“Jadi kamu sedang meragukan Aina, Damar?” tebak Fakhri.
Damar tidak menjawab hanya diam. Namun, tatapan mata dan gestur tubuhnya sudah memperlihatkan kegelisahan. Fakhri tahu jika Damar meragukan Aina. Bahkan saat di rumah sakit kemarin, Damar berulang kali menatap Aina hanya untuk memastikan kalau mantan istri Fakhri itu tidak akan berpaling darinya.
“Kamu takut aku merebut Aina?” imbuh Fakhri.
Damar tampak terkejut. Matanya beradu dengan netra coklat Fakhri. Pria manis itu mengatupkan rapat bibirnya. Namun, rahangnya terlihat menegang dan entah mengapa Damar tampak gelisah.
Sebuah senyuman seketika terukir di wajah tampan Fakhri. Tentu saja reaksi Fakhri membuat Damar kelimpungan sendiri. Ia takut Fakhri marah dan menyalahartikan pembicaraan mereka kali ini.
“Aku memang masih mencintainya.” Ucapan Fakhri memecah keheningan mereka.
Damar mendongak dan membuat mata mereka beradu lagi. Untuk beberapa saat k
“Mas Fakhri,” seru Wulan.Bukannya takut atau panik melihat kehadiran Fakhri. Wulan malah tersenyum lebar. Ia langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri Fakhri. Fakhri terdiam melihatnya.“Kok kamu tahu kalau aku di sini? Kamu kangen, ya?” Wulan malah bersuara merayu.Fakhri berdecak mengibaskan tangannya ke udara saat Wulan hendak menyentuh wajahnya. Wulan cemberut melihat reaksi Fakhri, tapi seperti saat awal tadi Wulan terlihat tenang.“Ngapain kamu ke sini? Sama siapa?” Fakhri kembali mencerca dengan pertanyaan.Robby yang berdiri di samping Fakhri hanya diam melihat interaksi mereka berdua.“Astaga, iya. Aku lupa belum mengenalkannya.”Wulan malah berkata seperti itu kemudian membalikkan badan dan kembali ke tempat duduknya. Tak lama dia kembali lagi sambil menggandeng tangan seorang pria.“Apa kamu masih ingat, Mas. Ini Theo, sepupuku. Dia baru beberapa minggu ini
“KATAKAN PADAKU SIAPA AYAHNYA? Siapa ayah Zafran, Aina!!” seru Fakhri penuh amarah.Aina hanya diam, menundukkan kepala dan tak bersuara sedikit pun. Dia benar-benar shock saat suaminya bertanya seperti itu. Semua berawal saat Zafran, putra pertama mereka masuk rumah sakit akibat penyakit demam berdarah.Trombosit Zafran turun drastis dan membutuhkan transfusi darah secepatnya. Tadi siang, pihak rumah sakit menghubungi mereka mengatakan jika stock darah golongan B habis dan meminta Fakhri serta Aina segera mendapatkannya di luar sana. Fakhri terkejut mendengar hal itu dan setibanya di rumah, Fakhri malah mencercah pertanyaan seperti ini.“Kenapa diam saja, Aina?? Kamu tidak mau menjawab pertanyaanku?”Aina masih membisu, ia bingung harus menjawab apa. Fakhri pasti terkejut saat tahu golongan darah putra mereka adalah B, sementara kedua orang tuanya bergolongan darah A. Harusnya Zafran memiliki golongan darah A juga atau O. Ini malah berbeda. Tentu saja menimbulkan tanya seperti itu pa
“ENGGAK, MAS!!! Aku gak mau!!” seru Aina.Fakhri tidak menggubris seruan Aina. Ia malah langsung mengibaskan kaki agar Aina melepas pelukannya. Tanpa berkata apa pun, Fakhri berjalan keluar kamar. Aina gegas bangkit mengejar Fakhri. Ia tidak mau pernikahannya berakhir seperti ini. Ini kesalahannya dan Aina akan menjelaskan semuanya malam ini.“MAS!! TUNGGU!!” Aina menarik lengan Fakhri.Namun, Fakhri malah menepis tangan Aina bahkan mengibaskannya hingga Aina terpental.“Cukup, Aina!!! Aku tidak mau dengar lagi. Kamu sudah dengar ucapanku, kan?”Aina menggeleng, wajahnya semakin berantakan. Riasannya pudar dengan rambut hitam kelamnya yang acak-acakan. Aina tidak menyerah, dia mengekor langkah Fakhri.“Aku gak mau, Mas. Aku gak mau cerai. Kamu dengar dulu penjelasanku. Aku ---”Fakhri mengangkat tangannya ke udara dan menatap Aina dengan tajam. Sontak kalimat Aina terjeda, bibirnya bergetar hebat. Air matanya semakin luber. Namun, pria tampan di depan Aina ini hanya membisu. Wajahnya
