Baikan atau tidak sih? berantem lagi. Yuk lanjut baca dan jangan lupa sumbangkan Gemsnya kak. Agar bisa tetap eksis di aplikasi, jangan lupa baca juga cerita saya yang lainnya. 1. ISTRIKU MINTA CERAI SETELAH AKU TAGIH HUTANGNYA (Tamat) 2. KUNCI BRANGKAS RAHASIA SUAMIKU(tamat)
Maa, Aku Pantang Cerai! (97)"Bisa gak sih menjauh sedikit saja? Gerah tau dari tadi nempel terus."Alea berusaha mendorong tubuh Erlangga. Sejak tau dirinya hamil, pria itu terus menempel dan membelai perutnya. Padahal perutnya masih rata, bahkan janin dalam perutnya masih berbentuk segumpal darah, tapi perlakuan Erlangga sungguh luar biasa."Aku mau tidur, Lang. Bisa gak menjauh sedikit, berat kepalamu di dadaku." Yah, saat ini pria itu bahkan meletakkan kepalanya di dada Alea, sedang tangannya terus membelai perut istrinya, dia bahkan menyingkap daster sang istri hanya untuk membelai dan mencium perut rata itu. Tentu saja membuat Alea gerah menerima sikap lebai sang suami."Ini mau menyingkir, gak sih?" Alea mulai kesal."Gak! Aku mau dekat-dekat dengan anakku juga." Erlangga juga tak mau kalah.Plak ....Tiba-tiba Alea memukul tangan Erlangga yang mulai bergerak kemana-mana. Wanita itu sudah kesal, karena suaminya terus menempel di tubuhnya dan sekarang mulai meraba dadanya pula.
Maaf, Aku Pantang Cerai! (98)"Kau adalah satu-satunya wanita yang bisa membuat Erlangga merasakan bahagia, sekaligus sakit yang luar biasa. Penolakanmu bersamaan dengan rasa malu dan trauma yang dia dapat dari keluarganya.Pria malang itu mendapatkan pelecehan tepat di saat hari pernikahanmu. Saat kau tertawa bahagia, pria itu sedang berjuang melawan mautnya. Untunglah sekelompok orang datang tepat waktu sehingga nyawanya tertolong, sayang kejadian itu membuatnya trauma. Itulah sebabnya aku dan Hani sebenarnya tak ingin melihatmu di dekat Erlangga, sialnya pria bodoh itu terlalu mencintaimu sehingga kami tak bisa berbuat apa-apa."Alea meringkuk memeluk lutut di hadapan Dani. Penasaran dengan mimpi dan juga ucapan wanita di kantor Seno, membuatnya nekad memaksa Dani untuk bicara. Hasilnya pria itu mengatakan sesuatu yang tak bisa dia terima dengan akalnya."Mama membiarkan Erlangga berada di pesta para pria menyimpang itu? Karena tau suaminya telah menjual anaknya demi membayar hutang
Maaf, Aku Pantang Cerai! (99)"Sayang bangun, ini sudah siang katanya ada rapat penting hari ini."Alea membelai wajah Erlangga, bahkan mencium pipinya tapi pria itu tak bergerak sama sekali. Semalam dia memang pulang larut karena pekerjaan menumpuk, tekadnya menghancurkan perusahaan papa tirinya, membuat para investor beralih pada perusahaan mereka.Jefri dan Sela yang kini mengurus perusahaan baru Erlangga di Jepang kalang-kabut. Sebab para investor itu ingin bertemu langsung dengan Erlangga, membuat suami Alea itu sibuk bolak-balik. "Sebentar lagi, beri waktu lima menit," pinta Erlangga."Baiklah, cepat bangun aku tunggu di bawah. Sarapan sudah hampir dingin, karena kau sudah sangat terlambat."Alea membelai rambut sang suami lalu hendak mencium pipinya, tapi yang dapat justru bibirnya karena Erlangga menggeser wajahnya sedikit."Manis." Senyum Erlangga sembari membuka matanya lebar-lebar."Nakal, cepat bangun ini sudah siang. Dani sudah menunggu tuh di bawah, wajahnya masam betul
