Nah siapa yang bertengkar itu. yuk baca cerita saya yang lainnya. 1. ISTRIKU MINTA CERAI SETELAH AKU TAGIH HUTANGNYA (Tamat) 2. KUNCI BRANGKAS RAHASIA SUAMIKU(tamat).
Maaf, Aku Pantang Cerai! (120)"Sudahlah, tak perlu banyak bicara karena memang kau yang bersalah." Alea, Erlangga dan kedua orang tua Alea terdiam, melihat dua orang bertengkar di depannya.Kedua orang itu tak menyadari kehadiran Alea dan keluarganya. Mereka terus berdebat, hingga terkejut ketika berbalik dan menemukan wajah datar Alea dan kedua orang tuannya."Ka ...kalian datang menjenguk papa?"Arista tergagap karena melihat kianara. Adik ipar yang ingin dia singkirkan selama ini, sedangkan Zafier tak mampu bicara saat bertatap muka langsung dengan sang adik."Tentu saja karena orang yang di dalam sana adalah papa kandungku. Bukan mertua tapi orang yang membuatku hadir ke dunia ini, jadi kau tak perlu bertanya atau heran begitu."Kianara menjawab dengan nada ketus membuat semua orang terkejut. Selama ini mereka tau betapa lemahnya wanita itu, tapi hati ini dia bisa melawan langsung musuhnya."Zafier, aku tak tau kau terlibat atau tidak. Tapi aku tak akan pernah melupakan perbuatan
Maaf, Kau Pantang Cerai! (121)"Han, suamiku pergi kemana? Apa ada agenda di luar?"Alea bertanya karena tak menemukan Erlangga di ruangannya. Tadi pagi dia ijin pergi menemani ibunya terapi, tapi batal karena ayah dan ibunya mau pergi menemui zafier, ada hubungan dengan kasus Arista."Tidak ada Bu, tapi tadi pagi sepertinya beliau pergi tergesa-gesa. Setelah menerima panggilan seseorang."Alea terdiam seolah berpikir pergi kemana suaminya. Biasanya dia bilang kalau mau pergi tapi ini diam aja, Alea mengelus perutnya mencoba menghilangkan kecurigaan di hatinya."Kalau begitu aku kembali saja. Kabari kalau dia sudah kembali karena ponselnya mati, sepertinya dia lupa mengisi daya ponselnya."Alea segera pergi meninggalkan perusahaan Erlangga. Percuma dia datang kalau sang suami tak ada, jadi dia memilih kembali pulang menemani Aska yang menunggu bersama pengasuhnya.Alea baru keluar dari lift dan melangkah menuju parkiran. Jantungnya berdetak kencang, saat melihat suaminya memapah seoran
Maaf, Aku Pantang Cerai! (122)"Koma?"Erlangga dan kedua mertuanya terkejut mendengar kabar dari Dokter. Kalau Alea koma selepas operasi, sedangkan anaknya berhasil di selamatkan walau harus berada di inkubator."Tidak mungkin, apa aku bisa melihatnya Dok?"Erlangga terlihat sedih dan menyesal. Apalagi wanita yang dia cintai harus koma karena kesalahannya."Mas Erlangga, bagaimana mbak Alea? Apa dia baik-baik saja?"Ketiga orang itu terkejut, melihat seorang wanita datang dan bertanya tentang Alea. Dari wajah Erlangga kedua orang tua Alea tau, kalau wanita itu yang membuat anaknya salah paham."Istriku koma, seandainya aku langsung mengantarmu pulang. Semua ini tak mungkin terjadi."Tadi pagi wanita itu datang menyerahkan dokumen yang harus di tandatangani Erlangga. Namun ada barang yang tertinggal di mobil, jadi Erlangga pergi duluan ke ruangannya. Siapa sangka wanita itu justru tertabrak saat di parkiran.Setelah membawanya ke rumah sakit, mereka kembali ke kantor untuk melanjutkan
