Beranda / Romansa / MY SWEET CEO / AJAKAN MAKAN MALAM

Share

AJAKAN MAKAN MALAM

Penulis: Sun flower
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-25 22:55:50

David membuka pintu mobil, menghirup aroma lavender rambut Sandara dan sesuatu yang lain, sesuatu yang hangat dan feminin, yang kembali menimbulkan hasrat gairah dalam dirinya. Hanya makan malam. "Sepertinya begitu," ucap nya, dan Sandara memutar bola mata sembari memasuki interior mobil dari kulit mewah mobil keluaran terbaru itu.

"Aku tidak menyangka kamu menyukai mobil sport. Aku kira kamu tipe pria yang hanya mengutamakan fungsi di atas segalanya."

"Oh?" David menyelinap ke kursi pengemudi. "Aku tidak tahu kamu punya dugaan seperti itu mengenai mobilku.

"Ya, tapi ternyata aku salah?" kata Sandara sambil tertawa. Ia mengibaskan rambut ke balik bahu hingga tergerai sempurna. "Mobilmu. Aku menduga sesuatu yang biasa-biasa saja, dan tentu saja. membosankan untukmu, hanya mobil yang membawamu dari tempat A ke tempat B. Tentu saja," goda Sandara, "warnanya pun akan sedikit mencolok. Sayangnya, kuning muda tidak cocok untukku."

David menatap Sandara sesaat, benar-benar bingung dengan penilaian tajam gadis itu terhadapnya. Membosankan? Padahal tadi ia menduga Sandara masih sedikit menyukainya. Baik, ternyata cuma sebegitu nilainya. "Membosankan," ulang David saat menyalakan mobil.

"Dan tajam. Apakah aku seharusnya tersinggung?"

"Kamu tidak mungkin tersinggung hanya karena itu. David!"

Sekarang, David benar-benar tersinggung. Sebagian besar wanita tidak menganggapnya membosankan sama sekali. Sebagian besar antusias untuk menghabiskan malam bersamanya. Namun di sinilah Sandara, duduk di kursi sebelahnya, dengan rok terangkat di paha yang langsing, memandangnya seakan ia orang tua Sandara yang sudah lansia, yang harus dihibur gadis itu.

Namun Sandara tidak memandangnya seperti itu kemarin malam. David masih mengingat sentuhan singkat dan memikat tangan Sandara di dadanya. Gadis itu kaget oleh aliran listrik yang mendadak menyentak mereka, David tahu Sandara juga merasakannya. la jelas merasakannya. Sekarang ia melirik Sandara sembari menginjak gas, membuat gadis itu tertawa kecil sembari otomatis mencengkeram pegangan pintu. "Tidak mungkin, ya?" gumam David.

"Baik, jujur saja," kata Sandara ketika David keluar dari lokasi parkir bawah tanah kantor dan mulai mengemudi melewati jalanan Jakarta dengan kecepatan sedang. "Kamu biasanya "Membosankan?" David mendengar sedikit nada tajam dalam suaranya dan berupaya menahannya. Bukan ini yang ia bayangkan untuk memulai malam ini.

"Tepatnya bukan membosankan," balas Sandara. "Tapi... mudah ditebak. Berhati-hati. Kalem." David menjaga wajahnya tanpa ekspresi meski ia merasa alisnya. mulai bertaut membentuk kernyit. Sandara benar-benar meremehkannya. "Kamu tidak pernah ikut dalam berbagai permainan dan kenakalan yang kita lakukan saat kita masih belia" "Kurasa kita yang kamu maksud itu dirimu, Agatha dan Romeo, balas David masam. Melihat anggukan Sandara, ia melanjutkan, "Kamu pasti ingat, San, kamu dua belas tahun lebih muda daripada diriku. Ketika kamu sibuk dengan 'kenakalan' ini, aku sudah kuliah dan melakukan hal hal yang lebih baik." Kedua tangan David mencengkeram kemudi saat perbedaan usia mereka menghantamnya. Sandara mungkin sudah 25 tahun, tapi gadis itu masih muda. Dan naif dalam berbagai hal. Polos, meski tidak terlalu, bahkan bersikap seenaknya, konyol, dan terlalu impulsif. Gadis ini benar-benar tidak cocok untuknya. Tidak cocok untuk apa yang ia inginkan. Tidak cocok sebagai istri.