Maaf, Aku Pantang Cerai! (100)"Tetap tenang, jangan terpancing emosi. Ingat kau punya aku dan anak-anak kita."Alea memeluk sang suami, lalu melirik kedua mertuanya yang sudah berada di dalam mobil, untuk mengikuti Erlangga ke kantor. Dia sudah meminta Dani untuk tetap di samping Erlangga, karena tak mau pria itu terlepas kendali pada mama dan papa tirinya."Aku sebenarnya tak ingin pergi ke kantor. Apalagi ada kedua orang itu, rasanya ingin sekali menghajar pria tak punya malu itu, Al."Nah kan kalau kesal Erlangga jadi lupa memangil "sayang" dia akan memangil namanya begitu saja. Membuat Alea tersenyum, lalu meraih wajah sang suami untuk memberinya kecupan di pipi."Pergilah, nanti aku datang membawa makan siang. Jika kau jadi anak baik, aku akan memberimu hadiah yang tak akan bisa kau tolak."Alea mengerling nakal, membuat Erlangga tertawa bahagia. Pria itu melihat Aska bersama pengasuhnya, lalu meraih dan mencium anak sambungnya dengan gemas. Kebiasaan sebelum pergi bekerja, Erlan
Maaf, Aku Pantang Cerai! (101)"Perempuan sialan kau tak hanya menguasainya, tapi kau juga akan mengekangnya. Berniat mengikatnya seperti anjing di sisimu."Wanita itu terlihat murka, ketika mengingat anak lelakinya ternyata begitu patuh pada sang istri. Wanita itu bahkan tak membiarkan Erlangga jauh darinya dan anaknya yang bodoh mengira itu karena cinta."Memangnya mama punya urusan apa soal Erlangga? Aku rasa sudah cukup selama ini mana menguasainya seperti anjing. bahkan mama tak perduli betapa menderitanya dia saat itu, sekarang aku yang akan menguasainya dengan memberinya cinta dan kasih sayang. Tidak seperti yang mama lalukan selama ini."Alea benar-benar sudah bertekad untuk melindungi suaminya. Terserah jika harus melawan mama mertuanya, saat ini dia punya rencana menjaga Erlangga dan mengembalikan cinta sang mama pada pria malang itu."Kau memang tak tau diri. Setelah mengambil sertifikat apartemen dan uang yang aku beri, kau juga tak ingin melepaskan mangsamu. Sungguh Angga
Maaf, Aku Pantang Cerai! (102)"Sayang."Alea menyeka airmatanya saat mendengar suara Erlangga. Wanita itu melangkah menuju lemari untuk menyusun baju yang habis di setrika pembantunya, perlahan dia menarik napas saat merasa pelukan di perutnya. Juga merasakan deru napas sang suami di lehernya."Maaf," lirih suara Erlangga.Perlahan Alea memutar tubuhnya lalu menatap sang suami. Melihat wajah lelahnya timbul rasa iba di hatinya, tapi mengingat tatapan tak percaya suaminya tadi, membuat perasaan itu menguap begitu saja."Aku masih banyak pekerjaan, bisa menyingkir sebentar."Alea kembali melangkah menuju tempat tidur. Mengambil tumpukan baju yang tersusun rapi untuk di pindahkan ke lemari. Erlangga yang tau sang istri sedang kesal tetap berusaha membujuknya."Sayang, duduklah sebentar aku ingin bicara."Alea seolah tak perduli pada ucapannya membuat Erlangga mengangkat tubuh sang istri dan membawanya duduk di atas pangkuannya. Perlahan dia menatap mata sang istri yang menatapnya kesal.