Maaf, Aku Pantang Cerai! (123)"Siapa kau? Apa aku mengenalmu?"Erlangga menarik napas saat mendengar pertanyaan Alea. Sejak bangun dari koma wanita itu terus bertanya siapa dirinya, tanpa menjawab pertanyaan sang istri, Erlangga meletakkan seikat bunga mawar ke pangkuan Alea."Berapa kali aku katakan padamu. Kau itu koma karena melahirkan yang di sebabkan darah tinggi, bukan benturan di kepala terbentur, jadi bagaimana bisa kau melupakan suamimu yang tampan ini."Erlangga tertawa lalu meraih wajah sang istri, kemudian mengecup bibir pucat Alea. Membuat Alea gemas dan ingin memukul kepala Erlangga."Terserah, tapi aku berharap tak akan pernah mengingatmu lagi. Mulai besok jangan temui aku dan anak-anak, kami akan mencoba hidup tanpamu."Erlangga mengelengkan kepalanya, dia tak perduli meski alea terlihat marah melihat ulahnya. Wanita itu melempar buket bunga pemberian Erlangga, ingin teriak tapi bekas operasinya masih nyeri. Jadi dia mencoba menahan diri untuk tidak mengamuk. "Kita te
Maaf, Aku Pantang Cerai! (124)"Syukurlah, jadi istri dan anak saya bisa pulang sekarang, Dok?"Setelah satu Minggu, akhirnya Alea dan anaknya bisa pulang. Orang yang paling senang tentu saja Erlangga, karena beberapa hari di rumah sakit dia di cuekin mulu. Alea bicara hanya saat ada ayah dan bundanya, setelah itu dia lebih banyak diam. Saat di goda baru sedikit merespon tapi setelah itu ya diam lagi."Kita langsung ke rumah Ayah kan, Bun? Lea belum bisa merawat rezza sendiri."Erlangga terkejut mendengar ucapan Alea. Namun dia diam karena ibu mertuanya memberi tanda, dengan mengedipkan matanya."Ayah dan Bunda bisa pergi duluan ke mobil. Ada Dani menunggu di parkiran, Biar Erlangga yang mendorong kursi roda Alea."Pria itu masih tak mau berdebat dengan istrinya. Mereka diam-diaman saat menuju parkiran, Alea meremas bajunya karena tak menyangka, Erlangga diam saat dia bilang mau pulang ke rumah orang tuanya.Perlahan pikiran buruk mulai menguasai kepalanya. Dia mengira Erlangga senang
Maaf, Aku Pantang Cerai! (125)"Sakit hatiku, saat mengemis maaf tapi kau abaikan. Seandainya tak ingat perjuanganku menunggumu, mungkin aku memilih pergi saja saat melihat kebencian di matamu."Alea menarik napas panjang. Ingatan tentang ucapan Erlangga tadi terus mengusiknya, dia teringat perjuangan Wisnu saat meminta Maaf dulu, pasti pria itu juga merasa sakit hati, karena sudah mengemis tapi dia abaikan."Ada masalah? Kenapa tak tidur? Ini sudah larut malam, Yank."Erlangga terbangun karena mendengar helaan napas Alea. Dia merasa istrinya memiliki masalah yang membebani pikirannya, jadi dia berniat untuk mendengarkan keluhan kesah sang istri, tapi wanita itu tak mau bicara."Tak ada apa-apa, pergilah tidur lagi."Alea meraih lengan suaminya lalu meletakkan kepalanya di sana. Erlangga mengecup kening istrinya lalu kembali memejamkan mata, namun dia sempat berpesan sebelum benar-benar tertidur."Bicaralah padaku jika kau butuh pendengar. Kita lakukan itu seperti dulu saat kita belum
Maaf, Aku Pantang Cerai! (126)"Kau pasti merasa nyaman, saat berada di dalam pelukan Wisnu."Alea menarik napas, saat mendengar ucapan Erlangga. Pria itu masih merasa bersalah, karena pernah menamparnya. Alea hanya bisa memeluknya agar suaminya tau kalau dia sudah memaafkan."Aku haus, bisa ambilkan air minum di dapur, Yank?"Alea menyerahkan tempat air minum, yang biasa ada di meja dekat tempat tidur. Kebetulan habis dan dia lupa mengambil di dapur."Tunggu sebentar biar aku ambilkan."Erlangga bergegas keluar kamar untuk mengambil air minum. Sedangkan Alea segera menuju ke kamar mandi, setelah mengambil sesuatu dari lemari. Melirik jam dinding lalu tersenyum tipis."Satu jam aku rasa cukup," ujarnya.Tak lama Alea masuk ke kamar mandi. Terdengar pintu kamar terbuka, Alea mengintip sebentar sebelum keluar mengunakan kimono, Erlangga mengerutkan keningnya saat melihat sang istri sudah selesai mandi."Yank."Erlangga terkejut saat Alea memeluk tubuhnya dari belakang. Tangan wanita itu
