Ansen bangun lebih dulu. Ia membersihkan sisa kekacauan yang telah dibuat sebelumnya. Tak lupa ia memasak sarapan untuk mereka berdua. Wajah Ansen terlihat datar, sebenarnya ia terbiasa melakukan hal kasar semacam ini. Dulu saat ia jatuh miskin dan terpaksa harus bekerja kasar. Ansen memasak dan membuat banyak hal untuk dirinya sendiri. Itu dilakukan untuk menghemat uang yang berhasil ia hasilkan.
Terjun ke dunia bawah tentu saja bukan sesuatu yang mudah. Ansen telah melakukan banyak hal untuk mencapai posisi tertinggi. Menjadi kurir hingga tertembak oleh musuh pun sudah pernah ia rasakan. Kehidupan yang begitu keras itulah yang membuatnya semakin sakit hati saat melihat Alena yang hidup dengan begitu indah.
Alena adalah definisi manusia yang hidup tanpa kekhawatiran dan keberuntungan. Alena sangat cantik, tubuhnya tak terlalu tinggi dan berat badannya ideal. Kulitnya yang putih bersih tanpa cacat membuatnya semakin terlihat seperti seorang putri. Dengan kekayaan yang dimiliki orang tuanya, Alena terbiasa mendapatkan apa yang ia inginkan. Termasuk pendidikan yang tinggi dan fasilitas hidup yang mewah. Tak hanya itu, wajahnya yang cantik membuat Alena tak pernah kekurangan pengagum. Ia terbiasa hidup dikelilingi oleh decak kagum laki-laki.
Sempurna, itu adalah definisi paling tepat untuk menggambarkan seorang Alena. Cantik, kaya, baik dan pintar. Semua hal yang diidamkan oleh orang lain melekat dalam diri gadis itu.
Kesempurnaan itulah yang ingin dihancurkan oleh Ansen. Ia ingin Alena tak memiliki apapun yang bisa dibanggakan. Ia ingin Alena putus asa. Ia juga ingin Alena hidup lebih buruk dari kematian.
Ansen selalu tau bahwa Alena tak memiliki salah apapun padanya. Tapi dalam diri Alena selalu terdapat darah orang yang paling ia benci. Darah yang ingin Ansen kuras hingga habis. Darah yang ingin Ansen bakar hingga hangus.
Saat semua sarapan telah disiapkan. Ansen menunggu gadis sempurnanya bangun. Ansen pun segera memasang wajah ramah dan manis.
Alena membuka matanya, ia merasa hampir semua bagian tubuhnya terasa sakit. Ia pun mencoba bangun sendiri tapi tidak bisa. Ansen dengan wajah khawatir segera datang membantu. Laki-laki itu terlihat telaten dan berusaha agar gerakannya tak membuat tubuh Alena menjadi lebih sakit.
"Maafkan aku, aku berlebihan dan tak bisa mengontrol diriku sendiri."
Wajah Ansen terlihat memelas, itu membuat Alena merasa kasihan dan enggan untuk marah. Hanya saja ia terlalu lemas dan sakit, jadi tak bisa menghiburnya untuk sekarang.
Ansen memeluknya dan membawa Alena ke kamar mandi. Laki-laki itu membersihkan setiap jengkal tubuh Alena dengan hati-hati dan telaten. Itu membuat Alena merasa rileks dan tersenyum pada Ansen.
"Terima kasih."
Saat mendengar Alena yang berterima kasih padanya, Ansen langsung merasa heran. Kenapa Alena selalu berterima kasih padanya setiap kali ia membantu dengan hal-hal kecil. Padahal beberapa saat sebelumnya ia selalu melakukan banyak hal jahat dan menyakitkan.
Terkadang Ansen berfikir Alena adalah orang yang bodoh, tapi jika kita melihat bagaimana rekam jejak Alena di dunia akademik. Maka dapat dikatakan Alena adalah seorang jenius. Apalagi dalam urusan ekonomi. Tapi jika menyangkut perasaan dan hubungan, entah kenapa Alena dapat dikategorikan sebagai idiot.