Maaf, Aku Pantang Cerai! (103)"Sayang, ini sungguh luar biasa."Alea terlihat bahagia, saat melihat ruangan yang sudah di renovasi. Dalam satu bulan sudah berubah menjadi seperti apartemen kecil, ruangan Erlangga juga tak perlu di sekat karena Aldian membuat pintu di sisi lain kamar tidur, jadi di kamar itu ada dua pintu. Satu menuju ke ruangan Alea satu lagi ke ruangan Erlangga.Alea benar-benar puas. Apalagi saat melihat kabinet dapur yang cukup bagus, wanita itu seperti merasa berada di rumah. Ruangan itu sudah terisi lengkap, ada sofa dan televisi juga. Alea tersenyum sembari melambaikan tangan pada Erlangga, karena ruangannya dan ruangan erlangga sekarang hanya terhalang dinding kaca. Tapi ada tirai sebagai pelindung."Bagaimana kau puas kan dengan kerja Aldian? Dia memang tau apa yang kita inginkan, mulai sekarang kita tak akan berjauhan lagi."Erlangga memeluk pinggang sang istri setelah dia mendatanginya. Melihat senyum Alea membuat hatinya tenang."Ini sempurna Yank. Kita han
Maaf, Aku Pantang Cerai! (104)"Ish ...kenapa jadi tak ada yang enak di pakai sih?"Alea terlihat sibuk dengan baju yang akan dia pakai malam ini, kalau bukan karena takut Erlangga terpincut keponakan Arifin. Dia tak akan mau ikut undangan."Perutku juga sudah terlihat buncit jadi tak enak di pandang. Pasti wanita itu akan mudah merebut suamiku."Mungkin karena hormon kehamilannya makanya Alea sedikit labil. Dia mulai mencurigai suaminya, walau dia tau betapa cintanya Erlangga mencintainya."Cinta saja tak cukup kuat, apalagi kalau pengoda itu itu cantik, seksi dan masih perawan."Lagi-lagi Alea berpikiran buruk, membuatnya pusing sediri, hingga tak menyadari sang suami menatapnya heran. Pria itu tak pernah melihat istrinya jadi seperti orang bingung."Ada apa lagi, Yank? Kok belum siap-siap. Acaranya jam 7 loh, kita tak mungkin datang terlambat."Alea mendengus kesal karena mendengar ucapan Erlangga. Dia jadi kesal karena suaminya jadi tak peka."Kita tak usah pergi aja ya? Tak ada ba
Maaf, Aku Pantang Cerai! (156)"Mama pasti tidak lupa di mana tempat itu? Lihat kain yang di kenakan Aino. Mama tidak lupa kan dengan hadiah istimewa itu?"Erlangga tertawa puas hingga menangis. Alea semakin mengeratkan pegangan tangannya, dia tau Erlangga tengah kembali ke masa paling menyedihkan dalam hidupnya."Siapa jalang yang sebenarnya, Ma. Aku kasihan melihatmu tapi kau sendiri yang menginginkannya, gadis yang kau puja setinggi langit justru wanita mainan suamimu. Dia di puaskan sebelum memuaskan dirimu, mereka bahkan bercinta di tempat tidur yang kau persiapkan untuk acara ulang tahun mu, bahkan mengunakan baju yang sama seperti milikmu. Saat kau mengerang di atas tubuh pria ini, dia tengah membayangkan bercinta dengan Aino buka dengan wanita tua sepertimu."Erlangga menuding jarinya pada sang mama. Terlihat kurang ajar jadi Alea menarik tangan itu dan mengecupnya, membuat Erlangga segera mengusap wajahnya dengan kasar."Rekaman ini yang suamimu minta sebelum mengirim ku ke pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (155)"Apa yang kau lakukan perempuan sialan? Kau menghancurkan perusahaan papaku!"Jennie berteriak seperti orang gila. Dia berusaha menyerang Alea, namun di saat yang tepat seseorang mendekap erat Alea."Jangan berani menyentuh istriku. Kalau tidak kau akan bernasib sama seperti perusahaan papamu, coba saja jika kau ingin membuktikannya."Jennie terkejut mendengar suara dingin di depannya. Dia tak menyangka Erlangga akan datang tepat waktu, dia sudah merencanakan penyerangan pada Alea, tapi tetap saja ketahuan."Dia hanya seorang janda beranak satu, Angga. Kenapa kau begitu mencintainya bahkan mengabaikan aku dan Aino."Jennie benar-benar tak habis pikir pada otak Erlangga. Dia sudah begitu lama berada di sisi Aino, tapi tak membuatnya ingat pada dirinya yang selalu ada ketika Erlangga bertemu Aino."Kau pasti tak bisa melihatnya karena matamu sudah buta. Wanita itu tak hanya cantik wajahnya tapi juga hatinya, sesuatu yang tak kau miliki begitu juga dengan Ai
