Saat Ansen menikmati rokoknya, ia tak menyadari ada seseorang di belakangnya yang menatap Ansen dengan wajah kaget.
"Kamu merokok?"
Ansen yang mendengar suara istrinya langsung kaget. Ia tak menyangka Alena akan bangun di tengah malam. Untuk sesaat ia berusaha mencari akal agar gadisnya tak curiga. Ia pun melepas rokok itu dengan wajah menunduk seperti biasanya.
"Maafkan aku," ucapnya mengaku.
Ansen pun mencoba untuk tenang dan menyusun kata-kata terbaik agar Alena percaya padanya mengenai apakah ia bisa merokok atau tidak. Lagipula gadis itu sudah terlanjur melihatnya saat merokok tadi. Apalagi Alena itu sangat pintar. Ansen tak ingin membuat gadis itu curiga dengan tingkahnya yang ada di luar batas normal.
"Sejak kapan kamu mulai merokok?"
Wajah Alena terlihat kecewa, ia tak pernah tau kalau suaminya adalah seorang perokok. Ansen yang sadar bahwa Alena kecewa padanya langsung memeluk gadis itu erat. Dia meringis seolah dia ikut merasa kesakitan saat merokok.
"Maafkan aku, aku sudah merokok sejak lama. Tapi aku sudah berhenti saat kita bertemu dan menikah. Aku... aku hanya tak bisa tidur malam ini. Jadi aku merokok."
Saat mendengar alasan Ansen, Alena masih tak percaya. Ia tak pernah mendengar bahwa Ansen menjadi perokok. Laki-laki itu tak pernah sekalipun bercerita padanya mengenai hal ini.
"Kenapa kamu tiba-tiba tak bisa tidur, bukankah kamu biasanya tidur jam 10?"
Ansen langsung menunduk dan bersikap seolah enggan memberitahu istrinya tentang kenapa ia tak bisa tidur. Itu membuat Alena semakin curiga dan mendesaknya untuk menjawab.
Dengan wajah merah Ansen menatap istrinya dan mulai menunduk lebih dalam.
"Aku... aku merasa aku tak pantas menjadi suamimu."
"Kenapa kamu berfikir begitu?!"
Nada suara Alena langsung meninggi, ia tak terima Ansen akan mengatakan kalimat seperti itu. Tapi Ansen terlihat semakin memerah seperti malu akan sesuatu.
"Aku adalah seorang gamers miskin. Aku tidak pernah memenangkan turnamen besar. Penghasilanku juga pas-pasan, apalagi aku mungkin akan dikeluarkan dari tim inti karena banyak yang lebih baik dariku. Jika itu dibandingkan dengan mu, bukankah aku tidak pantas. Kamu sangat sukses dan kaya, apalagi kamu sangat cantik dan masih muda. Aku yakin banyak yang akan mencintaimu dan orang itu pasti lebih baik dariku."
Alena merasa sedih dengan pengakuan suaminya. Ia membelai pelan wajah Ansen dan membuat laki-laki sedikit mendongak lalu melihat wajahnya. Alena dengan sangat tulus mengungkapkan isi hatinya untuk membuat Ansen lebih tenang.
"Ansen, bukankah kamu sudah mengatakan bahwa kita adalah satu. Kenapa kamu masih berfikir bahwa kamu lebih rendah. Aku bisa memenuhi semua kebutuhan keluarga dan aku bisa menjamin keluarga kita tak kekurangan suatu apapun. Jadi kamu tak perlu bekerja keras untuk membuat kita menjadi setara. Kamu di rumah dan tersenyum padaku saat pulang. Itu sudah cukup. Untuk karirmu aku akan mendukungmu secara penuh, kamu hanya perlu untuk terus berusaha dan jangan menyerah."
Ansen yang mendengar hal itu hanya mampu mencibir di dalam hati. Betapa bodohnya gadis yang ada di depannya. Itu membuat Ansen semakin termotivasi untuk mendorongnya menuju kegelapan.
