Beranda / CEO / MY SWEET CEO / MATI LAMPU

Share

MATI LAMPU

Penulis: Sun flower
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-14 22:39:12

David tidak ingin mengingat kejadian memalukan itu sedikit pun, namun ia tetap masih merasakan tusukan gairah kuat tersebut. Ketika Sandara mencondongkan tubuh ke depan, rambut gadis itu tergerai di wajahnya dan David mencium aroma sampo. Lavender.

Sandara menengadah menatap David lewat bulu mata, matanya menari geli. "Jujur saja,David, kamu benar-benar terlihat ketakutan! Kuyakinkan kamu, aku tidak seburuk yang kamu pikirkan."

Entah bagaimana David berhasil tersenyum. "Dan apa pun yang kuminta kamu lakukan-kurasa kamu ingin digaji untuk itu?"

Sejenak Sandara terlihat bingung dengan perkataan David, ekspresinya polos serta rapuh. Dengan tusukan rasa benci pada diri sendiri David kembali menyadari betapa belia dan tidak berpengalamannya Sandara-dalam segala hal. Lalu gadis itu tertawa, tawa dalam dan serak yang membuat David memasukkan tangannya semakin dalam ke saku, kernyit timbul di wajahnya. Sandara memiliki tawa wanita berpengalaman, tawa seksi serta sensual, dan tawa itu menimbulkan berbagai hal padanya. Sejak kapan Sandara mulai tertawa seperti itu? Sejak kapan dia mulai benar-benar tumbuh dewasa?

"Baiklah, ya, memang itu maksudku," kata Sandara, tersenyum dengan kejujuran polos yang menjengkelkan sekaligus memikat kesadaran David.

Jadi, David pun memberikan posisi itu pada Sandara, sebagaimana yang Sandara tahu pasti akan ia lakukan, kemudian ia menjaga jarak. Ia tidak berniat melibatkan diri dengan gadis polos seperti Sandara, terutama mempertimbangkan bagaimana keluarga mereka berhubungan. Dan ia berhasil... sampai sekarang. Sekarang, ketika ia melihat Sandara di ruang Aula ini, mengenakan setelan kerja krem dengan paduan syal di lehernya yang sangat pendek sehingga hampir memperlihatkan bokongnya ketika gadis itu membungkuk untuk memungut sampah dari lantai. David menatapnya, menyadari kaki putih Sandara, cara rok pendek itu membentuk lekuk-lekuk tubuh gadis itu.

la seharusnya menjauh sebelum Sandara melihatnya. Tuhan tahu ia pernah melakukan hal itu. Namun sesuatu memaksanya memasuki ruangan, dan ia berbicara. Tinggal. Melihat Sandara setelah sekian lama bagaikan menemukan air di padang pasir. Kehangatan serta keceriaan Sandara menggapainya, menyelubunginya, dan membuatnya menginginkan lebih banyak. Dan ia pun tinggal, bercanda dan menggoda, dan yang paling buruk serta membahayakan dari semuanya, ia menyinggung tentang bagaimana mereka hampir berciuman delapan tahun lalu. David tidak bisa memahami mengapa ia melakukan hal itu, ketika ia telah begitu senang karena tidak pernah lagi memikirkan hal itu, apalagi membicarakannya. Dan Sandara tentu merasakan hal yang sama... kecuali ia masih merasakan sisa-sisa cinta monyet itu? Pikiran itu seharusnya membuat David cemas, namun hal itu malah menimbulkan hal lain. Ia ingin kembali menyaksikan mata Emily menggelap menjadi cokelat tua dan melihat lidahnya menyapu mulut sensual itu.

Perasaan kesal kembali menyerbu diri David. Ia harus menguasai diri. Ini Sandara. Sandara. Gadis yang tidak cocok, tidak sesuai, dan tidak terjangkau. Titik.

"Anin Salsabiah," ulang Sandara, dan David bisa melihat gadis itu telah menemukan kembali ketenangannya. "Aku akan menantikan CV-nya-

"Sekretaris pribadiku telah mengirimkannya lewat e-mail padamu siang tadi."

"Begitu, ya.Aku akan mengeceknya nanti." Sandara melemparkan sekelebat tatapan penasaran lewat bulu matanya ke arah David dan kemudian berbalik. "Aku akan membuat catatan di CV itu."