Kesadaran emosional Alena begitu rendah. Dia bahkan tak bisa membedakan niat baik atau buruk seseorang. Dia hanya akan percaya sepenuhnya lalu kecewa setelahnya.
Setelah membersihkan tubuh istrinya. Ansen membawa Alena untuk memakai baju kering yang ringan. Tak lupa ia membawa sarapan yang telah ia masak sebelumnya.
"Bubur ketan hitam dengan susu."
Melihat makanan favoritnya entah kenapa Alena langsung menjadi segar kembali. Wajahnya yang sebelumnya pucat langsung berubah kemerahan dan ditambah dengan senyumnya yang lebar. Itu membuat wajah cantiknya kembali bersinar.
Terkadang Ansen terpesona dengan kecantikan Alena. Bagaimanapun Ansen adalah seorang laki-laki normal, walaupun ia membenci Alena. Tapi ia tak dapat berbohong bahwa Alena memang sangat cantik dan dapat membuat laki-laki dengan mudah tergila-gila padanya.
Jika Alena bukan anak dari orang yang dibenci Ansen, mungkin akan sangat mudah bagi Ansen untuk jatuh cinta pada Alena. Alena terlalu sempurna untuk dilewatkan.
Ansen meniup bubur yang masih panas. Wajahnya lembut dan terlihat tersenyum ringan. Ia menyuapi Alena ekspresi bahagia. Seperti biasa makanan selalu enak dan Alena tak akan menolak semua hal yang ia masak.
Alena makan dengan lahap bahkan tanpa bersisa. Itu membuat Ansen merasa sangat puas dengan hasil usahanya.
Alena melihat wajah Ansen dengan hati-hati. Walaupun tubuhnya masih sakit. Alena merasa senang karena Ansen sudah kembali percaya diri. Melihat laki-laki itu menangis semalam, itu berhasil membuat perasaannya kalut dan bingung. Ia tak suka Ansen terpuruk apalagi merasa bahwa dirinya menjadi rendah.
Alena menggenggam tangan Ansen lalu bersandar di bahunya. Hal itu membuat Ansen menjadi kaku, karena tingkah Alena terlalu tiba-tiba.
"Ansen, aku sangat mencintaimu. Jadi jangan pernah berfikir bahwa aku akan meninggalkan mu."
Setelah mendengar kalimat cinta dari istrinya. Entah kenapa Ansen merasa hatinya sedikit berdenyut. Seolah-olah hatinya menyambut perasaan Alena. Itu membuat Ansen menjadi takut dan waspada. Bagi Ansen, Alena adalah target yang akan ia hancurkan. Jadi jatuh cinta padanya adalah sesuatu yang tak mungkin.
Ansen pun segera mendorong kepala Alena dengan pelan sambil tersenyum. Ia sebenarnya takut Alena dapat mendengar jantung nya yang berdetak tidak normal.
"Aku akan membersihkan piring dulu. Kamu istirahat, aku tak mau kamu menjadi sakit karena kelelahan. Untuk hari ini kamu harus mengambil cuti, aku telah meminta izin pada sekretaris mu. Jadi tidak ada alasan bagimu untuk pergi ke kantor."
Mendengar ucapan perhatian suaminya, wajah Alena semakin cerah. Ia mengangguk dengan cepat, terlihat seperti anjing penurut yang baru mendapatkan mainan. Itu membuat perasaan Ansen sedikit waspada. Pesona Alena semakin lama semakin mematikan.
Ansen pun pergi dari kamar Alena sambil memegang piring di tangan kiri. Dan memegang dadanya dengan tangan kanan. Ia berusaha membuat dirinya menjadi lebih tenang dan biasa saja.
Setelah menaruh piring kotor, Ansen segera membuka lemari es dan meminum air dingin. Hal itu ia lakukan untuk mengalihkan perhatiannya dari semua hal yang berbau Alena.
