Share

LIMA

Penulis: Shisheyky
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Berdamai dengan takdir adalah sebaik-baiknya pilihan. Bila kamu terima apa yang ditakdirkan, pasti kamu tak akan semudah itu mempersalahkan.”

Jam istirahat telah berbunyi seperti biasa. Kedua sahabat Ara pergi ke

kantin, sedangkan gadis itu makan bekal di kelas. Hingga bekalnya habis,

jam istirahat masih tersisa, juga teman-temannya belum kembali ke kelas.

Bosan, ia memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak di taman sekolah.

Sepertinya berada di sana akan sedikit menenangkan pikiran.

Ara memilih untuk duduk di kursi yang telah disediakan. Dilihatnya

bunga-buga mekar yang tampak indah. Awan teduh memayungi ditambah

angin sepoi berembus.

Tiba-tiba terlintas di pikiran Ara tentang kejadian samar yang

terekam di benak. Apakah keluarga mencarinya? Mengapa dirinya

sangat sulit mengingat apa yang terjadi di masa lalu? Potongan-potongan

kecil memorinya tidak lengkap dan cenderung samar. Namun, yang

diingatnya, ia memiliki keluarga, beberapa kakak laki-laki, ayah juga ibu

yang baik, hingga tiba-tiba ia dibawa oleh seorang laki-laki yang tidak

dikenali. Sayang, wajah-wajah di dalam ingatannya memburam hingga ia

tidak mengenali mereka secara utuh.

Gadis itu selalu berdoa dapat dipertemukan kembali dengan

keluarganya. Meski sekarang ini ia sudah bersyukur memiliki bunda juga

adik-adik di panti yang begitu disayanginya. Ia tidak iri dengan orang

lain karena memiliki orang-orang yang sayang padanya. Tanpa sadar, air

matanya sudah mengalir hingga seseorang mengagetkan “Lo siapa? Ngapain lo di sini?” tanya laki-laki itu seraya menepuk

pundak Ara.

Kaget, gadis itu terburu menghapus air mata yang mengalir. “Nggak

apa-apa, kok, Kak,” jawabnya seraya menunduk. Sesaat setelah melirik

bet yang menempel di lengan kakak kelasnya, membuat ia semakin

menunduk. Sangat jarang ia berbicara dengan kakak kelas.

“Boleh gue duduk di sini?”

Ara mengangguk sebagai respons atas pertanyaan laki-laki itu, tetapi

sama sekali tidak berani menoleh dan terus saja menatap sepatu yang

dipakainya.

“Tatap gue kalau lagi ngomong. Emang ngeliatin apa, sih, di bawah?”

Mendengar itu, Ara mendongak. Namun, seketika itu, dua pasang netra

bersitatap. Mereka terdiam sejenak.

Mata itu kenapa mirip sekali sama dia?

Hanya beberapa saat, Ara dan laki-laki itu lekas memutuskan kontak.

Gugup menyergap, sepi menyelimuti.

Berdeham, Ara bertanya untuk sedikit mencairkan suasana, “Kakak

sendiri ngapain di sini?”

“Ini tempat nenangin diri gue sendiri.” Laki-laki itu melirik Ara yang

hanya diam dengan kaki berayun. “Gue baru liat lo. Emang lo anak baru?”

“Oh, ini pertama kali gue ke sini, Kak. Biasanya cuma diem di kelas.”

Hening kembali berkuasa. Tidak ada pembicaraan lebih lanjut hingga

tanpa sengaja laki-laki itu melihat kalung yang menggantung di leher Ara.

Ia sungguh terkejut, rasa penasaran pun muncul.

“Gue boleh nanya?” tanya laki-laki itu. Tentu saja Ara menoleh ketika

mendengarnya. “Kalung lo itu dapet di mana?”

“Ooh, ini.” Gadis itu menyentuh bandul berupa inisial hurufdi

kalungnya. “Ini dikasih sama keluarga gue. Udah lama banget, bahkan

sekarang gue nggak tahu mereka ada di mana dan gue nggak inget detail

soal mereka.”

Tatapan Ara terarah ke langit. “Yang gue inget cuma dua nama depan.

Alvara Catarina atau mungkin Kakak tahu singkatan sisanya? ACQAE?”

Laki-laki itu mematung mendengarnya. Nama itu sama. Apa dia benar

princess gue yang hilang? Apa benar dia Alvara, satu-satunya anak

perempuan di keluarga gue yang hilang? Apa gue harus ngelakuin tes

DNA buat ngebuktiin itu beneran dia yang gue cari?

Ara yang melihat laki-laki di sampingnya bengong pun ikut

bingung. Apa ada yang salah dengan kalimatnya? Mencoba beberapa kali

memanggil, tetapi tidak ada sahutan dari laki-laki itu. Ia melambai di

depan wajah laki-laki itu

“Eh ... nggak,” jawab laki-laki itu tergagap.

Bersamaan dengan itu, terdengar suara bel pertanda istirahat telah

usai.

“Yah, udah bel, nih, Kak. Gue duluan, ya!”

“Tunggu!” Laki-laki itu mencegah, membuat langkah Ara terhenti.

“Pulang sekolah bareng gue!”

Ara tersenyum. “Maaf, Kak, gue pulang sekolah harus kerja.”

“Kerja? di mana?”

“Di Kafe Kembang. Kalau gitu, gue permisi, ya, Kak!”

Setelah Ara pergi, laki-laki itu masih termenung. “Apakah dia yang

dimaksud abangku kemaren?”

***

“Ada apa, Boy? Kenapa memanggil kita semua?”

Saat ini beberapa anggota keluarga sedang berkumpul di ruang tamu atas

permintaan laki-laki yang merupakan keponakan dari keluarga.

