Apakah kali ini mama Erlangga menerima kekalahannya. Yuk ah lanjut baca dan jangan lupa sumbangkan Gems, Agar bisa tetap eksis di aplikasi, jangan lupa baca juga cerita saya yang lainnya. 1. ISTRIKU MINTA CERAI SETELAH AKU TAGIH HUTANGNYA (Tamat) 2. KUNCI BRANGKAS RAHASIA SUAMIKU(tamat)
Maaf, Aku Pantang Cerai! (102)"Sayang."Alea menyeka airmatanya saat mendengar suara Erlangga. Wanita itu melangkah menuju lemari untuk menyusun baju yang habis di setrika pembantunya, perlahan dia menarik napas saat merasa pelukan di perutnya. Juga merasakan deru napas sang suami di lehernya."Maaf," lirih suara Erlangga.Perlahan Alea memutar tubuhnya lalu menatap sang suami. Melihat wajah lelahnya timbul rasa iba di hatinya, tapi mengingat tatapan tak percaya suaminya tadi, membuat perasaan itu menguap begitu saja."Aku masih banyak pekerjaan, bisa menyingkir sebentar."Alea kembali melangkah menuju tempat tidur. Mengambil tumpukan baju yang tersusun rapi untuk di pindahkan ke lemari. Erlangga yang tau sang istri sedang kesal tetap berusaha membujuknya."Sayang, duduklah sebentar aku ingin bicara."Alea seolah tak perduli pada ucapannya membuat Erlangga mengangkat tubuh sang istri dan membawanya duduk di atas pangkuannya. Perlahan dia menatap mata sang istri yang menatapnya kesal.
Maaf, Aku Pantang Cerai! (103)"Sayang, ini sungguh luar biasa."Alea terlihat bahagia, saat melihat ruangan yang sudah di renovasi. Dalam satu bulan sudah berubah menjadi seperti apartemen kecil, ruangan Erlangga juga tak perlu di sekat karena Aldian membuat pintu di sisi lain kamar tidur, jadi di kamar itu ada dua pintu. Satu menuju ke ruangan Alea satu lagi ke ruangan Erlangga.Alea benar-benar puas. Apalagi saat melihat kabinet dapur yang cukup bagus, wanita itu seperti merasa berada di rumah. Ruangan itu sudah terisi lengkap, ada sofa dan televisi juga. Alea tersenyum sembari melambaikan tangan pada Erlangga, karena ruangannya dan ruangan erlangga sekarang hanya terhalang dinding kaca. Tapi ada tirai sebagai pelindung."Bagaimana kau puas kan dengan kerja Aldian? Dia memang tau apa yang kita inginkan, mulai sekarang kita tak akan berjauhan lagi."Erlangga memeluk pinggang sang istri setelah dia mendatanginya. Melihat senyum Alea membuat hatinya tenang."Ini sempurna Yank. Kita han
Maaf, Aku Pantang Cerai! (104)"Ish ...kenapa jadi tak ada yang enak di pakai sih?"Alea terlihat sibuk dengan baju yang akan dia pakai malam ini, kalau bukan karena takut Erlangga terpincut keponakan Arifin. Dia tak akan mau ikut undangan."Perutku juga sudah terlihat buncit jadi tak enak di pandang. Pasti wanita itu akan mudah merebut suamiku."Mungkin karena hormon kehamilannya makanya Alea sedikit labil. Dia mulai mencurigai suaminya, walau dia tau betapa cintanya Erlangga mencintainya."Cinta saja tak cukup kuat, apalagi kalau pengoda itu itu cantik, seksi dan masih perawan."Lagi-lagi Alea berpikiran buruk, membuatnya pusing sediri, hingga tak menyadari sang suami menatapnya heran. Pria itu tak pernah melihat istrinya jadi seperti orang bingung."Ada apa lagi, Yank? Kok belum siap-siap. Acaranya jam 7 loh, kita tak mungkin datang terlambat."Alea mendengus kesal karena mendengar ucapan Erlangga. Dia jadi kesal karena suaminya jadi tak peka."Kita tak usah pergi aja ya? Tak ada ba