'lupakan, lupakan, lupakan. Alena adalah musuh mu, ingat dia adalah musuh mu'
Ansen terus meyakinkan dirinya untuk tidak goyah pada pesona lembut Alena. Itu sangat berbahaya untuk kelancaran rencananya dimasa depan. Mungkin di hari-hari berikutnya, ia akan menjaga jarak dengan Alena untuk membuat perasaan menjadi lebih tenang. Dan ia dapat berfikir dengan jernih. Lalu dapat kembali lagi ke rencana awal, yaitu membuat Alena kehilangan segalanya. Ya, segalanya.
Selama sehari penuh mereka menghabiskan waktu berdua. Menonton film dan bercanda. Jika itu dilihat dari kacamata asing. Maka dari sudut mana pun kamu melihat, mereka terlihat seperti pasangan yang saling mencintai. Mungkin juga akan membuat orang lain cemburu dan iri karena ingin memiliki hubungan yang sama.Sifat dan Sikap Ansen begitu sempurna, hingga tak ada celah untuk orang lain curiga padanya. Alena bahkan tak akan mungkin percaya tentang seperti sikap dan sifat Ansen yang sebenarnya.Alena semakin hari semakin jatuh cinta pada Ansen. Ia tak dapat membayangkan jika suatu saat hidup tanpa Ansen di sisinya. Sekarang hidup Alena dapat dikatakan sangat bergantung pada suamiku.Selama seharian penuh mereka berkencan di rumah. Kencan yang sulit mereka dapatkan akibat Alena yang sangat sibuk bekerja.Keesokan harinya Alena kembali seperti biasanya. Ia menjadi Presiden perusahaan besar dan menjadi seorang workaholic lagi. Itu membuatnya harus bangun p
Matahari terlihat akan terbenam, siluet cahaya keemasan menyinari ruangan Alena. Sebagai pemimpin tertinggi di perusahaan ini, tentu saja Alena mendapatkan ruangan terbaik. Akses serta fasilitas mewah dapat ia nikmati dengan santai. Apalagi pemandangan indah selalu menyambutnya di sore hari. Akan tetapi itu tak membuat Alena merasa terlena dan menikmati pemandangan indah itu. Baginya pulang lebih cepat selalu menjadi yang utama.Sebagai seorang CEO perusahaan besar, Alena memiliki kesibukan yang luar biasa. Akan tetapi sebagai seorang istri, Alena selalu menyisihkan waktunya untuk pulang dan makan malam bersama dengan Ansen. Melihat betapa sibuknya ia sebagai seorang pekerja, Alena tak bisa membayangkan jika suaminya bukan Ansen.Ansen adalah laki-laki yang sangat pengertian, laki-laki itu tak pernah protes dengan segala kesibukan yang Alena lakukan di perusahaan. Itu membuat Alena merasa bersalah dan takut Ansen akan kesepian berada di Apartemen.Sekarang
Semua barang berserakan dan penuh dengan bau yang tak sedap. Sebagai orang yang sudah menikah, tentu saja Alena tau dan mengenal bau semacam ini."Ansen!"Selama lebih dari setengah tahun menikah, ini pertama kalinya Alena menggunakan intonasi nada bicara yang tinggi dalam berbicara. Hal itu membuktikan betapa marah dan kecewanya ia saat ini. Ansen yang mendengar suara istrinya yang tinggi dari luar telah berhasil menyusut dan menjadi sangat gugup. Ia pun hanya mampu menggigit jari sambil memikirkan alasan untuk menghindar.Mata Alena telah berkaca-kaca, segala bentuk skenario buruk telah ada di otaknya. Ia mungkin akan menjadi gila jika benar Ansen melakukan hal semacam itu dengan wanita lain di rumah mereka sendiri."Ansen!" Panggilnya sekali lagi.Suara itu begitu nyaring, Ansen pun keluar dengan langkah pelan sambil menundukkan kepala. Ia terlihat menyedihkan dan matanya berkaca-kaca seolah ia akan menangis saat itu juga. Pemandangan itu
