Share

BAB 3

Author: Blezzia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Suara sepatu loafers menggema di sepanjang koridor. Semua orang memandang si pemilik sepatu penuh hormat dan ada beberapa yang menyapa meskipun tidak mendapat balasan. Parasnya begitu kokoh, dingin dan mengintimidasi siapa pun yang bertemu pandang dengannya. Langkahnya begitu percaya diri membuat siapa saja kagum akan sosok serta wajah tampan yang terpahat nyaris sempurna.

Dia tidak sendiri, seorang pria dengan garis wajah sama seperti dirinya sejak tadi mengikuti dari belakang. Berbeda dengan pria yang berada di depan, pria yang di belakang tampak begitu ramah. Dia membalas sapaan orang-orang yang diabaikan pria di depan. Bahkan, dirinya tidak segan-segan melontarkan ungkapan-ungkapan menggoda yang  ditujukan pada karyawan wanita yang mereka lewati.

“Jake, simpan wajah bodohmu itu!” Pria yang ada di depan menatap pria bernama Jake yang berjalan di belakang dengan tatapan tak suka.

“Ayolah, jangan mengatakan sekretarismu bodoh. Kau beruntung memilikiku Mike,” balas Jake tampak tidak peduli, dia bahkan sempat mengerling pada seorang wanita dari divisi marketing yang baru saja menyapa mereka.

“Astaga Jake! Ini bukan klub malam, jaga matamu dan jangan menggoda karyawanku.” Mike—pria berdarah Perancis-Indonesia—kini tengah menekan tombol lift dengan kesal karena sekretaris sekaligus sahabatnya, Jake—yang berdarah Perancis murni—seolah tidak tahu tempat. Jake terkekeh geli melihat Mike yang gusar. Dia hanya menepuk-nepuk pundak Mike masih dengan wajah konyolnya.

................

Jake menghempaskan bokongnya di atas sofa setelah mereka sampai di ruang kerja Mike, di lantai dua puluh enam. Matanya sibuk memperhatikan seisi ruangan. Terlihat tulisan MikeHill Corporate berwarna emas keunguan tertimpa cahaya dari jendela kaca yang membatasi ruangan itu dengan pemandangan di luar, menyuguhkan lukisan langit biru dengan siluet gedung pencakar langit di sekitar. Sebuah meja terbuat dari kayu jati berwarna hitam mengilat kini dipenuhi dokumen, sedangkan Mike tampak sibuk dari balik meja tersebut.

Sebuah lukisan aliran kubisme menggantung sejajar dengan lukisan ekspresionisme yang lebih tampak seperti kapal tenggelam dengan kobaran api yang menyala menyelimuti di sekitar, dan ada seperti warna hitam pekat serta biru keunguan di sekeliling objek rumit itu. Bahkan, ada satu lukisan dengan aliran Neo-Impresionisme yang menggambarkan bangunan rumah dari beraneka variasi warna yang menyatu padu membentuk bangunan utuh.

Jake sangat mengerti mengapa Mike lebih suka tiga aliran lukisan tersebut dan bukannya memajang lukisan beraliran naturalisme atau mungkin romantisme saja.

“Apa kau tidak ada pekerjaan? Kembalilah ke ruanganmu dan tinggalkan aku.” Mike menatap tajam pada Jake yang masih bermalas-malasan di sofa.

“Ayolah, aku ingin menemanimu. Lagi pula kau tidak ada jadwal di luar, dan aku sudah menyelesaikan beberapa pekerjaan yang kau berikan kemarin.” Dengan santainya, Jake memainkan ponsel. Browsing dan memeriksa email.

Suara meja dipukul membuat Jake terlonjak kaget, nyaris saja ponselnya terbanting ke lantai jika dia tidak sigap menangkap benda itu yang sempat terlompat ke udara. Jake menalan ludah mendapati tatapan Mike. Tanpa diberitahu pun Jake mengerti arti tatapan itu.

“Oh Mike! Baiklah, aku keluar.” Jake meninggalkan ruangan dengan langkah terburu-buru.

Mike kembali fokus pada dokumen di hadapannya, dia baru membaca beberapa deret huruf  saat suara ketukan di pintu menghentikan aktivitasnya. Dia yakin itu bukan Jake, karena sahabatnya tidak pernah mengetuk pintu lebih dulu jika akan masuk ke dalam ruangan.

