Beranda / Rumah Tangga / Maafkan Aku Telah Mendua / Bab 149 Pertolongan Mantan

Share

Bab 149 Pertolongan Mantan

Penulis: Aira Tsuraya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-31 13:00:46

“Pulang? Yang bener saja, Aina,” sergah Fakhri.

Reaksi Fakhri langsung berubah drastis. Ia tidak setenang tadi dan tampak sedang menyimpan amarah. Aina hanya diam memperhatikannya.

“Aku sama sekali gak bohong. Aku butuh kamu untuk membereskan kendala di kantorku. Asal kamu tahu, sejak tadi aku berulang meneleponmu, tapi nomormu gak aktif. Itu sebabnya aku datang ke sini.”

Aina hanya diam mendengarkan penjelasan Fakhri. Aina lupa jika ponselnya mati bahkan sedang dicharger di kamar. Mungkin karena itu juga Fakhri tidak bisa menghubunginya.

Helaan napas berat keluar dari bibir Fakhri. Wajah pria tampan itu tampak kusut. Matanya tampak lelah dan Aina bisa melihatnya dengan jelas.

“Baiklah, kalau kamu gak mau membantuku. Aku akan cari orang lain saja.”

Fakhri gegas bangkit dan bersiap pergi. Aina masih bergeming di tempatnya dan sama sekali tak bereaksi dengan ulah serta ucapan Fakhri. Namun, tinggal beberapa

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Irsaliena Liena
Wah wulan ini mau bolot harta maunya, aku kok dua2 pria aku suka ke aina. Tapii lagi bagus mantan bisa rujuk, banyak kenangan. Terus sudah tau luar dalam. Lagian ibarat cinta yg tertunda. gmna pon alur cerita dari thor kami dukung aja endingnya.........
goodnovel comment avatar
Tiraya
hahhaaa 1 poin lagi klo kebukti ya... bisa buat nambah bukti buat perceraian....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 150 Aku Tahu Posisiku

    “Kamu yakin, Aina?” tanya Fakhri.Ia kini menatap tajam Aina dan berharap wanita cantik di depannya ini memberi jawaban yang memuaskan. Aina terdiam sesaat dan membuat matanya beradu dengan netra coklat Fakhri. Tanpa diminta ada yang tiba-tiba berdesir dengan hebat di sana. Aina buru-buru memalingkan wajah sambil mengangguk.“Iya. Aku yakin. Memangnya kamu punya teman di daerah sana?”Aina malah balik bertanya dan langsung dijawab dengan gelengan kepala Fakhri. Fakhri tidak mau mengambil kesimpulan dulu. Ia harus mencari bukti jika memang kejadian hari ini ada keterlibatan Wulan di dalamnya.“Ya sudah. Itu saja dulu. Aku mau pulang.”Belum sempat Fakhri menjawab, Aina sudah berdiri dan membalikkan badan berjalan meninggalkannya. Fakhri bergeming di tempatnya sambil menatap bayang Aina yang sudah menghilang di balik pintu. Rasanya Aina pasti akan menolak jika ia menawarkan diri mengantarnya pulang.Sepuluh

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 151 Mengapa Bukan Aku?

    “Eng … saya minta tolong Aina untuk membereskan program di kantor. Kebetulan terkena virus tadi,” jawab Fakhri.Bu Tika tampak tersenyum sambil menganggukkan kepala. Sementara Aina hanya diam dan lagi-lagi merasa serba salah. Kenapa juga seharian ini alam seakan tidak berpihak padanya? Mulai dari mobil yang tidak bisa menyala, taxi online yang menolaknya dan kini harus bertemu Bu Tika saat dia satu mobil dengan Fakhri.“Ya sudah kalau begitu kamu mampir dulu saja. Kita makan malam bareng, ya!! Damar juga sudah menunggu,” ujar Bu Tika.“Maaf, Tante. Saya harus pulang cepat. Takutnya Wulan sudah nunggu.” Kali ini Fakhri terpaksa berkata bohong. Tentu saja ucapannya membuat Aina bereaksi. Tanpa sadar wanita cantik di sebelah Fakhri sedang meliriknya dengan tajam.“Alah … cuman bentar, Fakhri. Nanti biar Tante yang menelepon Wulan.”Mata Fakhri sontak membola saat mendengar ucapan Bu Tika. B