Ansen masuk ke dalam kamar mandi dan membasuh wajahnya dengan air. Masalah hari ini telah berhasil ia lewati dengan baik. Walaupun ia harus menangis dan berakting dengan sudah payah. Tapi setidaknya Alena berhasil ia kendalikan.Saat ia menatap wajahnya di cermin, Ansen merasa ada rasa lelah terlibat di wajahnya. Ia ingin semuanya cepat berakhir, tapi ia juga ingin akhir dari cerita ini akan menjadi cerita terbaik dalam hidupnya. Kehancuran Alena adalah yang terbaik dan itu sebentar lagi akan terwujud. Ia hanya perlu sedikit bersabar.Ansen pun keluar dari kamar mandi dengan perasaan yang teguh kembali. Ia tidak akan goyah lagi hanya karena sebuah pesona.Saat Ansen keluar, ia melihat Alena masih berdiri di ruang tamu sambil menatap ke segala arah dengan tatapan kosong."Apa yang kamu lihat?" ucap Ansen penasaran."Berapa banyak temanmu yang datang ke apartemen?"Mendengar hal itu, entah kenapa keringat Ansen terasa dingin. Ia takut Al
Saat mereka sedang tidur, Alena membuka matanya. Ia tak bisa tidur memikirkan hal yang terjadi sebelumnya. Ia tau bahwa semua pikiran buruk terasa lebih realistis dibandingkan dengan kepercayaan yang berusaha ia bangun untuk suaminya. Hanya saya ia ingin membohongi dirinya sendiri dengan anggapan bahwa Ansen selalu menjadi miliknya.Ia menatap wajah Ansen yang begitu tampan. Ketika laki-laki itu sedang tertidur, Ansen akan terlihat seperti seorang malaikat. Sangat tampan, lembut dan itu berhasil membuat Alena merasa bahwa semua hal yang dilakukan Ansen akan selalu ia maafkan.Katakanlah ia bodoh dan tak bisa berfikir secara logis. Lagipula siapa yang menyuruhnya merasakan cinta yang begitu dalam untuk seorang laki-laki tampan semacam ini. Ia tidak bisa lari dari semua rasa manis yang diciptakan Ansen untuknya. Ia tau ia terlihat seperti ngengat yang mengharapkan api, tapi apa boleh buat ia ternyata menikmati rasa itu.Alena bangun dan mencari air dingin di kulkas. Ia ingin pikirannya
Alena bangun dengan tubuh pegal dan sedikit sakit. Ia membuka matanya yang lelah lalu menoleh ke sisi kiri. Di sana telah tertidur seorang laki-laki yang paling ia cintai. Orang yang selalu ada di sampingnya dan menunggunya untuk pulang.Laki-laki itu adalah orang ia nikahi enam bulan yang lalu. Mereka bertemu secara tidak sengaja di sebuah cafe internet. Saat itu Alena harus mengirim sebuah file dengan cepat. Hanya saja handphone tiba-tiba hilang. Beruntung ia membawa flashdisk dan mengirimkannya di sana.Mereka berkenalan dan langsung menjadi akrab. Ansen sangat ramah hingga membuat Alena merasa nyaman berada di dekatnya. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk dekat. Dalam tiga bulan mereka berhasil memantapkan diri untuk menikah.Pernikahan berlangsung dengan sederhana dan hikmat. Alena merasa sangat bersyukur, setelah sepeninggal sang Ayah akhirnya ia mendapat sosok laki-laki lain sebagai tempat ia bersandar di masa depan.Alena dan Ansen tinggal di
Saat Alena keluar dari kamar mandi, hal pertama yang ia lihat adalah suaminya sedang bersandar di tempat tidur sambil memainkan handphone nya. Laki-laki itu terlihat sangat tampan dan gagah, apalagi saat dia sedang fokus memainkan sesuatu.Ansen merupakan seorang gamers profesional. Dia biasa melakukan latihan dan berdiam diri di depan komputer. Hal itulah yang membuat tak ada orang-orang berpikir bahwa Ansen tak bekerja atau pengangguran.Alena mendekat dan memeluk suaminya dengan sayang. Ia selalu menjadi istri yang pengertian dan tak akan mengganggu kegiatan suaminya. Hanya saja kali ini terbilang istimewa, semua itu dikarenakan Sang Ibu yang datang berkunjung secara tiba-tiba.Mengerti bahwa istrinya sedang gelisah, Ansen menaruh handphone nya dan membalas pelukan Alena dan sesekali mencium kening sang istri."Hari ini melelahkan, apa kamu tidak ingin istirahat?"Alena hanya menggeleng dan menggoda suaminya dengan tatapan provokatif. "Aku ingin