"Bohong. Ibumu mengatakan padaku bahwa aku tidak berguna. Kamu sangat sukses dan aku tidak. Kamu juga luar biasa, sedangkan aku hanya seorang pengecut tanpa kekuatan. Tak ada sesuatu yang bisa aku banggakan. Alena, aku tidak percaya diri. Aku benar-benar takut kamu akan meninggalkan ku suatu saat nanti."
Ansen menangis dan memeluk istrinya dengan erat. Seolah-olah dia merasa putus asa dan kehabisan akal. Alena tak sanggup melihat pemandangan seperti itu, ia pun memeluk suaminya dan menenangkannya dengan kata-kata manis.
"... Alena, jika suatu saat nanti Ibumu menyuruh untuk meninggalkan ku. Apakah kamu akan melakukannya?"
"Omong kosong apa yang kamu bicarakan. Aku sudah dewasa dan aku bisa menentukan jalan hidupku sendiri. Ibuku tak akan bisa ikut campur dalam hal yang menyangkut pernikahan kita. Jadi kamu jangan khawatir, aku pasti tidak akan meninggalkan mu."
Ansen tersenyum dalam diam, ia menikmati setiap kalimat bujukan yang keluar dari mulut istrinya. Seolah-olah itu adalah lagu keberhasilan atas semua rencana yang ia siapkan sejak lama.
"Benarkah?"
Alena pun langsung mengangguk dengan pasti. Itu membuat Ansen merasa lebih percaya diri. Ansen lalu mencium bibir istrinya dengan penuh gairah. Bibir itu memiliki bau rokok yang begitu menyengat, itu membuat Alena tak tahan dan mendorong Ansen.
Melihat penolakan yang dilakukan Alena untuknya, Ansen merasa kesal. Ia tak pernah ditolak oleh siapapun, apalagi jika itu berhubungan dengan masalah ranjang.
"Apa kamu menolak ku?"
Suara Ansen sangat lembut dan terdengar sedih. Itu membuat Alena buru-buru menggeleng. Melihat hal itu Ansen tak menyia-nyiakan kesempatan. Ia mencium istrinya sekali lagi dengan cara yang lebih ganas. Ia senang karena membuat Alena tersiksa dengan bau yang tidak dia sukai, yaitu rokok.
Perlahan tangan Ansen mulai membelai punggung Alena, seolah mengisyaratkan sesuatu. Tentu saja Alena yang mengerti hal itu langsung mundur sekali lagi.
Ansen yang tak terima ditolak langsung memasang wajah sedih. "Kenapa?"
Alena langsung panik dan berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk menolak permintaan Ansen. Sejujurnya hingga sekarang ada beberapa bagian dari tubuhnya yang masih terasa sakit dan perih. Sebelumnya Ansen melakukannya dengan cara yang agak kasar hingga membuat Alena sedikit tersiksa.
"Kita sudah melakukannya tadi," ucapnya lembut.
"Tapi aku ingin. Ayolah, aku benar-benar merasa sedih saat kamu menolak ku. Sebelumnya kamu tak pernah melakukan itu. Apakah aku sudah tidak menarik untukmu? Mungkin benar apa yang dikatakan Ibumu, kamu akan meninggalkan ku suatu saat nanti."
Kalimat pamungkas itu kembali keluar dari mulut Ansen. Itu membuat Alena langsung tak bisa berkutik. Ia pun segera menerima ajakan Ansen untuk melakukan hal itu sekali lagi.
Melihat Alena tak lagi menolaknya. Ansen segera melakukan semua hal yang ia inginkan. Dia melepas pakaian istrinya dengan cara yang sangat kasar dan melakukannya di atas meja.
Perlakuan kasar Ansen sangat tersembunyi, hal itu terlihat seperti Ansen memang sangat bergairah pada istrinya. Tapi pada kenyataannya Ansen sedang melampiaskan banyak kemarahan untuk Alena.
Semakin banyak air mata yang dikeluarkan Alena, maka semakin bersemangat Ansen saat melakukannya. Seolah-olah air mata Alena adalah bahan bakar untuk semua tindakan yang ia lakukan.
Ansen melakukan hal itu hingga menjelang pagi. Terlihat beberapa memar di tubuh Alena yang membuatnya semakin puas. Ia melihat dengan wajah kecanduan, seolah ia memberikan penghargaan atas hasil karyanya yang luar biasa.
