Sambil menuggu update bab selanjutnya yuk baca cerita saya yang lainnya. 1. ISTRIKU MINTA CERAI SETELAH AKU TAGIH HUTANGNYA (Tamat) 2. KUNCI BRANGKAS RAHASIA SUAMIKU(tamat)
Maaf, Aku Pantang Cerai! (109)"Lea. Tunggu!"Alea terkejut mendengar seseorang memanggil nama kecilnya. Nama yang hanya Ayah dan ibunya yang memanggil dengan nama itu, wajahnya masam saat melihat siapa pria itu."Kau, ada apa kemari? Mau bertemu suamiku, apa ada penawaran baru lagi yang kalian bawa?"Alea menatap pria berseragam itu. Pria yang membuatnya tak tenang, karena ucapannya tentang kedua orangtuanya. Arifin, pria itu hanya tersenyum melihat wajah judes Alea."Ini pasti Aska, anak sulung mu. Bolehkah aku menggendongnya?"Arifin mengulurkan tangan ingin mengambil Aska dari pelukan Alea. Tapi wanita itu langsung menghindar dan meninggalkan Arifin."Masuk dan temui resepsionis. Beritahukan tujuanmu ke mari, aku rasa mas Erlangga sudah selesai rapat. Jadi dia bisa menemui tamunya."Alea kembali melangkah menuju lift. Dia tak ingin berlama-lama dengan orang yang sangat dia benci. Apalagi pria itu tak berniat sama sekali untuk menunjukkan, di mana orangtuanya kalau memang mereka mas
Maaf, Aku Pantang Cerai! (110)"Aku hanya merasa iba, dia hanya meminta untuk melihat ayahnya. Pria itu sampai sekarang belum sadar juga, satu-satunya harapan adalah kau, Al."Alea tertawa mendengar ucapan Erlangga. Sudah dua hari sejak kedatangan Arifin ke kantor mereka, sejak itu pula sang suami tak berhenti membujuknya untuk menemui tuan Dirga."Akhirnya aku tau sebesar apapun cintamu padaku. Tak akan bisa mengalahkan cinta pertamamu, aku kira kau diam karena kau lupa, ternyata itu hanya untuk menutupi rahasia hatimu. Asmira Putri tidakkah kau ingat siapa gadis itu?"Brak ....Erlangga terkejut mendengar pintu di banting dengan sangat keras. Tangisan Aska menyadarkan dirinya, kalau Alea telah meninggalkan ruangannya. Wanita itu pergi sembari menenangkan anaknya yang tadi terkejut karena hempasan pintu."Tetap di tempatmu, jika tidak kau akan menyesal."Alea memasuki lift, tangannya terentang di depan Erlangga. Sebagai tanda penolakan ketika pria itu ingin ikut masuk dan mengikuti ke
Maaf, Aku Pantang Cerai! (111)"Yank, kau mau kemana?"Erlangga terkejut ketika pulang ke rumah di sambut banyak koper di depan rumah. Alea bahkan duduk di teras menunggunya, bahkan seperti bersiap untuk pergi. Bukannya menjawab pertanyaan suaminya, Alea menunjuk pada koper-koper di hadapannya."Kau bisa pilih membawa koper itu pergi atau masuk ke dalam. Membawa pergi berarti aku tinggal di sini bersama anak-anak, jika memilih masuk maka aku yang akan pergi. Aku sudah muak setiap kali mendengar, rengekan dan bujukan yang membuatku mual. Kau terus memikirkan mereka, tapi lupa dengan keadaanku yang tertekan, karena permintaan bodohmu itu."Erlangga tercekat mendengar ucapan Alea. Selama ini dia hanya berharap sang istri merasa tenang tanpa beban pikiran, siapa tau niat baiknya ternyata menjadi penyebab Alea tertekan.Bruk ....Erlangga berlutut di depan Alea. Dia tak punya cara lain untuk membujuk istrinya, wanitanya pasti begitu kecewa hingga memilih untuk berpisah."Ah ...sakit!"Alea
Maaf, Aku Pantang Cerai! (112) "Kau tak tau rasanya menjual darah demi menebus obat. Atau rasanya dua hari melihat anakmu tak makan, kau tak tau rasanya, hingga semudah itu berkata untuk memaafkan. Aku tak sebaik itu, Lang. Asal kau tau kadang di setiap doaku terselip kutukan untuk mereka, yang membuat ayah dan ibuku begitu menderita. Hanya karena satu kesalahan yaitu mencintai, mereka menutup jalan ayah untuk menghidupi anak istrinya dengan layak."Alea menangis memeluk Erlangga. Wanita itu hancur, saat mengetahui suaminya baru saja kecelakaan karena habis bertengkar dengannya. Kini dia menatap sang suami yang terbaring di tempat tidur rumah sakit, setelah tadi pingsan sehabis menciumnya."Maaf, aku tak tau kalau permintaanku begitu menyiksamu. Aku hanya ingin kau tenang dan tidak terpikir dendam, pada mereka yang menyakiti ayah dan ibu."Erlangga menyeka airmata istrinya yang terus menetes sejak dia di bawa ke rumah sakit. Alea bahkan tak mau beranjak dari sisinya sejak tadi."Aku
