Home / Rumah Tangga / Maafkan Aku Telah Mendua / Bab 154 Sebatas Status

Share

Bab 154 Sebatas Status

Author: Aira Tsuraya
last update Last Updated: 2025-02-02 12:00:11

“Wulan?? Kamu … ngantor?” ucap Fakhri terbata.

Ia sangat terkejut saat melihat Wulan sedang berdiri di depannya. Padahal Fakhri pikir istrinya tidak masuk kantor lagi hari ini. Namun, dugaannya ternyata salah.

Tentu saja Wulan terkejut melihat reaksi Fakhri, apalagi suaminya berbicara dengan terbata tadi.

“Iya, memangnya aku sudah gak boleh ngantor di sini?”

Tidak salah jika Wulan mengajukan pertanyaan ini, pasalnya Fakhri seperti melihat hantu saja saat bertemu dengan Wulan hari ini.

“Gak. Aku pikir kamu masih ada janji dengan klien di luar.”

Fakhri berusaha bersikap biasa agar Wulan tidak curiga padanya. Wulan tersenyum kemudian menganggukkan kepala. Tak lama ia sudah bersiap hendak masuk ke dalam lift bahkan jemari Wulan sudah menekan lantai tempat divisi IT berada.

Sontak Fakhri tercengang kaget. Bukankah di lantai tersebut ada Aina. Bagaimana jika Wulan bertemu Aina? Fakhri tidak takut j

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Marshanty Salim
bagus rasa kau wulan
goodnovel comment avatar
Dessy Maya Shanty
ditunggu lanjutan'y thuorrr...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 155 Sindikat Wulan

    “APA!!??” seru Wulan. Mata wanita cantik itu membola usai mendengar ucapan Fakhri. Namun, Fakhri tidak mempedulikannya. Ia sudah membalikkan badan dan berlalu pergi meninggalkan kamar tanpa sepatah kata lagi. “Sialan!! Berengsek!! Jadi kamu masih belum memaafkanku, Mas,” gerutu Wulan. Sesaat tadi, dia sangat bahagia dengan perubahan sikap Fakhri. Namun, ternyata Wulan terlalu cepat menafsirkan sikap Fakhri. Padahal yang Fakhri lakukan seharian ini agar Wulan tidak bertemu Aina dan mengganggu pekerjaan Aina. Fakhri sudah berada di kamar tidur tamu. Ia langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur sambil melamun menatap langit-langit di kamarnya. Benaknya kembali sibuk dengan beberapa rencana di sana. “Mungkin sebaiknya aku pasang CCTV di kamar Wulan agar tahu apa saja yang ia lakukan selama ini,” gumam Fakhri. Sebuah senyuman terkembang di wajah Fakhri. Sebuah rancangan skenario untuk pemasangan CCTV di kamar Wulan sudah terputar di benaknya dan Fakhri yakin tidak akan gagal. Baru saj

    Last Updated : 2025-02-02
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 156 Rencana Fakhri

    “Mati aku!!” gumam Fakhri pelanSpontan Fakhri menghentikan langkahnya dan duduk jongkok bersembunyi di balik rimbunnya tanaman. Untung saja penerangan di tempatnya berada cukup temaram jadi bisa menyembunyikan bayangannya di sana.Wulan tampak melongokkan kepala, melihat ke arah taman. Matanya mengerjap beberapa kali seraya beredar memastikan tidak ada orang di bawah. Setelah beberapa saat akhirnya Wulan membalikkan tubuh dan berjalan masuk ke dalam kamar.“Gawat. Aku harus cepat balik kamar. Jangan-jangan dia akan memeriksa di sana.”Fakhri sontak bangkit dan berjalan setengah berlari menuju kamar tamu tempatnya terlelap malam ini. Ia tidak mau Wulan menggagalkan rencananya. Kali ini dia harus berhasil menghentikan kegilaan istrinya dan lepas dari jeratannya.Napas Fakhri tersenggal usai masuk ke dalam kamar. Ia berdiri diam di balik pintu sambil mengurut dadanya.“Sial!! Hampir saja.”Belum seles

    Last Updated : 2025-02-03
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 157 It's My Turn