Maaf, Aku Pantang Cerai! (127)"Maaf, sorry sedang tak mood."Alea berdiri meninggalkan Erlangga, lalu menuju ke wastafel untuk mencuci tangan dan piring bekas dia makan. Erlangga terlihat bingung dengan sikap sang istri."Sekarang, ada apa lagi? Kau mulai berulah lagi."Mendengar ucapan erlangga, tanpa sadar alea meletakan piring ke dalam rak, dengan hempasan cukup keras."Kau baru saja bilang aku berulah, Lang. Seharusnya kau sadar, kalau masalah kita berulang terus menerus dan itu terjadi karena mu bukan aku. Kita sudah sering berbicara, tapi tetap saja kau melakukan kesalahan yang sama."Alea melempar lap tangan ke meja. Emosinya semakin tersulut karena ucapan sang suami, kepalanya mulai pusing setiap bertengkar dengan suaminya."Sepertinya kita memang perlu introspeksi diri, Yank. Aku sudah bosan dengan masalah yang sama terus menerus, untuk sementara aku akan tinggal di rumah ayah."Brak ....Karena terkejut mendengar ucapan Alea. Erlangga berdiri hingga membuat kursi yang dia du
Maaf, Aku Pantang Cerai! (156)"Mama pasti tidak lupa di mana tempat itu? Lihat kain yang di kenakan Aino. Mama tidak lupa kan dengan hadiah istimewa itu?"Erlangga tertawa puas hingga menangis. Alea semakin mengeratkan pegangan tangannya, dia tau Erlangga tengah kembali ke masa paling menyedihkan dalam hidupnya."Siapa jalang yang sebenarnya, Ma. Aku kasihan melihatmu tapi kau sendiri yang menginginkannya, gadis yang kau puja setinggi langit justru wanita mainan suamimu. Dia di puaskan sebelum memuaskan dirimu, mereka bahkan bercinta di tempat tidur yang kau persiapkan untuk acara ulang tahun mu, bahkan mengunakan baju yang sama seperti milikmu. Saat kau mengerang di atas tubuh pria ini, dia tengah membayangkan bercinta dengan Aino buka dengan wanita tua sepertimu."Erlangga menuding jarinya pada sang mama. Terlihat kurang ajar jadi Alea menarik tangan itu dan mengecupnya, membuat Erlangga segera mengusap wajahnya dengan kasar."Rekaman ini yang suamimu minta sebelum mengirim ku ke pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (155)"Apa yang kau lakukan perempuan sialan? Kau menghancurkan perusahaan papaku!"Jennie berteriak seperti orang gila. Dia berusaha menyerang Alea, namun di saat yang tepat seseorang mendekap erat Alea."Jangan berani menyentuh istriku. Kalau tidak kau akan bernasib sama seperti perusahaan papamu, coba saja jika kau ingin membuktikannya."Jennie terkejut mendengar suara dingin di depannya. Dia tak menyangka Erlangga akan datang tepat waktu, dia sudah merencanakan penyerangan pada Alea, tapi tetap saja ketahuan."Dia hanya seorang janda beranak satu, Angga. Kenapa kau begitu mencintainya bahkan mengabaikan aku dan Aino."Jennie benar-benar tak habis pikir pada otak Erlangga. Dia sudah begitu lama berada di sisi Aino, tapi tak membuatnya ingat pada dirinya yang selalu ada ketika Erlangga bertemu Aino."Kau pasti tak bisa melihatnya karena matamu sudah buta. Wanita itu tak hanya cantik wajahnya tapi juga hatinya, sesuatu yang tak kau miliki begitu juga dengan Ai
