Share

Bab 2

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2024-08-23 18:52:38

“Ini Sekar kekasihku.” 

Dari sekian  banyak wanita yang bisa menjadi pacar suaminya kenapa harus wanita ini. tidak cukupkah luka yang wanita ini torehkan pada keluarganya dulu? 

Alisya tak mungkin salah mengenali orang, meski penampilannya sudah dipoles sana sini sedemikian rupa, tapi senyum dan wajah  lembut penuh tipu muslihat itu tak akan pernah dia lupakan. 

Dan sepertinya Sekar  menyadari siapa dirinya  tapi seperti yang sudah Alisya kenal bertahun-tahun yang lalu, Sekar adalah orang sangat pandai menjaga raut wajahnya, dan itu yang membuatnya berbahaya. 

Alisya tahu ini sudah sangat terlambat, tapi bertemu dengan wanita ini membuatnya bukan hanya merasakan  rasa sakit tapi juga amarah.

“Halo Alisya.” Alisya masih menggenggam tangannya kuat berusaha menguasai dirinya saat wanita itu berjalan mendekatinya dan mengulurkan tangan dengan senyum terkembang. 

“Halo,  kamu pasti sudah tahu siapa aku, meskipun itu tak menyurutkan langkahmu untuk memilki suamiku.” Alisya sendiri terkejut dia mampu berbicara seperti itu, tapi tentu saja dia tidak akan menarik ucapannya, dia hanya mengatakan fakta tidak ada yang salah bukan.

 “Bukankah cinta memang membutuhkan pengorbanan, dan aku siap berkorban untuk cintaku yang begitu besar untuk Pandu.” 

Cinta? Dia memang tidak memiliki itu, tapi haruskah dia menyerah dengan semua ini, dia adalah istri Pandu yang sah dimata hukum dan agama, tidak ada yang bisa menyangkal hal itu. 

Alisya tersenyum miris, apalagi saat  Pandu dengan senyumnya menyambut uluran tangan itu, tidakkah mereka sedikit saja memiliki rasa malu?

 “Aku akan menikahi Sekar,” Pandu mengatakannya dengan tenang, dia bahkan tak perduli dengan perasaan Alisya. 

Alisya menatap Pandu dengan tatapan tak percaya, benarkah dia masih Pandu laki-laki baik hati dan bertanggung jawab yang membuatnya kagum, kenapa sekarang seolah sosok yang dikenalnya dulu telah mati. 

Dia tidak ingin menangis dihadapan mereka, Alisya tak ingin memperlihatkan kesedihannya. 

Alisya menarik napas panjang sebelum mengangguk lalu segera memutar kursi rodanya.  

“Al, tunggu.” Alisya mendengar panggilan itu tapi dia sama sekali tidak ingin menoleh dia tak akan sanggup menatap pertunjukan kemesraan dua orang itu.

Dia sadar dia hanya wanita yang tak diinginkan kehadirannya, Pandu harus bertanggung jawab karena menyebabkan kakinya lumpuh. Dan pernikahan mereka terjadi karena desakan orang lain, meski Alisya akui kalau dia sudah lama menyimpan rasa untuk laki-laki  itu saat masih bekerja di perusahaan yang sama. 

Semula Alisya ingin kembali ke kamarnya, tempat paling nyaman di rumah ini yang membuatnya terhindar dari pandangan meremehkan ataupun  kasihan semua orang, tapi dia sedang tidak ingin ke sana, dia terus mengarahkan kursi rodanya ke halaman belakang yang sepi. 

Para pelayan rumah ini masih sibuk mempersiapkan hidangan untuk nanti malam. Ulang tahunnya. Akan tetapi sekarang Alisya tak yakin lagi mungkin ini memang momen yang disiapkan Pandu untuk menyambut kekasihnya. 

Alisya menengadahkan kepalanya, dia tak tahu kepada siapa lagi dia harus berkeluh kesah, dia merasa sendiri sekarang tanpa ada seorang pun yang bisa menolong. 

Ketulusan dan pengorbanannya ternyata berbuah pengkhianatan. Tanpa sadar air mata mengalir ke pipinya, tapi suara langkah di belakangnya membuat Alisya menelan kembali tangisnya. Dia tidak ingin terlihat lemah, meski dia tahu keadaannya memang menyedihkan. 

“Kenapa datang kemari bukan ke kamar?” 