    “Damar!! Sejak kapan kamu di sini?” tanya Fakhri.Sosok yang ternyata Damar itu tersenyum kemudian langsung duduk di depan Fakhri bersebelahan dengan Robby.“Baru beberapa menit. Kebetulan aku ada janji dengan seseorang di sini,” jawab Damar.Fakhri dan Robby hanya menganggukkan kepala, kemudian tampak menawari Damar untuk memesan makanan atau minuman.“Siapa yang mau bercerai? Apa kamu, Fakhri?” Ternyata Damar masih penasaran dengan pertanyaan yang belum dijawab Fakhri tadi.Fakhri tersenyum sembari menggelengkan kepala.“Bukan. Kami membahas salah satu teman kami dan kebetulan Robby yang membantu proses perceraiannya. Benar kan, Rob?”Fakhri berkata seraya melihat Robby dengan tatapan penuh isyarat. Seakan tahu bahasa tubuh Fakhri, Robby langsung mengangguk dan tersenyum.“Hmm … syukurlah. Aku pikir kamu yang akan bercerai, Fakhri.”Fakhri tersenyum ham

    Last Updated : 2025-02-03
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 158 Saran Fakhri

    “Apa maksudmu, Fakhri?” sergah Damar.Fakhri tidak menjawab hanya mengendikkan bahu sambil sibuk menyesap kopinya. Gara-gara jengkel dengan ucapan dan sikap Damar hari ini, tanpa sadar Fakhri berkata seperti itu.“Itu sama artinya kamu sedang menuduh Aina berselingkuh dengan pria selain aku, Fakhri.” Damar menambahkan kalimatnya.Fakhri meletakkan cangkir kopinya kemudian menyeka bibirnya dan menatap Damar.“Rasanya itu tidak masalah bagiku dan bagi Aina. Toh, kami sudah tidak ada ikatan apa-apa. Namun, akan menjadi masalah buatmu jika suatu hari terbukti kalau Zafran bukan anakmu.”Mata Damar membola menatap Fakhri penuh tanya. Fakhri tersenyum kemudian berganti menepuk bahu Damar seakan sedang mencoba menenangkannya.“Saranku lakukan test DNA untuk membuktikan jika Zafran benar putramu!!” tambah Fakhri.Damar kembali terperangah kaget mendengar ucapan Fakhri.“Aku tidak ak

    Last Updated : 2025-02-03
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 159 Interogasi Fakhri

    “Transfer? Damar mau transfer siapa? Apa Wulan?” gumam Fakhri.Gara-gara usai mendengar percakapan Wulan semalam membuat Fakhri curiga jika Damar adalah sosok yang ditelepon Wulan semalam. Ia menghela napas panjang sambil bergeming di posisinya. Untung saja, tempatnya berada bukan merupakan lalu lalang pengunjung sehingga tidak akan ada yang curiga dengan ulahnya.“Pak, sudah saya transfer untuk pembayarannya, ya. Bisa minta tolong dikirim segera barangnya.” Suara Damar kembali terdengar dan itu membuat Fakhri berdecak.“Akh … ternyata dia sedang transaksi bisnis. Lagian kenapa juga aku menyangkut pautkannya dengan Wulan. Bukankah mereka tidak berteman akrab,” batin Fakhri.Tanpa menunggu lebih lama, Fakhri gegas berjalan menuju parkiran. Tak disangka ia malah melihat Aina sedang menunggu di sana. Ternyata mobil Damar terparkir tepat bersebelahan dengannya.“Kamu belum pulang?” sapa Fakhri. Ain

    Last Updated : 2025-02-04
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 160 Mencoba Mencari Celah

    “Tante Tika sudah menghubungiku tempo hari dan ternyata kalian langsung ke sini,” ucap Wulan.Terdengar tawa renyah wanita cantik itu bergema di ruang tamu. Damar tersenyum menanggapinya sementara Aina hanya diam. Sepertinya hanya Aina yang tidak suka suasana di ruangan ini.Hari ini Damar memang sengaja mengajak Aina bertemu untuk melihat beberapa keperluan menikah mereka. Memang pada akhirnya Damar menyetujui keinginan Aina menunda pernikahannya hingga setahun ke depan. Namun, sebagai balasannya Aina terpaksa menuruti keinginan keluarga Damar, termasuk harus bertemu Wulan hari ini.“Iya, Mama sudah melihat gaun pernikahanmu dengan Fakhri dan sepertinya beliau juga ingin Aina memakainya,” kata Damar.Wulan tersenyum sambil melirik sinis ke arah Aina. Aina terdiam dan pura-pura tidak memperhatikannya. Kalau tahu harus bertemu Wulan hari ini, tentunya Aina tidak akan memenuhi permintaan Damar.“Ya tentu saja. Gaunku dibuat oleh desainer ternama di n