Maaf, Aku Pantang Cerai! (113)"Hai ...ada apa? Kok mewek."Erlangga meraih tangan Alea, karena melihat mata wanita itu berkaca-kaca. Alea menggelengkan kepala sembari mengusap pipinya."Tak apa, aku hanya terharu sekaligus bahagia. Akhirnya Jefri bisa menaklukkan Sela, dua sahabat baikku akhirnya menikah."Erlangga tertawa melihat tingkah sang istri. Bisa-bisanya menangis seperti itu, setelah mendengar kabar bahagia dari Sela."Jefri itu sama sepertiku ...lelaki setia. Kalau tak bisa menikahi Sela sekarang, dia pasti siap menunggu jandanya."Plak ....Erlangga terkejut saat menerima pukulan di pahanya. Dia yang terbaring hanya bisa meringis pasrah."Asal aja kalau ngomong. Jadi kau mau Sela jadi janda dulu, baru nikah sama Jefri gitu?"Alea menatap kesal ke arah Erlangga. Sedangkan suaminya bingung, kenapa sang istri kesal padanya."Aku kan cuma bilang, kalau aku lelaki setia sama seperti Jefri. Bukan berharap Sela jadi janda dulu baru menikah sama Jefri. Gimana sih."Erlangga menatap
Maaf, Aku Pantang Cerai! (114)"Dasar perempuan sialan, kenapa kau harus datang? Tidakkah lebih baik kalau kau mati saja, seperti kedua orang tuamu yang miskin itu."Plak ... Plak ....Alea kehabisan kesabaran setelah mendengar hinaan pada orang tuanya. Dia tak tau kenapa istri Zafier tiba-tiba datang dan menyerangnya. Terlihat jelas wanita itu marah besar, tapi dia memang tak tau kenapa dia marah-marah."Tutup mulutmu itu perempuan tua, kalau tidak kau akan tau siapa aku yang sebenarnya. Kau boleh menghinaku sesukamu, tapi jangan mencoba menghina ayah atau ibuku."Alea mencengkram tangan Arita istri Zafier yang berarti bibinya juga. Wanita itu meringis menahan sakit, namun senyumnya terlihat mengerikan saat melihat perut Alea.Bruk ...."Aduh."Arita tersungkur saat seseorang menarik tubuh Alea. Lalu menendangnya hingga terjengkang ke tanah."Berani kau sentuh cucuku, setelah apa yang kau lakukan pada anak dan menantuku!"Teriakan itu menyadarkan Alea yang berada dalam pelukan. Kepala
Maaf, Aku pantang Cerai! (115)"Sebenarnya kita mau kemana sih, Yank? Capek aku nih, dari tadi gak sampai-sampai."Alea mengomel karena pinggangnya sudah pegal. Hampir tiga jam mereka di perjalanan, tapi tak juga sampai tujuan. Sedangkan Erlangga terus berkata ...sabar."Kalau gak mau bicara. Aku lompat juga nih," ancam Alea."Sabar sebentar lagi, Yank. Percayalah kau tak akan menyesal telah melakukan perjalanan panjang ini," ujar Erlangga."Sabar ...sabar terus dari tadi. Sudah lebih dari dua jam dan kau terus berkata sabar terus."Alea mengomel lagi membuat Erlangga dan Dani tertawa. Tentu saja membuat Alea semakin kesal."Dan, berapa lama lagi kita sampai?" tanya Erlangga pada Dani."Sebentar lagi Bos, kurang lebih setengah jam kalau gak macet di atas." Ucapan Dani membuat Alea meradang."Setengah jam itu lama, Dan. Apalagi untuk ibu hamil sepertiku."Dani tak bisa mengatakan apa-apa saat mendengar ucapan Alea. Hanya Erlangga yang kemudian membalik tubuh istrinya, agar dia bisa meng
Maaf, Aku Pantang Cerai! (116)"Benarkah ini? Tolong jangan pergi."Alea mempercepat langkahnya. Saat melihat sosok yang dia lihat juga mengulurkan tangan, kakinya gemetar karena mengira dia bermimpi. Sesekali dia melirik Erlangga agar pria itu tetap berada di belakangnya."Sayang, selamat datang. Akhirnya kau pulang," terdengar lirih tapi suara itu begitu merdu di kuping Alea."Bunda Bun," lirih suara Alea seakan tak percaya.Semua orang terkesima mendengar suara manja Alea. Terisak dia melangkah, menuju wanita yang di rindukan. Wanita yang tetap duduk di kursi sembari merentangkan tangannya."Bidadari kecil Bunda," lirih suara wanita itu."Jangan berlari!"Semua orang terkejut saat melihat Alea berlari. Langkahnya terhenti saat wanita yang dia panggil "Bunda" terjerembab ke lantai, airmata Alea tumpah di pelukan Erlangga, ketika menyadari apa yang tengah terjadi."Tidak! Ini tidak mungkin!" Teriak Alea histeris."Sayang, tenang dulu. Ingat anak kita."Erlangga berusaha menenangkan sa