Alena yang lemas dan sedikit pucat hanya mampu menutup mata. Ia tak mampu menggerakkan anggota tubuhnya, bahkan jarinya pun tak bisa. Perlahan suhu AC di ruangan itu mulai terasa dan ia pun sedikit menggigil.
Ansen membopong Alena ke dalam kamar. Ia terus tersenyum dengan perasaan puas. Ia telah lama ingin melakukan hal kasar ini. Ini membuatnya bahagia berkali-kali lipat.
Ansen menatap Alena dan membelai wajahnya. 'istriku yang bodoh'.
Ansen bangun lebih dulu. Ia membersihkan sisa kekacauan yang telah dibuat sebelumnya. Tak lupa ia memasak sarapan untuk mereka berdua. Wajah Ansen terlihat datar, sebenarnya ia terbiasa melakukan hal kasar semacam ini. Dulu saat ia jatuh miskin dan terpaksa harus bekerja kasar. Ansen memasak dan membuat banyak hal untuk dirinya sendiri. Itu dilakukan untuk menghemat uang yang berhasil ia hasilkan. Terjun ke dunia bawah tentu saja bukan sesuatu yang mudah. Ansen telah melakukan banyak hal untuk mencapai posisi tertinggi. Menjadi kurir hingga tertembak oleh musuh pun sudah pernah ia rasakan. Kehidupan yang begitu keras itulah yang membuatnya semakin sakit hati saat melihat Alena yang hidup dengan begitu indah. Alena adalah definisi manusia yang hidup tanpa kekhawatiran dan keberuntungan. Alena sangat cantik, tubuhnya tak terlalu tinggi dan berat badannya ideal. Kulitnya yang putih bersih tanpa cacat membuatnya semakin terlihat seperti seorang putri. Dengan kekayaan yan
Selama sehari penuh mereka menghabiskan waktu berdua. Menonton film dan bercanda. Jika itu dilihat dari kacamata asing. Maka dari sudut mana pun kamu melihat, mereka terlihat seperti pasangan yang saling mencintai. Mungkin juga akan membuat orang lain cemburu dan iri karena ingin memiliki hubungan yang sama.Sifat dan Sikap Ansen begitu sempurna, hingga tak ada celah untuk orang lain curiga padanya. Alena bahkan tak akan mungkin percaya tentang seperti sikap dan sifat Ansen yang sebenarnya.Alena semakin hari semakin jatuh cinta pada Ansen. Ia tak dapat membayangkan jika suatu saat hidup tanpa Ansen di sisinya. Sekarang hidup Alena dapat dikatakan sangat bergantung pada suamiku.Selama seharian penuh mereka berkencan di rumah. Kencan yang sulit mereka dapatkan akibat Alena yang sangat sibuk bekerja.Keesokan harinya Alena kembali seperti biasanya. Ia menjadi Presiden perusahaan besar dan menjadi seorang workaholic lagi. Itu membuatnya harus bangun p
Matahari terlihat akan terbenam, siluet cahaya keemasan menyinari ruangan Alena. Sebagai pemimpin tertinggi di perusahaan ini, tentu saja Alena mendapatkan ruangan terbaik. Akses serta fasilitas mewah dapat ia nikmati dengan santai. Apalagi pemandangan indah selalu menyambutnya di sore hari. Akan tetapi itu tak membuat Alena merasa terlena dan menikmati pemandangan indah itu. Baginya pulang lebih cepat selalu menjadi yang utama.Sebagai seorang CEO perusahaan besar, Alena memiliki kesibukan yang luar biasa. Akan tetapi sebagai seorang istri, Alena selalu menyisihkan waktunya untuk pulang dan makan malam bersama dengan Ansen. Melihat betapa sibuknya ia sebagai seorang pekerja, Alena tak bisa membayangkan jika suaminya bukan Ansen.Ansen adalah laki-laki yang sangat pengertian, laki-laki itu tak pernah protes dengan segala kesibukan yang Alena lakukan di perusahaan. Itu membuat Alena merasa bersalah dan takut Ansen akan kesepian berada di Apartemen.Sekarang