“Masuk!” katanya memberi izin.

Dua orang pria kini masuk ke dalam. Salah satu di antaranya memegang amplop putih sedangkan yang satunya memilih diam saja tidak jauh dari pintu. Mike menerima amplop putih yang disodorkan kepadanya. Amplop itu berisi dua lembar kertas dan beberapa foto seorang gadis.

“Ini semua yang kami dapat tentang gadis yang anda cari,” kata pria berperawakan tinggi dengan wajah oriental.

“Terima kasih Rudith.” Mike menggerakkan tangan, menyuruh kedua orang itu untuk meninggalkan ruangan.

Setelah kedua orang itu pergi, Mike memeriksa dua lembar kertas di dalam amplop. Dia menyeringai membaca data pribadi seorang gadis yang tertera di lembaran kertas tersebut.

“Diana Sandoro,” bisiknya dengan suara serak. Kem-udian Mike mengeluarkan sebuah amplop kuning dari dalam laci. Dia juga membaca isi amplop itu.

“Menarik. Aku jadi semakin tertarik ingin memilikinya,” ucapnya penuh dengan penekanan. Jari-jarinya mengetuk-ngetuk meja selama membaca lembaran demi lembaran pada kedua amplot tersebut.

.................

Suasana restoran tempat Diana bekerja begitu ramai dan penuh pengunjung. Hampir semua meja penuh dan menambah kesibukan pramusaji yang tampak mondar-mandir mengantar pesanan tanpa jeda, meski lelah jelas tergambar di wajah mereka, namun tuntutan kerja mengharuskan senyum tak lepas dari wajah-wajah letih menghadapi pengunjung yang banyak tuntut.

Setelah memeriksa amplop putih serta kontrak milik David, Mike pergi mengunjungi gadis itu. Dia tidak bisa menahan diri untuk segera menemui wanita yang akan segera dimilikinya. Dari mejanya, Mike dapat melihat seluruh ruangan restoran dengan leluasa. Ekor matanya menatap seorang gadis yang sedang sibuk melayani beberapa pelanggan. Tatapannya mengikuti gerakan gadis itu tanpa henti, seolah hanya gadis itulah pemandangan yang pantas untuk dilihat. Beberapa kali dia menggeleng saat gadis tersebut melakukan kesalahan, dan berdecak geram ketika gadis itu mendapat omelan dari peng-unjung lain.

“Dia benar-benar ceroboh,” umpatnya pelan.

Sudah hampir satu jam dia di tempat ini, namun selama itu dia tidak tahan untuk terus berlama-lama dan memilih meninggalkan restoran. Saat dia sudah berdiri, tubuhnya menegang menatap kekacauan di hadapannya.

Gadis itu tersungkur di lantai marmer dengan tubuh kotor tertimpa sisa makanan karena kecerobohannya hingga terjegal kaki meja dan tanpa sengaja menarik alasnya, membuat makanan di atas meja terseret mengenai tubuhnya yang mencium lantai.

Good girl, kau gadis cerdas yang mempermalukan dirimu,” katanya prihatin.

Mike merasa kantong jasnya bergetar, dia menarik benda bergetar itu dan melihat nama Jake tertera di layarnya yang datar. Sedikit menggeram dan setengah ingin memaki, Mike menjawab setelah panggilan kedua.

“Ada apa?” katanya to the point tanpa sapaan sopan. Sudah menjadi kebiasaannya jika berhadapan dengan Jake yang selalu ingin tahu urusannya, seperti saat ini. Mike dapat mem-bayangkan bagaimana ekspresi Jake ketika melihat ruangannya kosong dan mendapati dia telah pergi dari kantor di jam yang tidak seharusnya.

“Kau keluar, lagi?” tanya Jake gusar dari seberang.

Mike diam sebentar, menunggu Jake mengatakan makian yang mungkin telah dia persiapkan, tetapi dua puluh detik tidak ada yang bersuara, mereka saling menanti.

“Aku akan segera ke kantor,” jawab Mike singkat, tanpa perlu menjelaskan mengapa dia menghilang begitu saja di jam seperti ini. “Suruh mereka menunggu,” katanya lagi, memberikan tugas baru bagi sekretaris sekaligus sahabatnya itu sebelum memutuskan koneksi.