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 152 Mantan Suami Aina

    “Bagaimana kabar ibumu, Fakhri? Tante dengar baru saja terkena serangan jantung,” ujar Bu Tika.Wanita paruh baya itu sudah mengalihkan topik pembicaraan dan membuat Fakhri yang sedari tadi terdiam terpaksa membuka suara.“Eng … sudah lebih baik, Tante.”Bu Tika tersenyum sambil menganggukkan kepala. “Syukurlah, Tante senang mendengarnya. Sampaikan salam Tante, ya!! Maaf, tempo hari Tante belum sempat menjenguk.”Sebuah senyuman tersungging di raut tampan Fakhri. Kemudian ia menunduk lagi pura-pura menikmati makan malamnya.“Oh ya, Mama lupa, Damar. Tadi Mama baru saja ke toko perhiasan. Mama rasa ada cincin yang cantik untuk Aina.”Lagi-lagi wanita paruh baya di depan Fakhri ini sibuk membicarakan pernikahan Aina dan Damar. Aina hanya diam. Dia belum memutuskan mengiyakan tanggal yang ditentukan keluarga Damar, tapi mengapa juga mereka tak henti membahas pernikahan.Damar memperh

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 153 Saatnya Berdamai

    “Eng … iya, Om. Saya mau pamitan,” ucap Fakhri.Pak Aldi tersenyum sambil menganggukkan kepala. Sementara Damar gegas bangkit dan berjalan menghampiri Fakhri. Hal yang sama juga dilakukan Aina. Kali ini Aina sudah mengekor Damar.“Aku pamit pulang, Damar. Terima kasih makan malamnya.” Fakhri kembali bersuara saat Damar sudah berdiri di depannya.Damar tersenyum sambil menjabat tangan Fakhri. Kemudian Fakhri melirik Aina yang berdiri di belakang Damar. Mantan istrinya itu tampak menunduk dan tak mau melihat ke arahnya. Jakun Fakhri naik turun menelan saliva sambil memperhatikan Aina. Padahal Fakhri berharap wanita cantik itu melihat ke arahnya. Sekedar untuk menghilangkan keresahan di hatinya.“Aina … aku pulang, ya!!”Akhirnya dengan canggung Fakhri memberanikan diri bersuara. Aina mendongak, tersenyum sekilas sambil menganggukkan kepala. Sesudahnya Fakhri sudah berlalu pergi meninggalkan rumah Dama

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 154 Sebatas Status

    “Wulan?? Kamu … ngantor?” ucap Fakhri terbata.Ia sangat terkejut saat melihat Wulan sedang berdiri di depannya. Padahal Fakhri pikir istrinya tidak masuk kantor lagi hari ini. Namun, dugaannya ternyata salah.Tentu saja Wulan terkejut melihat reaksi Fakhri, apalagi suaminya berbicara dengan terbata tadi.“Iya, memangnya aku sudah gak boleh ngantor di sini?”Tidak salah jika Wulan mengajukan pertanyaan ini, pasalnya Fakhri seperti melihat hantu saja saat bertemu dengan Wulan hari ini.“Gak. Aku pikir kamu masih ada janji dengan klien di luar.”Fakhri berusaha bersikap biasa agar Wulan tidak curiga padanya. Wulan tersenyum kemudian menganggukkan kepala. Tak lama ia sudah bersiap hendak masuk ke dalam lift bahkan jemari Wulan sudah menekan lantai tempat divisi IT berada.Sontak Fakhri tercengang kaget. Bukankah di lantai tersebut ada Aina. Bagaimana jika Wulan bertemu Aina? Fakhri tidak takut j

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 155 Sindikat Wulan

    “APA!!??” seru Wulan. Mata wanita cantik itu membola usai mendengar ucapan Fakhri. Namun, Fakhri tidak mempedulikannya. Ia sudah membalikkan badan dan berlalu pergi meninggalkan kamar tanpa sepatah kata lagi. “Sialan!! Berengsek!! Jadi kamu masih belum memaafkanku, Mas,” gerutu Wulan. Sesaat tadi, dia sangat bahagia dengan perubahan sikap Fakhri. Namun, ternyata Wulan terlalu cepat menafsirkan sikap Fakhri. Padahal yang Fakhri lakukan seharian ini agar Wulan tidak bertemu Aina dan mengganggu pekerjaan Aina. Fakhri sudah berada di kamar tidur tamu. Ia langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur sambil melamun menatap langit-langit di kamarnya. Benaknya kembali sibuk dengan beberapa rencana di sana. “Mungkin sebaiknya aku pasang CCTV di kamar Wulan agar tahu apa saja yang ia lakukan selama ini,” gumam Fakhri. Sebuah senyuman terkembang di wajah Fakhri. Sebuah rancangan skenario untuk pemasangan CCTV di kamar Wulan sudah terputar di benaknya dan Fakhri yakin tidak akan gagal. Baru saj