Alisya tak perlu menoleh karena dia hapal betul suara siapa itu.  tapi dia juga tidak memiliki keinginan untuk menjawab pertanyaan  basa basi itu.

Alisya mendongak tak ingin terlihat lemah, dia menatap mata Pandu dengan berani “Kenapa mas membawanya kemari?” tanyanya. 

“Ini rumahku.” Ada nada tegas dalam suaranya yang membuat Alisya langsung tersentak kaget. 

Benar ini memang rumah Pandu, dia sama sekali tidak berhak ada di sini andai peristiwa itu tak terjadi. 

“Aku tahu, karena itu aku pergi,” jawab Alisya dengan pahit.

Pandu menatap Alisya dengan kesal. “Apa kamu tidak pernah diajari sopan santun, sikapmu membuat Sekar merasa tak diharapkan.” 

Alisya hanya bisa tersenyum getir mendengar ucapan Pandu. Itu hinaan luar biasa kejam untuk wanita yang sedang berusaha mempertahankan pernikahannya. Kalimat itu seperti anak panah  yang langsung menusuk jantungnya, begitu sakit dan membuatnya sekarat.

Selama ini Alisya tahu kalau Pandu memang tidak mencintainya tapi dia sama sekali tidak menyangka laki-laki itu akan menghadirkan wanita lain dalam pernikahan mereka.

“Sejak kapan mas berhubungan dengannya?” tanyanya dengan suara tercekat. 

Pandu mengangkat alisnya. “Apa itu penting?” tanyanya tak peduli. 

Alisya mengangguk. “Setidaknya jika aku tahu lebih awal pernikahan ini tak perlu terjadi.” 

Alisya tahu dia dulu memang terlalu naif, menerima begitu saja saat Pandu menikahinya sebagai bentuk tanggung jawab karena kecelakaan itu.

Rasa cinta yang diam-diam dia punya untuk Pandu membuatnya tak berpikir panjang. Sosok yang begitu dia kagumi dan selalu menghiasi mimpi-mimpinya. 

 “Kamu tidak lupa bukan kalau ibumu membutuhkan biaya yang sangat besar.”

Alisya langsung melengos. Itu ancaman yang tidak bisa Alisya abaikan. Ibunya adalah satu-satunya orang yang dia miliki sekarang ini, dan dia tidak akan sanggup jika sesuatu yang buruk terjadi padanya. 

 “Aku tak akan lupa, tapi aku tidak bisa memaksa orang bersamaku jika dia tidak mau,” kata Alisya, dia menghela napas panjang lalu meneruskan meski dengan hati luar biasa sakit.“Jika ini tentang kakiku yang lumpuh, aku bisa mengatasinya, mas tidak perlu merasa bersalah.” 

“Bukankah ini memang yang kamu inginkan,” Kata Pandu dengan senyum meremehkan. “Kamu pernah bilang mencintaiku atau ini hanya soal uang?” 

Salah satu alasannya menikah dengan Pandu memang uang bukan, dia bahkan merasa tak mampu lagi membiayai pengobatan ibunya. Meski cinta tulusnya untuk Pandu tentu saja bukan sebuah kebohongan.

“Jika yang aku inginkan adalah uang apa mas akan melepasku?” tanya Alisya dengan tegar, kehadiran wanita lain membuatnya mati rasa, dia hanya ingin melepaskan semuanya untuk kesehatan mentalnya tapi dia juga butuh uang untuk pengobatan ibunya. 

Alisya bahkan tidak peduli jika setelah ini Pandu berpikir dulu dia sengaja menghadang mobil laki-laki itu dan menyebabkan kecelakaan. Seperti tuduhan Pandu selama ini.

“Tidak kusangka kamu selicik ini.” 

Alisya mengangguk, dia sudah menduga tapi sekarang tak peduli lagi. Kesembuhan ibunya adalah yang utama. 

“Mas hanya perlu memberiku uang untuk pengobatan ibuku dan aku akan pergi dari sini.” 

Pandu langsung melotot dia terlihat sangat tidak suka dengan ucapan Alisya.

“Kamu akan tetap menjadi istriku suka atau tidak.” 

Alisya menatap Pandu dengan kaget,  ini sangat tidak masuk akal.

 “Aku akan menambah uang bulanan untukmu, dan juga memindahkan ibumu ke rumah sakit yang lebih baik asal kamu tidak berbuat macam-macam.” 