Mike melirik ke tempat tadi, di mana Diana dengan segala kecerobohannya menjadi pusat perhatian semua peng-unjung, termasuk dia sendiri. Diana masih terlihat kesulitan untuk berdiri, mungkin karena lantainya yang licin terkena siraman saus dan tumpahan minyak dari makanan-makan itu.

Mike hanya bisa menggeleng dengan gerakan samar. Dia tak habis pikir, bagaimana mungkin David menginginkan gadis seperti itu. Diana jauh dari kata elegan, terpelajar dan sangat berbeda dengan tipe wanita yang biasa didekati ayah tirinya.

Kaki Mike yang panjang melangkah keluar dari sana, melewati barisan meja tempat Diana terjatuh. Dia tidak mau melihat terlalu lama dan memilih keluar tanpa memperhatikan. Setelah dirinya berada di parkiran, Mike mendongak menatap langit cerah dan menyerah pada egonya untuk beralih melihat ke arah restoran yang berdinding kaca transparan,  hanya untuk memastikan gadis itu masih di sana, menunduk pada semua pengunjung sembari menahan malu. Tentu saja malu, wajahnya yang merona merah seperti kepiting rebus sudah menggambarkan perasaannya.

♥♥♥

Sudah seminggu sejak kejadian memalukan di restoran tempat Diana bekerja berlalu. Kini, gadis itu bergelung dalam selimut di atas kasur kosan yang dia tempati untuk sebulan. Dia terlihat enggan untuk sekedar keluar, dan memilih bersembunyi dari kejaran pria-pria yang menagih hutang ayahnya. Sahabatnya akan datang sekali sehari hanya untuk mengantar makanan, karena takut jika Diana keluar, mereka akan mudah mene-mukannya dan menangkap gadis itu. Tidak ada yang berani membayangkan jika Diana sampai di tangan mereka.

“Aku tidak mau terus seperti ini,” rengek Diana pada Nia yang berbaring di lantai.

“Lalu, kau mau seperti apa Diana?” Nia membalas tatapan Diana yang hendak menangis. Sahabatnya itu mengelus pergelangan tangan gadis itu dengan lembut.

“Bagaimana caraku lari dari kejaran hutang dan pria-pria itu?” Diana menyibak selimut, dia memposisikan dirinya untuk duduk, menekuk lututnya, dan menopang dagu. Gadis itu beringsut ke sudut kamar, mencari posisi nyaman.

“Aku juga tidak bisa membantumu untuk melunasi hutang-hutang itu. Jumlahnya juga tidak sedikit Diana. Yang bisa kita lakukan hanyalah bekerja mengumpulkan uang.” Nia tahu nasihatnya sia-sia, tapi lebih baik daripada tidak mengatakan apa-apa.

“Sekarang aku harus mencari pekerjaan baru. Dan terus saja seperti ini,” katanya sembari menahan tangis. Nia mendekati Diana, memberinya dukungan dengan mengelus punggung gadis itu.

“Kuharap kau sabar, jangan melakukan hal bodoh karena putus asa. Aku yakin semua ada jalannya.” Nia berkata tanpa keraguan.

Diana menatap sahabatnya, setengah mencibir. “Berkata-kata lebih mudah daripada bertindak,” dan menyelami pikirannya yang teramat berkabut, “kuharap aku bisa melalui ini tanpa harus melakukan kebodohan seperti yang kau takuti.”

“Bukan aku, tapi kau juga,” kata Nia lembut di telinga sahabatnya. Gadis itu memeluk tubuh Diana yang mulai kurus karena banyak pikiran. “Jangan hanya karena hutang-hutang itu kau menjual harga dirimu.” Nia tidak bisa membayangkan jika itu terjadi, dan dia mengutuk hal tersebut agar tidak menimpa sahabat baiknya.” Dan, Satu hal lagi Diana, sebisa mungkin menjauh dari mereka, kita tidak tahu apa yang bisa dilakukan rentenir itu.”

Diana menatap nanar sahabatnya. Dia bingung harus bagaimana sekarang, dan lari bukanlah solusi, cepat atau lambat pria-pria itu akan menemukannya.