Semua barang berserakan dan penuh dengan bau yang tak sedap. Sebagai orang yang sudah menikah, tentu saja Alena tau dan mengenal bau semacam ini."Ansen!"Selama lebih dari setengah tahun menikah, ini pertama kalinya Alena menggunakan intonasi nada bicara yang tinggi dalam berbicara. Hal itu membuktikan betapa marah dan kecewanya ia saat ini. Ansen yang mendengar suara istrinya yang tinggi dari luar telah berhasil menyusut dan menjadi sangat gugup. Ia pun hanya mampu menggigit jari sambil memikirkan alasan untuk menghindar.Mata Alena telah berkaca-kaca, segala bentuk skenario buruk telah ada di otaknya. Ia mungkin akan menjadi gila jika benar Ansen melakukan hal semacam itu dengan wanita lain di rumah mereka sendiri."Ansen!" Panggilnya sekali lagi.Suara itu begitu nyaring, Ansen pun keluar dengan langkah pelan sambil menundukkan kepala. Ia terlihat menyedihkan dan matanya berkaca-kaca seolah ia akan menangis saat itu juga. Pemandangan itu
Ansen masuk ke dalam kamar mandi dan membasuh wajahnya dengan air. Masalah hari ini telah berhasil ia lewati dengan baik. Walaupun ia harus menangis dan berakting dengan sudah payah. Tapi setidaknya Alena berhasil ia kendalikan.Saat ia menatap wajahnya di cermin, Ansen merasa ada rasa lelah terlibat di wajahnya. Ia ingin semuanya cepat berakhir, tapi ia juga ingin akhir dari cerita ini akan menjadi cerita terbaik dalam hidupnya. Kehancuran Alena adalah yang terbaik dan itu sebentar lagi akan terwujud. Ia hanya perlu sedikit bersabar.Ansen pun keluar dari kamar mandi dengan perasaan yang teguh kembali. Ia tidak akan goyah lagi hanya karena sebuah pesona.Saat Ansen keluar, ia melihat Alena masih berdiri di ruang tamu sambil menatap ke segala arah dengan tatapan kosong."Apa yang kamu lihat?" ucap Ansen penasaran."Berapa banyak temanmu yang datang ke apartemen?"Mendengar hal itu, entah kenapa keringat Ansen terasa dingin. Ia takut Al
Saat mereka sedang tidur, Alena membuka matanya. Ia tak bisa tidur memikirkan hal yang terjadi sebelumnya. Ia tau bahwa semua pikiran buruk terasa lebih realistis dibandingkan dengan kepercayaan yang berusaha ia bangun untuk suaminya. Hanya saya ia ingin membohongi dirinya sendiri dengan anggapan bahwa Ansen selalu menjadi miliknya.Ia menatap wajah Ansen yang begitu tampan. Ketika laki-laki itu sedang tertidur, Ansen akan terlihat seperti seorang malaikat. Sangat tampan, lembut dan itu berhasil membuat Alena merasa bahwa semua hal yang dilakukan Ansen akan selalu ia maafkan.Katakanlah ia bodoh dan tak bisa berfikir secara logis. Lagipula siapa yang menyuruhnya merasakan cinta yang begitu dalam untuk seorang laki-laki tampan semacam ini. Ia tidak bisa lari dari semua rasa manis yang diciptakan Ansen untuknya. Ia tau ia terlihat seperti ngengat yang mengharapkan api, tapi apa boleh buat ia ternyata menikmati rasa itu.Alena bangun dan mencari air dingin di kulkas. Ia ingin pikirannya
Alena bangun dengan tubuh pegal dan sedikit sakit. Ia membuka matanya yang lelah lalu menoleh ke sisi kiri. Di sana telah tertidur seorang laki-laki yang paling ia cintai. Orang yang selalu ada di sampingnya dan menunggunya untuk pulang.Laki-laki itu adalah orang ia nikahi enam bulan yang lalu. Mereka bertemu secara tidak sengaja di sebuah cafe internet. Saat itu Alena harus mengirim sebuah file dengan cepat. Hanya saja handphone tiba-tiba hilang. Beruntung ia membawa flashdisk dan mengirimkannya di sana.Mereka berkenalan dan langsung menjadi akrab. Ansen sangat ramah hingga membuat Alena merasa nyaman berada di dekatnya. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk dekat. Dalam tiga bulan mereka berhasil memantapkan diri untuk menikah.Pernikahan berlangsung dengan sederhana dan hikmat. Alena merasa sangat bersyukur, setelah sepeninggal sang Ayah akhirnya ia mendapat sosok laki-laki lain sebagai tempat ia bersandar di masa depan.Alena dan Ansen tinggal di