    Last Updated : 2025-02-04
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 161 Perlahan Terkuak

    “Eng … bukan siapa-siapa, hanya salah orang,” jawab Fakhri.Dia sangat terkejut saat Wulan tiba-tiba berjalan mendekat menghampirinya. Sementara dua orang di depan Fakhri ini tampak bingung. Wulan berhenti dan urung mendekat ke Fakhri. Malah ia sudah membalikkan badan dan menganggukkan kepala berjalan masuk ke dalam rumah.Fakhri memastikan Wulan sudah menjauh kemudian menatap dua pria di depannya.“Kalian terlambat datang. Lebih baik besok saja ke sini lagi atau tunggu aku menghubungi.”Fakhri bersuara dengan lirih seakan takut pembicaraannya terdengar. Dua pria itu mengangguk sambil tersenyum.“Iya, baik, Pak. Kami akan menunggu telepon Bapak saja,” putus salah satu pria itu.Fakhri tersenyum menganggukkan kepala, kemudian tak lama dua pria itu sudah berlalu pergi. Fakhri menghela napas lega sambil mengurut dadanya. Untung saja dua pria itu datang setelah Aina dan Damar pulang. Kalau tidak, Fakhri

    Last Updated : 2025-02-04
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 162 Mantan yang Berubah

    “Apa yang dilakukan Damar di kamar Wulan? Apa dia pria yang selama ini datang ke rumah?” gumam Fakhri.Fakhri tampak masih shock usai melihat rekaman CCTV kamar Wulan di ponselnya. Ia ingin memastikan apa lagi yang dikerjakan Damar di sana. Namun, tiba-tiba rekaman itu terhenti dan tak lama ponsel Fakhri mati.Fakhri tercengang kaget dan baru sadar jika dia lupa untuk mengisi daya ponselnya.“Sial!! Kenapa juga di saat penting seperti ini?” gerutu Fakhri.Ia bangkit dari kasur dan tampak sibuk mencari charger ponselnya. Fakhri tergesa berjalan keluar kabin apartemen menuju parkiran mobilnya. Siapa tahu charger-nya tertinggal di sana.“Akh … sial. Kok gak ada. Jangan-jangan ketinggalan di rumah.”Fakhri terdiam sesaat dan mencoba mengingat. Sepertinya charger-nya memang tertinggal di kamar tempat dia tidur semalam. Gara-gara ulah Wulan tadi siang kemudian kedatangan dua petugas pemasang CCTV, membuat

    Last Updated : 2025-02-05

Latest chapter

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bonus Bab

    “Saudari Wulan Ariani terbukti bersalah telah melakukan penggelapan uang perusahaan … .” Hari ini adalah hari pembacaan keputusan sidang untuk Wulan. Semua bukti yang terkumpul untuk kejahatan yang dilakukan Wulan sama sekali tidak disangkal dan Wulan mengakuinya. Bahkan dia juga mengaku telah menukar bayi Fakhri dan Aina serta menjebak Aina dengan memberi minuman obat perangsang. Fakhri yang ikut hadir di sana hanya diam mendengarkan. Sesekali ia melirik Wulan yang duduk di kursi pesakitan. Wulan sudah jauh berbeda. Wajahnya tidak secantik dulu, rambut indahnya juga tampak ditata dengan asal apalagi kini tubuhnya semakin kurus tidak seksi seperti dulu. Kalau boleh jujur, Fakhri kasihan melihatnya. Aina yang duduk di samping Fakhri hanya diam. Ia sadar siapa yang sedang diperhatikan suaminya saat ini. Aina tidak berkomentar dan terus memperhatikan Fakhri. “Kamu mau menemuinya?” Tiba-tiba Aina bertanya usai pembacaan keputusan berakhir. Fakhri menghela napas dan melihat Aina.

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Extra Bab

    “Udah, Mas. Mau sampai berapa kali kamu melakukannya?” dumel Aina.Ia berkata sambil menyingkirkan wajah Fakhri yang menempel di dadanya. Fakhri terkekeh sambil terus mendaratkan beberapa kecupan di sana. Ia sama sekali tidak mau melepas pelukannya ke Aina.“Memangnya kamu lupa, kalau Ibu bersama Zafran dan Ryan minta oleh-oleh adik. Makanya aku berusaha mewujudkannya.”Aina berdecak, sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga. Fakhri sudah mengangkat kepalanya dan kini duduk bersandar di samping Aina.“Iya, aku tahu. Namun, ini sudah sore, Mas. Kita bahkan melewatkan makan pagi dan makan siang. Aku laper.”Fakhri mengulum senyum saat melihat ekspresi Aina. Kalau mau jujur dia juga sudah merasa lapar. Namun, rasanya Fakhri tidak mau kehilangan satu momen pun dengan Aina.“Ya sudah, aku pesan makanan dulu.”Fakhri membalikkan tubuhnya dan bersiap meraih telepon yang ada di nakas. Namun