Related chapters

  • MY TREASURE   BAB 4

    “Usia gadis itu akan menginjak dua puluh satu tahun, putri dari mantan pengusaha sukses, Hendri Sandoro yang meninggal karena bunuh diri satu tahun sembilan bulan yang lalu dan meninggalkan hutang dengan jumlah tidak sedikit. Seharus-nya, dia sudah di rumah bordil mengingat betapa tidak mampunya dia membayar semua hutang yang Hendri tinggal-kan.”Mike menyerahkan seluruh kertas penyelidikan yang dia dapat dari Rudith seminggu yang lalu dan menunjukkannya pada Jake. Pria itu membacanya satu per satu. Jake membolak balik kertas di tangan. Perhatiannya juga tidak luput dari surat kontrak yang David tinggalkan. Keningnya berkerut ketika membaca berkas yang dia terima, berpikir keras mengapa

    Last Updated : 2024-10-29
  • MY TREASURE   BAB 5

    Mike baru saja menyelesaikan rapat dan dia berjalan menuju ruangannya hanya untuk mengambil beberapa dokumen dan tentu saja MacBook miliknya yang tertinggal di atas meja. Baru saja dia hendak masuk ke lift saat Jake memanggil dan berlari tergesa-gesa sehingga napasnya sedikit terputus-putus. Mike menghentikan jarinya yang hendak menekan tombol lift dan melemparkan tatapan membunuh pada sahabatnya, karena pria itu tidak menghadiri rapat dan pergi entah ke mana.“Bagus, kau datang di saat aku menyelesaikan rapat dan hendak pulang ke rumahku yang nyaman,” sindir Mike dengan mimik datar dan tatapan mencela.Jake menormalkan napas, meminta jeda pada Mike agar dia diberi waktu untuk menghirup oksigen yang m

    Last Updated : 2024-10-29
  • MY TREASURE   BAB 6

    Diana menatap Jake takut-takut. Dia berdiri di sudut dinding untuk mencari perlindungan meskipun gayanya saat ini sangat lucu hingga menggelitik Jake dan membuatnya tertawa mendapati tingkah menggemaskan Diana. Wajah Diana memelas meminta pengampunan dan mata bulat hitamnya berbinar menahan tangis.“Aku tidak akan menyakitimu, Diana,” kata Jake.Mendengar namanya disebut membuat alis Diana bertaut. Sejak meninggalkan taman dia tidak pernah menyebutkan identitas pada pria yang membawanya, sehingga terasa ganjil bila pria di hadapannya mengetahui namanya tanpa ia memperkenalkan diri lebih dulu. Pastilah mereka telah merencanakan sesuatu sehingga dia sampai ke tempat asing dan dikurung dalam kamar ini.

    Last Updated : 2024-10-29
  • MY TREASURE   BAB 7

    Dua hari telah berlalu sejak Diana meninggalkan rumah Mike. Dia masih tidak terima dengan apa yang menimpanya. Dengan berat hati Diana meninggalkan kontrakan dan pindah ke kontrakan Nia karena Diana tidak bisa tinggal sendiri sejak hari itu. Malam-malamnya hanya dipenuhi mimpi di mana selembar kertas mengejar dan meminta Diana untuk mematuhi beberapa baris huruf dan angka yang berputar-putar di kepala hingga dia merasa sesak.Keadaan Diana saat ini tidak lebih baik sejak ia pindah, kantung matanya jelas menggelayut membentuk lingkaran hitam akibat tidak pernah tidur semalaman. Pikirannya juga dipenuhi dengan kemungkinan-kemungkinan yang ada, bahkan dia tidak peduli menjadi pengangguran dan mengurungkan niat untuk mencari pekerjaan.

    Last Updated : 2024-10-29
  • MY TREASURE   BAB 8

    Diana mendatangi Juizy Cafe yang tidak jauh dari kontrakan Nia. Dia memilih duduk di dekat jendela sembari menikmati pemandangan lalu-lalang pejalan kaki di luar sana. Seorang wanita denganname tagNadira Andrani mendatanginya, membawakan buku menu.“Aku mau Muffin dan segelas Vanilla Caramelo,” katanya.“Baiklah, ada yang lain?” tanya pelayan tersebut.Diana menggeleng dan pelayan itu segera mengambil pesanan Diana ke balikcounter. Selagi menunggu kedatangan Ari, Diana memilih untuk mendengarkan musik dariearphone, namun tangannya terhenti di tomb