“Hamil? Istri saya hamil?” ucap Fakhri mengulang keterangan dokter tadi.“Iya, benar, Tuan. Sepertinya sudah jalan tiga minggu,” kata sang Dokter menambahkan.Fakhri hanya diam dan tercenung untuk beberapa saat. Ia melirik ke arah Aina yang sedang terbaring di atas brankar. Wanita cantik itu tampak masih memejamkan mata dengan infus yang tertancap di tangannya.Pukul delapan pagi saat Aina membuka mata. Ia melihat Fakhri sedang duduk di samping brankar. Kepalanya menunduk dengan tumpuan tangan yang bersandar di tepi brankar tempat Aina terbaring. Aina tersenyum saat tahu suaminya mau menjaga sepanjang malam ini. Ia pikir Fakhri akan meninggalkannya, tapi ternyata tidak.Hati-hati, Aina mengulurkan tangan dan membelai lembut rambut suaminya. Banyak kerinduan yang sedang Aina tumpahkan. Gara-gara kebodohannya, ada jurang lebar yang terbentang di antara dia dan suaminya. Rambut Fakhri yang sedikit gondrong terasa lembut di tangan Aina.Dulu Fakhri paling suka jika dibelai seperti itu, sa
“APA??!!” tanya Aina.Alih-alih menuruti keinginan Fakhri, Aina malah mengajukan pertanyaan. Aina tahu ini hari pernikahan kedua Fakhri dengan Wulan. Kenapa malah Fakhri datang kepadanya? Lebih parah lagi malah meminta jatah padanya.“Kamu tuli atau gimana, sih? Buruan buka bajumu!!” ulang Fakhri.Aina masih bergeming di tempatnya. Ia ingat jika suaminya masih marah padanya. Jangankan untuk melakukan hubungan suami istri, memandangnya saja tidak mau. Mengapa kini malah ingin meminta jatah?“Duh, lelet banget, sih.”“Tapi, Mas ---"Fakhri tidak menggubris ucapan Aina malah langsung mencium bibir Aina dengan kasar. Aina berulang menolak, menepis wajahnya, tapi Fakhri terus memaksanya membuat Aina tak berdaya. Sejujurnya Aina memang merindukan sentuhan Fakhri, tapi tidak seperti ini juga.Setelah beberapa saat, Fakhri menjeda kecupannya. Matanya menatap aneh ke arah Aina. Aina bahkan bingung mengartikan tatapan suaminya. Kemudian Fakhri bangkit dan melucuti semua bajunya. Ia tersenyum me
BRUK!!Fakhri langsung melepaskan cengkramannya sembari mendorong tubuh Aina hingga ia terjatuh ke lantai. Fakhri melihat Aina dengan sudut matanya, lalu tanpa berkata apa-apa sudah berlalu pergi meninggalkan Aina.Aina terdiam, menahan sakit di dada sambil mengelus pipinya yang memerah. Buliran bening berjatuhan tak tertahan. Ini salahnya. Wajar jika suaminya bersikap seperti itu. Mana ada suami yang diam saja saat tahu istrinya punya anak dengan benih orang lain.Aina menarik napas sambil menyeka air mata. Ini kebodohannya dan mulai hari ini dia harus mulai menikmati semua imbas dari kesalahannya.“Bunda … .”Suara Zafran tiba-tiba menyeruak masuk ke kamar Aina. Aina mendongak dan melihat putranya tampak menatap Aina dengan sendu. Untung dia sudah menghapus air matanya tadi.“Iya, Sayang. Ada apa? Ini masih malam, kenapa Zafran bangun?”Zafran terdiam sambil menatap Aina. Aina langsung bangkit menghampiri dan memeluknya. Aina menggiring Zafran duduk di sofa dalam kamarnya. Bocah ber