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 156 Rencana Fakhri

    “Mati aku!!” gumam Fakhri pelanSpontan Fakhri menghentikan langkahnya dan duduk jongkok bersembunyi di balik rimbunnya tanaman. Untung saja penerangan di tempatnya berada cukup temaram jadi bisa menyembunyikan bayangannya di sana.Wulan tampak melongokkan kepala, melihat ke arah taman. Matanya mengerjap beberapa kali seraya beredar memastikan tidak ada orang di bawah. Setelah beberapa saat akhirnya Wulan membalikkan tubuh dan berjalan masuk ke dalam kamar.“Gawat. Aku harus cepat balik kamar. Jangan-jangan dia akan memeriksa di sana.”Fakhri sontak bangkit dan berjalan setengah berlari menuju kamar tamu tempatnya terlelap malam ini. Ia tidak mau Wulan menggagalkan rencananya. Kali ini dia harus berhasil menghentikan kegilaan istrinya dan lepas dari jeratannya.Napas Fakhri tersenggal usai masuk ke dalam kamar. Ia berdiri diam di balik pintu sambil mengurut dadanya.“Sial!! Hampir saja.”Belum seles

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 157 It's My Turn

    “Damar!! Sejak kapan kamu di sini?” tanya Fakhri.Sosok yang ternyata Damar itu tersenyum kemudian langsung duduk di depan Fakhri bersebelahan dengan Robby.“Baru beberapa menit. Kebetulan aku ada janji dengan seseorang di sini,” jawab Damar.Fakhri dan Robby hanya menganggukkan kepala, kemudian tampak menawari Damar untuk memesan makanan atau minuman.“Siapa yang mau bercerai? Apa kamu, Fakhri?” Ternyata Damar masih penasaran dengan pertanyaan yang belum dijawab Fakhri tadi.Fakhri tersenyum sembari menggelengkan kepala.“Bukan. Kami membahas salah satu teman kami dan kebetulan Robby yang membantu proses perceraiannya. Benar kan, Rob?”Fakhri berkata seraya melihat Robby dengan tatapan penuh isyarat. Seakan tahu bahasa tubuh Fakhri, Robby langsung mengangguk dan tersenyum.“Hmm … syukurlah. Aku pikir kamu yang akan bercerai, Fakhri.”Fakhri tersenyum ham

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03

Bab terbaru

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bonus Bab

    “Saudari Wulan Ariani terbukti bersalah telah melakukan penggelapan uang perusahaan … .” Hari ini adalah hari pembacaan keputusan sidang untuk Wulan. Semua bukti yang terkumpul untuk kejahatan yang dilakukan Wulan sama sekali tidak disangkal dan Wulan mengakuinya. Bahkan dia juga mengaku telah menukar bayi Fakhri dan Aina serta menjebak Aina dengan memberi minuman obat perangsang. Fakhri yang ikut hadir di sana hanya diam mendengarkan. Sesekali ia melirik Wulan yang duduk di kursi pesakitan. Wulan sudah jauh berbeda. Wajahnya tidak secantik dulu, rambut indahnya juga tampak ditata dengan asal apalagi kini tubuhnya semakin kurus tidak seksi seperti dulu. Kalau boleh jujur, Fakhri kasihan melihatnya. Aina yang duduk di samping Fakhri hanya diam. Ia sadar siapa yang sedang diperhatikan suaminya saat ini. Aina tidak berkomentar dan terus memperhatikan Fakhri. “Kamu mau menemuinya?” Tiba-tiba Aina bertanya usai pembacaan keputusan berakhir. Fakhri menghela napas dan melihat Aina.