"Tentu saja aku mengerti tentang itu," kata Sandara. "Tapi, meski begitu... kamu selalu sedikit tidak setuju, David. Bahkan dengan Romeo"

"Kamu tidak tinggal bersamanya," balas David, menjaga suaranya tetap tenang. Tentu saja semua orang menyukai Romeo.

Romeo pria yang menyenangkan, kecuali ketika David menjemputnya dari sekolah SMAnya setelah dia dikeluarkan, atau dari klub malam ketika dia dan teman temannya memalsukan tanda pengenal. Untunglah, Romeo sudah lebih kalem sejak menikah, namun David masih mengingat masa- masa remaja adiknya yang bergejolak. la membantu Romeo karena ayah mereka tidak pernah bisa melakukannya, dan Romeo sama sekali tidak ingat pada ibu mereka. David sendiri hanya punya sedikit kenangan berharga... dan terkadang ia lebih memilih melupakan kenangan-kenangan tersebut. "Tetap saja." Sandara berkeras dengan nada menggoda yang sama, "aku ingat nasihat-nasihatmu padaku. Ketika aku memetik beberapa tangkai bunga dari tamanmu, kamu jelas melotot. Kamu membuatku takut.

"Maksudmu semua bunga mawar itu." Bunga-bunga itu kesukaan ibu David, dan seingatnya ia marah besar pada Sandara karena memetik semuanya.

"Apakah memang semuanya?" Alis Sandara melengkung kaget. "Ya ampun. Aku memang anak nakal, ya?"

"Aku tidak bilang begitu." gumam David, dan dibalas dengan tawa serak yang membuatnya merasa seakan ia baru saja menusukkan jari ke steker listrik. Sekujur tubuhnya terasa tegang, hidup, dan berdenyut dengan gairah murni. Malam ini benar-benar kesalahan. la bermain api dan meski ia bisa menangani sedikit luka bakar, Sandara jelas tidak bisa. Itulah mengapa ia selalu menjauh, dan mengapa ia seharusnya tetap seperti itu. Sekarang ia bisa saja sedang makan malam bersama Andine Mayangsari, aktris muda yang baru naik daun dan sikap membosankan,anggota dewan dalam tiga yayasan sosial. Singkatnya, tipe wanita yang ingin dinikahinya. Sandara menatap ke luar jendela ke arah lalu lintas remang-remang, jalanan Jakarta yang sedikit licin karena hujan.

Lampu-lampu warna warni telah terpasang di sepanjang jalan Sudirman dan cahayanya memantul di trotoar.

"Kita mau ke mana?" tanya Sandara saat David berbelok ke sebelah kanan setelah lampu merah.

"Amus Gourmet." sahur David dan Sandara tertawa kecil. "Seharusnya aku sudah tahu. Tempat mewah dan terhormat serta sedikit membosankan."

"Seperti aku?" David sembari menepi ke pinggir gedung.

Sandara manis, la memang menyinggung David dengan kata-katanya yang spontan. "Kamu yang bilang, bukan aku."

"Kamu tidak perlu mengatakannya. Selain itu, Amus sudah direnovasi selama beberapa tahun ini. Kamu mungkin akan menyadari hal yang sama denganku." David memberikan kunci pada petugas valet dan membantu Sandara keluar dari mobil. Tangannya kuat dan kokoh saat membantu Sandara keluar dari mobil mewah yang beratap rendah,hal yang tidak mudah dilakukan dengan sepatu tumit tinggi serta rok pendek Sandara dan tetap menggenggam tangan Sandara saat memandu gadis itu memasuki restoran. Sandara tidak memprotes, meski ia seharusnya melakukan hal itu. Ada sesuatu yang menenangkan serta sangat menyenangkan dalam cara jemari David bertaut dengan jemarinya, genggaman pria itu mantap dan kuat..

