Share

Bab 8

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-06 18:14:07

Para pelayan langsung menyingkir ke belakang begitu Pandu menggebrak meja makan dengan keras.

Alisya sempat melihat nomer asing yang menghubunginya, dia menghafalnya dengan baik itu nomer ponsel Pram.

“Apa karena laki-laki ini kamu meminta cerai dariku?” tanya Pandu dengan suara mendesis.

Alisya tahu Pandu marah padanya tapi tidak pernah menyangka laki-laki itu akan mengatakan hal konyol seperti itu. Bukankah Pandu yang berselingkuh dan menghamili kekasihnya kenapa sekarang dia yang jadi tersangka. Sungguh Alisya tak habis pikir dengan cara kerja otak laki-laki yang masih saja bertahta di hatinya meski sudah banyak menimbulkan luka.

Alisya menatap wajah Pandu dengan seksama, laki-laki ini tidak pernah bersikap baik padanya semenjak mereka menikah tapi kenapa dia masih saja mencintainya.

“Dia hanya temanku,” jawab Alisya, tangannya meremas satu sama lain berusaha mengurangi rasa sakit yang ada dalam hatinya, baik karena tuduhan Pandu dan juga saat mengingat Sekar.

Pandu menatap A
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (8)
goodnovel comment avatar
Linda Rahayu
aku tuh heran udh baca bab 70an tp koq balik lg k bab 1 knp ya
goodnovel comment avatar
Dewi Sopiantin
klo ada cara bt mengobati ibunya yg lain,kenapa musti bertahan setidaknya masih pya harga diri
goodnovel comment avatar
Dekrita Tya Wijagustiara
bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 9

    Kenapa laki-laki ini harus mendatanginya ke kamar? Bu Titin tahu itu artinya tak butuh waktu lama Pandu juga akan tahu.Alisya tahu dia tidak melakukan kesalahan apapun, tapi Pandu dan orang-orang yang tidak menyukainya di rumah ini pasti membuatnya seperti melakukan kejahatan besar. Masalah Pram tadi pagi saja membuatnya kehilangan ponselnya, dia tidak tahu apa yang akan dilakukan laki-laki itu jika tahu hal ini. “Oh bu Titin,” kata laki-laki yang dipanggil Lan dengan sopan dan tenang, tidak ada kekhawatiran sama sekali di wajahnya. Apa laki-laki ini benar-benar tidak mengerti apa yang akan terjadi nanti, terutama untuk Alisya? Bu Titin tidak menggubris laki-laki itu tapi dia menatap Alisya dengan pandangan mengejek. “Anda ternyata sudah berani memasukkan laki-laki lain ke kamar anda Nyonya.” “Apa maksud bu Titin adalah saya?” tanya laki-laki itu lagi ada riak di wajahnya saat mendengar perkataan bu Titin. Alisya

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 10

    “Ayo pikir! Ayo... apa akalku sekarang!” Alisya memukul-mukulkan tangannya pelan pada kursi rodanya. Dia terbiasa mandiri dan sejak kehilangan sang ayah, ibunya yang dulunya hanya ibu rumah tangga harus mengambil alih peran sang ayah untuk mencari nafkah setelahnya. Dan Alisya tak tega ketika harus merengek pada sang ibu yang selalu kelihatan lelah sepulang kerja. Otaknya yang cerdas sangat membantu sekali dalam pendidikannya, dia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang sarjana dan berhasil lulus dengan presikat sangat memuaskan. Itulah yang mengantarkannya mendapatkan undangan kerja dariperusahaan milik keluarga Pandu. Perusahaan multinasional yang bergerak dibidang makanan ringan. Dengan otak cerdasnya Alisya berhasil medapatkan jabatan yang lumayan mentereng di bagian keuangan, bagian yang paling basah pada sebuahperusahaan. Gaji yang diterima Alisya juga cukup besar untuk membiayai kehidupannya dan sang ibu, apalagi mereka bukan pribadi yang gemar berf