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Extra Bab

    “Udah, Mas. Mau sampai berapa kali kamu melakukannya?” dumel Aina.Ia berkata sambil menyingkirkan wajah Fakhri yang menempel di dadanya. Fakhri terkekeh sambil terus mendaratkan beberapa kecupan di sana. Ia sama sekali tidak mau melepas pelukannya ke Aina.“Memangnya kamu lupa, kalau Ibu bersama Zafran dan Ryan minta oleh-oleh adik. Makanya aku berusaha mewujudkannya.”Aina berdecak, sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga. Fakhri sudah mengangkat kepalanya dan kini duduk bersandar di samping Aina.“Iya, aku tahu. Namun, ini sudah sore, Mas. Kita bahkan melewatkan makan pagi dan makan siang. Aku laper.”Fakhri mengulum senyum saat melihat ekspresi Aina. Kalau mau jujur dia juga sudah merasa lapar. Namun, rasanya Fakhri tidak mau kehilangan satu momen pun dengan Aina.“Ya sudah, aku pesan makanan dulu.”Fakhri membalikkan tubuhnya dan bersiap meraih telepon yang ada di nakas. Namun

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 325 Happy End

    BRAK!!!Pintu kamar tertutup dan Fakhri hanya diam melongo berdiri di depannya. Matanya mengerjap berulang saat menyadari jika dirinya sudah berada di luar kamar.“Fakhri!! Kamu ngapain di sini?” seru Bu Rahma.Wanita paruh baya itu terkejut saat melihat putranya berdiri di depan pintu kamar dengan ekspresi wajah bingung. Fakhri menoleh sambil menghela napas panjang.“Istriku baru saja disabotase Zafran dan Ryan, Bu.”Sontak Bu Rahma terkekeh mendengar aduannya.“Sudah, biarin saja. Toh, kamu tadi siang sudah melakukannya. Lagian besok kalian sudah berangkat untuk honeymoon. Jadi biarkan anak-anak bersama bundanya malam ini.”Fakhri menghela napas panjang sambil menganggukkan kepala. Untung saja, tadi siang dia sudah melakukan pemanasan tiga ronde dengan Aina, kalau tidak pasti sangat kesal malam ini.“Apa mau ditemani Ibu tidur, Fakhri?” Tiba-tiba Bu Rahma bersuara dengan menggod

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 324 Rebutan Bunda

    “Fakhri!! Kamu ke mana aja? Dari tadi Ibu telepon gak diangkat!” Suara Bu Rahma langsung terdengar di telinga Fakhri.Fakhri menguap lebar sambil mengucek matanya. Usai ijab kabul di KUA, harusnya Fakhri bersama Aina merayakan resepsi dan tasyakuran di rumah Bu Rahma. Namun, Fakhri malah sengaja mengajak Aina pulang ke rumah baru mereka dan menikmati malam pernikahan lebih awal.“Aku ngantuk, Bu,” jawab Fakhri sambil menguap.“Ngantuk? Memangnya kamu di mana? Kenapa juga Pak Udin gak balik ke rumah?”Pak Udin adalah sopir Fakhri yang baru dan kebetulan tadi Fakhri menyuruhnya untuk istirahat. Sepertinya Pak Udin menurut perintahnya.“Banyak tamu mencari kamu dan Aina. Mereka pengen ketemu, Fakhri.”Fakhri menghela napas panjang. Dari awal, Fakhri dan Aina memang tidak mau melakukan perayaan. Toh, ini bukan pernikahan pertama mereka. Hanya Bu Rahma saja yang telah mengundang para tamu hingga mer

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 323 Hari Bahagia

    Rabu pagi, satu minggu kemudian tampak kesibukan di rumah Bu Rahma. Wanita paruh baya itu tampak berjalan mondar mandir dari ruang tamu ke kamar Fakhri. Wajahnya terlihat gelisah saat melihat pintu kamar Fakhri masih tertutup rapat.“Ryan, Zafran, coba periksa ayahmu!! Kenapa dari tadi belum keluar? Nenek takut kita datang terlambat ke KUA,” ujar Bu Rahma.Hari ini memang hari pernikahan Fakhri. Sesuai permintaan Aina, mereka akan melakukan jiab kabul di kantor KUA. Setelahnya akan mengadakan tasyakuran dan resepsi sederhana di rumah Bu Rahma.Sebenarnya Bu Rahma ingin merayakan pernikahan kedua putranya ini dengan meriah, tapi Aina dan Fakhri menolaknya. Mereka tidak mau lelah, bahkan sehari setelahnya akan melakukan perjalanan keluar negeri untuk honeymoon.“Iya, Nek!!” Ryan dan Zafran menjawab berbarengan.Mereka berjalan beriringan menuju kamar Fakhri. Baru saja Ryan hendak mengentuk pintu kamar Fakhri, tiba-tiba handel

