Apakah Erlangga baik-baik saja atau mengalami sesuatu sebab kecelakaan yang baru dia alami. yuk baca cerita saya yang lainnya. 1. ISTRIKU MINTA CERAI SETELAH AKU TAGIH HUTANGNYA (Tamat) 2. KUNCI BRANGKAS RAHASIA SUAMIKU(tamat)
Maaf, Aku Pantang Cerai! (112) "Kau tak tau rasanya menjual darah demi menebus obat. Atau rasanya dua hari melihat anakmu tak makan, kau tak tau rasanya, hingga semudah itu berkata untuk memaafkan. Aku tak sebaik itu, Lang. Asal kau tau kadang di setiap doaku terselip kutukan untuk mereka, yang membuat ayah dan ibuku begitu menderita. Hanya karena satu kesalahan yaitu mencintai, mereka menutup jalan ayah untuk menghidupi anak istrinya dengan layak."Alea menangis memeluk Erlangga. Wanita itu hancur, saat mengetahui suaminya baru saja kecelakaan karena habis bertengkar dengannya. Kini dia menatap sang suami yang terbaring di tempat tidur rumah sakit, setelah tadi pingsan sehabis menciumnya."Maaf, aku tak tau kalau permintaanku begitu menyiksamu. Aku hanya ingin kau tenang dan tidak terpikir dendam, pada mereka yang menyakiti ayah dan ibu."Erlangga menyeka airmata istrinya yang terus menetes sejak dia di bawa ke rumah sakit. Alea bahkan tak mau beranjak dari sisinya sejak tadi."Aku
Maaf, Aku Pantang Cerai! (113)"Hai ...ada apa? Kok mewek."Erlangga meraih tangan Alea, karena melihat mata wanita itu berkaca-kaca. Alea menggelengkan kepala sembari mengusap pipinya."Tak apa, aku hanya terharu sekaligus bahagia. Akhirnya Jefri bisa menaklukkan Sela, dua sahabat baikku akhirnya menikah."Erlangga tertawa melihat tingkah sang istri. Bisa-bisanya menangis seperti itu, setelah mendengar kabar bahagia dari Sela."Jefri itu sama sepertiku ...lelaki setia. Kalau tak bisa menikahi Sela sekarang, dia pasti siap menunggu jandanya."Plak ....Erlangga terkejut saat menerima pukulan di pahanya. Dia yang terbaring hanya bisa meringis pasrah."Asal aja kalau ngomong. Jadi kau mau Sela jadi janda dulu, baru nikah sama Jefri gitu?"Alea menatap kesal ke arah Erlangga. Sedangkan suaminya bingung, kenapa sang istri kesal padanya."Aku kan cuma bilang, kalau aku lelaki setia sama seperti Jefri. Bukan berharap Sela jadi janda dulu baru menikah sama Jefri. Gimana sih."Erlangga menatap
Maaf, Aku Pantang Cerai! (114)"Dasar perempuan sialan, kenapa kau harus datang? Tidakkah lebih baik kalau kau mati saja, seperti kedua orang tuamu yang miskin itu."Plak ... Plak ....Alea kehabisan kesabaran setelah mendengar hinaan pada orang tuanya. Dia tak tau kenapa istri Zafier tiba-tiba datang dan menyerangnya. Terlihat jelas wanita itu marah besar, tapi dia memang tak tau kenapa dia marah-marah."Tutup mulutmu itu perempuan tua, kalau tidak kau akan tau siapa aku yang sebenarnya. Kau boleh menghinaku sesukamu, tapi jangan mencoba menghina ayah atau ibuku."Alea mencengkram tangan Arita istri Zafier yang berarti bibinya juga. Wanita itu meringis menahan sakit, namun senyumnya terlihat mengerikan saat melihat perut Alea.Bruk ...."Aduh."Arita tersungkur saat seseorang menarik tubuh Alea. Lalu menendangnya hingga terjengkang ke tanah."Berani kau sentuh cucuku, setelah apa yang kau lakukan pada anak dan menantuku!"Teriakan itu menyadarkan Alea yang berada dalam pelukan. Kepala