Alisya langsung menatap Pandu dengan seksama, itu memang penawaran yang sangat menarik, tapi dia sudah belajar banyak hal untuk tidak langsung mempercayai madu yang ditawarkan Pandu. 

 “Ah ternyata kalian di sini.” 

Keduanya langsung menoleh. Pandu langsung tersenyum pada Sekar dan berniat mendekati wanita itu tapi Sekar langsung berjalan ke arah Alisya dan memeluknya.  “Aku baru tahu kalau hari ini hari ulang tahunmu, Al. Selamat ulang tahun ya.” 

Alisya duduk kaku di kursi rodanya, dia tidak membalas pelukan Sekar, hatinya terlalu sakit tapi yang membuat Alisya marah adalah bisikan wanita itu. “Ternyata kamu sama saja dengan ibumu hanya orang buangan.” 

Kali ini Alisya tak sanggup lagi menahan emosinya, tangannya langsung mendorong tubuh Sekar dan menampar pipi wanita itu dengan keras. 

“Alisya!” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Numejho Numejho
ceritanya menarik,
goodnovel comment avatar
Cici Ashari
ceritanya bagus n seru
goodnovel comment avatar
Merlin Martondang
ceritanya mengandung air mata
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 3

    “Beraninya kamu menyakiti kekasihku.” Pandu menatap Alisya dengan dingin.Laki-laki itu langsung meraih Sekar dalam pelukannya dan memeriksa pipi dan juga semua bagian tubuh dengan sangat khawatir, membuat Alisya hanya bisa menggigit bibirnya getir. Ada rasa takut dalam hatinya karena tak pernah melihat Pandu semarah itu.Alisya memang dibesarkan dengan kesederhanaan oleh kedua orang tuanya bahkan setelah ayahnya meninggal mereka bisa dikatakan kekurangan tapi tak pernah ada perlakukan kasar dan bentakan meski mereka mendidknya dengan sangat keras tapi saat dia menikah kata-kata kasar penuh hinaan itu sudah menjadi makanannya sehari-hari. Bukan hanya dari Pandu suaminya tapi juga dari keluarga laki-laki itu bahkan para pelayan yang bekerja di rumah ini. Biasanya Alisya hanya diam saja dan hanya menunduk kemudian pergi dari sana, menganggap itu adalah bagian dari resiko. Akan tetapi kali ini dia tak bisa terima Sekar telah menghina ibunya. Dia tidak pernah memiliki hutang budi pada

    Last Updated : 2024-08-23
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 4

    Wajah pucat dan mata sembab.Itulah yang dilihat Alisya dari sosok dalam pantulan cermin. Dia ingin tetap di dalam kamar dan tidak usah menghadiri pesta itu, tapi dia tidak bisa mengabaikan ancaman Pandu. Alisya tak menyangka bahwa banyak orang yang hadir untuk menghadiri pesta ulang tahunnya, tapi dia bahkan tak tahu siapa saja yang diundang. Dia memang pemeran utama dalam pesta ini tapi dia merasa seperti tamu yang tak diundang, begitu menyedihkan.Tentu saja ini pesta untuk Sekar, wanita yang dicintai Pandu.Alisya mengedarkan pandangannya tak terlihat Pandu atau keluarganya dimanapun. Bahkan Sekar juga tak ada diantara tamu yang tak semua Alisya kenal. “Aku tidak tahu apa yang membuatmu betah duduk di kursi menyedihkan itu?” Alisya yang semula sibuk mengedarkan pandangan mencari keberadaan Pandu langsung menoleh dan menemukan laki-laki yang menatap sinis padanya. Pramudya Setiaji, sahabat Alisya, mereka sudah mengenal sejak SMA, ayah Pram adalah salah satu rekan bisnis ayah

    Last Updated : 2024-08-23
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 5