Hal itu mengingatkan Sandara pada saat-saat ia masih remaja, dan tidak peduli apa yang ia lakukan serta ke mana ia pergi, ia selalu percaya David akan ada di sana untuk menyelamatkannya. Memarahinya juga, tidak perlu diragukan lagi, tapi ia selalu tahu dirinya aman bersama David.

Namun saat David menatapnya, mata pria itu berkilau, mengubahnya menjadi sewarna tajam yang gelap, Sandara harus mengakui ada sesuatu tentang menggenggam tangan David yang tidak terasa seperti saat ia masih remaja. Sebenarnya bahkan terasa cukup berbeda,cukup berbeda sehingga kegelisahan baru yang aneh mengguncang dirinya. la tersenyum serta menarik tangannya dari genggaman David saat pelayan memandu mereka menuju meja tersembunyi di sudut restoran ikonis tersebut.

"Jadi, apa tepatnya yang kita rayakan?" tanya Sandara sembari membuka menu dan mulai mengamati. "Rayakan?"

"Aku tidak ingat kapan terakhir kali kamu mengajakku makan malam, jika memang pernah."Bibir David berkedut. "Selalu ada yang pertama untuk segalanya."

"Kurasa begitu, tapi..." Sandara terdiam, menelengkan kepala sembari menatap David. Rambut pria itu sedikit lembap dan berantakan karena hujan, wajahnya menunjukkan ekspresi serius yang menggemaskan saat mengamati daftar menu makanan. Sandara bisa melihat bayangan samar janggut di rahang David, dan itu membuat David terlihat sangat menarik. Bahkan seksi, hal yang menggelikan karena ia tidak pernah memandang David dengan cara itu Kecuali saat itu, dan itu tidak akan terulang kembali. "Apa kamu mengawasiku?" tanya Sandara, dan David mengalihkan pandangan dari daftar menu makanan.

"Mengawasimu? Kedengarannya kamu merasa bersalah. San. Terlalu banyak bergaul?"

"Bukan, hanya saja..." Sandara terdiam, tidak yakin bagaimana mengatakan betapa anehnya berada di sini bersama David, rasanya seperti mereka berkencan. Hal yang menggelikan, karena ia tahu David tidak menganggapnya seperti itu bukankah pria itu telah membuktikannya di lantai dansa delapantahun lalu? Sandara cukup yakin tidak ada yang berubah tentang itu.

Tentu saja, dirinya sudah berubah. la tumbuh dewasa dan melupakan momen cinta monyet konyol bersama David yang kalem dan kaku. Meski ia senang bisa makan malam bersama teman lama keluarganya, ia tidak yakin dirinya menginginkan semacam nasihat. Apakah ayahnya meminta David mengawasinya, ketika sekarang pria itu kembali sebentar ke Jakarta? Mungkin saja.

"Tolong jangan menasihatiku tentang kehidupanku saat ini," katanya, menggoyangkan jari ke arah David. David menggeleng. Memandang Sandara tak acuh.

Bab terkait

  • MY SWEET CEO   PERCAKAPAN INTENS

    "Kurasa kamu sudah tidak muda lagi untuk dinasihati, San. Kecuali, tentu saja, jika kamu masih nakal seperti dulu." Ada kesan jail dalam senyum David, matanya berkilat dalam cahaya lampu lampu kecil remang-remang ruangan itu, dan Sandara merasa perutnya kembali membuncah. David kembali mengalihkan pandangan ke menu dan Sandara memutuskan ia pasti hanya membayangkan senyum serta pandangan jail itu. Tidak ada yang jail tentang David Wijaya. Pria ini penduduk paling taat hukum yang pernah ia kenal."Aku janji tidak akan bersikap konyol lagi," balas Sandara, mengibaskan rambut, dan David memberikan isyarat pada pelayan supaya mendekat untuk mencatat pesanan mereka.Sandara memberitahukan pesanannya kemudian memandang sekeliling ruangan saat David memberitahukan pesanan pria itu sendiri, dengan suara pelan yang tidak terlalu didengarkan Sandara. Sebagian besar tamu adalah adalah kalangan atas yang sedang membuat kesepakatan, atau sosialita yang cukup berada. Tempat ini memang sedikit membo