Saat Ansen menikmati rokoknya, ia tak menyadari ada seseorang di belakangnya yang menatap Ansen dengan wajah kaget."Kamu merokok?"Ansen yang mendengar suara istrinya langsung kaget. Ia tak menyangka Alena akan bangun di tengah malam. Untuk sesaat ia berusaha mencari akal agar gadisnya tak curiga. Ia pun melepas rokok itu dengan wajah menunduk seperti biasanya."Maafkan aku," ucapnya mengaku.Ansen pun mencoba untuk tenang dan menyusun kata-kata terbaik agar Alena percaya padanya mengenai apakah ia bisa merokok atau tidak. Lagipula gadis itu sudah terlanjur melihatnya saat merokok tadi. Apalagi Alena itu sangat pintar. Ansen tak ingin membuat gadis itu curiga dengan tingkahnya yang ada di luar batas normal."Sejak kapan kamu mulai merokok?"Wajah Alena terlihat kecewa, ia tak pernah tau kalau suaminya adalah seorang perokok. Ansen yang sadar bahwa Alena kecewa padanya langsung memeluk gadis itu erat. Dia meringis seolah dia ikut merasa kesa
Saat mereka sedang tidur, Alena membuka matanya. Ia tak bisa tidur memikirkan hal yang terjadi sebelumnya. Ia tau bahwa semua pikiran buruk terasa lebih realistis dibandingkan dengan kepercayaan yang berusaha ia bangun untuk suaminya. Hanya saya ia ingin membohongi dirinya sendiri dengan anggapan bahwa Ansen selalu menjadi miliknya.Ia menatap wajah Ansen yang begitu tampan. Ketika laki-laki itu sedang tertidur, Ansen akan terlihat seperti seorang malaikat. Sangat tampan, lembut dan itu berhasil membuat Alena merasa bahwa semua hal yang dilakukan Ansen akan selalu ia maafkan.Katakanlah ia bodoh dan tak bisa berfikir secara logis. Lagipula siapa yang menyuruhnya merasakan cinta yang begitu dalam untuk seorang laki-laki tampan semacam ini. Ia tidak bisa lari dari semua rasa manis yang diciptakan Ansen untuknya. Ia tau ia terlihat seperti ngengat yang mengharapkan api, tapi apa boleh buat ia ternyata menikmati rasa itu.Alena bangun dan mencari air dingin di kulkas. Ia ingin pikirannya
Ansen masuk ke dalam kamar mandi dan membasuh wajahnya dengan air. Masalah hari ini telah berhasil ia lewati dengan baik. Walaupun ia harus menangis dan berakting dengan sudah payah. Tapi setidaknya Alena berhasil ia kendalikan.Saat ia menatap wajahnya di cermin, Ansen merasa ada rasa lelah terlibat di wajahnya. Ia ingin semuanya cepat berakhir, tapi ia juga ingin akhir dari cerita ini akan menjadi cerita terbaik dalam hidupnya. Kehancuran Alena adalah yang terbaik dan itu sebentar lagi akan terwujud. Ia hanya perlu sedikit bersabar.Ansen pun keluar dari kamar mandi dengan perasaan yang teguh kembali. Ia tidak akan goyah lagi hanya karena sebuah pesona.Saat Ansen keluar, ia melihat Alena masih berdiri di ruang tamu sambil menatap ke segala arah dengan tatapan kosong."Apa yang kamu lihat?" ucap Ansen penasaran."Berapa banyak temanmu yang datang ke apartemen?"Mendengar hal itu, entah kenapa keringat Ansen terasa dingin. Ia takut Al