    Alisya bukan batu dia manusia yang memiliki perasaan. Dia juga seorang istri yang sama sekali tidak diharapkan dan diperlakukan begitu kejam. “Aku akan memberikan perawatan terbaik untuk ibumu setelah kamu melakukan ini.” Alisya menelan kembali tangisnya. Ibunya... benar wanita yang sangat dia sayangi itu saat ini sedang berjuang melawan penyakit yang menggerogotinya. Alisya tak akan sanggup bila harus kehilangan wanita itu. Ayahnya sudah berpulang terlebih dahulu dengan cara yang tak sanggup lagi dia ingat, dan sekarang ibunya adalah satu-satunya hal berharga yang dia miliki di dunia ini. Selama ini orang tuanya sudah membesarkannya dengan sangat baik meski dalam keterbatasan. Jika nyawa itunya bisa dipertahannya dengan rasa sakit hatinya... Alisya ikhlas menerimannya. “Aku mengerti terima kasih, mas. Aku sangat berharap ibuku akan segera sembuh.” Alisya tersenyum meski hatinya sangat pedih, sejenak dia menatap wajah rupawan Pandu yang sangat dia kagumi, untuk terakhir kalinya

    Last Updated : 2024-08-23
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 6

    “Biar aku bantu.” Alisya langsung mendongak, saat melihat siapa yang bicara dia tak bisa lagi menyembunyikan air matanya. Di saat semua orang sedang memperhatikan Sekar dan Pandu di sana, diam-diam Alisya menyingkir. Perannya sudah selesai dan waktunya dia turun panggung. Akan tetapi panggung ini tentu saja tidak didesain untuknya, wanita cacat yang harus menggunakan kursi roda, sebuah bukti nyata lagi bahwa semua ini memang bukan untuknya. Dan Alisya tentu saja kesulitan untuk turun sendiri.“Aku tahu kamu memang bodoh tapi tidak aku sangka kamu sebodoh ini,” komentar laki-laki itu lagi.Mulut Alisya  langsung terkunci, itu kenyataan yang memang tak bisa dia sangkal. Senyum getir menghiasi bibirnya.Meski terlihat luar biasa kesal tapi perlahan laki-laki itu membantu Alisya menurunkan kursi rodanya dari atas panggung dengan hati-hati. Saat telah ada di bawah panggung Alisya menoleh sejenak pada Pandu dan Sekar yang masih tamp

    Last Updated : 2024-09-05
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 7

    “Fokuslah pada tujuanmu dan lupakan perasaanmu.” Kalimat Pram sebelum laki-laki itu pamit pulang masih menggema di kepala Alisya dan makin membuatnya tak bisa memejamkan mata meski tubuhnya lelah luar biasa. Pesta sudah berakhir satu jam yang lalu, aktifitas membersihkan sisa pesta juga sudah mulai berkurang berisiknya. Alisya memang langsung kembali ke kamar setelah berbicara dengan Pram, pesta yang diadakan di halaman depan membuatnya leluasa untuk kembali ke kamar lewat pintu belakang. Alisya bahkan tak memiliki keinginan sedikit pun untuk beramah tamah dengan orang tua Pandu, dia bahkan tidak peduli jika dikatakan tidak sopan. Sejak kembali yang dia lakukan hanya mengurung diri dalam kamar dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri apa dia mampu untuk menjalani hari ke depan sebagai istri pertama yang sama sekali tak dianggap oleh suaminya? Wanita itu masih sibuk menatap rimbun pohon di balik jendela kamarnya saat pintu kamarnya terbuka dan kemudian menutup lagi dengan keras.

    Last Updated : 2024-09-05
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 8

    Para pelayan langsung menyingkir ke belakang begitu Pandu menggebrak meja makan dengan keras. Alisya sempat melihat nomer asing yang menghubunginya, dia menghafalnya dengan baik itu nomer ponsel Pram. “Apa karena laki-laki ini kamu meminta cerai dariku?” tanya Pandu dengan suara mendesis. Alisya tahu Pandu marah padanya tapi tidak pernah menyangka laki-laki itu akan mengatakan hal konyol seperti itu. Bukankah Pandu yang berselingkuh dan menghamili kekasihnya kenapa sekarang dia yang jadi tersangka. Sungguh Alisya tak habis pikir dengan cara kerja otak laki-laki yang masih saja bertahta di hatinya meski sudah banyak menimbulkan luka. Alisya menatap wajah Pandu dengan seksama, laki-laki ini tidak pernah bersikap baik padanya semenjak mereka menikah tapi kenapa dia masih saja mencintainya. “Dia hanya temanku,” jawab Alisya, tangannya meremas satu sama lain berusaha mengurangi rasa sakit yang ada dalam hatinya, baik karena tuduhan Pandu dan juga saat mengingat Sekar. Pandu menatap A