    Last Updated : 2024-10-29
  • MY TREASURE   BAB 9

    Diana masih menangis menahan sakit pada kakinya, dia bahkan tidak memerhatikan sekitarnya lagi. Baginya rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya sudah sangat menyiksa hingga dia lupa dengan sekitar. Gadis itu mengerang sakit saat berusaha menarik kakinya yang terjepit, namun gerakan putus asanya terhenti saat sebuah tangan kokoh menyentuh pangkal kakinya, dengan gerakan pelan menggeser letak batu dan membebaskan kaki Diana yang terjepit. Pria itu melakukannya dengan hati-hati, sebaik mungkin tidak menyakiti Diana.Namun tidak hanya sampai di situ, pria asing itu meletakkan kaki Diana di atas pangkuannya, lalu memeriksa luka yang sedikit lebar di sana. Dia menatap wajah Diana sekilas sebelum perhatiannya kembali teralih pada luka di kaki Diana, dan saat itulah baru Diana bisa melihat wajahnya yang Diana akui

    Last Updated : 2024-10-29
  • MY TREASURE   BAB 10

    Jake masuk ke dalam rumah Mike dan dia melihat Mike yang sibuk menyeduh kopi di meja makan. Pria itu melihat kedatangannya, tetapi pandangannya tampak tak acuh dan langsung mengalihkan perhatian pada kopi yang berada di atas meja. Rasanya Jake ingin mengumpat karena pria itu menghilang begitu saja lima menit sebelum rapat dimulai. Dia harus kerepotan saat menghandel semua sendirian selama Mike tidak bersamanya.“Apa kau tahu, kita nyaris saja kehilangan salah satu partner terbaik dalam pembangunan hotel impianmu,” kata jake dengan suara menahan marah. Mike menatapnya malas.

    Last Updated : 2024-10-29
  • MY TREASURE   BAB 11

    Diana turun dari halte bis setelah menempuh perjalanan panjang selama satu hari satu malam. Tubuhnya begitu pegal dan beberapa sendinya berdenyut nyeri. Gadis itu memilih duduk diam di bangku halte, dia membutuhkan istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan setidaknya selama tiga jam lagi menuju ke Desa Pandan. Desa yang akan menjadi rumahnya selama pelarian, walau desa itu terpencil jauh ke dekat kaki bukit di pedalaman dengan akses masuk yang sulit dan jalanannya sempit, tetapi Diana harus bersyukur karena dia masih memiliki rumah untuk pelariannya. Setelah merasa cukup untuk sekedar meluruskan kaki, akhirnya gadis itu berdiri dan mencari bus yang akan membawanya memasuki desa.

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • MY TREASURE   EXTRA PART

    “DisneyLand”Jake tidak ikut ke mansionku, dia memilih langsung pulang ke rumahnya. Calon istrinya sedang menunggu di sana. Sayang sekali, padahal aku ingin mengajaknya untuk bertemu Jasmin dan Blair karena sudah lama dia tidak bertemu dengan keluarga kecilku, terutama Blair yang belum pernah dia temui.

  • MY TREASURE   EXTRA PART

    “Paris, four Years Latter”Suara gaduh yang kurindukan, tawa dan keributan kecil dari putera-puteriku selalu menyambut pagi setiap kali kuterjaga. Tanganku meraba sisi di sebelahku berbaring yang kini telah kosong, terasa dingin seakan sudah lama ditinggalkan.Penciumanku disapa oleh nikmatnya aroma mentega dan manisnya madu bersama roti bakar, kurasa dia sudah memulai aktivitasnya di dapur. Aku bergegas bangun dan bersiap memulai kesibukan hari ini.

  • MY TREASURE   EPILOG

    Salju di bulan Desember tampak menghiasi Avenue des Champs-Elysées, jalanan yang menghubungkan Concorde dan Arc de Triomphe, dijuluki sebagai belle avenue du monde—jalan terindah di dunia—kini ramai dikunjungi wisatawan, karena hari libur panjang untuk menyambut tahun baru.Seorang wanita dengan coat merah dan syal maroon tengah meniti langkah hati-hati di antara deretan lampu berpendar kuning keemasan dan jejeran pohon natal berhias lonceng, juga pita di setiap pertokoan sudut kota.Wanita itu tersenyum sumringah sembari mengelus perutnya yang tertutupi dengan baik melalui coat merahnya. Dia memasu