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 11

    Rencananya Alisya akan berbelanja terpisah dengan juru masak keluarga Pandu. Dia sudah menghubungi Pram untuk meminta seseorang mencarikan bahan makanan yang dibutuhkan, sedangkan Alisya akan diam-diam pergi dengan mobil yang disiapkan Pram. Terdengar mudah memang rencana itu, tapi Alisya yang sejak kecil tidak biasa berbohong langsung berkeringat dingin, tapi tentu saja dia tidak akan menyerah dengan mudah. “Jangan kencang-kencang membawa mobilnya! Dasar anak muda!” omel si bibi pada anak pak Maman yang mengantar mereka. Berbeda dengan pak Maman yang merupakan pengemudi yang tenang, anak laki-lakinya mungkin dulu bercita-cita menjadi pembalap tak kesampaian, dia mengemudi seperti kesetananan menyalip ke sana kemari. Mobil yang mereka gunakan memang jenis mobil mahal yang biasanya dipakai mengantar Alisya sehingga guncangan tak begitu terasa tapi untuk wanita paruh paya di sampingnya sangat berpengaruh. Mukanya terlihat san

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 12

    Siapa? Dari sekian banyak orang yang tak menyukainya di rumah itu, Alisya tidak tahu siapa yang melakukan hal sekonyol itu? Akan tetapi hal yang lebih mengusik pikirannya adalah kenapa? Jika dia sembuh tentu saja Alisya akan dengan senang hati pergi dari sana dan Pandu yang menikahinya karena kakinya umpuh tak akan punya alasan lagi untuk menahannya. Dokter itu dokter yang cukup punya nama, dia pasti punya alasan kuat mempertaruhkan reputasinya seperti itu. Baik ayah mertua, ibu mertua ataupun suaminya memang punya uang dan pengaruh yang besar di mata masyarakat. Apa mereka bertiga pelakunya?“Sampai kapan kamu akan melamun di sana?” tanya Pram yang masih menunggu Alisya kembali ke bumi lagi. “Pram sudah selesai?” tanya Alisya menutupi keterkejutannya. Laki-laki itu hanya menatap malas pada Alisya. “Ayo kembali ke mobil.” Pram kembali mengemudi dengan kecepatan tinggii, tapi kali ini Alisya tidak ingin protes lagi seluruh energinya tersedot habis untuk berpikir, kenyataan ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 13

    “Tuan dan Nyonya besar akan makan malam di sini, tuan muda meminta nyonya menyiapkannya.”Alisya mengernyit. Papa dan mama mertunya jarang sekali datang ke rumah ini, kalau datang  pasti ada hal penting atau acara seperti waktu itu. Alisya bukan keberatan orang tua Pandu datang berkunjung, dia sama sekali tidak punya hak untuk itu. yang membuatnya tidak nyaman adalah karena mereka terutama mama Pandu yang selalu saja menghinanya membuat Alisya tak nyaman dan memilih menjauh. Alisya hanya mengangguk untuk menanggapi dan melanjutkan pekerjaannya. Pandu dan mamanya meski tak menyukai kehadirannya sebagai istri dan menantu di rumah ini tapi mereka sangat menyukai masakan Alisya dan menginginkan selalu memasak untuk mereka saat makan di rumah ini. Sedikit hal yang mampu memberikan kepercayaan diri pada Alisya, hanya sedikit karena mereka berdua menganggap itu balas jasa yang pantas untuknya. “Ada yang bisa saya bantu nyonya?” Alisya menger

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 14

    “Bagaimana dengan rasa masakan kedua yang kita coba tadi Nyonya?” “Aku lebih suka masakan yang pertama.” “Saya rasa juga begitu, jadi kita gunakan yang pertama atau kita cari lagi?” Alisya berpikir sejenak, seharusnya catering yang pertama sudah cukup untuk pesta itu, tapi saat dia berbicara tadi dengan pemilik, mereka tidak mampu menyediakan semua menu hanya beberapa saja. sedangkan catering yang kedua bisa menyediakan semuanya tapi rasanya tidak terlalu enak. “Saya rasa kita datangi saja catering satu lagi baru memutuskan,” jawab Alisya. “Baik Nyonya.” Alisya memang akhirnya mengurus semua persiapan suaminya dan Sekar, meski dengan hati yang berdarah-darah. Apalagi Sekar yang terlihat selalu ingin membuatnya cemburu dengan menempel erat pada Pandu dan laki-laki itu sama sekali tak keberatan dengan semua itu, membuat Alisya makin kesakitan. Akan tetapi ini satu-satunya cara untuk bisa menyelamatkan ibunya, anggap saja dia sedang bekerja dan Pandu bukan orang yang dia cintai.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-11
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 15