“Enggak!! Aku gak menguntitmu!!” sergah Aina.Aina berdecak sambil menatap Fakhri dengan kesal. Padahal tujuannya datang ke sini untuk menemui klien bukan menguntitnya.“Jadi kamu penasaran dengan istriku?” Fakhri kembali bersuara.Aina pura-pura tidak mendengar dan melanjutkan makannya. Dia tidak berminat untuk berkenalan dengan istri kedua suaminya. Sudah cukup dia dihina semalam dan Aina tidak akan membiarkan suaminya terus merundungnya.“Sayang … sini!!” Tiba-tiba Fakhri berseru dan kini sambil meminta Wulan mendekat. Wulan berdiri berjalan dengan gemulai ke arah Aina.Wanita cantik berkulit putih bersih bak porselen dengan rambut hitam sepinggang sedang berdiri menatap Aina dengan sinis.“Jadi ini istri yang sudah selingkuh di belakangmu sampai punya anak, Mas?” ucap Wulan. Fakhri tidak menjawab hanya melihat Aina dengan dingin.Aina membalas tatapan sinis Wulan kemudian berdiri.“Iya, benar sekali. Saya Aina dan Anda pasti Wulan. Wanita yang mau menjadi madu dalam pernikahan kam
“Aku yang ingin memakai jasamu untuk membuat program di perusahaan milikku,” jelas Damar.Aina sontak membisu dan buru-buru menundukkan kepala. Damar Anggarda yang tak lain nama sosok pria di depannya ini hanya tersenyum sambil menatap Aina. Memang pernah terjadi sesuatu di antara mereka beberapa tahun lalu. Sayangnya Damar tidak pernah tahu apa yang dia lakukan telah membuat rumah tangga Aina retak.“Bagaimana kabar Fakhri?” Tiba-tiba Damar mengalihkan topik pembicaraan.Aina tidak menjawab hanya menganggukkan kepala. Damar memang sepupu jauh Fakhri. Dia tahu jika Aina menikah dengan Fakhri.“Lalu Zafran bagaimana? Dia sudah sekolah, belum?” Kembali Damar bertanya dan terdengar sangat tertarik untuk menanyakan kabar Zafran.“Iya. Zafran sudah sekolah. Semuanya … baik, kok.” Aina memutuskan untuk menjawab pertanyaannya.“Syukurlah. Sudah lama banget aku tidak kembali ke sini sehing
“Mas Fakhri,” seru Wulan.Bukannya takut atau panik melihat kehadiran Fakhri. Wulan malah tersenyum lebar. Ia langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri Fakhri. Fakhri terdiam melihatnya.“Kok kamu tahu kalau aku di sini? Kamu kangen, ya?” Wulan malah bersuara merayu.Fakhri berdecak mengibaskan tangannya ke udara saat Wulan hendak menyentuh wajahnya. Wulan cemberut melihat reaksi Fakhri, tapi seperti saat awal tadi Wulan terlihat tenang.“Ngapain kamu ke sini? Sama siapa?” Fakhri kembali mencerca dengan pertanyaan.Robby yang berdiri di samping Fakhri hanya diam melihat interaksi mereka berdua.“Astaga, iya. Aku lupa belum mengenalkannya.”Wulan malah berkata seperti itu kemudian membalikkan badan dan kembali ke tempat duduknya. Tak lama dia kembali lagi sambil menggandeng tangan seorang pria.“Apa kamu masih ingat, Mas. Ini Theo, sepupuku. Dia baru beberapa minggu ini
“Jadi kamu sedang meragukan Aina, Damar?” tebak Fakhri.Damar tidak menjawab hanya diam. Namun, tatapan mata dan gestur tubuhnya sudah memperlihatkan kegelisahan. Fakhri tahu jika Damar meragukan Aina. Bahkan saat di rumah sakit kemarin, Damar berulang kali menatap Aina hanya untuk memastikan kalau mantan istri Fakhri itu tidak akan berpaling darinya.“Kamu takut aku merebut Aina?” imbuh Fakhri.Damar tampak terkejut. Matanya beradu dengan netra coklat Fakhri. Pria manis itu mengatupkan rapat bibirnya. Namun, rahangnya terlihat menegang dan entah mengapa Damar tampak gelisah.Sebuah senyuman seketika terukir di wajah tampan Fakhri. Tentu saja reaksi Fakhri membuat Damar kelimpungan sendiri. Ia takut Fakhri marah dan menyalahartikan pembicaraan mereka kali ini.“Aku memang masih mencintainya.” Ucapan Fakhri memecah keheningan mereka.Damar mendongak dan membuat mata mereka beradu lagi. Untuk beberapa saat k