Saat Alena keluar dari kamar mandi, hal pertama yang ia lihat adalah suaminya sedang bersandar di tempat tidur sambil memainkan handphone nya. Laki-laki itu terlihat sangat tampan dan gagah, apalagi saat dia sedang fokus memainkan sesuatu.Ansen merupakan seorang gamers profesional. Dia biasa melakukan latihan dan berdiam diri di depan komputer. Hal itulah yang membuat tak ada orang-orang berpikir bahwa Ansen tak bekerja atau pengangguran.Alena mendekat dan memeluk suaminya dengan sayang. Ia selalu menjadi istri yang pengertian dan tak akan mengganggu kegiatan suaminya. Hanya saja kali ini terbilang istimewa, semua itu dikarenakan Sang Ibu yang datang berkunjung secara tiba-tiba.Mengerti bahwa istrinya sedang gelisah, Ansen menaruh handphone nya dan membalas pelukan Alena dan sesekali mencium kening sang istri."Hari ini melelahkan, apa kamu tidak ingin istirahat?"Alena hanya menggeleng dan menggoda suaminya dengan tatapan provokatif. "Aku ingin
Saat mereka sedang tidur, Alena membuka matanya. Ia tak bisa tidur memikirkan hal yang terjadi sebelumnya. Ia tau bahwa semua pikiran buruk terasa lebih realistis dibandingkan dengan kepercayaan yang berusaha ia bangun untuk suaminya. Hanya saya ia ingin membohongi dirinya sendiri dengan anggapan bahwa Ansen selalu menjadi miliknya.Ia menatap wajah Ansen yang begitu tampan. Ketika laki-laki itu sedang tertidur, Ansen akan terlihat seperti seorang malaikat. Sangat tampan, lembut dan itu berhasil membuat Alena merasa bahwa semua hal yang dilakukan Ansen akan selalu ia maafkan.Katakanlah ia bodoh dan tak bisa berfikir secara logis. Lagipula siapa yang menyuruhnya merasakan cinta yang begitu dalam untuk seorang laki-laki tampan semacam ini. Ia tidak bisa lari dari semua rasa manis yang diciptakan Ansen untuknya. Ia tau ia terlihat seperti ngengat yang mengharapkan api, tapi apa boleh buat ia ternyata menikmati rasa itu.Alena bangun dan mencari air dingin di kulkas. Ia ingin pikirannya
Ansen masuk ke dalam kamar mandi dan membasuh wajahnya dengan air. Masalah hari ini telah berhasil ia lewati dengan baik. Walaupun ia harus menangis dan berakting dengan sudah payah. Tapi setidaknya Alena berhasil ia kendalikan.Saat ia menatap wajahnya di cermin, Ansen merasa ada rasa lelah terlibat di wajahnya. Ia ingin semuanya cepat berakhir, tapi ia juga ingin akhir dari cerita ini akan menjadi cerita terbaik dalam hidupnya. Kehancuran Alena adalah yang terbaik dan itu sebentar lagi akan terwujud. Ia hanya perlu sedikit bersabar.Ansen pun keluar dari kamar mandi dengan perasaan yang teguh kembali. Ia tidak akan goyah lagi hanya karena sebuah pesona.Saat Ansen keluar, ia melihat Alena masih berdiri di ruang tamu sambil menatap ke segala arah dengan tatapan kosong."Apa yang kamu lihat?" ucap Ansen penasaran."Berapa banyak temanmu yang datang ke apartemen?"Mendengar hal itu, entah kenapa keringat Ansen terasa dingin. Ia takut Al