    Last Updated : 2024-09-06
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 9

    Kenapa laki-laki ini harus mendatanginya ke kamar? Bu Titin tahu itu artinya tak butuh waktu lama Pandu juga akan tahu.Alisya tahu dia tidak melakukan kesalahan apapun, tapi Pandu dan orang-orang yang tidak menyukainya di rumah ini pasti membuatnya seperti melakukan kejahatan besar. Masalah Pram tadi pagi saja membuatnya kehilangan ponselnya, dia tidak tahu apa yang akan dilakukan laki-laki itu jika tahu hal ini. “Oh bu Titin,” kata laki-laki yang dipanggil Lan dengan sopan dan tenang, tidak ada kekhawatiran sama sekali di wajahnya. Apa laki-laki ini benar-benar tidak mengerti apa yang akan terjadi nanti, terutama untuk Alisya? Bu Titin tidak menggubris laki-laki itu tapi dia menatap Alisya dengan pandangan mengejek. “Anda ternyata sudah berani memasukkan laki-laki lain ke kamar anda Nyonya.” “Apa maksud bu Titin adalah saya?” tanya laki-laki itu lagi ada riak di wajahnya saat mendengar perkataan bu Titin. Alisya

    Last Updated : 2024-09-06
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 10

    “Ayo pikir! Ayo... apa akalku sekarang!” Alisya memukul-mukulkan tangannya pelan pada kursi rodanya. Dia terbiasa mandiri dan sejak kehilangan sang ayah, ibunya yang dulunya hanya ibu rumah tangga harus mengambil alih peran sang ayah untuk mencari nafkah setelahnya. Dan Alisya tak tega ketika harus merengek pada sang ibu yang selalu kelihatan lelah sepulang kerja. Otaknya yang cerdas sangat membantu sekali dalam pendidikannya, dia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang sarjana dan berhasil lulus dengan presikat sangat memuaskan. Itulah yang mengantarkannya mendapatkan undangan kerja dariperusahaan milik keluarga Pandu. Perusahaan multinasional yang bergerak dibidang makanan ringan. Dengan otak cerdasnya Alisya berhasil medapatkan jabatan yang lumayan mentereng di bagian keuangan, bagian yang paling basah pada sebuahperusahaan. Gaji yang diterima Alisya juga cukup besar untuk membiayai kehidupannya dan sang ibu, apalagi mereka bukan pribadi yang gemar berf

    Last Updated : 2024-09-09

Latest chapter

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 308

    “Siapa sih!” gerutu Laras sambil menyeret tubuhnya keluar kamar.Laras jarang sakit, tapi kali ini dia harus menyerah karena terus bersin dan kepalanya pusing sekali.Berkali-kali Pram mengetuk pintu kamarnya dan mengatakan sarapan sudah siap, tapi kepalanya yang pusing membuat Laras tak napsu makan. Untunglah kamar mereka terpisah jadi laki-laki itu tidak akan tahu kalau dia sakit.Laras tidak suka dikasihani, dan sekarang keadaanya pasti terlihat sangat mengerikan. Untunglah Pram percaya kalau Laras sudah makan dan bilang hari ini dia cuti karena ada urusan. Setelah Pram pergi itulah Laras bangun dengan terhuyung-huyung dan mendapati makanan yang disediakan sang suami di atas meja dan memakannya. Tidur setelah minum obat membuat Laras tak menyadari ini sudah hampir jam tiga sore, pusingnya sudah banyak berkurang tapi wajahnya masih terlihat pucat saat dia melihat cermin. Ditambah lagi bunyi bel yang membuatnya ingin menampar siapa saja yang sudah bertamu saat ini. Dia tidak b

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 307

    Pram mengintip apa yang dilakukan istrinya sepagi ini di dapur. Yah istrinya karena dia memang telah menikahi Laras, meski wanita itu menolak menjadi istri yang sebenarnya. Restu Alisya beberapa bulan yang lalu membuat Pram mantap dengan rencananya mempersunting Laras. Dan dia  tidak menyesalinya. Paling tidak dia tidak kesepian di rumah dan yang pasti... ada yang bisa dia jahili.“Makanya aku sudah bilang, tidak usah kerja cari kursus masak saja, supaya kamu bisa masak,” kata Pram dengan wajah penuh ejekan saat sang istri berkutat dengan penggorengan, pasti istrinya itu lapar sepagi ini, tempe yang dia goreng tebalnya tak sama dan  tentu saja dengan api yang sebesar itu akan hangus dalam sekejap, belum lagi Laras yang takut-takut terciprat minyak panas merupakan pemandangan yang menarik pagi ini untuknya. Biasanya dia yang akan memasak, kalau tidak memesan makanan di luar atau mendatangkan koki di apartemennya. Me