"Bagus." David bertekad mempertahankan sisa percakapan mereka secara profesional, bahkan saat pandangannya tertuju pada gelung rambut hitam memesona Sandara yang terurai, sehelai rambut yang tergerai di lekuk payudaranya. Dengan susah payah ia mengalihkan pandangan, mulutnya membentuk garis muram, namun sesuatu masih memaksanya menambahkan, "Sebenarnya, aku belum pernah bertemu dengannya. Dia teman dari temanku, dan aku ingin membantunya. Dia sepertinya cocok untuk posisi pemula." Mengapa David menjelaskan dirinya sendiri? Itu benar-benar tidak perlu.

"Baiklah," kata Sandara tajam. "Akan kulihat apa yang bisa kulakukan."

"Bagus." David membalas nada tajam Sandara lalu memandang ruangan yang telah bersih itu sekali lagi. Ia masih harus membalas beberapa panggilan telepon dan beberapa e-mail serta menghadiri acara pencarian dana. Seluruhnya bagian dari urusan pribadi yang membuat Sandara begitu penasaran... dan yang tidak berniat untuk diberitahukannya pada gadis itu.

Sandara akan segera mengetahuinya, pikir David sembari mengerucutkan mulutnya dengan muram.

Bagus, David kembali terlihat muram, putus Sandara. Selama beberapa saat pria itu terlihat bagaikan orang yang sama sekali berbeda, dan pikiran itu membuatnya gelisah. Reaksinya sendiri membuat ia semakin gelisah, karena ketika David memelankan suara menjadi bisikan parau itu dan mengatakan bahwa pria itu kecewa...

Dengan cepat, Sandara menyingkirkan pikiran itu. Itu bukan hal yang perlu ia pikirkan. Sama sekali. Ia menatap ruangan kosong tersebut dengan puas, memastikan tatapannya tidak tertuju pada Sandara, kemudian memadamkan lampu.

Ia tidak menyadari hari telah gelap, senja perlahan menyelubungi kota, hingga ruangan tersebut mendadak gelap gulita ketika ia memadamkan lampu.

"Ups..." Sandara tertawa pelan saat berdiri di tengah kegelapan, menyadari bahwa ketiadaan cahaya membuat berbagai hal hampir terasa... intim. la bisa mendengar suara pelan napas David, dan ketika kembali meraba-raba mencari tombol lampu ia malah menyentuh dada David, otot-otot sekeras tembok yang menegang di bawah telapak tangannya. Ia tidak sadar David begitu dekat. Ia menarik tangannya secara spontan, meski sentuhan otot-otot sekeras tembok itu sepertinya tercetak di telapak tangannya. Hal terakhir yang ia inginkan adalah David menganggap ia melemparkan diri pada pria itu... lagi.

"Maaf," gumam Sandara, namun ia masih belum bergerak. Benak dan tubuhnya bagaikan membeku, hingga ia tidak sanggup berpikir atau bertindak. Tangannya menggelenyar. "Aku... aku hanya perlu menemukan tombol lampunya..." akhirnya ia berbicara dengan sedikit terbata-bata.

Kenapa David selalu bisa membuatnya menjadi gadis paling canggung?

"Di sini." David menggapai melewatinya dan menekan tombol lampu. Sandara langsung mundur lagi saat ruangan itu diterangi cahaya.

Ia merasa wajahnya memanas dan berwarna merah, yang tidak masuk akal karena tentu saja tidak ada yang perlu membuatnya malu. Anehnya, ia tetap merasa seperti yang ia rasakan delapantahun lalu, ketika ia menawarkan diri pada David dengan polos, hanya untuk ditolak.

Dan sekarang David kembali memelototinya, persis seperti waktu itu. Pria itu benar-benar terlihat marah. Sandara merasa sedikit jengkel dan perasaan itu membuatnya lega. Setidaknya itu hal yang biasa dan pernah ia rasakan sebelumnya. Ia kembali mundur selangkah. "Terima kasih," katanya tajam, menyelipkan rambut ke belakang telinganya. "Kurasa aku akan bertemu lagi denganmu jika kau tinggal di Jakarta untuk sementara waktu."

"Tentu saja." Wajah David tidak menunjukkan ekspresi apa pun namun tatapannya tertuju pada Sandara, tenang dan pasti. benar-benar tidak mengenalnya lagi, Sandara mengingatkan diri sendiri. Ia telah berubah dan jauh lebih berpengalaman sekarang daripada saat berusia enam belas tahun. Setidaknya, sedikit lebih berpengalaman. Dan mudah-mudahan tidak terlalu konyol.