Maaf, Aku Pantang Cerai! (154)"Selamat siang Bu Alea, bisakah kita bicara sebentar. Saya ada hal penting untuk dibicarakan dengan Bu Alea."Alea menatap wanita yang ada di depannya. Wanita yang baru-baru ini membuatnya pusing, sekarang dengan berani dia mengajak bicara. Apakah pelakor memang tak takut lagi dengan kuasa istri sah."Apa yang ingin anda katakan? Silakan saya akan mendengarkan."Alea memberi kesempatan pada Jennie untuk bicara. Dia ingin tau apa yang wanita ini inginkan, dia juga ingin tau sampai mana kebohongan Erlangga."Sebelumnya saya minta maaf, karena telah membuat Bu Alea dan pak Erlangga menjadi salah paham. Sebenarnya saya memang tak mengenal pak Erlangga sebelum saya pergi ke kantornya, kebetulan saat itu kami bertemu dan satu lift."Alea tersenyum tak menyela penjelasan Jennie. Jari tangannya mengetuk pelan meja, membuat Jennie sedikit gelisah. Ketukan jari Alea berhenti saat pelayan kafe datang membawa pesanan mereka."Silakan nikmati dulu minuman yang anda pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (153)Erlangga mendesah kesal, sembari menatap ruangan sang istri yang terlihat kosong. Wanita itu benar-benar marah hingga tak mau bicara dengannya, bahkan dia rela pindah ke kantor agar ayah dan ibunya tak curiga. Kalau anak dan menantunya sedang ribut, tapi begitu di kantor dia menutup ruangannya dan menghabiskan waktu dengan kedua anaknya. Pintu semua terkunci, jadilah Erlangga tak bisa masuk. Kalau Erlangga tidur di kamarnya, Alea dan kedua anaknya tidur di ruangan Alea, mengunakan tilam lantai."Bos, makan siang sudah siap."Dani berkata pelan sembari menatap kaca pembatas ruangan yang sudah tertutup gorden. Kemudian dia berbalik dan menatap si Bos yang terlihat kacau, jangankan makan, minum saja si bos tak mau."Dan, aku tunggu di ruanganku. Tetap di tempatmu." Melihat Alea muncul di pintu ruang istirahat. Erlangga hendak menemuinya, tapi Alea segera memberinya peringatan untuk tidak bergerak.Dani hanya bisa menggaruk kepalanya. Setelah melihat pintu
Maaf, Aku Pantang Cerai! (152)"Selamat siang Bu Alea, saya perwakilan dari perusahaan Samudra Jaya. Saya ada janji dengan pak Erlangga, tapi di arahkan untuk bicara dulu dengan anda."Alea menjabat tangan wanita yang baru saja menemuinya. Sepertinya wanita ini belum tau prosedur di perusahaan Erlangga."Iya silakan duduk, mohon maaf kalau boleh tau nama anda ....?"Alea bertanya karena sejak tadi wanita ini belum memperkenalkan dirinya. Dia melihat wanita ini sering melirik ke arah ruangan Erlangga, walau suaminya tak bereaksi tapi dia sedikit tak menyukainya."Di perusahaan ini memang seperti prosedurnya. Tamu pria bertemu dengan pak Erlangga sedangkan tamu wanita bertemu istrinya. Pria di sana itu suami saya jadi jangan tergoda dengannya."Alea tertawa seolah ucapan hanya bercanda. Wanita di depannya juga tertawa walau terdengar garing. Alea heran karena sampai sekarang wanita ini belum menyebut namanya sama sekali."Maaf sekali lagi saya harus memanggil nyonya atau nona?" tanya Ale