Maaf, Aku Pantang Cerai! (154)"Selamat siang Bu Alea, bisakah kita bicara sebentar. Saya ada hal penting untuk dibicarakan dengan Bu Alea."Alea menatap wanita yang ada di depannya. Wanita yang baru-baru ini membuatnya pusing, sekarang dengan berani dia mengajak bicara. Apakah pelakor memang tak takut lagi dengan kuasa istri sah."Apa yang ingin anda katakan? Silakan saya akan mendengarkan."Alea memberi kesempatan pada Jennie untuk bicara. Dia ingin tau apa yang wanita ini inginkan, dia juga ingin tau sampai mana kebohongan Erlangga."Sebelumnya saya minta maaf, karena telah membuat Bu Alea dan pak Erlangga menjadi salah paham. Sebenarnya saya memang tak mengenal pak Erlangga sebelum saya pergi ke kantornya, kebetulan saat itu kami bertemu dan satu lift."Alea tersenyum tak menyela penjelasan Jennie. Jari tangannya mengetuk pelan meja, membuat Jennie sedikit gelisah. Ketukan jari Alea berhenti saat pelayan kafe datang membawa pesanan mereka."Silakan nikmati dulu minuman yang anda pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (153)Erlangga mendesah kesal, sembari menatap ruangan sang istri yang terlihat kosong. Wanita itu benar-benar marah hingga tak mau bicara dengannya, bahkan dia rela pindah ke kantor agar ayah dan ibunya tak curiga. Kalau anak dan menantunya sedang ribut, tapi begitu di kantor dia menutup ruangannya dan menghabiskan waktu dengan kedua anaknya. Pintu semua terkunci, jadilah Erlangga tak bisa masuk. Kalau Erlangga tidur di kamarnya, Alea dan kedua anaknya tidur di ruangan Alea, mengunakan tilam lantai."Bos, makan siang sudah siap."Dani berkata pelan sembari menatap kaca pembatas ruangan yang sudah tertutup gorden. Kemudian dia berbalik dan menatap si Bos yang terlihat kacau, jangankan makan, minum saja si bos tak mau."Dan, aku tunggu di ruanganku. Tetap di tempatmu." Melihat Alea muncul di pintu ruang istirahat. Erlangga hendak menemuinya, tapi Alea segera memberinya peringatan untuk tidak bergerak.Dani hanya bisa menggaruk kepalanya. Setelah melihat pintu
Maaf, Aku Pantang Cerai! (152)"Selamat siang Bu Alea, saya perwakilan dari perusahaan Samudra Jaya. Saya ada janji dengan pak Erlangga, tapi di arahkan untuk bicara dulu dengan anda."Alea menjabat tangan wanita yang baru saja menemuinya. Sepertinya wanita ini belum tau prosedur di perusahaan Erlangga."Iya silakan duduk, mohon maaf kalau boleh tau nama anda ....?"Alea bertanya karena sejak tadi wanita ini belum memperkenalkan dirinya. Dia melihat wanita ini sering melirik ke arah ruangan Erlangga, walau suaminya tak bereaksi tapi dia sedikit tak menyukainya."Di perusahaan ini memang seperti prosedurnya. Tamu pria bertemu dengan pak Erlangga sedangkan tamu wanita bertemu istrinya. Pria di sana itu suami saya jadi jangan tergoda dengannya."Alea tertawa seolah ucapan hanya bercanda. Wanita di depannya juga tertawa walau terdengar garing. Alea heran karena sampai sekarang wanita ini belum menyebut namanya sama sekali."Maaf sekali lagi saya harus memanggil nyonya atau nona?" tanya Ale
Maaf, Aku Pantang Cerai! (151)"Assalamualaikum Bu," ucap Alea."Mau apa kau kemari? Mau menertawai kemalanganku ini," tanya Bu Wastika."Bu, sekali saja jangan berpikir buruk padaku. Sejak awal menikah dengan mas Wisnu ibu tau pasti, kalau aku berusaha keras berbakti padamu, karena saat itu aku tak tau masih memiliki orang tua. Jadi aku menganggap ibu sebagai orang tuaku sendiri, apa yang tak ku lakukan untuk kalian semua. Jadi pembantu gratisan aku juga rela, tapi apa pernah kalian menganggap ku? Tidak sama sekali.Ibu terus membenci dan memfitnahku, di depan tetangga bahkan di depan suamiku sendiri. Seolah senang aku diam ibu terus berulah, hingga akhirnya menikahkan suamiku dengan wanita lain. Jika wanita itu baik mungkin aku bisa terima bermadu, tapi wanita itu seorang pelacur yang hamil bukan anak mas Wisnu. Katakan Bu, tidakkah ibu yang telah begitu kejam padaku dan mas Wisnu?"Alea menyeka airmatanya dia sudah tak tahan lagi. Semua yang dia pendam selama ini akhirnya keluar dar