Maaf, Aku pantang Cerai! (115)"Sebenarnya kita mau kemana sih, Yank? Capek aku nih, dari tadi gak sampai-sampai."Alea mengomel karena pinggangnya sudah pegal. Hampir tiga jam mereka di perjalanan, tapi tak juga sampai tujuan. Sedangkan Erlangga terus berkata ...sabar."Kalau gak mau bicara. Aku lompat juga nih," ancam Alea."Sabar sebentar lagi, Yank. Percayalah kau tak akan menyesal telah melakukan perjalanan panjang ini," ujar Erlangga."Sabar ...sabar terus dari tadi. Sudah lebih dari dua jam dan kau terus berkata sabar terus."Alea mengomel lagi membuat Erlangga dan Dani tertawa. Tentu saja membuat Alea semakin kesal."Dan, berapa lama lagi kita sampai?" tanya Erlangga pada Dani."Sebentar lagi Bos, kurang lebih setengah jam kalau gak macet di atas." Ucapan Dani membuat Alea meradang."Setengah jam itu lama, Dan. Apalagi untuk ibu hamil sepertiku."Dani tak bisa mengatakan apa-apa saat mendengar ucapan Alea. Hanya Erlangga yang kemudian membalik tubuh istrinya, agar dia bisa meng
Maaf, Aku Pantang Cerai! (116)"Benarkah ini? Tolong jangan pergi."Alea mempercepat langkahnya. Saat melihat sosok yang dia lihat juga mengulurkan tangan, kakinya gemetar karena mengira dia bermimpi. Sesekali dia melirik Erlangga agar pria itu tetap berada di belakangnya."Sayang, selamat datang. Akhirnya kau pulang," terdengar lirih tapi suara itu begitu merdu di kuping Alea."Bunda Bun," lirih suara Alea seakan tak percaya.Semua orang terkesima mendengar suara manja Alea. Terisak dia melangkah, menuju wanita yang di rindukan. Wanita yang tetap duduk di kursi sembari merentangkan tangannya."Bidadari kecil Bunda," lirih suara wanita itu."Jangan berlari!"Semua orang terkejut saat melihat Alea berlari. Langkahnya terhenti saat wanita yang dia panggil "Bunda" terjerembab ke lantai, airmata Alea tumpah di pelukan Erlangga, ketika menyadari apa yang tengah terjadi."Tidak! Ini tidak mungkin!" Teriak Alea histeris."Sayang, tenang dulu. Ingat anak kita."Erlangga berusaha menenangkan sa
Maaf, Aku Pantang Cerai! (117)"Jadi ini ulah wanita itu juga. Sebenarnya apa yang dia mau, kenapa dia begitu kejam pada kita, Bun?"Alea menatap wajah ibunya. Wanita yang lama tak dia lihat, bahkan dia mengira kedua orang tuanya sudah meninggal."Juga? Apa ada yang kau ketahui, Le?"Alea mengangguk saat sang ibu bertanya dan memanggil nama kecilnya."Iya Bun, aku ingat sebelum pesta Tuan Dirga. Aku sudah dua kali melihatnya, pertama pagi sebelum kita di usir dari kontrakan, lalu yang kedua saat kita ke rumah orang kaya itu. Sebelum bunda membawaku ke panti asuhan."Alea mengusap wajah ibunya saat melihat wanita itu memucat. Dia tau pasti ibunya teringat kejadian itu, kejadian yang membuatnya kehilangan anak dalam kandungannya."Saat itu aku melihat dia memberi Bu Tari uang. Aku tak tau uang untuk apa, mungkinkah itu bayaran untuk memfitnah Bunda?"Alea mengengam tangan ibunya karena sang ibu tiba-tiba terdiam. Entah apa yang dia pikirkan."Kalau boleh tau, kenapa Bunda tidak bisa berj
Maaf, Aku Pantang Cerai! (118)"Sejak kapan dia terbaring di rumah sakit?"Alea bertanya pada Erlangga, setelah pria itu memberitahunya soal tuan Dirga yang kembali masuk rumah sakit."Ringkih amat orang tua itu. Yakin dia benar-benar sakit, atau hanya ingin menarik simpati bunda saja. Aku masih tak rela jika bunda kembali pada keluarganya, rasa sakit itu masih terasa. Bahkan sampai sekarang aku takut jika melihat api yang berkobar, teringat saat warga datang membawa obor, bayangkan mereka bahkan mempersiapkan itu untuk mengusir kami."Alea gemetar ketika menceritakan pengalaman masa kecilnya. Puluhan obor itu membuatnya trauma setengah mati, karena itulah ayah dan ibunya terpaksa pergi bahkan tanpa bisa membela diri."Minum Yank, cukup jangan pikirkan apapun lagi. Sekarang kita bisa tenang Ayah dan Bunda aman bersama kita."Alea tersenyum lalu merebahkan kepalanya di dada Erlangga. Pria itu membelai kepala dan juga perut istrinya, senyumnya terukir saat merasakan tendangan dari dalam
