Share

Bab 141

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-30 20:00:53

Karena pekerjaannya, Alan bsduah banyak melihat kematian, bahkan kematian paling menyedihkan sekalipun.

Akan tetapi kali ini dia begitu tak rela jika wanita itu mati begitu saja, itu terlalu mudah untuk orang yang begitu jahat pada orang lain seperti itu.

Dia berhak merasakan penderitaan yang sama dengan yang dialami Alisya bahkan lebih.

"Tolong selamatkan dia," kata Alan begitu dokter UGD menyambutnya yang baru saja keluar dari ambulance bersama Sekar yang bersimbah darah tapi masih hidup.

Setidaknya itulah kata laki-laki yang mengaku dokter yang memeriksa tadi.

Alan duduk menunggu dengan tenang, dia membuka ponselnya dan kembali menghubungi Pandu dan menceritakan apa yang terjadi.

"Benar kata dokter nyonya Sekar kritis, tuan bisa langsung datang ke sini," kata Alan dengan datar, sebenarnya dokter belum mengatakan apapun terkait kondisi Sekar tapi sengaja dia mengatakan itu, dia ingin tahu bagaimana reaksi pandu.

Dia adalah salah satu saksi hidup bagaimana Pandu begitu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Miyuk Kaslan
nah,sekar rasakan sekarang dg kaki satu,selamat datng sengsaramu,sekar
goodnovel comment avatar
Faidhotur Rosyadi
pandu laki-laki tolol
goodnovel comment avatar
Siti Nurvita Vita
ayo thooor up lagi..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 142

    Akhirnya wanita itu tertangkap juga. "Akan aku bunuh kalian! kalian yang membuatku cacat!" "Jangan masuk dia bisa melukaimu," cegah Pram. Suara teriakan marah dan barang-barang yang dilempar memang memenuhi ruangan itu. Baik Alisya tahu Sekar sangat bangga akan kecantikan fisiknya, tentu saja itu akan menjadi neraka untuknya jika itu hilang. Alisya bukannya Tidak kasihan dengan nasib buruk yang menimpa wanita itu, tapi saat dia ingat lagi putri kecilnya yang harus meregang nyawa bahkan sebelum bisa melihat indahnya dunia, dia merasa hukuman ini sangat pantas untuknya. "Baiklah mungkin aku akan datang lain kali," kata Alisya sambil menghela napas. Dia bukannya takut pada amukan Sekar, akan tetapi dia tidak ingin menambah masalah dengan bersikap kekanak-kanakan. "Memangnya kenapa kamu ingin menemui dia ingin nyukurin nasibnya?" tanya Pram sambil mengangkat alisnya. Alisya langsung berdecak kesal. "Aku tidak serendah itu, meski dia sudah jahat aku tidak mungkin menertawakan n

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 143

    “Kamu datang.” Alisya yang sedang memeriksa ponselnya, memastikan Bisma tidak rewel langsung mendongak. Dia terpaku sejenak menatap mata hitam yang menatapnya dengan lembut dengan senyum yang tersungging di bibir, rasanya Alisya terlempar ke masa di mana saat dia pertama kali bertemu Pandu dulu di kantor dan membuatnya jatuh cinta pada laki-laki itu hingga tidak berpikir panjang saat memiliki kesempatan untuk memilikinya. “Iya, mas baru dari kantor polisi?” tanya Alisya dengan canggung. Mereka seperti dua orang asing yang baru saja saling mengenal, bukan sepasang mantan suami istri yang sudah dikarunia anak-anak yang lucu. Ini bukan kali pertama Alisya bertemu Pandu setelah kecelakaan itu, pun ini bukan kali pertama mereka bicara berdua setelah mereka berpisah tapi ini kali pertama mereka bertemu setelah semuanya selesai. Alisya memang menganggap demikian, polisi apalagi Pandu tidak mungkin tega memenjarakan orang yang belum bisa menerima kenyataan kehilangan satu bagian tubuh ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 144