Maaf, Aku Pantang Cerai! (105)"Erlangga Pratama. Selamat datang Nak, mari aku kenalkan pada keluargaku."Erlangga tersenyum melihat Arifin yang menyambutnya dengan hangat. Pria itu melirik pintu masuk berharap sang istri segera menemuinya, setelah selesai dari kamar mandi. Kebetulan Alea ingin buang air kecil makanya dia masuk duluan.Pesta itu dilakukan di halaman belakang, tepat di dekat kolam renang. Jadi Alea pergi ke kamar mandi di dalam rumah, yang di tunjukkan oleh pembantu rumah itu.Erlangga terlihat gelisah karena Alea tak kunjung datang. Dia ingin pergi melihat sang istri, tapi Arifin dan keluarganya terlihat begitu senang melihatnya datang. Mereka mengajak Erlangga keliling berkenalan dengan para tamu undangan, seolah dia bagian dari keluarga."Kakek, Mira sudah pulang. Selamat ulang tahun Kakek sayang."Gadis itu tersenyum lalu memeluk sang kakek. Kemudian mulai mendekati Erlangga yang berdiri di samping pamannya Arifin, Mira mengulurkan tangan ke arah Erlangga, namun ses
Maaf, Aku Pantang Cerai! (106)"Orang yang kalian perlakukan seperti sampah, tak pernah ingin kembali kemari, aku juga tak ingin meski hanya gambarnya!"Alea berteriak melengking membuat semua orang gemetar. Termasuk Erlangga, apalagi saat dia melihat Alea memegangi perutnya. "Sayang hentikan semua ini. Lihat di lukisan itu ada empat wanita memakai kalung yang serupa, jadi belum tentu itu milik ibumu."Erlangga mencoba membujuk Alea agar tuan Dirga tidak semakin marah. Namun dia tak menduga kalau Alea akan mengatakan sesuatu yang mengejutkan semua orang."Kalung itu cuma ada satu di dunia ini. Pewaris terakhirnya adalah Kianara, yang kemudian menyerahkannya padaku sebelum pergi menyusul suaminya meninggalkan dunia ini."Alea menatap wajah Erlangga yang terkejut, dia paham kalau Erlangga tak tau soal itu. Tak ada yang tau soal keluarganya termasuk Wisnu, mereka hanya tau dia di besarkan di panti asuhan."Kau memang wanita jahat. Terkutuk, demi menyakiti cucuku kau mencaritahu tentang k
Maaf, Aku Pantang Cerai! (107)"Tolong, lepaskan aku."Erlangga merintih merasakan sakit luar biasa. Namun dia tetap memohon, agar mimpi buruknya segera berakhir. Dia tak ingat apa-apa namun dia bisa merasakan seseorang memeluknya, sialnya, dia tau orang yang memeluknya seorang pria.Di bawah alam sadarnya Erlangga meronta agar pria itu melepaskan tubuhnya. Namun sayang pria itu semakin erat memeluknya, seolah takut terjadi sesuatu padanya."Lebih cepat lagi, dia sudah hampir tak sadarkan diri. Itu biasa bahaya bagi keselamatannya."Erlangga mendengar seorang pria berkata dengan nada keras. Dia hanya tak tau kenapa pria itu marah-marah, sedangkan dia tengah merasakan sakit di tubuhnya."Al, tolong aku."Erlangga menangis berharap wanita yang dia cintai datang untuk menolong. Namun dalam tidurnya dia tertawa karena ingat hari ini, pernikahan Alea wanita yang dia cintai."Alea? Siapa orang yang kau panggil namanya? Nama yang sama dengan putriku. Dia pasti cantik karena kau terus memanggi
Maaf, Aku Pantang Cerai! (108)"Sayang, ini sudah selesai aku periksa coba cek lagi."Alea menyerahkan berkas yang sudah dia periksa. Sekarang Alea membantu Erlangga untuk memeriksa setiap berkas yang di berikan Hani, setelah itu baru sang suami yang menandatangani berkas yang membutuhkan tandatangan."Ada yang mengajukan kerjasama lagi, Yank?"Alea bertanya karena melihat Erlangga begitu serius memeriksa tawaran kerjasama itu. Suaminya tak menjawab tapi menunjukkan berkas yang baru dia periksa, Alea tak mengambil berkas itu setelah melihat nama perusahaannya."Belum menyerah juga mereka mengajukan kerjasama? Kenapa tak langsung di tolak saja. Aku tak mau sering melihat mereka jika kerjasama ini kau terima."Alea mendesah kesal lalu memilih kembali ke ruangannya. Dia tak mau meninggalkan Aska terlalu lama, Erlangga juga menarik napas lalu mengejar istrinya."Aku juga tak enak terus menolak, tapi mereka tak menyerah menawarkan kerjasama dengan tawaran yang cukup bagus."Alea menatap sua