Semua barang berserakan dan penuh dengan bau yang tak sedap. Sebagai orang yang sudah menikah, tentu saja Alena tau dan mengenal bau semacam ini."Ansen!"Selama lebih dari setengah tahun menikah, ini pertama kalinya Alena menggunakan intonasi nada bicara yang tinggi dalam berbicara. Hal itu membuktikan betapa marah dan kecewanya ia saat ini. Ansen yang mendengar suara istrinya yang tinggi dari luar telah berhasil menyusut dan menjadi sangat gugup. Ia pun hanya mampu menggigit jari sambil memikirkan alasan untuk menghindar.Mata Alena telah berkaca-kaca, segala bentuk skenario buruk telah ada di otaknya. Ia mungkin akan menjadi gila jika benar Ansen melakukan hal semacam itu dengan wanita lain di rumah mereka sendiri."Ansen!" Panggilnya sekali lagi.Suara itu begitu nyaring, Ansen pun keluar dengan langkah pelan sambil menundukkan kepala. Ia terlihat menyedihkan dan matanya berkaca-kaca seolah ia akan menangis saat itu juga. Pemandangan itu
Matahari terlihat akan terbenam, siluet cahaya keemasan menyinari ruangan Alena. Sebagai pemimpin tertinggi di perusahaan ini, tentu saja Alena mendapatkan ruangan terbaik. Akses serta fasilitas mewah dapat ia nikmati dengan santai. Apalagi pemandangan indah selalu menyambutnya di sore hari. Akan tetapi itu tak membuat Alena merasa terlena dan menikmati pemandangan indah itu. Baginya pulang lebih cepat selalu menjadi yang utama.Sebagai seorang CEO perusahaan besar, Alena memiliki kesibukan yang luar biasa. Akan tetapi sebagai seorang istri, Alena selalu menyisihkan waktunya untuk pulang dan makan malam bersama dengan Ansen. Melihat betapa sibuknya ia sebagai seorang pekerja, Alena tak bisa membayangkan jika suaminya bukan Ansen.Ansen adalah laki-laki yang sangat pengertian, laki-laki itu tak pernah protes dengan segala kesibukan yang Alena lakukan di perusahaan. Itu membuat Alena merasa bersalah dan takut Ansen akan kesepian berada di Apartemen.Sekarang
Selama sehari penuh mereka menghabiskan waktu berdua. Menonton film dan bercanda. Jika itu dilihat dari kacamata asing. Maka dari sudut mana pun kamu melihat, mereka terlihat seperti pasangan yang saling mencintai. Mungkin juga akan membuat orang lain cemburu dan iri karena ingin memiliki hubungan yang sama.Sifat dan Sikap Ansen begitu sempurna, hingga tak ada celah untuk orang lain curiga padanya. Alena bahkan tak akan mungkin percaya tentang seperti sikap dan sifat Ansen yang sebenarnya.Alena semakin hari semakin jatuh cinta pada Ansen. Ia tak dapat membayangkan jika suatu saat hidup tanpa Ansen di sisinya. Sekarang hidup Alena dapat dikatakan sangat bergantung pada suamiku.Selama seharian penuh mereka berkencan di rumah. Kencan yang sulit mereka dapatkan akibat Alena yang sangat sibuk bekerja.Keesokan harinya Alena kembali seperti biasanya. Ia menjadi Presiden perusahaan besar dan menjadi seorang workaholic lagi. Itu membuatnya harus bangun p
Ansen bangun lebih dulu. Ia membersihkan sisa kekacauan yang telah dibuat sebelumnya. Tak lupa ia memasak sarapan untuk mereka berdua. Wajah Ansen terlihat datar, sebenarnya ia terbiasa melakukan hal kasar semacam ini. Dulu saat ia jatuh miskin dan terpaksa harus bekerja kasar. Ansen memasak dan membuat banyak hal untuk dirinya sendiri. Itu dilakukan untuk menghemat uang yang berhasil ia hasilkan. Terjun ke dunia bawah tentu saja bukan sesuatu yang mudah. Ansen telah melakukan banyak hal untuk mencapai posisi tertinggi. Menjadi kurir hingga tertembak oleh musuh pun sudah pernah ia rasakan. Kehidupan yang begitu keras itulah yang membuatnya semakin sakit hati saat melihat Alena yang hidup dengan begitu indah. Alena adalah definisi manusia yang hidup tanpa kekhawatiran dan keberuntungan. Alena sangat cantik, tubuhnya tak terlalu tinggi dan berat badannya ideal. Kulitnya yang putih bersih tanpa cacat membuatnya semakin terlihat seperti seorang putri. Dengan kekayaan yan