Semua barang berserakan dan penuh dengan bau yang tak sedap. Sebagai orang yang sudah menikah, tentu saja Alena tau dan mengenal bau semacam ini."Ansen!"Selama lebih dari setengah tahun menikah, ini pertama kalinya Alena menggunakan intonasi nada bicara yang tinggi dalam berbicara. Hal itu membuktikan betapa marah dan kecewanya ia saat ini. Ansen yang mendengar suara istrinya yang tinggi dari luar telah berhasil menyusut dan menjadi sangat gugup. Ia pun hanya mampu menggigit jari sambil memikirkan alasan untuk menghindar.Mata Alena telah berkaca-kaca, segala bentuk skenario buruk telah ada di otaknya. Ia mungkin akan menjadi gila jika benar Ansen melakukan hal semacam itu dengan wanita lain di rumah mereka sendiri."Ansen!" Panggilnya sekali lagi.Suara itu begitu nyaring, Ansen pun keluar dengan langkah pelan sambil menundukkan kepala. Ia terlihat menyedihkan dan matanya berkaca-kaca seolah ia akan menangis saat itu juga. Pemandangan itu
Matahari terlihat akan terbenam, siluet cahaya keemasan menyinari ruangan Alena. Sebagai pemimpin tertinggi di perusahaan ini, tentu saja Alena mendapatkan ruangan terbaik. Akses serta fasilitas mewah dapat ia nikmati dengan santai. Apalagi pemandangan indah selalu menyambutnya di sore hari. Akan tetapi itu tak membuat Alena merasa terlena dan menikmati pemandangan indah itu. Baginya pulang lebih cepat selalu menjadi yang utama.Sebagai seorang CEO perusahaan besar, Alena memiliki kesibukan yang luar biasa. Akan tetapi sebagai seorang istri, Alena selalu menyisihkan waktunya untuk pulang dan makan malam bersama dengan Ansen. Melihat betapa sibuknya ia sebagai seorang pekerja, Alena tak bisa membayangkan jika suaminya bukan Ansen.Ansen adalah laki-laki yang sangat pengertian, laki-laki itu tak pernah protes dengan segala kesibukan yang Alena lakukan di perusahaan. Itu membuat Alena merasa bersalah dan takut Ansen akan kesepian berada di Apartemen.Sekarang
Selama sehari penuh mereka menghabiskan waktu berdua. Menonton film dan bercanda. Jika itu dilihat dari kacamata asing. Maka dari sudut mana pun kamu melihat, mereka terlihat seperti pasangan yang saling mencintai. Mungkin juga akan membuat orang lain cemburu dan iri karena ingin memiliki hubungan yang sama.Sifat dan Sikap Ansen begitu sempurna, hingga tak ada celah untuk orang lain curiga padanya. Alena bahkan tak akan mungkin percaya tentang seperti sikap dan sifat Ansen yang sebenarnya.Alena semakin hari semakin jatuh cinta pada Ansen. Ia tak dapat membayangkan jika suatu saat hidup tanpa Ansen di sisinya. Sekarang hidup Alena dapat dikatakan sangat bergantung pada suamiku.Selama seharian penuh mereka berkencan di rumah. Kencan yang sulit mereka dapatkan akibat Alena yang sangat sibuk bekerja.Keesokan harinya Alena kembali seperti biasanya. Ia menjadi Presiden perusahaan besar dan menjadi seorang workaholic lagi. Itu membuatnya harus bangun p
Ansen bangun lebih dulu. Ia membersihkan sisa kekacauan yang telah dibuat sebelumnya. Tak lupa ia memasak sarapan untuk mereka berdua. Wajah Ansen terlihat datar, sebenarnya ia terbiasa melakukan hal kasar semacam ini. Dulu saat ia jatuh miskin dan terpaksa harus bekerja kasar. Ansen memasak dan membuat banyak hal untuk dirinya sendiri. Itu dilakukan untuk menghemat uang yang berhasil ia hasilkan. Terjun ke dunia bawah tentu saja bukan sesuatu yang mudah. Ansen telah melakukan banyak hal untuk mencapai posisi tertinggi. Menjadi kurir hingga tertembak oleh musuh pun sudah pernah ia rasakan. Kehidupan yang begitu keras itulah yang membuatnya semakin sakit hati saat melihat Alena yang hidup dengan begitu indah. Alena adalah definisi manusia yang hidup tanpa kekhawatiran dan keberuntungan. Alena sangat cantik, tubuhnya tak terlalu tinggi dan berat badannya ideal. Kulitnya yang putih bersih tanpa cacat membuatnya semakin terlihat seperti seorang putri. Dengan kekayaan yan