Maaf, Aku Pantang Cerai! (109)"Lea. Tunggu!"Alea terkejut mendengar seseorang memanggil nama kecilnya. Nama yang hanya Ayah dan ibunya yang memanggil dengan nama itu, wajahnya masam saat melihat siapa pria itu."Kau, ada apa kemari? Mau bertemu suamiku, apa ada penawaran baru lagi yang kalian bawa?"Alea menatap pria berseragam itu. Pria yang membuatnya tak tenang, karena ucapannya tentang kedua orangtuanya. Arifin, pria itu hanya tersenyum melihat wajah judes Alea."Ini pasti Aska, anak sulung mu. Bolehkah aku menggendongnya?"Arifin mengulurkan tangan ingin mengambil Aska dari pelukan Alea. Tapi wanita itu langsung menghindar dan meninggalkan Arifin."Masuk dan temui resepsionis. Beritahukan tujuanmu ke mari, aku rasa mas Erlangga sudah selesai rapat. Jadi dia bisa menemui tamunya."Alea kembali melangkah menuju lift. Dia tak ingin berlama-lama dengan orang yang sangat dia benci. Apalagi pria itu tak berniat sama sekali untuk menunjukkan, di mana orangtuanya kalau memang mereka mas
Maaf, Aku Pantang Cerai! (156)"Mama pasti tidak lupa di mana tempat itu? Lihat kain yang di kenakan Aino. Mama tidak lupa kan dengan hadiah istimewa itu?"Erlangga tertawa puas hingga menangis. Alea semakin mengeratkan pegangan tangannya, dia tau Erlangga tengah kembali ke masa paling menyedihkan dalam hidupnya."Siapa jalang yang sebenarnya, Ma. Aku kasihan melihatmu tapi kau sendiri yang menginginkannya, gadis yang kau puja setinggi langit justru wanita mainan suamimu. Dia di puaskan sebelum memuaskan dirimu, mereka bahkan bercinta di tempat tidur yang kau persiapkan untuk acara ulang tahun mu, bahkan mengunakan baju yang sama seperti milikmu. Saat kau mengerang di atas tubuh pria ini, dia tengah membayangkan bercinta dengan Aino buka dengan wanita tua sepertimu."Erlangga menuding jarinya pada sang mama. Terlihat kurang ajar jadi Alea menarik tangan itu dan mengecupnya, membuat Erlangga segera mengusap wajahnya dengan kasar."Rekaman ini yang suamimu minta sebelum mengirim ku ke pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (155)"Apa yang kau lakukan perempuan sialan? Kau menghancurkan perusahaan papaku!"Jennie berteriak seperti orang gila. Dia berusaha menyerang Alea, namun di saat yang tepat seseorang mendekap erat Alea."Jangan berani menyentuh istriku. Kalau tidak kau akan bernasib sama seperti perusahaan papamu, coba saja jika kau ingin membuktikannya."Jennie terkejut mendengar suara dingin di depannya. Dia tak menyangka Erlangga akan datang tepat waktu, dia sudah merencanakan penyerangan pada Alea, tapi tetap saja ketahuan."Dia hanya seorang janda beranak satu, Angga. Kenapa kau begitu mencintainya bahkan mengabaikan aku dan Aino."Jennie benar-benar tak habis pikir pada otak Erlangga. Dia sudah begitu lama berada di sisi Aino, tapi tak membuatnya ingat pada dirinya yang selalu ada ketika Erlangga bertemu Aino."Kau pasti tak bisa melihatnya karena matamu sudah buta. Wanita itu tak hanya cantik wajahnya tapi juga hatinya, sesuatu yang tak kau miliki begitu juga dengan Ai