    Jika saat bersama Pram Alisya diam saja seperti patung, kemungkinan ada dua sakit atau sedang ada masalah. Keduanya tentu saja bukan hal yang baik. “Kamu kenapa?” tanya Pram entah untuk yang keberapa kalinya. Sesekali laki-laki itu melirik penumpang di sampingnya, tapi Alisya masih terdiam seperti patung yang tak mau bergerak sama sekali. “Al! Woi! Ada topeng monyet!” teriak Pram yang membuat Alisya kaget dan spontan menatap keluar jendela mobil. “Mana?” “Ckk masih saja suka nonton topeng monyet, padahal tampangmu sekarang sudah mirip monyet,” kata Pram sambil tertawa terbahak-bahak. Sadar telah masuk jebakan laki-laki itu Alisya menggeplak bahu Pram tak terima. “Nggak lucu,” katanya kesal. “Siapa bilang itu nggak lucu, itu lucu sekali,” kata Pram tak terlihat berusaha sama sekali mengendalikan tawanya.  Melihat Pram tertawa seperti itu mau tak mau Alisya ikut tertawa juga. “Nah gitu tertawa ja

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 145

    Dia pulang kembali ke kampung halamannya.Ke rumah yang menjadi saksi masa kecilnya, saat mereka adalah keluarga kecil yang bahagia sebelum badai keserakahan datang menerpa.Dia pulang ke tempat di mana semua orang yang dia cintai sudah menjadi gundukan tanah merah. “Aku tidak tahu kamu bisa menyiapkan semua sendiri?” tanya Pram begitu mereka turun dari mobil di depan sebuah rumah sederhana bergaya klasik yang terlihat bersih dan asri. Dengan halaman yang luas ditumbuhi berbagai macam tanaman untuk keperluan dapur.Rumah yang sangat Alisya sekali. Masa kecil yang keras membuatnya tahu sekali apa arti kerja keras, dan kepahitan membuatnya harus selalu bersyukur meski hidup dalam kesederhanaan hal itu terbawa sampai dia dewasa bahkan setelah saldo rekeningnya menggelembung dan bisa membeli rumah mewah dengan sekali gesek. “Mbak Sasti membantuku,” kata Alisya sambil tersenyum pada Pram. Dan dia mengakui selera Sasti memang jempolan. Laki-laki itu menyipitkan matanya. Dia menatap tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 146

    Apa ada kalimatnya yang menyinggung bulek Par? Alisya sudah menunggu hampir setengah jam tapi wanita paruh baya itu tak balik juga. Ini hari pertamanya datang ke desa ini, masak dia harus kehilangan orang terdekatnya karena alasan yang dia sendiri sama sekali tak tahu. “Nenek kenapa ya, Nak? Katanya mau jagain Bisma di sini?” tanya Alisya pada si kecil yang sudah bisa merespon dengan bahasa bayi saat diajak bicara. “Atau kita susul nenek ke rumahnya saja, dan mama minta maaf? Tapi apa salah mama?” tanya Alisya bingung dia tertawa kecil melihat reaksi si kecil yang seperti mengerti apa yang dia bicarakan bayi mungil itu mengoceh sambil mengangkat tangannya, seolah bilang mau ikut menyusul. Alisya menggendong Bisma dengan gendongan bayi yang dibelikan oleh Pandu. “Yuk kita ke rumah nenek,” katanya pada bayi mungil itu. Alisya bersiap mengambil payung untuk melindungi anaknya dari sengatan panas sinar matahari saat melihat bul

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 147

    “Dia pergi. Alisya pergi dengan membawa putraku. Aku harus bagaimana?” Pada akhirnya memang ayah dan ibunyalah tempat dia berkeluh kesah dan meminta bantuan, dia menyesal dulu mengabaikan peringatan ayahnya untuk memutuskan semua hubungannya dengan Sekar dan memulai semuanya dengan Alisya. Sang ayah kadang memang kejam dan diluar perkiraannya, tapi Pandu tahu itu untuk kebaikan mereka berdua. Saat Pandu tiba dikediaman utama, ayah dan ibunya sedang duduk di ruang tengah, sang ibu sedang membaca majalah fashion kesukaannya dan sang ayah sedang menonton berita di televisi. Meski tak saling berinteraksi satu sama lain, tapi kedekatan keduanya bisa dilihat olehnya. Ibunya memang bukan ibu terbaik, tapi Pandu tahu ibunya menyayanginya dan akan melakukan apa saja untuk mendukung semua keputusannya. Rasa bersalah yang mengabaikan Pandu saat kecil membuat wanita itu membelanya secara membabi buta, termasuk saat dia mengatakan Alisya yang merencanakan kecelakaan yang melibatkan wanita i