Maaf, Aku Pantang Cerai! (151)"Assalamualaikum Bu," ucap Alea."Mau apa kau kemari? Mau menertawai kemalanganku ini," tanya Bu Wastika."Bu, sekali saja jangan berpikir buruk padaku. Sejak awal menikah dengan mas Wisnu ibu tau pasti, kalau aku berusaha keras berbakti padamu, karena saat itu aku tak tau masih memiliki orang tua. Jadi aku menganggap ibu sebagai orang tuaku sendiri, apa yang tak ku lakukan untuk kalian semua. Jadi pembantu gratisan aku juga rela, tapi apa pernah kalian menganggap ku? Tidak sama sekali.Ibu terus membenci dan memfitnahku, di depan tetangga bahkan di depan suamiku sendiri. Seolah senang aku diam ibu terus berulah, hingga akhirnya menikahkan suamiku dengan wanita lain. Jika wanita itu baik mungkin aku bisa terima bermadu, tapi wanita itu seorang pelacur yang hamil bukan anak mas Wisnu. Katakan Bu, tidakkah ibu yang telah begitu kejam padaku dan mas Wisnu?"Alea menyeka airmatanya dia sudah tak tahan lagi. Semua yang dia pendam selama ini akhirnya keluar dar
Maaf, Aku Pantang Cerai! (150)"Ada apa? Aku lihat melamun aja daritadi."Erlangga merentangkan tangannya agar sang istri tidur beralas lengannya. Sejak kembali dari beli makanan bersama ibunya, Alea terus diam seolah memikirkan sesuatu."Ini soal ibunya mas Wisnu. Tadi tak sengaja aku melihatnya sedang memulung, apa begitu parah nasibnya, Yank. Apa kau tak ada cara untuk membantunya tanpa berurusan soal uang?"Erlangga menarik napas setelah mendengar ucapan istrinya. Dia memang sudah tau tentang ibunya Wisnu tapi dia belum tau cara untuk membantunya."Kalau kita beri uang pasti nanti dia akan terus meminta. Satu-satunya cara kita memang harus tega padanya, tapi hati ini juga tak kuat melihatnya seperti itu."Kembali Erlangga menarik napas panjang. Masalah Bu Wastika memang susah di selesaikan, karena wanita ini keras kepala dan juga serakah."Hentikan Lang, geli ih."Tiba-tiba Erlangga mengecup leher Alea karena melihat wanita itu mulai melamun lagi. Dia memang tak bisa membuat sang i
Maaf, Aku Pantang Cerai! (149)"Ini benar-benar luar biasa. Aku akan punya cicit lagi," ucap tuan Dirga."Iya Kek, kemungkinan anak kami ini perempuan. Doakan saja agar kelak ada lagi perempuan terlahir dari rahim Alea, jadi keturunan anak perempuan bisa lebih banyak," ujar Erlangga.Plak ...."Ini saja belum lahir tapi kau sudah bermimpi punya anak lagi."Alea memukul pelan tangan sang suami. Dia tak habis pikir dengan apa yang Erlangga inginkan."Kita harus punya rencana, Yank. Bunda anak perempuan satu-satunya, kau juga begitu jadi kita harus berjuang untuk punya anak perempuan lebih banyak."Lang, kau mau aku mutilasi gak itu mu. Enak aja kalau ngomong, lahir kan dulu anak ini baru kita pikirkan yang lainnya," ucap Alea lagi."Yakin mau dimutilasi? Ingat kalau itu tak ada kau tak punya pegangan kalau tidur."Erlangga tertawa saat melihat wajah sang istri yang memerah. Untung mereka bicara berbisik kalau tidak bisa makin malu Alea."Kalau boleh kakek minta. Bisakah acara tujuh bulan
Maaf, Aku Pantang Cerai! (148)"Yank, syukurlah aku sudah bangun. Tolong jangan membuatku takut."Alea terpaku melihat Erlangga memeluknya sembari menangis. Dia masih tak mengerti apa yang terjadi, hanya saja tadi dia bermimpi tentang Wisnu. Membuatnya percaya kalau dia adalah pendosa yang sebenarnya."Tolong pergilah, Yank. Aku minta maaf kalau selama ini bersalah padamu, katakan pada Jenie aku juga minta maaf. Sekarang kembalilah padanya aku akan mengurus perceraian kita."Alea sudah menguatkan hatinya untuk berpisah dengan Erlangga. Dia sudah tau apa yang terjadi memang salahnya, jadi dia rela kehilangan pria sebaik Erlangga."Apa kau dengar sayangku Jennie. Cepatlah datang papi dan mami menunggumu."Alea tersentak mendengar ucapan Erlangga di depan perutnya. Dia masih tak mengerti tapi Erlangga tak mau menjelaskannya, dengan kesal dia menarik rambut sang suami membuatnya mengangkat kepalanya."Apa maksudmu memanggil nama Jennie di depan perutku. Memangnya perempuan itu ada di sana,