Maaf, Aku Pantang Cerai! (154)"Selamat siang Bu Alea, bisakah kita bicara sebentar. Saya ada hal penting untuk dibicarakan dengan Bu Alea."Alea menatap wanita yang ada di depannya. Wanita yang baru-baru ini membuatnya pusing, sekarang dengan berani dia mengajak bicara. Apakah pelakor memang tak takut lagi dengan kuasa istri sah."Apa yang ingin anda katakan? Silakan saya akan mendengarkan."Alea memberi kesempatan pada Jennie untuk bicara. Dia ingin tau apa yang wanita ini inginkan, dia juga ingin tau sampai mana kebohongan Erlangga."Sebelumnya saya minta maaf, karena telah membuat Bu Alea dan pak Erlangga menjadi salah paham. Sebenarnya saya memang tak mengenal pak Erlangga sebelum saya pergi ke kantornya, kebetulan saat itu kami bertemu dan satu lift."Alea tersenyum tak menyela penjelasan Jennie. Jari tangannya mengetuk pelan meja, membuat Jennie sedikit gelisah. Ketukan jari Alea berhenti saat pelayan kafe datang membawa pesanan mereka."Silakan nikmati dulu minuman yang anda pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (153)Erlangga mendesah kesal, sembari menatap ruangan sang istri yang terlihat kosong. Wanita itu benar-benar marah hingga tak mau bicara dengannya, bahkan dia rela pindah ke kantor agar ayah dan ibunya tak curiga. Kalau anak dan menantunya sedang ribut, tapi begitu di kantor dia menutup ruangannya dan menghabiskan waktu dengan kedua anaknya. Pintu semua terkunci, jadilah Erlangga tak bisa masuk. Kalau Erlangga tidur di kamarnya, Alea dan kedua anaknya tidur di ruangan Alea, mengunakan tilam lantai."Bos, makan siang sudah siap."Dani berkata pelan sembari menatap kaca pembatas ruangan yang sudah tertutup gorden. Kemudian dia berbalik dan menatap si Bos yang terlihat kacau, jangankan makan, minum saja si bos tak mau."Dan, aku tunggu di ruanganku. Tetap di tempatmu." Melihat Alea muncul di pintu ruang istirahat. Erlangga hendak menemuinya, tapi Alea segera memberinya peringatan untuk tidak bergerak.Dani hanya bisa menggaruk kepalanya. Setelah melihat pintu
Maaf, Aku Pantang Cerai! (152)"Selamat siang Bu Alea, saya perwakilan dari perusahaan Samudra Jaya. Saya ada janji dengan pak Erlangga, tapi di arahkan untuk bicara dulu dengan anda."Alea menjabat tangan wanita yang baru saja menemuinya. Sepertinya wanita ini belum tau prosedur di perusahaan Erlangga."Iya silakan duduk, mohon maaf kalau boleh tau nama anda ....?"Alea bertanya karena sejak tadi wanita ini belum memperkenalkan dirinya. Dia melihat wanita ini sering melirik ke arah ruangan Erlangga, walau suaminya tak bereaksi tapi dia sedikit tak menyukainya."Di perusahaan ini memang seperti prosedurnya. Tamu pria bertemu dengan pak Erlangga sedangkan tamu wanita bertemu istrinya. Pria di sana itu suami saya jadi jangan tergoda dengannya."Alea tertawa seolah ucapan hanya bercanda. Wanita di depannya juga tertawa walau terdengar garing. Alea heran karena sampai sekarang wanita ini belum menyebut namanya sama sekali."Maaf sekali lagi saya harus memanggil nyonya atau nona?" tanya Ale
Maaf, Aku Pantang Cerai! (151)"Assalamualaikum Bu," ucap Alea."Mau apa kau kemari? Mau menertawai kemalanganku ini," tanya Bu Wastika."Bu, sekali saja jangan berpikir buruk padaku. Sejak awal menikah dengan mas Wisnu ibu tau pasti, kalau aku berusaha keras berbakti padamu, karena saat itu aku tak tau masih memiliki orang tua. Jadi aku menganggap ibu sebagai orang tuaku sendiri, apa yang tak ku lakukan untuk kalian semua. Jadi pembantu gratisan aku juga rela, tapi apa pernah kalian menganggap ku? Tidak sama sekali.Ibu terus membenci dan memfitnahku, di depan tetangga bahkan di depan suamiku sendiri. Seolah senang aku diam ibu terus berulah, hingga akhirnya menikahkan suamiku dengan wanita lain. Jika wanita itu baik mungkin aku bisa terima bermadu, tapi wanita itu seorang pelacur yang hamil bukan anak mas Wisnu. Katakan Bu, tidakkah ibu yang telah begitu kejam padaku dan mas Wisnu?"Alea menyeka airmatanya dia sudah tak tahan lagi. Semua yang dia pendam selama ini akhirnya keluar dar