Maaf, Aku Pantang Cerai! (119)"Datanglah, temui papa, aku takut ini akan jadi hati terakhir bagi kita untuk melihatnya."Arifin menatap adik bungsunya yang terdiam tanpa daya. Wanita itu terbelenggu oleh rasa sakit dan juga kecewa. Keluarga terutama orang tua telah membuatnya hidup dalam neraka, hanya karena dia mencintai dan menikahi pria miskin. Pria yang berjuang keras untuk mendapat pendidikan namun di hancurkan begitu saja."Suamiku, dia bahkan jauh lebih banyak berkorban, tapi kalian tak melihatnya sama sekali. Impiannya menjadi Dokter kandas, saat papa dengan kekuasaannya mengusirnya dari kampus, tapi itu juga tak memuaskan hatinya. Dia bahkan menyerahkan hakku pada menantu sulung kesayangannya. Aku ikhlas semua yang telah terjadi tapi tak bisa melupakannya. Jika bukan karena papa, wanita itu tak akan berani melakukan sesuatu sekejam itu, Mas."Kianara menangis, melihat adiknya lemah Arifin memeluknya dengan erat. Dia tau kalau ucapan adik bungsunya benar, papa mereka memang k
Maaf, Aku Pantang Cerai! (156)"Mama pasti tidak lupa di mana tempat itu? Lihat kain yang di kenakan Aino. Mama tidak lupa kan dengan hadiah istimewa itu?"Erlangga tertawa puas hingga menangis. Alea semakin mengeratkan pegangan tangannya, dia tau Erlangga tengah kembali ke masa paling menyedihkan dalam hidupnya."Siapa jalang yang sebenarnya, Ma. Aku kasihan melihatmu tapi kau sendiri yang menginginkannya, gadis yang kau puja setinggi langit justru wanita mainan suamimu. Dia di puaskan sebelum memuaskan dirimu, mereka bahkan bercinta di tempat tidur yang kau persiapkan untuk acara ulang tahun mu, bahkan mengunakan baju yang sama seperti milikmu. Saat kau mengerang di atas tubuh pria ini, dia tengah membayangkan bercinta dengan Aino buka dengan wanita tua sepertimu."Erlangga menuding jarinya pada sang mama. Terlihat kurang ajar jadi Alea menarik tangan itu dan mengecupnya, membuat Erlangga segera mengusap wajahnya dengan kasar."Rekaman ini yang suamimu minta sebelum mengirim ku ke pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (155)"Apa yang kau lakukan perempuan sialan? Kau menghancurkan perusahaan papaku!"Jennie berteriak seperti orang gila. Dia berusaha menyerang Alea, namun di saat yang tepat seseorang mendekap erat Alea."Jangan berani menyentuh istriku. Kalau tidak kau akan bernasib sama seperti perusahaan papamu, coba saja jika kau ingin membuktikannya."Jennie terkejut mendengar suara dingin di depannya. Dia tak menyangka Erlangga akan datang tepat waktu, dia sudah merencanakan penyerangan pada Alea, tapi tetap saja ketahuan."Dia hanya seorang janda beranak satu, Angga. Kenapa kau begitu mencintainya bahkan mengabaikan aku dan Aino."Jennie benar-benar tak habis pikir pada otak Erlangga. Dia sudah begitu lama berada di sisi Aino, tapi tak membuatnya ingat pada dirinya yang selalu ada ketika Erlangga bertemu Aino."Kau pasti tak bisa melihatnya karena matamu sudah buta. Wanita itu tak hanya cantik wajahnya tapi juga hatinya, sesuatu yang tak kau miliki begitu juga dengan Ai