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 325 Happy End

    BRAK!!!Pintu kamar tertutup dan Fakhri hanya diam melongo berdiri di depannya. Matanya mengerjap berulang saat menyadari jika dirinya sudah berada di luar kamar.“Fakhri!! Kamu ngapain di sini?” seru Bu Rahma.Wanita paruh baya itu terkejut saat melihat putranya berdiri di depan pintu kamar dengan ekspresi wajah bingung. Fakhri menoleh sambil menghela napas panjang.“Istriku baru saja disabotase Zafran dan Ryan, Bu.”Sontak Bu Rahma terkekeh mendengar aduannya.“Sudah, biarin saja. Toh, kamu tadi siang sudah melakukannya. Lagian besok kalian sudah berangkat untuk honeymoon. Jadi biarkan anak-anak bersama bundanya malam ini.”Fakhri menghela napas panjang sambil menganggukkan kepala. Untung saja, tadi siang dia sudah melakukan pemanasan tiga ronde dengan Aina, kalau tidak pasti sangat kesal malam ini.“Apa mau ditemani Ibu tidur, Fakhri?” Tiba-tiba Bu Rahma bersuara dengan menggod

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 324 Rebutan Bunda

    “Fakhri!! Kamu ke mana aja? Dari tadi Ibu telepon gak diangkat!” Suara Bu Rahma langsung terdengar di telinga Fakhri.Fakhri menguap lebar sambil mengucek matanya. Usai ijab kabul di KUA, harusnya Fakhri bersama Aina merayakan resepsi dan tasyakuran di rumah Bu Rahma. Namun, Fakhri malah sengaja mengajak Aina pulang ke rumah baru mereka dan menikmati malam pernikahan lebih awal.“Aku ngantuk, Bu,” jawab Fakhri sambil menguap.“Ngantuk? Memangnya kamu di mana? Kenapa juga Pak Udin gak balik ke rumah?”Pak Udin adalah sopir Fakhri yang baru dan kebetulan tadi Fakhri menyuruhnya untuk istirahat. Sepertinya Pak Udin menurut perintahnya.“Banyak tamu mencari kamu dan Aina. Mereka pengen ketemu, Fakhri.”Fakhri menghela napas panjang. Dari awal, Fakhri dan Aina memang tidak mau melakukan perayaan. Toh, ini bukan pernikahan pertama mereka. Hanya Bu Rahma saja yang telah mengundang para tamu hingga mer

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 323 Hari Bahagia

    Rabu pagi, satu minggu kemudian tampak kesibukan di rumah Bu Rahma. Wanita paruh baya itu tampak berjalan mondar mandir dari ruang tamu ke kamar Fakhri. Wajahnya terlihat gelisah saat melihat pintu kamar Fakhri masih tertutup rapat.“Ryan, Zafran, coba periksa ayahmu!! Kenapa dari tadi belum keluar? Nenek takut kita datang terlambat ke KUA,” ujar Bu Rahma.Hari ini memang hari pernikahan Fakhri. Sesuai permintaan Aina, mereka akan melakukan jiab kabul di kantor KUA. Setelahnya akan mengadakan tasyakuran dan resepsi sederhana di rumah Bu Rahma.Sebenarnya Bu Rahma ingin merayakan pernikahan kedua putranya ini dengan meriah, tapi Aina dan Fakhri menolaknya. Mereka tidak mau lelah, bahkan sehari setelahnya akan melakukan perjalanan keluar negeri untuk honeymoon.“Iya, Nek!!” Ryan dan Zafran menjawab berbarengan.Mereka berjalan beriringan menuju kamar Fakhri. Baru saja Ryan hendak mengentuk pintu kamar Fakhri, tiba-tiba handel