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 148

    “Hore pacarku datang, bawa oleh-oleh apa sayang.”Pandu langsung mundur ketika tiba-tiba seorang wanita muda memeluknya dengan erat, wanita itu menangis kencang saat Pandu berusaha melepas pelukannya.“Kamu jahat karena aku tidak cantik lagi makanya kamu meninggalkan aku.”Laki-laki itu meringis merasa bersalah saat si wanita menangis lebih kencang. “Apa yang kamu lakukan!” cegahnya saat wanita itu membenturkan dahinya ke tembok.Seorang suster berlari tergopoh-gopoh menghampiri mereka. “Maaf ya,” katanya pada Pandu. “Yuk cantik, kita dandan dulu biar tambah cantik,” bujuknya kali ini sang suster sudah memeluk tubuh wanita gila itu dan dengan lembut membawanya berdiri dan tanpa menoleh lagi mereka berdua pergi begitu saja meninggalkan Pandu yang hanya bisa melongo bodoh.“Ada-ada saja,&rdquo

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 149

    Manager serabutan, itulah julukan yang diberikan pada Alisya oleh anak buahnya. “Kemana lagi anak itu, Al?” tanya Sasti dengan berang. Alisya yang sedang tekun menyusuri angka-angka dalam sebuah kolom menoleh kaget. “Siapa yang ibu maksud?” tanya Alisya bingung. Sejak bergabung di hotel ini Alisya memang memutuskan memanggil Sasti yang merupakan direkture utama semua lini usaha milik keluarganya yang bergerak di bidang perhotelan dan restoran dengan sebutan ibu.“Siapa lagi ya tentu saja sepupuku tersayang, Fahri,” kata wanita itu ketus. Ini sudah kelima kalinya dalam satu bulan terakhir sejak Alisya bergabung di sini, tapi penyakit atasannya itu yang suka kabur dengan alasan tak jelas masih tetap saja tidak sembuh juga. Sebagai manager keuangan yang kadang merangkap wakil manager operasional tentu Alisya sering kalang kabut dibuatnya. Dia memang orang baru di sini tapi semua orang menganggapnya adalah bagian keluarga pak amin karena kedekatan mereka, juga karena saham dua pulu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05

Bab terbaru

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 199

    Bahkan sudah beberapa kali Pandu membukakan pintu mobil untuknya dengan penuh perhatian tapi tetap saja membuat Alisya salah tingkah. Pernikahan mereka memang terjadi secara mendadak dan tanpa perencanaan sama sekali, tapi sebagai dua orang dewasa dan beradab tentu mereka harus menghargai komitmen yang telah mereka buat. Pandu sudah berusaha membuktikan dirinya untuk mau berkomitmen dengannya, setidaknya itu yang terlihat di depan Alisya saat ini, dan Alisya harus melakukan hal yang sama juga bukan. "Terima kasih, Mas," katanya sambil tersenyum. Pandu membalas senyum itu sambil mengelus rambut Alisya lalu mengambil Bisma yang seperti tak sabar untuk digendong papana. "Aku antar kalian sampai masuk ruanganmu," kata Pandu yang diangguki oleh Alisya, sejak mereka menjadi suami istri lagi Pandu selalu melakukan hal ini setiap mengantar Alisya ke kantor, mulanya wanita itu mencoba menolak tapi bukan Pandu namanya kalau menuruti apa maunya dengan mudah. "Bu Alisya, tunggu!" Alisya m

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 198

    "Mas mau makan atau mandi dulu?" tanya Alisya sambil mengulurkan air putih dalam gelas pada Pandu, sedangkan tangan kirinya menggendong Bisma yang terlihat sangat senang melihat ayahnya datang. "Biar aku gendong Bisma dulu," kata Pandu yang siap mengulurkan tangannya tapi dengan sigap Alisya menjauhkan anak itu. "Mas cuci tangan dulu deh, baru dari luar," katanya. Tanpa banyak bicara Pandu mengembalikan gelas kosong ke tangan Alisya lagi dan masuk ke kamar mandi tak lama kemudian dia keluar lagi sambil mengeringkan tangannya. Benar-benar cuma cuci tangan ternyata. "Sudah boleh kan? Adek main sama papa ya," kata Pandu sambil mengambil Bisma dari gedongan sang istri. Alisya yang akan mencegah hanya menghela napas panjang, mungkin Pandu memang sangat merindukan putra mereka. "Mau disiapkan makan malam sekarang?" tanya Alisya. Pekerjaan Pandu memang sudah tidak terlalu sibuk jadi dia bisa tiba di rumah Alisya sebelum makan malam. "Boleh tadi juga aku belum makan siang sepertinya