Maaf, Aku Pantang Cerai! (154)"Selamat siang Bu Alea, bisakah kita bicara sebentar. Saya ada hal penting untuk dibicarakan dengan Bu Alea."Alea menatap wanita yang ada di depannya. Wanita yang baru-baru ini membuatnya pusing, sekarang dengan berani dia mengajak bicara. Apakah pelakor memang tak takut lagi dengan kuasa istri sah."Apa yang ingin anda katakan? Silakan saya akan mendengarkan."Alea memberi kesempatan pada Jennie untuk bicara. Dia ingin tau apa yang wanita ini inginkan, dia juga ingin tau sampai mana kebohongan Erlangga."Sebelumnya saya minta maaf, karena telah membuat Bu Alea dan pak Erlangga menjadi salah paham. Sebenarnya saya memang tak mengenal pak Erlangga sebelum saya pergi ke kantornya, kebetulan saat itu kami bertemu dan satu lift."Alea tersenyum tak menyela penjelasan Jennie. Jari tangannya mengetuk pelan meja, membuat Jennie sedikit gelisah. Ketukan jari Alea berhenti saat pelayan kafe datang membawa pesanan mereka."Silakan nikmati dulu minuman yang anda pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (153)Erlangga mendesah kesal, sembari menatap ruangan sang istri yang terlihat kosong. Wanita itu benar-benar marah hingga tak mau bicara dengannya, bahkan dia rela pindah ke kantor agar ayah dan ibunya tak curiga. Kalau anak dan menantunya sedang ribut, tapi begitu di kantor dia menutup ruangannya dan menghabiskan waktu dengan kedua anaknya. Pintu semua terkunci, jadilah Erlangga tak bisa masuk. Kalau Erlangga tidur di kamarnya, Alea dan kedua anaknya tidur di ruangan Alea, mengunakan tilam lantai."Bos, makan siang sudah siap."Dani berkata pelan sembari menatap kaca pembatas ruangan yang sudah tertutup gorden. Kemudian dia berbalik dan menatap si Bos yang terlihat kacau, jangankan makan, minum saja si bos tak mau."Dan, aku tunggu di ruanganku. Tetap di tempatmu." Melihat Alea muncul di pintu ruang istirahat. Erlangga hendak menemuinya, tapi Alea segera memberinya peringatan untuk tidak bergerak.Dani hanya bisa menggaruk kepalanya. Setelah melihat pintu
Maaf, Aku Pantang Cerai! (152)"Selamat siang Bu Alea, saya perwakilan dari perusahaan Samudra Jaya. Saya ada janji dengan pak Erlangga, tapi di arahkan untuk bicara dulu dengan anda."Alea menjabat tangan wanita yang baru saja menemuinya. Sepertinya wanita ini belum tau prosedur di perusahaan Erlangga."Iya silakan duduk, mohon maaf kalau boleh tau nama anda ....?"Alea bertanya karena sejak tadi wanita ini belum memperkenalkan dirinya. Dia melihat wanita ini sering melirik ke arah ruangan Erlangga, walau suaminya tak bereaksi tapi dia sedikit tak menyukainya."Di perusahaan ini memang seperti prosedurnya. Tamu pria bertemu dengan pak Erlangga sedangkan tamu wanita bertemu istrinya. Pria di sana itu suami saya jadi jangan tergoda dengannya."Alea tertawa seolah ucapan hanya bercanda. Wanita di depannya juga tertawa walau terdengar garing. Alea heran karena sampai sekarang wanita ini belum menyebut namanya sama sekali."Maaf sekali lagi saya harus memanggil nyonya atau nona?" tanya Ale
Maaf, Aku Pantang Cerai! (151)"Assalamualaikum Bu," ucap Alea."Mau apa kau kemari? Mau menertawai kemalanganku ini," tanya Bu Wastika."Bu, sekali saja jangan berpikir buruk padaku. Sejak awal menikah dengan mas Wisnu ibu tau pasti, kalau aku berusaha keras berbakti padamu, karena saat itu aku tak tau masih memiliki orang tua. Jadi aku menganggap ibu sebagai orang tuaku sendiri, apa yang tak ku lakukan untuk kalian semua. Jadi pembantu gratisan aku juga rela, tapi apa pernah kalian menganggap ku? Tidak sama sekali.Ibu terus membenci dan memfitnahku, di depan tetangga bahkan di depan suamiku sendiri. Seolah senang aku diam ibu terus berulah, hingga akhirnya menikahkan suamiku dengan wanita lain. Jika wanita itu baik mungkin aku bisa terima bermadu, tapi wanita itu seorang pelacur yang hamil bukan anak mas Wisnu. Katakan Bu, tidakkah ibu yang telah begitu kejam padaku dan mas Wisnu?"Alea menyeka airmatanya dia sudah tak tahan lagi. Semua yang dia pendam selama ini akhirnya keluar dar