    “Ibu!” Air mata Alisya tumpah melihat sosok di atas ranjang itu, hanya Tuhan yang tahu bagaimana dia berusaha keras untuk membuat sosok itu tetap bisa bernapas, memperlihatkan senyum teduhnya juga memberikan elusan ajaibnya di kepala Alisya. Wajah Alisya mendongak dengan air mata yang berderai membasahi pipinya. Seolah dia sedang menanyakan pada Tuhan yang maha tinggi kenapa memberikan takdir seperti ini padanya. Saat ini dia sama sekali tidak menginginkan hal yang lain kecuali ibunya, bahkan tidak juga cinta Pandu yang lama dia perjuangkan. Dia sibuk mengejar cintanya hingga lupa pada ibunya yang begitu tulus mencintainya. Ibunya tak sadarkan diri lagi.Tubuhnya yang kurus tinggal tulang membuat Alisya bahkan tak berani merengkuhnya. Berbagai peralatan penompang kehidupan ibunya terpasang membuatnya ngilu. Ibunya pasti kesakitan. Dan Alisya tak sanggup melihat ibunya seperti ini. “Apa tidak ada harapan lagi untuk ibu saya dok?” tanya Alisya pada dokter tua yang ramah itu. “T

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-12
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 16

    “Kamu sudah merasa jadi nyonya besar rupanya.” Alisya yang baru saja turun dari mobil hanya mendongak menatap suaminya yang menatapnya dengan wajah merah padam. “Maaf, kamu tahu prioritasku adalah ibu,” kata Alisya tanpa menatap pada Pandu yang seperti siap untuk menelannya. “Sudahlah, Sayang sebaiknya kita segera pergi sekarang. Alisya sangat menyayangi ibunya karena itu melakukan hal ini,” kata Sekar yang langsung bergelayut di lengan Pandu. Alisya hanya menatap wanita yang pernah menjadi teman masa kecilnya itu dengan datar, dia tahu seberapa munafik Sekar. “Kamu benar, kita sudah terlambat.” Pandu menatap Sekar dengan senyum di bibirnya dan tentu saja itu tak lepas dari pengawasan Alisya. Hatinya sakit tentu saja, istri mana yang mau diperlakukan seperti ini oleh suaminya tapi dalam hati Alisya selalu mensugesti dirinya kalau dia hanya bekerja di sini untuk ibunya tanpa melibatkan perasaan. Dan terbukti cara itu bisa me

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-12

Bab terbaru

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 242

    Perkataan bulik Par memberikan perpektif berbeda untuk Alisya. Apalagi saat dia mengamati sikap Pandu padanya, sang suami masih bersikap sehangat biasanya, dia juga tak segan menceritakan kedatangan sang tante dengan Silvia ke kantornya waktu itu dengan alasan akan siang yang dia tolak, juga apa yang dikatakan Nadia, sekretaris sang suami yang dia hubungi dan menceritakan kejadian hari itu dengan menggebu-gebu. Dalam kisah rumah tangganya, dia dan sang suamilah pemeran utamanya. Orang lain hanya pemeran pendukung dan dia tidak akan membiarkan pemeran pendukung menjadi lebih bersinar dari pemeran utama seperti hari ini, tiba-tiba saja Pandu menghubunginya untuk datang ke kantor laki-laki itu. "Aku sudah minta izin pada Sasti, jangan khawatir dia juga sudah mengizinkan." "Memangnya kita mau kemana sih, Mas. Tidak biasanya mas pergi di hari kerja seperti ini, mendadak lagi." "Mau bagaimana lagi, aku tidak ingin ada masalah nantinya, aku akan ceritakan nanti, sekarang kamu dan Bisma

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 241

    Alisya disambut oleh seorang laki-laki paruh baya yang memperkenalkan diri sebagai asisten sang kakek. "Nyonya silahkan ikuti saya." Tanpa banyak kata Alisya mengikuti laki-laki itu. Kakek Pandu masih sama seperti terakhir kali dia bertemu, masih tetap energik tapi kali ini bukan keangkuhan yang dia lihat dari wajah tua itu, hanya kelelahan dan penuh beban. Mungkin ini karena masalah yang dihadapi sang anak sulung. "Maaf, opa saya datang terlambat." Undangan sang opa menang datang hampir dua jam yang lalu, tapi karena dia sudah berkutat di dapur Alisya baru menjawab setengah jam yang lalu dan langsung datang ke sini, tentu saja setelah memastikan Bisma sudah aman bersama Rani."Aku dengar kamu bekerja." "Benar." Alisya lalu bercerita sedikit di mana dia bekerja. "Aku tidak tahu apa tujuanmu kenapa tetap bekerja, apa cucuku tidak memberikan uang yang cukup?" Alisya cukup terkejut dengan pertanyaan frontal itu. "Apa ada yang salah dengan saya bekerja?" tanyanya. "Bukan salah,