"Aku yakin kamu punya banyak hal untuk dilakukan," kata Sandara dengan nada tajam serta dingin yang sama. "Dan aku harus pulang. Selamat malam, David." Tanpa menoleh ke belakang, ia bergegas melintasi lorong menuju ruang kerjanya yang aman, merasa aneh dan sangat kesal karena ia masih merasa gugup, hampir seperti gadis enam belas tahun yang berlari meninggalkan Aula pesta dengan berurai air mata dan rambut yang berantakan.

Bab terkait

  • MY SWEET CEO   AJAKAN MAKAN MALAM

    Pagi itu Sandara menatap wanita yang duduk di seberang mejanya, menyadari jemari wanita itu dengan gugup meremas-remas kain celana putih murahan yang kusut, senyum hati-hati mencerahkan wajah cantik wanita itu. Anin Salsabiah gadis yang cantik, beberapa tahun lebih muda daripada Sandara, dengan rambut gelap bagaikan lingkaran halo lembut di wajahnya yang pucat."Jadi," Sandara tersenyum menyemangati saat membaca surat laamran kerja Anin yang seadanya. "Kaum pernah bekerja sebagai pelayan di Paparito...""Aku juga sempat bekerja formal menjadi pegawai kontrak di sebuah kantor," Ani memberitahu dengan sukarela. Suaranya lembut dan mendayu, "Aku bertugas menjawab telepon. Menurut Tuan Wijaya, aku bisa melakukan hal yang sama di sini. Dia bilang salah seorang resepsionis kalian cuti melahirkan."Sandara bertanya-tanya-bukan untuk pertama kalinya,kira-kira apa hubungan David dengan Anin Salsabiah yang cantik ini. Apakah Anin ada hubungannya dengan urusan pribadi David yang misterius? "Ya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14
  • MY SWEET CEO   AJAKAN MAKAN MALAM

    David membuka pintu mobil, menghirup aroma lavender rambut Sandara dan sesuatu yang lain, sesuatu yang hangat dan feminin, yang kembali menimbulkan hasrat gairah dalam dirinya. Hanya makan malam. "Sepertinya begitu," ucap nya, dan Sandara memutar bola mata sembari memasuki interior mobil dari kulit mewah mobil keluaran terbaru itu."Aku tidak menyangka kamu menyukai mobil sport. Aku kira kamu tipe pria yang hanya mengutamakan fungsi di atas segalanya.""Oh?" David menyelinap ke kursi pengemudi. "Aku tidak tahu kamu punya dugaan seperti itu mengenai mobilku."Ya, tapi ternyata aku salah?" kata Sandara sambil tertawa. Ia mengibaskan rambut ke balik bahu hingga tergerai sempurna. "Mobilmu. Aku menduga sesuatu yang biasa-biasa saja, dan tentu saja. membosankan untukmu, hanya mobil yang membawamu dari tempat A ke tempat B. Tentu saja," goda Sandara, "warnanya pun akan sedikit mencolok. Sayangnya, kuning muda tidak cocok untukku."David menatap Sandara sesaat, benar-benar bingung dengan pen

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • MY SWEET CEO   PERCAKAPAN INTENS

    "Kurasa kamu sudah tidak muda lagi untuk dinasihati, San. Kecuali, tentu saja, jika kamu masih nakal seperti dulu." Ada kesan jail dalam senyum David, matanya berkilat dalam cahaya lampu lampu kecil remang-remang ruangan itu, dan Sandara merasa perutnya kembali membuncah. David kembali mengalihkan pandangan ke menu dan Sandara memutuskan ia pasti hanya membayangkan senyum serta pandangan jail itu. Tidak ada yang jail tentang David Wijaya. Pria ini penduduk paling taat hukum yang pernah ia kenal."Aku janji tidak akan bersikap konyol lagi," balas Sandara, mengibaskan rambut, dan David memberikan isyarat pada pelayan supaya mendekat untuk mencatat pesanan mereka.Sandara memberitahukan pesanannya kemudian memandang sekeliling ruangan saat David memberitahukan pesanan pria itu sendiri, dengan suara pelan yang tidak terlalu didengarkan Sandara. Sebagian besar tamu adalah adalah kalangan atas yang sedang membuat kesepakatan, atau sosialita yang cukup berada. Tempat ini memang sedikit membo