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • MY SWEET CEO   KRITERIA DAVID

    "Itu sebuah pandangan yang cukup sinis," balas Sandara sesaat kemudian. la kembali merasakan sedikit kekecewaan dan menahannya. Apa pedulinya tentang pandangan David mengenai cinta atau pernikahan?"Apa yang membuatmu memandang cinta seperti itu?"David mengangkat sebelah bahu. "Pengalaman, mungkin. Siapa saja bisa berkata mereka mencintai seseorang. Itu hanya kata-kata yang bisa kamu percayai atau tidak. Pada akhirnya, kata-kata itu tak membuat banyak perbedaan." David mendadak terdiam, mengernyit, seakan kata-katanya sendiri memicu pemikiran atau kenangan yang tidak menyenangkan. Kemudian ekspresinya berubah, seolah dipaksakan, dan ia melirik Sandara sembari tersenyum. "Menurutku, jauh lebih baik menikah dan ya, bahkan mencoba daripada membicarakan tentang cinta atau berkhayal, seperti yang terjadi sekarang." Matanya berkilat dengan kelakar penuh pemahaman, dan Sandara mengakui artinya dengan tertawa kecil meski ia bertanya-tanya pengalaman apa yang membuat David begitu sinis mengar

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • MY SWEET CEO   SINDIRAN UNTUK SANDARA

    Acara makan malam itu berjalan menyenangkan, dan Sandara lega karena percakapan berubah pada hal-hal yang lebih ringan. Hati angsanya enak, meski tidak ada yang spesial, dan Sandara menyadari dirinya menikmati mengobrol ringan dengan David mengenai hal-hal yang tampaknya tidak penting seperti politik atau film terbaru. Ia lupa betapa sedikitnya selera humor David, jadi terkadang butuh waktu beberapa detik untuk menyadari pria itu bercanda."Apakah kamu rindu berlibur?" tanyanya ketika pelayan mengambil piring-piring mereka. "Karena kamu berencana tinggal di Jakarta sementara waktu.""Akan ada hal-hal lain yang membuatku sibuk," sahut David santai.Sandara mengatupkan bibir. "Urusan pribadi itu.""Kamu agak penasaran dengan hal itu.""Hanya karena aku tidak bisa membayangkan apa itu. Kamu selalu terbuka, David. Tidak ada rahasia. Tidak ada kejutan ataupun hal lain yang membuatku untuk penasaran."David mengetukkan jemari ke meja. Pria itu punya jemari yang cukup bagus, pikir Sandara sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • MY SWEET CEO   BUKAN KRITERIA DAVID

    "Sepertinya kita harus lebih saling mengenal lagi, San."Sebelum Sandara bisa menjawab, atau bahkan mencerna maksud perkataan David, petugas valet telah mengantarkan Ferrari milik David. Ia menyelinap ke dalam interior kulit tersebut, kepalanya disandarkan ke kursi saat dunia berputar di sekelilingnya. Jelas terlalu banyak minum wine."Sandara yang malang," bisik David sembari menjauhi trotoar. "Apakah kamu makan sesuatu hari ini?""Beberapa potong kue cokelat saat makan siang," jawab Sandara sambil mendesah. "Aku menjaga berat badanku dengan ketat, tapi bahkan ini sudah sedikit berlebihan untukku." Ia merasa perutnya bergolak dan meringis. "Kuharap," kata David, "kamu tidak berniat muntah di mobilku,kan?"Sandara berusaha tertawa, meski itu benar-benar mungkin terjadi. "Jika memang begitu," katanya, "itu karena ayamnya tidak enak, bukan karena aku terlalu banyak minum."David tertawa pelan. "Mungkin kamu seharusnya memesan steak sapi." la mengulurkan tangan dan meletakkannya di kenin

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • MY SWEET CEO   KATA KATA TAJAM DAVID