  • MY TREASURE   BAB 46

    Diana memilih menghabiskan waktu siang itu dengan tiduran di atas kasur, dia sangat malu menunjukkan mukanya di depan anggota keluarga Hill yang lain. Mike bahkan kehabisan akal untuk membujuknya keluar.“Diana, apa kau di dalam?” Suara Savira membuat Diana terjaga.“Iya, ada apa?” tanyanya sembari berjalan membukakan pintu. Terlihat Savira sudah siap dengan kaus longgar selutut dan celana jeans pendek.“Ayo, aku ingin mengajakmu naik sepeda ke Place de la Concorde,” ajaknya.Diana mengerutkan

  • MY TREASURE   BAB 45

    Cahaya matahari mengintip masuk ke kamar luas yang Diana tempati, membuat wanita itu menggeliat gelisah karena silau. Perlahan mata indah Diana terbuka, ia melihat jendela kamarnya yang sedikit terbuka dengan cahaya terang di tengah.Kepala Diana bergeser melirik ke sebelah, sisi kasur yang lain, tidak ada siapa-siapa di sana. Membuat Diana mengernyit heran. Dengan gerakan refleks Diana bangkit dari duduk dan mencari keberadaan suaminya di kamar luas tersebut, tapi tak ada tanda-tanda keberadaan Mike di sana.Diana bergegas turun dari kasur dan masuk ke kamar mandi, sekedar mencuci muka dan menggosok gigi sebelum turun ke bawah untuk bergabung bersama keluarga Hill lainnya. Di meja makan tampak Asley dan boneka b

  • MY TREASURE   BAB 44

    Cuaca kota Paris pagi itu sangat cerah. Diana bersemangat dan menarik tangan Mike untuk bergegas jalan-jalan keluar.“Ke mana kita akan pergi pagi ini?” tanya Mike yang sama antusiasnya.Diana mengeluarkan senjata andalan, sebuah peta kota Paris dari tas tangan. Mike mengernyit menatap peta yang Diana pegang.“Diana, kenapa kau membawa benda itu?” tanya Mike tak suka.“Tentu saja untuk keliling Paris agar tidak tersesat,” sungutnya pada Mike.

  • MY TREASURE   BAB 43

    Diana merentangkan tangan, menarik napas menghirup udara musim semi kota Paris. Sekarang sudah jam satu siang, mereka baru saja tiba dan sedang berdiri di luar pintu kedatang-an Bandara Charles de Gaulle. Empat belas jam di dalam pesawat membuatnya bosan. Berkali-kali dia mengganggu Mike yang tidur dalam pesawat hanya untuk mendengarkannya bercerita tentang rencana bulan madu yang telah ia persiapkan.“Apa kau lelah?” tanya Mike yang berjalan di belakang. Diana mengangguk dan menoleh pada Mike.“Kau tidak lelah?” Diana melihat Mike yang masih seg

  • MY TREASURE   BAB 42

    Tatapan Diana jatuh pada Mike yang masuk begitu saja dari pintu depan. Wanita itu menegang di tempat hendak memarahinya, namun Mike tak peduli dan terus menerjang Diana, menarik wanita itu dalam pelukannya. Dia mencium puncak kepala Diana dan membuat wanita itu menjeritkan penolakan.“Kumohon, jangan menolakku kali ini. Biarkan aku memelukmu sebentar, beri aku waktu lima menit setelahnya aku akan pergi seperti yang kau inginkan,” bisik Mike tepat di telinga Diana. Wanita itu terisak dan menghentikan rontanya, dia membiarkan Mike mengelus lembut puncak kepala serta punggungnya.“Biarkan aku mewujudkan impianmu dan impian ayahmu, jadikan aku pria beruntung yang memilikimu.”

  • MY TREASURE   BAB 41

    Hari pertama setelah kejadian tersebut. Mike mencari tahu siapa dalang di balik semua ini. Dia akan menuntaskannya hingga ke akar. Tangannya meremas ponsel hendak menghancur-kan benda tipis itu. Jake yang sedari tadi diam akhirnya menghirup udara dan mulai bersuara.“Mereka pasti akan menemukannya, Mike.”Orang yang diajak bicara hanya menatap datar dengan senyum sinis. Dia terus meremas ponselnya yang andaikan bisa berbicara pasti benda mati itu berteriak meminta lepas dari cengkraman Mike yang tampak tidak sabar sembari menahan amarah.“Aku akan me

DMCA.com Protection Status