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 322 Penebusan Wulan

    “TUNGGU!!! STOP!!! Jangan bilang kamu mau mencabut gugatanmu ke Wulan!!” sahut Robby.Rini yang mendengar ucapan Robby tampak terkejut. Hal yang sama juga ditunjukkan Fakhri, sayangnya Robby tidak bisa melihat reaksinya kali ini.“HEH??? Mencabut gugatan ke Wulan? Siapa juga yang mau mencabut gugatan?” ucap Fakhri.Sontak helaan napas panjang keluar dengan kasar dari bibir Robby, bahkan pria bermata sipit itu sudah mengurut dadanya.“Lalu kamu mau minta tolong apa tadi?”Fakhri mendengkus sambil melirik interaksi Aina bersama Zafran dan Ryan di ruangannya.“Aku mau minta tolong kamu percepat pernikahanku.”Kini berganti Robby yang terkejut, mata sipitnya melebar usai mendengar permintaan Fakhri.“Bukannya tinggal dua minggu lagi. Kenapa mau dipercepat lagi?”Fakhri tersenyum sambil menyembunyikan wajahnya. Ia berdiri dan menjauh dari Aina serta kedua putranya. F

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 321 Keyakinan Rini

    “Sayang … kok kamu ngomong gitu?” tanya Fakhri.Aina tidak menjawab, malah kini yang berganti menundukkan kepala. Dia paham hanya wanita kedua yang datang ke hati Fakhri. Meski pada akhirnya Fakhri lebih memilihnya, tapi setidaknya ada kenangan indah antara Fakhri dan Wulan.“Aku sama sekali gak bermaksud akan membahas ke arah sana. Aku sudah tidak mencintainya. Aku hanya sekedar memberitahumu mengenai keadaan Wulan.” Fakhri menambahkan kalimatnya dan terkesan sedang membuat pembelaan.Aina menghela napas panjang sambil mengangkat kepalanya. Matanya bertemu dengan netra coklat Fakhri dan terdiam untuk beberapa saat.“Aku juga sama sekali gak masalah jika kamu mengenang momen dengannya. Dia cinta pertamamu, bagaimanapun ada kenangan indah antara kamu dan dia. Bisa jadi itu yang membuatmu melankolis seperti ini.”Suara Aina terdengar datar, tidak tertangkap dia sedang sedih apalagi cemburu. Hanya saja Fakhri

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 320 Penyesalan Wulan

    “Sialan!! Bangsat!! Jadi kamu yang menyebabkan kecelakaanku?” sergah Wulan.Damar tersenyum sambil berdiri menjauh dari sisi brankar. Wajah Wulan sudah merah padam dengan bunyi gigi yang saling beradu belum lagi tangannya yang sudah mengepal seakan hendak melayangkan sebuah pukulan ke Damar.“Kalau iya, kenapa? Kamu ingin membalasku, Wulan?”Tidak ada jawaban dari Wulan. Ia duduk bersandar ke bantal dengan dada kembang kempis mengolah amarah dan wajah yang semakin merah.“Bukankah kamu juga yang telah menabrakku tempo hari hingga membuatku tak berdaya.”Wulan membisu dan buru-buru memalingkan wajah.“Aku rasa kita sudah impas, Wulan. Aku akan mencabut gugatanku dan melupakan semua. Sayangnya, kamu tidak bisa melakukan hal yang sama seperti aku.”Wulan belum menjawab, tapi wajahnya sudah meredup bahkan tatapan matanya tampak sayu. Dengan sendu Wulan menatap kaki kanannya yang kini dibabat

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 319 Kunjungan Sahabat

    “APA!!! Mama mau bunuh diri?” seru Devi.Amar yang duduk di sebelah Devi tampak terkejut. Tanpa banyak bertanya, ia langsung menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Fakhri lebih dulu. Fakhri yang berada di dalam mobil mengabaikannya. Bisa jadi Amar dan Devi punya kepentingan lain yang harus dilakukan.Selang beberapa saat Devi dan Amar sudah tiba di rumah sakit tempat Bu Vita dirawat. Wanita paruh baya itu tampak tergolek lemah di atas brankar dengan kedua pergelangan tangannya di babat perban.Devi baru saja dijelaskan oleh perawat yang bertugas jika Bu Vita berusaha mengakhiri hidupnya dengan menyayat pergelangan tangan menggunakan pecahan cermin di kamarnya. Bu Vita shock saat tahu kenyataan tentang Wulan.“Memangnya siapa yang memberitahu keadaan Kak Wulan ke Mama? Bukannya hanya kita yang diberitahu dokter,” gumam Devi.Ia seolah sedang berbicara pada dirinya sendiri. Amar yang berdiri di sebelahnya hanya diam sambil menatap Bu Vita dengan iba.“Sebenarnya beberapa saat yang lalu,

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status