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 240

    Sudah Pandu duga, Alisya akan mengirim makan siang sebanyak ini.Biasanya saja sang istri akan membawakan bekal yang cukup untuk porsi dua tiga orang, bukan tanpa alasan juga Alisya melakukannya, Pandu memang kerap makan bersama para bawahannya, awalnya mereka merasa canggung tapi lama-lama sangat menyenangkan dan Pandu sangat menikamatinya.Akan tetapi jika untuk berbagi dengan dua orang wanita di depannya ini, ogah. "Apa ini? Kenapa tidak ada tulisan restoran tempat kamu memesan."Kadang Pandu mengakui kalau sang tante bisa sangat cermat, tapi sayang kemampuan istimewanya itu tidak dia gunakan dalam bekerja tapi dalam mengurusi hidup orang lain, terutama hidupnya, padahal Pandu dengan jelas mengatakan dia tidak butuh perhatian yang sangat terlambat ini."Karena memang bukan dari restoran, ini dari istriku," kata Pandu tenang, tapi mampu membuat kedua wanita di depannya menatap tak percaya "Kalau kalian sudah selesai bisa tinggalkan ruangan ini, aku ingin makan siang," lanjutnya tak

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 239

    Alisya itu ternyata sangat cerewet. Pandu baru menyadari hal itu saat dia sakit kemarin, sang istri bahkan bisa mengomel panjang lebar saat dia malas minum obat atau bahkan makan makanan bergizi yang disediakan sang istri. Istrinya yang biasanya sedikit bicara banyak bekerja, berubah menjadi seperti radio rusak yang suaranya bisa merusakkan telinga. Akan tetapi Pandu suka. Dia pasti sudah gila karena merasa istrinya berkali lipat lebih seksi saat mengomel seperti itu, ternyata benar kata orang kalau cinta itu buta dan Pandu adalah salah satu korbannya. Dulu saat bersama Sekar juga dia menjadi sebuta ini dan mengabaikan semua omongan orang tentang kekurangan sang kekasih, Pandu bukan menyadari hal itu tapi dia memilih tutup mata meski rasa tak nyaman itu menghinggapinya, dia baru sadar setelah pengkhianatan demi pengkhianatan yang dilakukan wanita itu menamparnya dengan keras. Sekarang bersama Alisya, dia juga menyadari kekurangan wanitanya itu, tapi alih-alih merasa tak nyaman k

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 238

    Dengan susah payah dua wanita itu berhasil membawa tubuh Pandu ke atas sofa terdekat dan membaringkannya di sana. Sebenarnya Alisya ingin membawa sang suami ke tempat tidur, tapi dia tahu mereka berdua tak akan sanggup melakukannya. "Bibi tolong panggil satpam di depan atau siapapun untuk membantu mengangkat mas Pandu ke kamar." Bibi tak perlu diperintah dua kali, wanita itu langsung berlari keluar dan mendapati satpam dan sopir sedang main catur di teras depan meninggalkan pos satpam kosong. Pantas saja. Rasanya bibi ingin mengomel saja, tapi tidak ada waktu untuk itu, tuannya sudah menunggu. Dia segera berteriak memanggil mereka."Mas Pandu tadi pulang tidak sama bapak?" tanya Alisya pada sopir pribadi sang suami. Laki-laki paruh baya itu langsung menunduk dengan wajah bersalah. "Bersama saya, tapi saya tidak tahu tuan sakit," katanya. Alisya menghela napas, tak tega juga memarahi laki-laki ini. Sebagai sopir dia tidak punya kewajiban memperhatikan apa majikannya sakit atau