Maaf, Aku Pantang Cerai! (150)"Ada apa? Aku lihat melamun aja daritadi."Erlangga merentangkan tangannya agar sang istri tidur beralas lengannya. Sejak kembali dari beli makanan bersama ibunya, Alea terus diam seolah memikirkan sesuatu."Ini soal ibunya mas Wisnu. Tadi tak sengaja aku melihatnya sedang memulung, apa begitu parah nasibnya, Yank. Apa kau tak ada cara untuk membantunya tanpa berurusan soal uang?"Erlangga menarik napas setelah mendengar ucapan istrinya. Dia memang sudah tau tentang ibunya Wisnu tapi dia belum tau cara untuk membantunya."Kalau kita beri uang pasti nanti dia akan terus meminta. Satu-satunya cara kita memang harus tega padanya, tapi hati ini juga tak kuat melihatnya seperti itu."Kembali Erlangga menarik napas panjang. Masalah Bu Wastika memang susah di selesaikan, karena wanita ini keras kepala dan juga serakah."Hentikan Lang, geli ih."Tiba-tiba Erlangga mengecup leher Alea karena melihat wanita itu mulai melamun lagi. Dia memang tak bisa membuat sang i
Maaf, Aku Pantang Cerai! (149)"Ini benar-benar luar biasa. Aku akan punya cicit lagi," ucap tuan Dirga."Iya Kek, kemungkinan anak kami ini perempuan. Doakan saja agar kelak ada lagi perempuan terlahir dari rahim Alea, jadi keturunan anak perempuan bisa lebih banyak," ujar Erlangga.Plak ...."Ini saja belum lahir tapi kau sudah bermimpi punya anak lagi."Alea memukul pelan tangan sang suami. Dia tak habis pikir dengan apa yang Erlangga inginkan."Kita harus punya rencana, Yank. Bunda anak perempuan satu-satunya, kau juga begitu jadi kita harus berjuang untuk punya anak perempuan lebih banyak."Lang, kau mau aku mutilasi gak itu mu. Enak aja kalau ngomong, lahir kan dulu anak ini baru kita pikirkan yang lainnya," ucap Alea lagi."Yakin mau dimutilasi? Ingat kalau itu tak ada kau tak punya pegangan kalau tidur."Erlangga tertawa saat melihat wajah sang istri yang memerah. Untung mereka bicara berbisik kalau tidak bisa makin malu Alea."Kalau boleh kakek minta. Bisakah acara tujuh bulan
Maaf, Aku Pantang Cerai! (148)"Yank, syukurlah aku sudah bangun. Tolong jangan membuatku takut."Alea terpaku melihat Erlangga memeluknya sembari menangis. Dia masih tak mengerti apa yang terjadi, hanya saja tadi dia bermimpi tentang Wisnu. Membuatnya percaya kalau dia adalah pendosa yang sebenarnya."Tolong pergilah, Yank. Aku minta maaf kalau selama ini bersalah padamu, katakan pada Jenie aku juga minta maaf. Sekarang kembalilah padanya aku akan mengurus perceraian kita."Alea sudah menguatkan hatinya untuk berpisah dengan Erlangga. Dia sudah tau apa yang terjadi memang salahnya, jadi dia rela kehilangan pria sebaik Erlangga."Apa kau dengar sayangku Jennie. Cepatlah datang papi dan mami menunggumu."Alea tersentak mendengar ucapan Erlangga di depan perutnya. Dia masih tak mengerti tapi Erlangga tak mau menjelaskannya, dengan kesal dia menarik rambut sang suami membuatnya mengangkat kepalanya."Apa maksudmu memanggil nama Jennie di depan perutku. Memangnya perempuan itu ada di sana,