“Yeay!! Asyik, akhirnya Zafran bisa ketemu Ayah,” seru Zafran kegirangan.Siang keesokan harinya, sesuai janji Damar. Ia menjemput Zafran pulang sekolah. Bahkan kini sudah mengarahkan mobilnya ke kantor Fakhri. Damar sengaja tidak memberi tahu perihal kedatangan Zafran kali ini. Biar saja ini jadi kejutan untuk Fakhri.“Ayo, kita turun!!” ajak Damar.Ia baru saja mematikan mesin mobilnya kemudian melihat Zafran. Mereka sudah tiba di kantor Fakhri. Zafran tersenyum lebar, kemudian tergesa turun dari mobil. Sepanjang perjalanan menuju ruangan Fakhri, Zafran berjalan sambil melompat-lompat kecil. Senyumnya terkembang indah dengan mata yang terus berbinar.Damar hanya mengulum senyum memperhatikannya. Mungkin dia belum bisa memberitahu ke Zafran tentang ayah biologis sesungguhnya dan kali ini Damar terpaksa mengalah demi Zafran.“Mbak, Fakhri ada?” tanya Damar.Ia sudah berdiri di depan meja kerja Susi. Susi tampak terkejut melihat kehadiran Damar, apalagi ada Zafran di sebelahnya.“Eng …
“Selingkuh?” ulang Fakhri.Bukannya menunjukkan raut wajah muram dan sedih. Fakhri malah tersenyum lebar bahkan wajahnya terlihat lebih ceria dari sebelumnya. Andai Robby bertatap muka dengannya pasti akan terkejut melihat reaksi Fakhri.“Fakhri, kamu baik-baik saja, kan?” Robby bertanya dengan khawatir.Seketika Fakhri tertawa dan terdengar keras di telinga Robby. Tentu saja Robby semakin bingung dibuatnya. Apa yang terjadi pada sahabatnya? Mengapa dia malah senang begitu mengetahui istrinya selingkuh? Itu kini yang tercetus di benak Robby.“Fakhri … kamu ---”Belum sempat Robby melanjutkan kalimatnya, Fakhri langsung menyahut lebih dulu.“Aku baik-baik saja, Rob. Aku malah senang mendengar hal ini. Asal kamu tahu, sebelumnya Wulan sudah pernah bilang kalau aku tidak memuaskannya. Mungkin itu sebabnya dia cari pria lain di luar sana.”Robby terdiam dan tampak terkejut mendengar j
“Semua baik-baik saja, Damar,” jawab Fakhri dengan mantap.Damar tersenyum, kemudian matanya melirik Aina. Aina membalas tatapannya. Dua insan itu saling tersenyum dan menyapa dalam pandangan. Tentu saja interaksi intim itu membuat hati Fakhri dongkol.Dengan gerak cepat, ia membalikkan badan dan bersiap kembali ke ruangan Bu Rahma. Harusnya Fakhri tidak menuruti permintaan ibunya. Mantan istrinya sudah tidak mencintainya. Aina sudah menutup hati untuknya dan keinginan rujuk dengannya hanya hayalan saja bagi Fakhri.“FAKHRI!!!” Tiba-tiba suara Damar bergema membuat langkah Fakhri berhenti. Ia menoleh dan melihat Damar bersama Aina berjalan mendekat.“Aku dengar Tante Rahma terkena serangan jantung. Apa beliau baik-baik saja?”Fakhri tidak bersuara hanya kepalanya yang mengangguk.“Boleh aku menjenguknya?” imbuh Damar.“Tentu. Ayo, ke kamarnya!”Fakhri berjalan mendahul