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 322 Penebusan Wulan

    “TUNGGU!!! STOP!!! Jangan bilang kamu mau mencabut gugatanmu ke Wulan!!” sahut Robby.Rini yang mendengar ucapan Robby tampak terkejut. Hal yang sama juga ditunjukkan Fakhri, sayangnya Robby tidak bisa melihat reaksinya kali ini.“HEH??? Mencabut gugatan ke Wulan? Siapa juga yang mau mencabut gugatan?” ucap Fakhri.Sontak helaan napas panjang keluar dengan kasar dari bibir Robby, bahkan pria bermata sipit itu sudah mengurut dadanya.“Lalu kamu mau minta tolong apa tadi?”Fakhri mendengkus sambil melirik interaksi Aina bersama Zafran dan Ryan di ruangannya.“Aku mau minta tolong kamu percepat pernikahanku.”Kini berganti Robby yang terkejut, mata sipitnya melebar usai mendengar permintaan Fakhri.“Bukannya tinggal dua minggu lagi. Kenapa mau dipercepat lagi?”Fakhri tersenyum sambil menyembunyikan wajahnya. Ia berdiri dan menjauh dari Aina serta kedua putranya. F

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 321 Keyakinan Rini

    “Sayang … kok kamu ngomong gitu?” tanya Fakhri.Aina tidak menjawab, malah kini yang berganti menundukkan kepala. Dia paham hanya wanita kedua yang datang ke hati Fakhri. Meski pada akhirnya Fakhri lebih memilihnya, tapi setidaknya ada kenangan indah antara Fakhri dan Wulan.“Aku sama sekali gak bermaksud akan membahas ke arah sana. Aku sudah tidak mencintainya. Aku hanya sekedar memberitahumu mengenai keadaan Wulan.” Fakhri menambahkan kalimatnya dan terkesan sedang membuat pembelaan.Aina menghela napas panjang sambil mengangkat kepalanya. Matanya bertemu dengan netra coklat Fakhri dan terdiam untuk beberapa saat.“Aku juga sama sekali gak masalah jika kamu mengenang momen dengannya. Dia cinta pertamamu, bagaimanapun ada kenangan indah antara kamu dan dia. Bisa jadi itu yang membuatmu melankolis seperti ini.”Suara Aina terdengar datar, tidak tertangkap dia sedang sedih apalagi cemburu. Hanya saja Fakhri

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 320 Penyesalan Wulan

    “Sialan!! Bangsat!! Jadi kamu yang menyebabkan kecelakaanku?” sergah Wulan.Damar tersenyum sambil berdiri menjauh dari sisi brankar. Wajah Wulan sudah merah padam dengan bunyi gigi yang saling beradu belum lagi tangannya yang sudah mengepal seakan hendak melayangkan sebuah pukulan ke Damar.“Kalau iya, kenapa? Kamu ingin membalasku, Wulan?”Tidak ada jawaban dari Wulan. Ia duduk bersandar ke bantal dengan dada kembang kempis mengolah amarah dan wajah yang semakin merah.“Bukankah kamu juga yang telah menabrakku tempo hari hingga membuatku tak berdaya.”Wulan membisu dan buru-buru memalingkan wajah.“Aku rasa kita sudah impas, Wulan. Aku akan mencabut gugatanku dan melupakan semua. Sayangnya, kamu tidak bisa melakukan hal yang sama seperti aku.”Wulan belum menjawab, tapi wajahnya sudah meredup bahkan tatapan matanya tampak sayu. Dengan sendu Wulan menatap kaki kanannya yang kini dibabat

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 319 Kunjungan Sahabat

    “APA!!! Mama mau bunuh diri?” seru Devi.Amar yang duduk di sebelah Devi tampak terkejut. Tanpa banyak bertanya, ia langsung menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Fakhri lebih dulu. Fakhri yang berada di dalam mobil mengabaikannya. Bisa jadi Amar dan Devi punya kepentingan lain yang harus dilakukan.Selang beberapa saat Devi dan Amar sudah tiba di rumah sakit tempat Bu Vita dirawat. Wanita paruh baya itu tampak tergolek lemah di atas brankar dengan kedua pergelangan tangannya di babat perban.Devi baru saja dijelaskan oleh perawat yang bertugas jika Bu Vita berusaha mengakhiri hidupnya dengan menyayat pergelangan tangan menggunakan pecahan cermin di kamarnya. Bu Vita shock saat tahu kenyataan tentang Wulan.“Memangnya siapa yang memberitahu keadaan Kak Wulan ke Mama? Bukannya hanya kita yang diberitahu dokter,” gumam Devi.Ia seolah sedang berbicara pada dirinya sendiri. Amar yang berdiri di sebelahnya hanya diam sambil menatap Bu Vita dengan iba.“Sebenarnya beberapa saat yang lalu,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status