    Sandara terjaga dari tidurnya yang seperti orang mati dengan sakit kepala parah yang membuatnya kebal pada siapa pun, termasuk David. la masih sedikit gelisah dan khawatir karena makan malam kemarin, meski tidak bisa menjelaskan alasannya. David baik sekali karena mengajaknya keluar dan, karena Sandara bisa bersikap lebih rasional terhadap berbagai hal pada pagi hari, ia cukup jujur untuk mengakui David berhak mengawasinya. Ia sudah menduganya bertahun-tahun lalu, dan terkejut bahkan sedikit terluka ketika pria itu pergi begitu tiba- tiba setelah menerimanya bekerja di perusahaannya. Jadi, kenapa sekarang hal itu mengusiknya? Ia mengakui, bagian percakapan mereka yang itu tidak mengusiknya. Bagian yang lainlah yang mengusiknya. Bagian yang tersembunyi, cara mata David bersinar penuh pemahaman dan sudut-sudut mulut pria itu naik, serta bisikan pelan yang membuat Sandara merasa dirinya seperti bukan bersama David, setidaknya bukan David yang pernah ia kenal dulu serta yang bisa ia andal

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • MY SWEET CEO   KESAL TANPA ALASAN

    "Ikut campur atau menjodohkan seseorang?""Sama saja.""Itu hanya menurut pendapatmu,David." Sandara meletakkan tangan di dada David, telapak tangannya menempel di bahan kemeja biru langit pria itu, jemarinya secara naluriah mencari kehangatan David di balik kain tersebut. la merasakan jantung David berdetak stabil di bawah telapak tangannya. Ia berniat membuat sentuhan ringan, bahkan tidak ada artinya, tidak lebih dari sentuhan main-main di dada, namun seolah didorong kebutuhan lebih mendalam dan mendasar, Sandara menyadari bukan itu yang terjadi,tangannya bergerak sendiri, jemarinya meregang, mencari, sementara akal sehat terbang dari benaknya."Kamu tidak perlu cemas tentang Anin atau aku," akhirnya ia bicara, mencari kata-kata yang sepertinya tersembunyi jauh dalam benaknya. Ia mendongak menatap David, melihat bintik-bintik sinar tajam di mata pria itu. Mata itu tidak terlihat cokelat sama sekali. Tidak terlihat membosankan sama sekali. Ia menelan ludah. "Kamu tidak perlu mengawas

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • MY SWEET CEO   AJAKAN PESTA

    "Kamu sama denganku,Anin," aku Sandara riang."Kamu harus tahu aku sudah bekerja di sini selama lima tahun." Ia tertarik pada orang, bukan pekerjaannya atau proyek proyek yang sedang di kerjakannya sekarang."Tapi, dia sering datang menemuimu, kan?" tanyanya, dan Anin mengangkat bahu."Kadang-kadang," sahut Anin pelan. Ia bimbang, lalu dengan bersemangat mengakui, "Kurasa kenyataannya memang tidak akan sama dengan yang kubayangkan, ya? Kami sudah lama berteman, dan tentu saja awalnya akan terasa sulit.."Sulit? Sandara mulai jengkel. Anin jelas layak mendapatkan lebih dari sekadar sulit, lebih dari sekadar duduk di rumah menunggu Roy meneleponnya. "Begini saja," katanya tiba-tiba, ide muncul dalam benak Sandara dan membuatnya bersemangat, "aku mendapat undangan ke pesta malam ini,kalau tidak salah, acara pembukaan butik baru."Sebenarnya, Sandara tidak yakin acara apa itu,ia menerima belasan undangan setiap minggu, semuanya bercampur aduk dalam benaknya. Namun acara yang mana pun akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • MY SWEET CEO   PRIA ITU MENCIUMNYA