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 237

    Ini bukan hari pertama Pandu pulang malam semenjak sang tante kembali membuat masalah. "Bapak sedang meeting dengan buyer dari Australi, mereka baru saja makan malam tadi dan sekarang meeting berlanjut lagi." Pandu memang bercerita padanya kalau keluarga besar suaminya itu mendesak untuk meloloskan permintaan sang tante dan tak segan-segan meminta Pandu memakai dana amal perusahaan jika memang diperlukan. Tentu saja Pandu menolak hal itu, karena sang tante bukan orang fakir miskin yang sedang kesulitan yang perlu bantuan jadi yang bisa Pandu lakukan adalah mencari buyer sebanyak mungkin untuk menutupi kekurangan harga karena ketololan sang tante. Sebenarnya bisa saja Pandu menolak, tapi itu akan berimbas pada nama baik keluarga juga saham yang kemungkinan akan anjlok."Baiklah, terima kasih mbak tolong ingatkan bapak supaya tidak telat meminum vitaminnya." "Baik, bu." Alisya menutup telepon sambil menghela napas. "Tuan muda pulang malam lagi ya, nyonya?" tanya bibi. Alisya men

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 236

    Sepertinya inilah yang namanya kualat.Alisya tadi hanya memanggil nama Pram satu kali bukan tiga kali tapi kenapa laki-laki itu langsung merespon panggilannya? Parahnya di depan Pandu pula. "Kamu benar-benar janjian dengan Pramudya?" Ada nada berbahaya dalam suara Pandu dan Alisya jelas tahu hal itu. Di masa lalu meski tak ada cinta ataupun kepedulian dalam diri laki-laki itu untuknya tapi tetap saja akan marah kalau dia masih berhubungan dengan Pram atau temannya yang lain. "Apa mas akan menggunakan hak mas sebagai suamiku untuk melarangku berteman dengannya?" tanya wanita itu, dia tahu ini mungkin akan memicu pertengkaran lagi. Sebenarnya sejak menikah dengan Pandu lagi, Alisya jarang sekali berhubungan dengan Pram, juga karena laki-laki itu yang katanya sibuk sekali dan sudah memiliki wanita yang dia sukai. Tindakannya tadi hanya impulsif semata dian hanya ingin memberi pelajaran pada suaminya, bagaimana jika dia melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Pandu. Hubung

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 235

    Kadang mencintai itu begitu menyakitkan apalagi mencintai sendiri. Seberapapun dia menolak rasa cinta itu, dia tetap saja tak mampu. Rasa itu datang dengan semena-mena dan menggerus kewarasannya. Diantara besarnya cinta yang dia miliki terdapat cemburu yang membuatnya tak ingin berbagi, dia kira Pandu sudah menyadari semuanya, bahwa dia tidak ingin terluka lagi oleh cinta orang yang sama, tapi nyatanya semua hanya fatamorgana. "Mas tidak perlu bersusah payah aku tahu urusan mas sangat banyak, aku tidak ingin dianggap beban yang merepotkan." Alisya berkata tenang, dia tidak ingin mempermalukan dirinya, sudah cukup drama yang dia ciptakan tadi. "Kamu nggak apa-apa kan, Ran. Nunggu sebentar lagi." Rani yang dari tadi ada di samping Alisya sejak tadi hanya menunduk, dia tidak tahu hari pertama dia tinggal di kota ini malah jadi seperti ini. "Aku terserah mbak Alisya saja," kata Rani dengan pandangan bingung dan enak hati, gadis itu memang tidak tahu apa yang terjadi tahu-tahu Pandu

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 234

    "Apa yang akan kamu lakukan?" Alisya meletakkan ponselnya setelah mengirimkan screenshoot postingan tadi pada Pandu. Dia menatap Sasti sebentar. Sekarang mereka ada di ruangan Alisya dengan banyak makanan di depannya, bahkan Dara dan Rani juga mendapat jatah, tapi seperti biasa setelah mengambil makanan mereka, dua orang itu lebih memilih kabur dari pada menemani keduanya. Alisya pernah juga iseng bertanya, kenapa mereka menolak makan bersama, padahal Sasti bukan tipe bos yang pelit dan sok elit dengan tak mau makan dengan bawahannya. "Mending kita makan di warteg dari pada makan makanan mahal semeja sama bu Sasti." "Memangnya dengan makanan yang dibelikan bu Sasti?" "Makanannya pedes banget." "Kan kamu bisa request makanan yang nggak pedas." "Percuma saja.""Maksudnya?" "Makanannya memang nggak pedas tapi omongan bu Sasti yang membuat pedas." Alisya langsung tertawa dia juga mengakui hal itu. "Tapi dia baik lho, suka bantu karyawannya juga.""Tetap saja, dari pada senam jan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status