Maaf, Aku Pantang Cerai! (150)"Ada apa? Aku lihat melamun aja daritadi."Erlangga merentangkan tangannya agar sang istri tidur beralas lengannya. Sejak kembali dari beli makanan bersama ibunya, Alea terus diam seolah memikirkan sesuatu."Ini soal ibunya mas Wisnu. Tadi tak sengaja aku melihatnya sedang memulung, apa begitu parah nasibnya, Yank. Apa kau tak ada cara untuk membantunya tanpa berurusan soal uang?"Erlangga menarik napas setelah mendengar ucapan istrinya. Dia memang sudah tau tentang ibunya Wisnu tapi dia belum tau cara untuk membantunya."Kalau kita beri uang pasti nanti dia akan terus meminta. Satu-satunya cara kita memang harus tega padanya, tapi hati ini juga tak kuat melihatnya seperti itu."Kembali Erlangga menarik napas panjang. Masalah Bu Wastika memang susah di selesaikan, karena wanita ini keras kepala dan juga serakah."Hentikan Lang, geli ih."Tiba-tiba Erlangga mengecup leher Alea karena melihat wanita itu mulai melamun lagi. Dia memang tak bisa membuat sang i
Maaf, Aku Pantang Cerai! (149)"Ini benar-benar luar biasa. Aku akan punya cicit lagi," ucap tuan Dirga."Iya Kek, kemungkinan anak kami ini perempuan. Doakan saja agar kelak ada lagi perempuan terlahir dari rahim Alea, jadi keturunan anak perempuan bisa lebih banyak," ujar Erlangga.Plak ...."Ini saja belum lahir tapi kau sudah bermimpi punya anak lagi."Alea memukul pelan tangan sang suami. Dia tak habis pikir dengan apa yang Erlangga inginkan."Kita harus punya rencana, Yank. Bunda anak perempuan satu-satunya, kau juga begitu jadi kita harus berjuang untuk punya anak perempuan lebih banyak."Lang, kau mau aku mutilasi gak itu mu. Enak aja kalau ngomong, lahir kan dulu anak ini baru kita pikirkan yang lainnya," ucap Alea lagi."Yakin mau dimutilasi? Ingat kalau itu tak ada kau tak punya pegangan kalau tidur."Erlangga tertawa saat melihat wajah sang istri yang memerah. Untung mereka bicara berbisik kalau tidak bisa makin malu Alea."Kalau boleh kakek minta. Bisakah acara tujuh bulan
Maaf, Aku Pantang Cerai! (148)"Yank, syukurlah aku sudah bangun. Tolong jangan membuatku takut."Alea terpaku melihat Erlangga memeluknya sembari menangis. Dia masih tak mengerti apa yang terjadi, hanya saja tadi dia bermimpi tentang Wisnu. Membuatnya percaya kalau dia adalah pendosa yang sebenarnya."Tolong pergilah, Yank. Aku minta maaf kalau selama ini bersalah padamu, katakan pada Jenie aku juga minta maaf. Sekarang kembalilah padanya aku akan mengurus perceraian kita."Alea sudah menguatkan hatinya untuk berpisah dengan Erlangga. Dia sudah tau apa yang terjadi memang salahnya, jadi dia rela kehilangan pria sebaik Erlangga."Apa kau dengar sayangku Jennie. Cepatlah datang papi dan mami menunggumu."Alea tersentak mendengar ucapan Erlangga di depan perutnya. Dia masih tak mengerti tapi Erlangga tak mau menjelaskannya, dengan kesal dia menarik rambut sang suami membuatnya mengangkat kepalanya."Apa maksudmu memanggil nama Jennie di depan perutku. Memangnya perempuan itu ada di sana,