    Sandara merasa pikiran serta tubuhnya seakan membeku, begitu kaget dengan cara David menyentuhnya. Meski bukan itu yang sebenarnya terjadi, yang dilakukan David hanyalah mengembalikan tali bahu gaunnya. Bukan, Sandara terkejut oleh reaksinya sendiri, gairah yang berpacu dalam dirinya bagaikan escream cair yang tidak ia duga dan belum pernah alami sebelumnya. Ia tidak bisa bergerak atau berpikir bahkan bernapas. Kerumunan orang bergerak serta melewati mereka, dan Sandara merasa seakan dirinya dan David terpaku di tempat. Ibu jari David kembali membelai tulang selangkanya, pria itu menatap matanya tajam dan penuh emosi.Entah bagaimana, perlahan, seakan dirinya berada dalam pusaran angin, Sandara bergerak. Ia melangkah mundur dengan goyah, menggeleng lebih kuat daripada yang dibutuhkan atau niatkan, winenya memercik dan rambutnya tergerai. "Perdebatan ini tidak berguna," katanya."Anin seorang wanita dewasa dan bisa melakukan apa pun yang dia inginkan. Begitu pula Roy dan Stevan dan jug

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25

Bab terbaru

  • MY SWEET CEO   BERLANJUT

    David mencium kening Sandara dengan lembut,"Bagus. Bersiaplah pukul tujuh. Aku akan menjemputmu dari apartemenmu," kata David."Baiklah. Aku akan bersiap." Jawab Sandara lega.Hari ini berlalu secepat yang ia inginkan. Sandara meninggalkan kantor sedikit lebih awal setelah meminta ijin pada David. Sandara merada sangat bahagia tetapi pada saat yang sama dia tidak bisa berhenti memikirkan tentang ranjang bersama David. Dan lagi pula jika mereka benar-benar akan melakukannya lagi, seperti apa jadinya nanti. Sandara benar-benar takut sekarang. Baiklah, jangan pikirkan sesuatu yang mungkin tidak terjadi malam ini. Dan pikirkan tentang apa yang akan terjadi. Kami akan makan malam yang enak dan biarkan sisanya menjadi misteri.Sandara sampai di apartemennya pukul enam dan segera bersiap-siap. Karena dia tahu Davif sangat tepat waktu. Sandara mengenakan gaun berwarna anggur di atas lingerie barunya. Karena gaun ini tanpa tali, Sandara memutuskan untuk memadukannya dengan kalung berwarna nude

  • MY SWEET CEO   KENCAN DADAKAN

    Saat David berjalan menuju kantor, David melihat Sandara berbicara dengan seorang pria yang mungkin salah satu dari pegawainya di kantornya. Pria itu berbicara dengan Sandara tentang sesuatu dan yang ingin David lakukan saat ini hanyalah menendangnya. David pergi mendekati mereka berdua dan memanggil Sandara ke ruangannya dengan nada yang sedikit kasar. Nada kasar yang di keluarkannya itu hanya untuk menakut- nakuti pria yang bersama Sandara agar mereka segera mengakhiri pembicaraan itu. Pria itu tidak bisa menatap gadis miliknya dengan tatapan menginginkan. David berjalan kembali ke ruangannya dan menunggu Sandara. David merasakan sesuatu yang aneh. Sikap posesif ini baru saja di rasakannya. Hal seperti ini belum pernah dirasakannya. Dorongan untuk melindungi, memperjuangkan, dan menyelamatkan Sandara hanya untuk dirinya sendiri. Sandara membuatnya kuat, tetapi di saat yang sama Sandara adalah kelemahannya. David merasa rentan di dekat Sandara. Bagaimana mungkin satu wanita mungil

  • MY SWEET CEO   PENGAKUAN HATI DAVID

    Ini adalah minggu yang sangat panjang dan melelahkan. Sandara menggenggam cangkir kopinya di dapur rumahnya , keletihan membuat seluruh tubuhnya nyeri. Namun bahkan di tengah keletihan ia merasakan kelegaan yang manis, semalam ayahnya sadar. Ini akan menjadi jalan yang panjang serta sulit, dan ayahnya tidak akan pernah sembuh total. Sandara tahu itu, ia mendengar para spesialis membahas kemampuan bicara dan bergerak yang terbatas, penggunaan kruk atau kursi roda. Sulit untuk menerima itu, tapi itu masih lebih baik daripada pilihan yang satu lagi. Itu sesuatu. Dan sesuatu itu sudah cukup. David datang mengunjungi Tuan Wijaya setiap hari selama seminggu ini, pulang-pergi dari Jakarta, dan Sandara menyambut serta menghargai kehadiran pria itu lebih daripada yang bisa ia katakan. Sandara tidak mengatakannya, karena sebagian dirinya ingin mengatakan pada David betapa berarti pria itu baginya, betapa ia mencintai David. Namun tentu saja itu tidak ada gunanya saat ini. David datang seba