Saat Ansen menikmati rokoknya, ia tak menyadari ada seseorang di belakangnya yang menatap Ansen dengan wajah kaget."Kamu merokok?"Ansen yang mendengar suara istrinya langsung kaget. Ia tak menyangka Alena akan bangun di tengah malam. Untuk sesaat ia berusaha mencari akal agar gadisnya tak curiga. Ia pun melepas rokok itu dengan wajah menunduk seperti biasanya."Maafkan aku," ucapnya mengaku.Ansen pun mencoba untuk tenang dan menyusun kata-kata terbaik agar Alena percaya padanya mengenai apakah ia bisa merokok atau tidak. Lagipula gadis itu sudah terlanjur melihatnya saat merokok tadi. Apalagi Alena itu sangat pintar. Ansen tak ingin membuat gadis itu curiga dengan tingkahnya yang ada di luar batas normal."Sejak kapan kamu mulai merokok?"Wajah Alena terlihat kecewa, ia tak pernah tau kalau suaminya adalah seorang perokok. Ansen yang sadar bahwa Alena kecewa padanya langsung memeluk gadis itu erat. Dia meringis seolah dia ikut merasa kesa
Saat Alena keluar dari kamar mandi, hal pertama yang ia lihat adalah suaminya sedang bersandar di tempat tidur sambil memainkan handphone nya. Laki-laki itu terlihat sangat tampan dan gagah, apalagi saat dia sedang fokus memainkan sesuatu.Ansen merupakan seorang gamers profesional. Dia biasa melakukan latihan dan berdiam diri di depan komputer. Hal itulah yang membuat tak ada orang-orang berpikir bahwa Ansen tak bekerja atau pengangguran.Alena mendekat dan memeluk suaminya dengan sayang. Ia selalu menjadi istri yang pengertian dan tak akan mengganggu kegiatan suaminya. Hanya saja kali ini terbilang istimewa, semua itu dikarenakan Sang Ibu yang datang berkunjung secara tiba-tiba.Mengerti bahwa istrinya sedang gelisah, Ansen menaruh handphone nya dan membalas pelukan Alena dan sesekali mencium kening sang istri."Hari ini melelahkan, apa kamu tidak ingin istirahat?"Alena hanya menggeleng dan menggoda suaminya dengan tatapan provokatif. "Aku ingin
Alena bangun dengan tubuh pegal dan sedikit sakit. Ia membuka matanya yang lelah lalu menoleh ke sisi kiri. Di sana telah tertidur seorang laki-laki yang paling ia cintai. Orang yang selalu ada di sampingnya dan menunggunya untuk pulang.Laki-laki itu adalah orang ia nikahi enam bulan yang lalu. Mereka bertemu secara tidak sengaja di sebuah cafe internet. Saat itu Alena harus mengirim sebuah file dengan cepat. Hanya saja handphone tiba-tiba hilang. Beruntung ia membawa flashdisk dan mengirimkannya di sana.Mereka berkenalan dan langsung menjadi akrab. Ansen sangat ramah hingga membuat Alena merasa nyaman berada di dekatnya. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk dekat. Dalam tiga bulan mereka berhasil memantapkan diri untuk menikah.Pernikahan berlangsung dengan sederhana dan hikmat. Alena merasa sangat bersyukur, setelah sepeninggal sang Ayah akhirnya ia mendapat sosok laki-laki lain sebagai tempat ia bersandar di masa depan.Alena dan Ansen tinggal di