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • MY SWEET CEO   KRITERIA DAVID

    "Itu sebuah pandangan yang cukup sinis," balas Sandara sesaat kemudian. la kembali merasakan sedikit kekecewaan dan menahannya. Apa pedulinya tentang pandangan David mengenai cinta atau pernikahan?"Apa yang membuatmu memandang cinta seperti itu?"David mengangkat sebelah bahu. "Pengalaman, mungkin. Siapa saja bisa berkata mereka mencintai seseorang. Itu hanya kata-kata yang bisa kamu percayai atau tidak. Pada akhirnya, kata-kata itu tak membuat banyak perbedaan." David mendadak terdiam, mengernyit, seakan kata-katanya sendiri memicu pemikiran atau kenangan yang tidak menyenangkan. Kemudian ekspresinya berubah, seolah dipaksakan, dan ia melirik Sandara sembari tersenyum. "Menurutku, jauh lebih baik menikah dan ya, bahkan mencoba daripada membicarakan tentang cinta atau berkhayal, seperti yang terjadi sekarang." Matanya berkilat dengan kelakar penuh pemahaman, dan Sandara mengakui artinya dengan tertawa kecil meski ia bertanya-tanya pengalaman apa yang membuat David begitu sinis mengar

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • MY SWEET CEO   SINDIRAN UNTUK SANDARA

    Acara makan malam itu berjalan menyenangkan, dan Sandara lega karena percakapan berubah pada hal-hal yang lebih ringan. Hati angsanya enak, meski tidak ada yang spesial, dan Sandara menyadari dirinya menikmati mengobrol ringan dengan David mengenai hal-hal yang tampaknya tidak penting seperti politik atau film terbaru. Ia lupa betapa sedikitnya selera humor David, jadi terkadang butuh waktu beberapa detik untuk menyadari pria itu bercanda."Apakah kamu rindu berlibur?" tanyanya ketika pelayan mengambil piring-piring mereka. "Karena kamu berencana tinggal di Jakarta sementara waktu.""Akan ada hal-hal lain yang membuatku sibuk," sahut David santai.Sandara mengatupkan bibir. "Urusan pribadi itu.""Kamu agak penasaran dengan hal itu.""Hanya karena aku tidak bisa membayangkan apa itu. Kamu selalu terbuka, David. Tidak ada rahasia. Tidak ada kejutan ataupun hal lain yang membuatku untuk penasaran."David mengetukkan jemari ke meja. Pria itu punya jemari yang cukup bagus, pikir Sandara sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • MY SWEET CEO   BUKAN KRITERIA DAVID

    "Sepertinya kita harus lebih saling mengenal lagi, San."Sebelum Sandara bisa menjawab, atau bahkan mencerna maksud perkataan David, petugas valet telah mengantarkan Ferrari milik David. Ia menyelinap ke dalam interior kulit tersebut, kepalanya disandarkan ke kursi saat dunia berputar di sekelilingnya. Jelas terlalu banyak minum wine."Sandara yang malang," bisik David sembari menjauhi trotoar. "Apakah kamu makan sesuatu hari ini?""Beberapa potong kue cokelat saat makan siang," jawab Sandara sambil mendesah. "Aku menjaga berat badanku dengan ketat, tapi bahkan ini sudah sedikit berlebihan untukku." Ia merasa perutnya bergolak dan meringis. "Kuharap," kata David, "kamu tidak berniat muntah di mobilku,kan?"Sandara berusaha tertawa, meski itu benar-benar mungkin terjadi. "Jika memang begitu," katanya, "itu karena ayamnya tidak enak, bukan karena aku terlalu banyak minum."David tertawa pelan. "Mungkin kamu seharusnya memesan steak sapi." la mengulurkan tangan dan meletakkannya di kenin

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • MY SWEET CEO   KATA KATA TAJAM DAVID

    Sandara terjaga dari tidurnya yang seperti orang mati dengan sakit kepala parah yang membuatnya kebal pada siapa pun, termasuk David. la masih sedikit gelisah dan khawatir karena makan malam kemarin, meski tidak bisa menjelaskan alasannya. David baik sekali karena mengajaknya keluar dan, karena Sandara bisa bersikap lebih rasional terhadap berbagai hal pada pagi hari, ia cukup jujur untuk mengakui David berhak mengawasinya. Ia sudah menduganya bertahun-tahun lalu, dan terkejut bahkan sedikit terluka ketika pria itu pergi begitu tiba- tiba setelah menerimanya bekerja di perusahaannya. Jadi, kenapa sekarang hal itu mengusiknya? Ia mengakui, bagian percakapan mereka yang itu tidak mengusiknya. Bagian yang lainlah yang mengusiknya. Bagian yang tersembunyi, cara mata David bersinar penuh pemahaman dan sudut-sudut mulut pria itu naik, serta bisikan pelan yang membuat Sandara merasa dirinya seperti bukan bersama David, setidaknya bukan David yang pernah ia kenal dulu serta yang bisa ia andal