  • MY SWEET CEO   PENGAKUAN TUAN WIJAYA

    Bulan berganti bulan dan Sandara mengingat kembali percakapannya dengan Agatha, serta hampir setiap momen yang ia lewatkan bersama David. la ingat hal-hal kecil, hal-hal yang diabaikan atau dilupakannya yang mendadak terasa penting sekarang. Cara David tersenyum, dan betapa manis sentuhan pria itu. Godaan-godaan lembut David, yang selalu dinikmati Sandara sampai hatinya terjerat dalam godaan itu. la ingat bagaimana dirinya selalu memercayai David, selalu tahu pria itu akan menjaganya tetap aman. Kenangan-kenangan tersebut terus melintas dalam benaknya dan membuatnya gelisah serta merindu, berharap setidaknya bisa bertemu David lagi. Menanyakan padanya... apa? Apa yang bisa ia katakan? Aku tidak peduli jika kamu hanya mencintaiku sedikit. Aku tidak butuh ekspresi hebat apa pun... Tapi ia bahkan tidak tahu apakah David memang mencintainya. Ia cukup yakin tidak, dan tidak ada ekspresi yang bisa menyatakan hal itu. Mereka tidak punya hubungan. Tidak punya masa depan. Tidak ada apa p

  • MY SWEET CEO   MAKAN SIANG BERSAMA AGATHA

    Meski tubuh Sandara mendambakan David dan benaknya berkeras bahwa ini sudah cukup, hatinya lebih tahu. Dan ketika David melepasnya dengan tiba-tiba hingga ia mundur selangkah, Sandara tidak mengatakan apa pun. Davidlah yang berbicara. "Selamat tinggal," katanya dan membelakangi Sandara. Sandara berdiri di sana sesaat, kehilangan, malu, pedih saat air mata muncul serta menyengat matanya. Ia mengerjap-ngerjap, menelan gejolak emosi yang ditimbulkan ciuman David dan meninggalkan ruang kerja pria itu tanpa sepatah kata pun. Seharusnya tidak terasa semenyakitkan ini. David tetap mengarahkan pandangan ke jendela saat mendengar pintu ditutup pelan. Ia berharap mengucapkan selamat tinggal pada Sandara akan memacu tubuh serta benaknya melupakan gadis itu. Lupakan itu. Seluruh tubuhnya nyeri, nyeri dengan pemahaman bahwa ia kehilangan Sandara, ia mencintai Sandara. Tidak. Ia tidak mencintai Sandara Loise. Ia tidak akan menenggelamkan diri dalam perasaan tak berguna itu, resep bagi kesediha

  • MY SWEET CEO   PERPISAHAAN

    Hujan sudah mulai reda saat Sandara kembali ke kantor setelah libur akhir tahun. Suasana hatinya serupa dengan cuaca suram tersebut, yang ia rasakan sejak percakapan menyakitkan terakhir dengan David. Ia belum bertemu David sejak Hari terakhir mereka makan bersama, David meninggalkan rumah sore itu untuk kembali ke Jakarta dan bekerja. Sekarang, saat menyeret dirinya kembali ke kantor, Sandara bertanya-tanya apakah ia akan bertemu David. Apa yang akan dikatakan pria itu. Apa yang akan dirinya sendiri katakan. Benaknya terasa hampa dari kata-kata, bahkan pikiran. Ia merasa kebas, walau hal itu masih membiarkan dirinya menyadari kesedihan menganga yang mengaburkan sudut-sudut benaknya, ia merasa seolah sedang berseluncur di atas es yang sangat tipis dan bisa jatuh serta tenggelam dalam pusaran emosi kapan saja. Anin menyambutnya di ruang tunggu, terlihat berseri-seri dan gembira. Sepertinya, pikir Sandara dengan lega sekaligus getir, Anin telah pulih dari perlakuan buruk Stevan. "S