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 306

    Pram tidak pernah bisa berbohong pada Alisya. Wanita itu selalu menemukan cara untuk membuatnya bisa berkata jujur, Pram yang terbiasa menyembunyikan sendiri kegundahan hatinya merasa dia punya tempat untuk pulang, tapi setelah wanita itu menikah dengan laki-laki lain tentu dia tidak bisa lagi berbagi seperti dulu. Karena itu jugalah dia tidak ingin mengatakan rencana pernikahannya dengan Laras pada Alisya, setidaknya sebelum mereka resmi menikah. Alisya tidak akan setuju apalagi jika tahu alasan pernikahannya. Bagi wanita itu pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan harus dipertahankan sebisa mungkin, tidak heran sih karena orang tuanya adalah pasangan yang harmonis dan kaya akan cinta meski mereka miskin harta. Tidak heran jika Alisya kembali lagi pada Pandu meski laki-laki itu pernah menyakitinya. Pram menghela napas dan mengambil kantong besar yang ada di sampingnya, hari ini dia memang telah berjanji akan mengunjungi Alisya di rumah suaminya. “Ckk aku pikir kamu tidak jad

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 305

    Laras kelaparan. Padahal semalam dia makan semua makanan yang dibawakan Pram. Semalam dia tidur sangat larut, bukan karena dia ngobrol dengan Pram, Laras bahkan buru-buru masuk kamarnya begitu selesai makan dan mengunci pintu kamarnya, lagi pula apartemen ini terkunci otomatis jika nanti Pram pulang dan menutup pintu."Jam segini kamu baru bangun?" Laras yang matanya separuh terbuka langsung melonjak begitu mendapati laki-laki di dapur rumahnya, apalagi laki-laki itu bertelanjang dada memamerkan keindahan tubuhnya. "Kamu harus terbiasa dengan keindahan tubuhku karena nanti kita akan menikah," kata Pram dengan tak acuh saat melihat Laras menatap tubuhnya dengan melongo.Laras menggelengkan kepalanya berusaha untuk mengenyahkan bayangan tubuh setengah telanjang Pram. Astaga kenapa otaknya malah berpikir yang tidak-tidak sih! "Apa yang kamu lakukan di dapurku!" tanya Laras ketus. "Dapurmu?" Tanya Pram sambil menaikkan alisnya menyebalkan.Laras tahu pasti ada yang salah dengan otak

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 304

    "Kamu yakin akan menikahi wanita itu?" Pram menghentikan gerakannya memutar pensil di tangannya, dia menatap sahabat sekaligus sekretarisnya sejenak. Dia mengenal Aris sejak tahun ketiga di bangku kuliah, Aris pemuda yang cerdas meski berasal dari keluarga yang sederhana. Mereka langsung klop dan menjadi teman. Karena itu tak butuh berpikir dua kali, Pram langsung menariknya untuk bekerja bersamanya begitu mendengar sang sahabat belum mendapat pekerjaan tetap. "Kenapa kamu bertanya begitu?" Tanya Pram memperhatikan laki-laki muda di depannya dengan seksama, sejujurnya hal ini sama sekali tidak ada dalam rencananya, semuanya terjadi begitu saja, tapi Pram menolak menyesali semuanya. Dia memang belum lama mengenal Laras, tapi dia sudah sangat berpengalaman bertemu wanita, dia yakin Laras sangat berbeda dari semua wanita-wanita yang dia pacari, termasuk mantan tunangannya yang sekarang menjadi ibu tirinya. "Aku hanya memastikan, bukankah kamu sendiri yang bilang benci dengan ay