Aina sangat terkejut saat tiba-tiba mendengar suara Fakhri dan sosoknya berdiri di samping. Fakhri hanya diam, tapi mata coklatnya sudah mengunci pandangannya ke Aina. Aina membisu dan buru-buru menunduk. Ia tidak mau menjawab pertanyaan Fakhri.Helaan napas panjang terdengar keluar berdesakan dari bibir Bu Rahma. Wanita paruh baya itu bergantian melihat anak dan mantan menantunya ini.“Harusnya ini yang kalian lakukan beberapa bulan lalu. Saling terbuka satu sama lain dan menyelesaikan masalah dengan baik. Bukan mengatasnamakan emosi di atas segalanya,” ujar Bu Rahma.Baik Aina maupun Fakhri hanya diam, tak membantah ucapan Bu Rahma.“Kalau kalian ingin melanjutkan pembicaraan lebih baik di luar saja. Ibu ingin istirahat,” imbuh Bu Rahma.Aina mengangguk, kemudian bangkit dan berpamitan.“Saya permisi pulang saja, Bu. Saya hanya ingin menjelaskan ini ke Ibu.”Bu Rahma tersenyum menganggukkan kepala
“Mama bilang begitu?” sergah Damar.Pria berwajah manis itu semakin tercengang usai mendengar penuturan Bu Tika. Padahal selama ini, ia dan Aina berusaha menutupi identitas Zafran dari keluarga Fakhri. Kenapa juga mamanya dengan mudah mengatakan hal itu.“Iya, memangnya kenapa, sih?” Bu Tika malah balik bertanya dan mengungkapkannya tanpa rasa bersalah.Damar berdecak sambil menggelengkan kepala. Sementara Aina hanya diam sembari menundukkan kepala. Sebenarnya ia sangat terkejut sekaligus kesal dengan ulah Bu Tika. Namun, dia juga tidak berhak marah kali ini.Damar menghela napas panjang sambil menyandarkan punggungnya ke kursi.“Harusnya Mama tidak perlu mengatakan hal itu ke Tante Rahma,” gumam Damar.“Iya, Tika. Kenapa kamu gak sabaran sekali? Nanti takutnya akan menimbulkan rumor dan tentu saja tidak baik untuk pernikahan mereka ke depannya.” Kini Bu Maya ikut bersuara.Bu Tika tampa
“Nyonya sangat terkejut, tapi tidak bereaksi saat itu. Baru ketika Bu Tika pulang, beliau menelepon Aden dan langsung pingsan,” imbuh sang ART.Fakhri hanya terdiam membisu usai mendengar penjelasannya. Ia selama ini tidak tahu siapa ayah kandung Zafran. Bahkan saat tempo hari Fakhri bertanya ke Aina, ia tidak mau memberitahu. Fakhri sangat terkejut usai mendengar hal ini. Kenapa juga dugaannya benar? Jadi memang benar jika Aina sudah berselingkuh dengan Damar. Itu juga sebabnya Aina mau menerima pinangan Damar.“Den, saya bawa baju kotornya pulang, ya?” Ucapan sang Art membuyarkan lamunan Fakhri.Fakhri menoleh sambil menganggukkan kepala. Kemudian sang Art berpamitan untuk pulang, menyisakan Fakhri seorang diri di dalam ruangan tersebut.Ia masih terhenyak dengan semua informasi yang baru saja didapatnya. Seharusnya Fakhri merasa sakit atau kecewa. Namun, entah mengapa dia tidak merasakan hal itu. Semua terasa biasa saja bahkan l
“Siapa, Bu?” tanya Fakhri.Selama ini Fakhri memang sangat penasaran, tapi siapa pun orangnya rasanya tidak akan mengubah perasaannya pada Aina. Dia sudah memaafkan kesalahan Aina, sayangnya hal yang sama tidak berlaku pada Aina.Andai saja mereka berdua saling terbuka dan mendengar dengan baik, pasti tidak akan berlarut seperti ini masalahnya. Fakhri masih sabar menunggu, tapi bukannya jawaban yang terdengar malah suara keras seperti benda jatuh yang terdengar.“BU!!! IBU!!!” seru Fakhri panik.Robby juga ikut panik sekarang. Ia terus bertanya ke Fakhri, tapi pria tampan itu belum juga menjawab.“Den, Nyonya jatuh pingsan.” Sebuah suara yang beda terdengar di seberang sana dan Fakhri tahu itu suara asisten rumah tangganya.Tanpa banyak bicara, Fakhri langsung menyambar kunci mobilnya dan berjalan tergesa keluar ruangan. Robby ikut berlarian mengejar di belakang Fakhri. Robby sudah mengenal baik Bu Rahma,