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 197

    "Kenapa Ran?" Rani menggigit bibirnya dengan resah, terlibat sekali dia tak enak hati ingin bicara sedangkan Bisma masih anteng dalam gendongan gadis itu. "Nggak sih, saya hanya khawatir pada mbak Alisya, atasan mbak tadi sampai bicara seperti itu, Rani sih nggak ngerti tapi permasalahannya pasti berat? apa mbak Lisya baik-baik saja?" Mereka memang kembali ke hotel diatar oleh Sasti langsung, dengan dalih dia adalah orang yang bertanggung jawab maka dia akan mengantar Alisya dan rombongannya kembali ke tempat kerjanya tapi selama perjalanan Alisya harus menebalkan telinga mendengar ocehan Sasti. Selama ini dia mengenal atasannya itu sebagai orang yang judes dan dingin tapi ternyata bila sudah kenal bisa menjadi cerewet juga. "Kamu jangan kasih kesempatan untuk wanita-wanita penggoda di luar sana untuk mendekati suamimu, kalau ada indikasi dia akan tergoda dengan mereka segera bertindak jangan diam saja," kata Sasti, untung saja Bisma ada di kursi belakang bersama Rani jadi di

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 196

    "Sekarang katakan padaku, apa ini karena kejadian kamu pingsan itu?" tanya Sasti to the point. Tiba-tiba saja Sasti datang ke kantor Alisya dan menyeret wanita itu untuk pergi makan siang di mall yang memiliki fasilitas taman bermain untuk Bisma. Kemarin malam memang Alisya sengaja mengundang atasannya itu dan dia datang bersama sang kakek. Kalau dipikir-pikir lucu juga melihat para konglomerat yang biasanya berada di tempat mewah tiba-tiba berkumpul di rumahnya yang sangat sederhana, tapi syukurlah baik Pandu maupun orang tuanya bersikap sangat baik mereka bisa mengimbangi obrolan tamu yang datang. "Atau kalian memang sudah berencana rujuk waktu itu?" tanya Sasti tak sabar. Padahal aroma dan rasaa soto ayam pesanananya ini sangat menggugah seleranya, Alisya bahkan sudah hampir menghabiskannya, tapi kalimat Sasti membuat napsu makannya hilang, padahal dia harus banyak makan karena Bisma membutuhkan asinya. "Maaf, bu. Apa ini nanti ada hubungannya dengan kerier saya?" tanya Ali

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 195

    "Oalah, syukurlah kalian cpat pulang, bulek sudah mau lapor polisi saja tadi." Alisya langsung meringis lalu melirik sedikit pada Pandu yang terlihat sekali juga tidak enak hati. Ini pertama kalinya memang mereka menghabiskan waktu bersama sebagai keluarga. Setelah mengunjungi dokter tadi mereka memutuskan untuk mengajak bermain Bisma di wahana bermain, keputusan yang tidak tepat karena di rumah mereka pasti sudah ditunggu. Akan tetapi senyum dan tawa sang buah hati membuat pasangan itu lupa segalanya. "Maaf, bulek," kata Alisya sambil menunduk merasa bersalah, ini sudah jam enam sore dan di depan sudah banyak warga yang datang padahal tuan rumah sendiri belum sampai rumah. "Ya sudahlah, kamu langsung temui para bapak-bapak undangan saja, Nak Pandu, dan Alisya sebaiknya lewat belakang saja," kata bulek. Tak ingin membuat masalah yang berpotensi mempermalukan dirinya sendiri Pandu langsung masuk ke dalam ruang tamu dan bersaalaman dengan para tamu. Satu hal yang sangat berbeda