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • MY SWEET CEO   KESAL TANPA ALASAN

    "Ikut campur atau menjodohkan seseorang?""Sama saja.""Itu hanya menurut pendapatmu,David." Sandara meletakkan tangan di dada David, telapak tangannya menempel di bahan kemeja biru langit pria itu, jemarinya secara naluriah mencari kehangatan David di balik kain tersebut. la merasakan jantung David berdetak stabil di bawah telapak tangannya. Ia berniat membuat sentuhan ringan, bahkan tidak ada artinya, tidak lebih dari sentuhan main-main di dada, namun seolah didorong kebutuhan lebih mendalam dan mendasar, Sandara menyadari bukan itu yang terjadi,tangannya bergerak sendiri, jemarinya meregang, mencari, sementara akal sehat terbang dari benaknya."Kamu tidak perlu cemas tentang Anin atau aku," akhirnya ia bicara, mencari kata-kata yang sepertinya tersembunyi jauh dalam benaknya. Ia mendongak menatap David, melihat bintik-bintik sinar tajam di mata pria itu. Mata itu tidak terlihat cokelat sama sekali. Tidak terlihat membosankan sama sekali. Ia menelan ludah. "Kamu tidak perlu mengawas

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25

Bab terbaru

  • MY SWEET CEO   BERLANJUT

    David mencium kening Sandara dengan lembut,"Bagus. Bersiaplah pukul tujuh. Aku akan menjemputmu dari apartemenmu," kata David."Baiklah. Aku akan bersiap." Jawab Sandara lega.Hari ini berlalu secepat yang ia inginkan. Sandara meninggalkan kantor sedikit lebih awal setelah meminta ijin pada David. Sandara merada sangat bahagia tetapi pada saat yang sama dia tidak bisa berhenti memikirkan tentang ranjang bersama David. Dan lagi pula jika mereka benar-benar akan melakukannya lagi, seperti apa jadinya nanti. Sandara benar-benar takut sekarang. Baiklah, jangan pikirkan sesuatu yang mungkin tidak terjadi malam ini. Dan pikirkan tentang apa yang akan terjadi. Kami akan makan malam yang enak dan biarkan sisanya menjadi misteri.Sandara sampai di apartemennya pukul enam dan segera bersiap-siap. Karena dia tahu Davif sangat tepat waktu. Sandara mengenakan gaun berwarna anggur di atas lingerie barunya. Karena gaun ini tanpa tali, Sandara memutuskan untuk memadukannya dengan kalung berwarna nude

  • MY SWEET CEO   KENCAN DADAKAN

    Saat David berjalan menuju kantor, David melihat Sandara berbicara dengan seorang pria yang mungkin salah satu dari pegawainya di kantornya. Pria itu berbicara dengan Sandara tentang sesuatu dan yang ingin David lakukan saat ini hanyalah menendangnya. David pergi mendekati mereka berdua dan memanggil Sandara ke ruangannya dengan nada yang sedikit kasar. Nada kasar yang di keluarkannya itu hanya untuk menakut- nakuti pria yang bersama Sandara agar mereka segera mengakhiri pembicaraan itu. Pria itu tidak bisa menatap gadis miliknya dengan tatapan menginginkan. David berjalan kembali ke ruangannya dan menunggu Sandara. David merasakan sesuatu yang aneh. Sikap posesif ini baru saja di rasakannya. Hal seperti ini belum pernah dirasakannya. Dorongan untuk melindungi, memperjuangkan, dan menyelamatkan Sandara hanya untuk dirinya sendiri. Sandara membuatnya kuat, tetapi di saat yang sama Sandara adalah kelemahannya. David merasa rentan di dekat Sandara. Bagaimana mungkin satu wanita mungil

