut, tapi sudah memintanya masuk hingga akhirnya mereka duduk berdua di ruang tamu sibuk dengan percakapan ini.Fakhri tidak menjawab hanya menganggukkan kepala.“Aku melihat di rekaman CCTV kamar Wulan yang baru aku pasang, Rob. Sepertinya aku harus lebih sabar kali ini.”Robby menghela napas panjang sambil mengangguk.“Iya. Jangan sampai Wulan tahu kalau kamu sudah memasang CCTV dan mempersiapkan jebakan untuknya. Lagipula bukan Damar, pria yang sering diajak Wulan ke rumah.”Fakhri tidak menjawab hanya menunduk sambil sibuk mengaduk kopinya.“Lalu soal dugaan penggelapan yang dilakukan Wulan, kamu sudah mendapat buktinya?”Fakhri mendongak dan menatap Robby. Ia seakan baru ingat

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 162 Mantan yang Berubah

    “Apa yang dilakukan Damar di kamar Wulan? Apa dia pria yang selama ini datang ke rumah?” gumam Fakhri.Fakhri tampak masih shock usai melihat rekaman CCTV kamar Wulan di ponselnya. Ia ingin memastikan apa lagi yang dikerjakan Damar di sana. Namun, tiba-tiba rekaman itu terhenti dan tak lama ponsel Fakhri mati.Fakhri tercengang kaget dan baru sadar jika dia lupa untuk mengisi daya ponselnya.“Sial!! Kenapa juga di saat penting seperti ini?” gerutu Fakhri.Ia bangkit dari kasur dan tampak sibuk mencari charger ponselnya. Fakhri tergesa berjalan keluar kabin apartemen menuju parkiran mobilnya. Siapa tahu charger-nya tertinggal di sana.“Akh … sial. Kok gak ada. Jangan-jangan ketinggalan di rumah.”Fakhri terdiam sesaat dan mencoba mengingat. Sepertinya charger-nya memang tertinggal di kamar tempat dia tidur semalam. Gara-gara ulah Wulan tadi siang kemudian kedatangan dua petugas pemasang CCTV, membuat

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 161 Perlahan Terkuak

    “Eng … bukan siapa-siapa, hanya salah orang,” jawab Fakhri.Dia sangat terkejut saat Wulan tiba-tiba berjalan mendekat menghampirinya. Sementara dua orang di depan Fakhri ini tampak bingung. Wulan berhenti dan urung mendekat ke Fakhri. Malah ia sudah membalikkan badan dan menganggukkan kepala berjalan masuk ke dalam rumah.Fakhri memastikan Wulan sudah menjauh kemudian menatap dua pria di depannya.“Kalian terlambat datang. Lebih baik besok saja ke sini lagi atau tunggu aku menghubungi.”Fakhri bersuara dengan lirih seakan takut pembicaraannya terdengar. Dua pria itu mengangguk sambil tersenyum.“Iya, baik, Pak. Kami akan menunggu telepon Bapak saja,” putus salah satu pria itu.Fakhri tersenyum menganggukkan kepala, kemudian tak lama dua pria itu sudah berlalu pergi. Fakhri menghela napas lega sambil mengurut dadanya. Untung saja dua pria itu datang setelah Aina dan Damar pulang. Kalau tidak, Fakhri

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 160 Mencoba Mencari Celah

    “Tante Tika sudah menghubungiku tempo hari dan ternyata kalian langsung ke sini,” ucap Wulan.Terdengar tawa renyah wanita cantik itu bergema di ruang tamu. Damar tersenyum menanggapinya sementara Aina hanya diam. Sepertinya hanya Aina yang tidak suka suasana di ruangan ini.Hari ini Damar memang sengaja mengajak Aina bertemu untuk melihat beberapa keperluan menikah mereka. Memang pada akhirnya Damar menyetujui keinginan Aina menunda pernikahannya hingga setahun ke depan. Namun, sebagai balasannya Aina terpaksa menuruti keinginan keluarga Damar, termasuk harus bertemu Wulan hari ini.“Iya, Mama sudah melihat gaun pernikahanmu dengan Fakhri dan sepertinya beliau juga ingin Aina memakainya,” kata Damar.Wulan tersenyum sambil melirik sinis ke arah Aina. Aina terdiam dan pura-pura tidak memperhatikannya. Kalau tahu harus bertemu Wulan hari ini, tentunya Aina tidak akan memenuhi permintaan Damar.“Ya tentu saja. Gaunku dibuat oleh desainer ternama di n

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 159 Interogasi Fakhri

    “Transfer? Damar mau transfer siapa? Apa Wulan?” gumam Fakhri.Gara-gara usai mendengar percakapan Wulan semalam membuat Fakhri curiga jika Damar adalah sosok yang ditelepon Wulan semalam. Ia menghela napas panjang sambil bergeming di posisinya. Untung saja, tempatnya berada bukan merupakan lalu lalang pengunjung sehingga tidak akan ada yang curiga dengan ulahnya.“Pak, sudah saya transfer untuk pembayarannya, ya. Bisa minta tolong dikirim segera barangnya.” Suara Damar kembali terdengar dan itu membuat Fakhri berdecak.“Akh … ternyata dia sedang transaksi bisnis. Lagian kenapa juga aku menyangkut pautkannya dengan Wulan. Bukankah mereka tidak berteman akrab,” batin Fakhri.Tanpa menunggu lebih lama, Fakhri gegas berjalan menuju parkiran. Tak disangka ia malah melihat Aina sedang menunggu di sana. Ternyata mobil Damar terparkir tepat bersebelahan dengannya.“Kamu belum pulang?” sapa Fakhri. Ain

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status