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 303

    Laras berbaring diam di atas ranjang apartemen yang dipinjamkan Pram untuknya. Ini sudah satu minggu sejak mengantar ibunya ke kampung halamannya, dia lebih tenang jika sang ibu di sana bersama saudara-saudaranya. Mungkin hanya dia anak yang bahagia dengan perceraian kedua orang tuanya. Setidaknya sekarang sang ayah tidak akan lagi menganggu ibunya dan bisa bebas besama gundiknya itu. Laras tak tahu bagaimana Pram membujuk ibunya untuk mau bercerai dari sang ayah yang selama hampir lima belas tahun ini selalu gagal dilakukan olehnya. Tidak dia pungkiri Pram memang seorang negosiator dan perayu sejati apalagi di dukung dengan wajahnya yang luar biasa tampan. Karena itu Laras masih tidak percaya kalau mantan tunangannya berkhianat dan malah menikah dengan ayah laki-laki itu, meski tidak Laras pungkiri kalau ayah Pram juga masih sangat menawan meski usianya tak lagi muda. Pram mengingat laki-laki itu membuat Laras kembali menghela napas panjang, dia belum bisa memaafkan dir

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 302

    Suara ponsel Laras mengintrupsi pembicaraan mereka yang bisa berpotensi penganiyayaan. Laras mengangkat panggilan dari ibunya dengan tenang tapi wajahnya langsung memucat saat mendengar apa yang ibunya bicarakan di seberang sana. “Ada apa?” tanya Pram. “Kenapa wajahmu selalu pucat setelah mengangkat telepon jangan bilang kalau ayahmu-“ “Ibuku. Aku harus menemuinya sekarang,” kata Laras memutus apapun yang akan dikatakan Pram, dia menatap laki-laki itu dengan pandangan kalut. “Aku antar di mana ibumu sekarang?” Laras menyebutkan alamat kontrakannya. Jika biasanya rumah kontrakannya sepi, kini rumah mungil penuh sesak dengan beberapa tetangga, yang hanya beberapa saja yang Laras kenal dengan baik. “Ada yang meninggal?” tanya Pram. Aura rumahnya sangat suram dan para tetangga saling bicara dengan wajah prihatin apalagi setelah melihatnya. Ibunya baru saja menghubunginya jadi tak mungkin meninggal, batin Laras meyakinkan dirinya sendiri. “Jangan bicara sembarang, ibuku mungkin s

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 301

    Laras sudah menghabiskan entah berapa kue kering di depannya ini, rasanya sangat enak dan dia suka dan yang lebih penting ini gratis. Jadi tidak akan ada yang menghalangi Laras untuk memakannya, meski perutnya sudah kenyang dengan makan mawah dengan berbagai hidangan mewah yang dia santap tadi, kecuali... pandangan sang nyonya rumah yang seperti menuduhnya menyembunyikan setoples kue itu di balik bajunya. Pram yang sedang berbincang dengan sepupunya juga sama sekali tidak membantu, membuatnya seperti terlempar ke sarang macan yang setiap saat siap mencabik-cabik tubuhnya.  Baiklah mungkin perumpamaannya memang terlalu berlebihan tapi wanita cantik yang diperkenalkan sebagai istri ayah Pram memang melihatnya seperti harimau melihat mangsa. Lupakan pemikiran Laras yang mungkin saja dia akan berdosa karena sudah membohongi orang tua Pram dengan sandiwara ini, karena seperti kebanyakan orang kaya mereka tidak akan sudi menerima menantu yang sama sekali tida

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 300

    “Apa sih sebenarnya masalahmu? Kamu sangat merepotkan,” kata Laras judes setelah mereka keluar dari salon. Laras sudah sangat cantik dengan make up minimalisnya, dan juga blus berwarna kuning pucat dan celana kain berwarna gading, sangat cocok dengan kulitnya yang langsat.Tapi dia tidak menyukainya. Siapa sih yang suka tiba-tiba dipaksa untuk melakukan apa yang sama sekali tidak dia ketahui.“Terima kasih dan aku sangat suka merepotkanmu,” kata Pram yang senyumnya sudah kembali bertengger di wajah tampannya. Laras menghela napas, dia mengasihani dirinya sendiri jika suatu saat jatuh cinta pada laki-laki itu dan tentu saja itu bukan hal mustahil mengingat saat ini statusnya adalah barang yang sudah dibeli Pram. Mengingatnya saja sudah membuat Laras bergidik. “Memangnya kita akan kemana? Kamu ternyata suka sekali bersandiwara. Oh jangan-jangan wanita yang menjadi pacar-pacarmu itu sebenarnya adalah wanita yang bernasib sial dan kamu jadikan pacar pura-pura untuk menutupi kebusukan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status