  • MY SWEET CEO   PENGAKUAN HATI DAVID

    Ini adalah minggu yang sangat panjang dan melelahkan. Sandara menggenggam cangkir kopinya di dapur rumahnya , keletihan membuat seluruh tubuhnya nyeri. Namun bahkan di tengah keletihan ia merasakan kelegaan yang manis, semalam ayahnya sadar. Ini akan menjadi jalan yang panjang serta sulit, dan ayahnya tidak akan pernah sembuh total. Sandara tahu itu, ia mendengar para spesialis membahas kemampuan bicara dan bergerak yang terbatas, penggunaan kruk atau kursi roda. Sulit untuk menerima itu, tapi itu masih lebih baik daripada pilihan yang satu lagi. Itu sesuatu. Dan sesuatu itu sudah cukup. David datang mengunjungi Tuan Wijaya setiap hari selama seminggu ini, pulang-pergi dari Jakarta, dan Sandara menyambut serta menghargai kehadiran pria itu lebih daripada yang bisa ia katakan. Sandara tidak mengatakannya, karena sebagian dirinya ingin mengatakan pada David betapa berarti pria itu baginya, betapa ia mencintai David. Namun tentu saja itu tidak ada gunanya saat ini. David datang seba

  • MY SWEET CEO   PENGAKUAN TUAN WIJAYA

    Bulan berganti bulan dan Sandara mengingat kembali percakapannya dengan Agatha, serta hampir setiap momen yang ia lewatkan bersama David. la ingat hal-hal kecil, hal-hal yang diabaikan atau dilupakannya yang mendadak terasa penting sekarang. Cara David tersenyum, dan betapa manis sentuhan pria itu. Godaan-godaan lembut David, yang selalu dinikmati Sandara sampai hatinya terjerat dalam godaan itu. la ingat bagaimana dirinya selalu memercayai David, selalu tahu pria itu akan menjaganya tetap aman. Kenangan-kenangan tersebut terus melintas dalam benaknya dan membuatnya gelisah serta merindu, berharap setidaknya bisa bertemu David lagi. Menanyakan padanya... apa? Apa yang bisa ia katakan? Aku tidak peduli jika kamu hanya mencintaiku sedikit. Aku tidak butuh ekspresi hebat apa pun... Tapi ia bahkan tidak tahu apakah David memang mencintainya. Ia cukup yakin tidak, dan tidak ada ekspresi yang bisa menyatakan hal itu. Mereka tidak punya hubungan. Tidak punya masa depan. Tidak ada apa p

  • MY SWEET CEO   MAKAN SIANG BERSAMA AGATHA

    Meski tubuh Sandara mendambakan David dan benaknya berkeras bahwa ini sudah cukup, hatinya lebih tahu. Dan ketika David melepasnya dengan tiba-tiba hingga ia mundur selangkah, Sandara tidak mengatakan apa pun. Davidlah yang berbicara. "Selamat tinggal," katanya dan membelakangi Sandara. Sandara berdiri di sana sesaat, kehilangan, malu, pedih saat air mata muncul serta menyengat matanya. Ia mengerjap-ngerjap, menelan gejolak emosi yang ditimbulkan ciuman David dan meninggalkan ruang kerja pria itu tanpa sepatah kata pun. Seharusnya tidak terasa semenyakitkan ini. David tetap mengarahkan pandangan ke jendela saat mendengar pintu ditutup pelan. Ia berharap mengucapkan selamat tinggal pada Sandara akan memacu tubuh serta benaknya melupakan gadis itu. Lupakan itu. Seluruh tubuhnya nyeri, nyeri dengan pemahaman bahwa ia kehilangan Sandara, ia mencintai Sandara. Tidak. Ia tidak mencintai Sandara Loise. Ia tidak akan menenggelamkan diri dalam perasaan tak berguna itu, resep bagi kesediha

  • MY SWEET CEO   PERPISAHAAN

    Hujan sudah mulai reda saat Sandara kembali ke kantor setelah libur akhir tahun. Suasana hatinya serupa dengan cuaca suram tersebut, yang ia rasakan sejak percakapan menyakitkan terakhir dengan David. Ia belum bertemu David sejak Hari terakhir mereka makan bersama, David meninggalkan rumah sore itu untuk kembali ke Jakarta dan bekerja. Sekarang, saat menyeret dirinya kembali ke kantor, Sandara bertanya-tanya apakah ia akan bertemu David. Apa yang akan dikatakan pria itu. Apa yang akan dirinya sendiri katakan. Benaknya terasa hampa dari kata-kata, bahkan pikiran. Ia merasa kebas, walau hal itu masih membiarkan dirinya menyadari kesedihan menganga yang mengaburkan sudut-sudut benaknya, ia merasa seolah sedang berseluncur di atas es yang sangat tipis dan bisa jatuh serta tenggelam dalam pusaran emosi kapan saja. Anin menyambutnya di ruang tunggu, terlihat berseri-seri dan gembira. Sepertinya, pikir Sandara dengan lega sekaligus getir, Anin telah pulih dari perlakuan buruk Stevan. "S