  • MY SWEET CEO   PENOLAKAN

    Kata-kata yang keluar dari bibir David bergema di benak Sandara, namun itu tidak masuk akal baginya. David jelas tidak mengatakan tidak bermaksud akan melamarnya saat ini juga. "Kamu bilang apa?" kata Sandara, suaranya tidak lebih dari bisikan gemetar. "Aku mau kamu menikah denganku, Sandara. Aku telah memikirkannya sepanjang minggu dan kusadari itu masuk akal." "Masuk akal," ulang Sandara kaku. David terdengar begitu logis. "Sudah kukatakan padamu aku mencari istri..." "Dan kamu juga mengatakan padaku aku tidak termasuk dalam daftar," Sandara mengingatkan. Ia mendengar luka dalam suaranya namun tidak peduli. Ia merasa begitu kewalahan, sangat kesal, terlalu marah untuk menyembunyikan perasaannya.David terlihat agak bingung dengan pernyataan Sandara, namun kemudian ia tersenyum lepas dan membentangkan tangan lebar-lebar. "Aku berubah pikiran." "Oh, begitukah?" Sandara tertawa, singkat dan tajam, bagaikan tembakan senjata. "Jadi, apakah ini sebuah lamaran?" Sandara kembali melih

  • MY SWEET CEO   AKU MAU KAMU MENIKAH DENGANKU

    Sandara keluar dari mobil ayahnya dan mendongak menatap Rumah bergaya klasik dan mewah dengan ngeri serta merasakan firasat yang buruk. David berada di dalam rumah itu. Hanya bayangan akan melihat pria itu lagi saja sudah mengusik benaknya, membuat tangannya berkeringat dan jantungnya berdebar terlalu kencang. "Siap, Sayang?" Ayahnya tersenyum menatapnya yang tampak ragu, dan Sandara kembali diserbu perasaan betapa tua ayahnya terlihat sekarang. Ayahnya tidak terlihat lemah, tapi pria itu melangkah dengan hati- hati di permukaan berbatu yang sedikit menanjak. Sandara menggandeng ayahnya, memantapkan pria itu tanpa terlihat disengaja. "Sepertinya bakal menyenangkan," kata Sandara, berusaha santai. "Pertemuan keluarga yang menyenangkan." Seandainya demikian. Telunjuk ayahnya menunjuk Land Rover yang diparkir di jalan masuk. "Sepertinya Agatha dan Romeo sudah tiba." Untunglah Agatha yang membuka pintu. Saat Sandara diam-diam melirik sekeliling ruang depan yang besar dan luas terse

  • MY SWEET CEO   PULANG KERUMAH

    David berdiri di ruang depan, memilah percakapan selama beberapa menit terakhir tadi. Ia merasa gelisah serta jengkel dan, anehnya, sedikit terluka. Perasaan terakhir itu menggelikan, karena Sandara jelas bertindak seperti biasanya, seperti yang ia ingin gadis itu lakukan. Lagi pula, ini hanya afair. Sandara... bersikap acuh tak acuh.Jadi, kenapa ia tidak menyukainya?Mengapa ia merasa seakan dirinya baru saja diputuskan? Dengan sengaja?Dialah yang biasanya menjauh, yang pergi setelah kencan satu malam. Satu malam. Namun Sandara baru saja meninggalkannya. Pemikiran itu membuatnya merasa jengkel. Terhina. Terluka. Ia berbalik dari lift, bertekad untuk tidak memikirkan hal itu, atau mengapa Sandara pergi begitu mendadak. Tidak peduli. Banyak hal yang perlu ia lakukan hari ini, termasuk menyusun daftar calon istri yang disinggung Sandara. Lagi pula, ia memang perlu mencari istri.Meski sekarang pemikiran itu memenuhinya dengan perasaan gelisah, ketidakpuasan yang menyakitkan.Sandara b

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status