Saat Ansen menikmati rokoknya, ia tak menyadari ada seseorang di belakangnya yang menatap Ansen dengan wajah kaget."Kamu merokok?"Ansen yang mendengar suara istrinya langsung kaget. Ia tak menyangka Alena akan bangun di tengah malam. Untuk sesaat ia berusaha mencari akal agar gadisnya tak curiga. Ia pun melepas rokok itu dengan wajah menunduk seperti biasanya."Maafkan aku," ucapnya mengaku.Ansen pun mencoba untuk tenang dan menyusun kata-kata terbaik agar Alena percaya padanya mengenai apakah ia bisa merokok atau tidak. Lagipula gadis itu sudah terlanjur melihatnya saat merokok tadi. Apalagi Alena itu sangat pintar. Ansen tak ingin membuat gadis itu curiga dengan tingkahnya yang ada di luar batas normal."Sejak kapan kamu mulai merokok?"Wajah Alena terlihat kecewa, ia tak pernah tau kalau suaminya adalah seorang perokok. Ansen yang sadar bahwa Alena kecewa padanya langsung memeluk gadis itu erat. Dia meringis seolah dia ikut merasa kesa
Saat Alena keluar dari kamar mandi, hal pertama yang ia lihat adalah suaminya sedang bersandar di tempat tidur sambil memainkan handphone nya. Laki-laki itu terlihat sangat tampan dan gagah, apalagi saat dia sedang fokus memainkan sesuatu.Ansen merupakan seorang gamers profesional. Dia biasa melakukan latihan dan berdiam diri di depan komputer. Hal itulah yang membuat tak ada orang-orang berpikir bahwa Ansen tak bekerja atau pengangguran.Alena mendekat dan memeluk suaminya dengan sayang. Ia selalu menjadi istri yang pengertian dan tak akan mengganggu kegiatan suaminya. Hanya saja kali ini terbilang istimewa, semua itu dikarenakan Sang Ibu yang datang berkunjung secara tiba-tiba.Mengerti bahwa istrinya sedang gelisah, Ansen menaruh handphone nya dan membalas pelukan Alena dan sesekali mencium kening sang istri."Hari ini melelahkan, apa kamu tidak ingin istirahat?"Alena hanya menggeleng dan menggoda suaminya dengan tatapan provokatif. "Aku ingin
Alena bangun dengan tubuh pegal dan sedikit sakit. Ia membuka matanya yang lelah lalu menoleh ke sisi kiri. Di sana telah tertidur seorang laki-laki yang paling ia cintai. Orang yang selalu ada di sampingnya dan menunggunya untuk pulang.Laki-laki itu adalah orang ia nikahi enam bulan yang lalu. Mereka bertemu secara tidak sengaja di sebuah cafe internet. Saat itu Alena harus mengirim sebuah file dengan cepat. Hanya saja handphone tiba-tiba hilang. Beruntung ia membawa flashdisk dan mengirimkannya di sana.Mereka berkenalan dan langsung menjadi akrab. Ansen sangat ramah hingga membuat Alena merasa nyaman berada di dekatnya. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk dekat. Dalam tiga bulan mereka berhasil memantapkan diri untuk menikah.Pernikahan berlangsung dengan sederhana dan hikmat. Alena merasa sangat bersyukur, setelah sepeninggal sang Ayah akhirnya ia mendapat sosok laki-laki lain sebagai tempat ia bersandar di masa depan.Alena dan Ansen tinggal di