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 194

    Memang ya wanita meski bisa memaafkan tapi tak mudah untuk melupakan. "Apa kita bisa ke dokter lain saja," kata Alisya. Saat ini mereka memang akan menemui dokter dan juga terapis yang akan membantu Bisma untuk tidur seperti semula lagi, meski Alisya sedikit protes tadi karena di rumah saat ini sedang banyak orang yang sedang membantu mereka untuk persiapan pesta nanti malam. Akan tetapi si tuan muda selalu punya cara yang membuat Alisya tak bisa menolak keinginannya, yaitu dengan mendatangkan bibi juga beberapa orang juru masak dari rumah keluarganya. Jadi dari pada Pandu kembali berulah dia setuju saja untuk jalan sekarang setelah menyerahkan semuanya pada bulek Par dan bibi untuk memantau orang-orang bekerja. Masalah sebenarnya baru muncul saat Pandu mengatakan kalau dokter yang akan mereka datangi adalah kenalan ayah laki-laki itu, membuat Alisya menjadi curiga. "Memangnya kenapa? apa kamu kenal dengan dokter ini?" tanya Pandu penasaran. Jujur saja menghadapi ibu-i

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 193

    "Bolehkah saya pinjam istri saya sebentar kami harus pergi ke suatu tempat," kata Pandu sambil tersenyum pada ibu-ibu yang membantu Alisya memasak di dapur. Sejak pagi Pandu melihat istrinya begitu sibuk di dapur, memang sih sang istri tak melupakannya dan masih menyiapkan semua kebutuhannya tapi tetap saja dia tidak menyukai Alisya yang terlalu sibuk seperti itu. Acara ini tidak untuk menjadikan istrinya babu. Cukup dirinya dulu dia pernah tersesat dengan melakukannya. "Cie mbak Lisya dicari suaminya yang ganteng lho, kangen istrinya ya mas di sini tidak bisa bebas," kata seorang ibu dengan menggoda yang langsung disambut riuh oleh yang lain. Wajah Alisya langsung merah padam, apalagi tangan Pandu yang terulur membantunya untuk berdiri. Dia tidak pernah imun dengan pesona Pandu yang membuatnya tersipu malu seperti gadis perawan. Alisya tidak menampik kalau suaminya itu sangat menarik, meski tidak tergolong sangat tampan seperti Pram tapi Pandu punya daya tarik tersendiri y

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 192

    Pandu langsung menerobos masuk ke rumah Alisya dengan khawatir saat melihat banyak orang di sana. Jantungnya berdebar kencang, bahkan dia bahkan tak peduli dengan beberapa orang yang menyapanya, dia hanya ingin memastikan kalau dua orang yang dia sayangi itu baik-baik saja. "Al, kalian kenapa? Apa yang terjadi? Apa ada orang jahat yang masuk kemari?" berondong Pandu dengan napas terengah penuh kekhawatiran. Alisya yang tengah berbicara dengan bulek Par dan beberapa ibu-ibu lainnya sontak menoleh terkejut apalagi Pandu yang langsung menghampirinya dan memutar tubuhnya untuk memastikan sesuatu, setelah puas wanita itu menatap Alisya tajam. "Mana Bisma?" tanyanya. "Sama Rani di kamar." "Apa dia baik-baik saja kenapa banyak orang di sini?" tanyanya. Alisya yang mulai paham dengan semua tindakan Pandu langsung meringis dan meminta maaf pada ibu-ibu yang dia ajak bicara dan segera menarik Pandu untuk ke kamar mereka. "Mas kenapa sih, datang-datang bikin heboh. Aku dan Bisma

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 191

    "Mas mau kemana?" Tanya Alisya begitu Pandu bangkit dari ranjang dan bersiap keluar kamar meninggalkan dirinya dan sang putra yang sedang tidur. Elusan tangan Pandu di kepalanya membuat Alisya merasa nyaman dan hampir tertidur tapi saat laki-laki itu menghentikan semuanya, Alisya merasa kehilangan. Ya ampun Lis, kamu murahan banget sih, batin Alisya. "Ternyata belum tidur ya," kata Pandu sambil terkekeh. "Ini sudah lewat tengah malam lho besok kerja kan?" lanjutnya. Dia menengok jam di dinding kamar yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari dan mereka sama sekali belum tidur padahal harus bangun lebih awal karena lokasi yang jauh. "Iya tapi mas kenapa nggak tidur juga, mau lanjut kerja?" tanya wanita itu tak terpengaruh dengan ucapan Pandu. Pandu kembali duduk di samping Alisya dan membelai rambut sang istri dengan lembut. "Mas?" tuntut Alisya lagi saat Pandu sama sekali tak menjawab pertanyaannya. "Mas juga mau tidur, Al, ngantuk banget," kata laki-laki itu sambil m

DMCA.com Protection Status