Maaf, Aku Pantang Cerai! (150)"Ada apa? Aku lihat melamun aja daritadi."Erlangga merentangkan tangannya agar sang istri tidur beralas lengannya. Sejak kembali dari beli makanan bersama ibunya, Alea terus diam seolah memikirkan sesuatu."Ini soal ibunya mas Wisnu. Tadi tak sengaja aku melihatnya sedang memulung, apa begitu parah nasibnya, Yank. Apa kau tak ada cara untuk membantunya tanpa berurusan soal uang?"Erlangga menarik napas setelah mendengar ucapan istrinya. Dia memang sudah tau tentang ibunya Wisnu tapi dia belum tau cara untuk membantunya."Kalau kita beri uang pasti nanti dia akan terus meminta. Satu-satunya cara kita memang harus tega padanya, tapi hati ini juga tak kuat melihatnya seperti itu."Kembali Erlangga menarik napas panjang. Masalah Bu Wastika memang susah di selesaikan, karena wanita ini keras kepala dan juga serakah."Hentikan Lang, geli ih."Tiba-tiba Erlangga mengecup leher Alea karena melihat wanita itu mulai melamun lagi. Dia memang tak bisa membuat sang i
Maaf, Aku Pantang Cerai! (149)"Ini benar-benar luar biasa. Aku akan punya cicit lagi," ucap tuan Dirga."Iya Kek, kemungkinan anak kami ini perempuan. Doakan saja agar kelak ada lagi perempuan terlahir dari rahim Alea, jadi keturunan anak perempuan bisa lebih banyak," ujar Erlangga.Plak ...."Ini saja belum lahir tapi kau sudah bermimpi punya anak lagi."Alea memukul pelan tangan sang suami. Dia tak habis pikir dengan apa yang Erlangga inginkan."Kita harus punya rencana, Yank. Bunda anak perempuan satu-satunya, kau juga begitu jadi kita harus berjuang untuk punya anak perempuan lebih banyak."Lang, kau mau aku mutilasi gak itu mu. Enak aja kalau ngomong, lahir kan dulu anak ini baru kita pikirkan yang lainnya," ucap Alea lagi."Yakin mau dimutilasi? Ingat kalau itu tak ada kau tak punya pegangan kalau tidur."Erlangga tertawa saat melihat wajah sang istri yang memerah. Untung mereka bicara berbisik kalau tidak bisa makin malu Alea."Kalau boleh kakek minta. Bisakah acara tujuh bulan
Maaf, Aku Pantang Cerai! (148)"Yank, syukurlah aku sudah bangun. Tolong jangan membuatku takut."Alea terpaku melihat Erlangga memeluknya sembari menangis. Dia masih tak mengerti apa yang terjadi, hanya saja tadi dia bermimpi tentang Wisnu. Membuatnya percaya kalau dia adalah pendosa yang sebenarnya."Tolong pergilah, Yank. Aku minta maaf kalau selama ini bersalah padamu, katakan pada Jenie aku juga minta maaf. Sekarang kembalilah padanya aku akan mengurus perceraian kita."Alea sudah menguatkan hatinya untuk berpisah dengan Erlangga. Dia sudah tau apa yang terjadi memang salahnya, jadi dia rela kehilangan pria sebaik Erlangga."Apa kau dengar sayangku Jennie. Cepatlah datang papi dan mami menunggumu."Alea tersentak mendengar ucapan Erlangga di depan perutnya. Dia masih tak mengerti tapi Erlangga tak mau menjelaskannya, dengan kesal dia menarik rambut sang suami membuatnya mengangkat kepalanya."Apa maksudmu memanggil nama Jennie di depan perutku. Memangnya perempuan itu ada di sana,