  • MY SWEET CEO   PENOLAKAN

    Kata-kata yang keluar dari bibir David bergema di benak Sandara, namun itu tidak masuk akal baginya. David jelas tidak mengatakan tidak bermaksud akan melamarnya saat ini juga. "Kamu bilang apa?" kata Sandara, suaranya tidak lebih dari bisikan gemetar. "Aku mau kamu menikah denganku, Sandara. Aku telah memikirkannya sepanjang minggu dan kusadari itu masuk akal." "Masuk akal," ulang Sandara kaku. David terdengar begitu logis. "Sudah kukatakan padamu aku mencari istri..." "Dan kamu juga mengatakan padaku aku tidak termasuk dalam daftar," Sandara mengingatkan. Ia mendengar luka dalam suaranya namun tidak peduli. Ia merasa begitu kewalahan, sangat kesal, terlalu marah untuk menyembunyikan perasaannya.David terlihat agak bingung dengan pernyataan Sandara, namun kemudian ia tersenyum lepas dan membentangkan tangan lebar-lebar. "Aku berubah pikiran." "Oh, begitukah?" Sandara tertawa, singkat dan tajam, bagaikan tembakan senjata. "Jadi, apakah ini sebuah lamaran?" Sandara kembali melih

  • MY SWEET CEO   AKU MAU KAMU MENIKAH DENGANKU

    Sandara keluar dari mobil ayahnya dan mendongak menatap Rumah bergaya klasik dan mewah dengan ngeri serta merasakan firasat yang buruk. David berada di dalam rumah itu. Hanya bayangan akan melihat pria itu lagi saja sudah mengusik benaknya, membuat tangannya berkeringat dan jantungnya berdebar terlalu kencang. "Siap, Sayang?" Ayahnya tersenyum menatapnya yang tampak ragu, dan Sandara kembali diserbu perasaan betapa tua ayahnya terlihat sekarang. Ayahnya tidak terlihat lemah, tapi pria itu melangkah dengan hati- hati di permukaan berbatu yang sedikit menanjak. Sandara menggandeng ayahnya, memantapkan pria itu tanpa terlihat disengaja. "Sepertinya bakal menyenangkan," kata Sandara, berusaha santai. "Pertemuan keluarga yang menyenangkan." Seandainya demikian. Telunjuk ayahnya menunjuk Land Rover yang diparkir di jalan masuk. "Sepertinya Agatha dan Romeo sudah tiba." Untunglah Agatha yang membuka pintu. Saat Sandara diam-diam melirik sekeliling ruang depan yang besar dan luas terse

  • MY SWEET CEO   PULANG KERUMAH

    David berdiri di ruang depan, memilah percakapan selama beberapa menit terakhir tadi. Ia merasa gelisah serta jengkel dan, anehnya, sedikit terluka. Perasaan terakhir itu menggelikan, karena Sandara jelas bertindak seperti biasanya, seperti yang ia ingin gadis itu lakukan. Lagi pula, ini hanya afair. Sandara... bersikap acuh tak acuh.Jadi, kenapa ia tidak menyukainya?Mengapa ia merasa seakan dirinya baru saja diputuskan? Dengan sengaja?Dialah yang biasanya menjauh, yang pergi setelah kencan satu malam. Satu malam. Namun Sandara baru saja meninggalkannya. Pemikiran itu membuatnya merasa jengkel. Terhina. Terluka. Ia berbalik dari lift, bertekad untuk tidak memikirkan hal itu, atau mengapa Sandara pergi begitu mendadak. Tidak peduli. Banyak hal yang perlu ia lakukan hari ini, termasuk menyusun daftar calon istri yang disinggung Sandara. Lagi pula, ia memang perlu mencari istri.Meski sekarang pemikiran itu memenuhinya dengan perasaan gelisah, ketidakpuasan yang menyakitkan.Sandara b

DMCA.com Protection Status