“Aku tadi ketemu seseorang yang mirip banget sama dia,” ucap lakilaki itu menggebu yang tentu saja mengejutkan banyak orang. “Wajah

sama matanya, mirip, bahkan dia punya kalung inisial ACQAE!”

“Mas, aku yakin dia putriku. Cepat, Mas, bawa pulang,” mohon Rossa

kepada suaminya.

“Iya. Daddy juga akan membicarakan hal penting.” Sorot mata Sauqi

tampak serius. “Orang suruhan saya kemarin menemukan fakta baru.

Anak saya yang selama ini dicari ternyata satu sekolah dengan kalian.

Selain itu, ada fakta bahwa dia tinggal di panti. Dia yang memiliki kalung

inisial memang putriku. Seseorang yang selama ini kita cari.”

Seluruh orang yang ada di ruangan mematung mendapati bahwa

pencarian yang selama ini dilakukan akhirnya menemukan titik temu.

Air mata bahkan lolos dari wajah seorang ibu yang amat rindu putri

kecilnya.

“Ayo, Mas, kita jemput.”

“Kita bersiap-siap dulu. Esok atau lusa kita akan menjemputnya.

Bab terkait

  • MY FAMILY IS VERY POSSESSIVE    ENAM

    “Jika ini mimpi, kumohon, jangan bangunkan aku. Aku ingin merasakankebahagiaan ini lebih lama lagi walau hanya sekadar mimpi.”Ara melangkah terburu untuk mengantarkan pesanan padapelanggan. Hari yang cukup sibuk di tempat kerja karena sedang ramairamainya didatangi pelanggan. Ia sampai di depan sebuah meja ditempatisatu orang laki-laki yang tampak terlihat sibuk sekali dengan laptop.“Permisi,” ucap Ara sopan, kemudian diangsurkannya gelasdari nampan. Entah karena tangannya terlalu licin atau kurang kuatmenggenggam gelas, minuman tersebut seketika tumpah mengenailaptop.Sontak laki-laki itu langsung terkejut. Murkanya memuncak karenasegala hal yang sedang dikerjakan musnah. “Lo buta, hah?! Nggak bisahati-hati?! Nganterin minum doang nggak becus!”“Maaf ... Kak. Saya nggak sengaja,” ujar Ara dengan bibir bergetar. Iamenunduk ketakutan.“Dengan kata maaf apa laptop gue bisa idup lagi?! Sekarang gue maulo tanggung jawab! Ganti laptop gue!”Menggeleng takut, gadis itu semakin m

  • MY FAMILY IS VERY POSSESSIVE    TUJUH

    “Takdir yang indah.”Saat ini Ara dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Gadis itu diapitoleh kedua abang, sedangkan orang tuanya berada di depan karena hariini enggan memakai sopir.Dua remaja laki-laki yang saat ini bersama Ara merupakan anakkelima dan keenam Tuan Sauqi dan Nyonya Rossa, yaitu Alden AddiesonAnderson Elizabeth dan Alvaro Dirgantara Anderson Elizabeth yangkerap disapa Alden dan Aro. Alvaro sendiri merupakan saudara kembardari Ara.Mobil Tuan Sauqi sudah berada di halaman rumah mewah nan besarmiliknya. Ara turun dari mobil, menatap kagum bangunan di depan,lebih tepatnya mansion atau wastu.“Ini sekarang menjadi rumah Ara juga,” kata Sauqi seakan mengertiakan perasaan takjub anak gadisnya.“Ayo, Princess,” ajak Alden untuk masuk, tetapi Ara tetap berdiam didepan pintu rumah.Heran, Aro bertanya, “Kenapa Princess diam saja?”“Ara takut. Bagaimana kalau mereka nggak mau nerima Ara lagi?”“Mereka sekarang sangat merindukanmu, Sayang. Mana mungkinmereka tidak mener

  • MY FAMILY IS VERY POSSESSIVE    DELAPAN

    Pahit berujung manis.”Ketiga putra Sauqi sudah sampai rumah dan berkumpul di mejamakan serta anggota keluarga lainnya, kecuali Ara karena perempuan itumasih membersihkan badan.“Ada masalah apa sampai menyuruhku pulang?” tanya putra pertamatanpa basa-basi dengan dingin, khas seorang Algeral Anggara AndersonElizabeth. “Jangan bilang, Mom menyuruhku pulang hanya karena rindu.”“Ada hal penting yang wajib kalian ketahui, terutama kalian bertiga.”“Apa?” tanya putra kedua. Ia adalah Andrian Anggara AndersonElizabeth.“Cepatlah, Dad, jangan basa-basi.” Putra ketiga tampak mencebikkesal. Namanya Andreas Leonard Anderson Elizabet.“Kita makan saja dulu. Pasti kalian bertiga sangat capek,” ucap Rossasembari tersenyum.Andri mendengkus sebal. “Kelamaan, Mom.”Rossa menghela napas panjang. “Bentar, Mom panggil dia.”Ketiga laki-laki itu saling berpandangan, tidak mengerti maksudsang mama. Dalam benak juga bertanya, siapa dia?Tak lama setelah itu, Ara datang. Perempuan itu berjalan men

  • MY FAMILY IS VERY POSSESSIVE    PROLOG

    “Takdir Allah jauh lebih baik daripada harapan dan rencanamu.” Pesta yang begitu meriah terselenggara di sebuah mansion milik sebuah keluarga yang begitu harmonis. Semua teman, sahabat, kerabat, keluarga tujuh turunan datang dan berkumpul untuk ikut merayakan pesta ini. Acara besar yang hanya diadakan setahun sekali, yakni saat ini bertambahnya umur anak kembar—berbeda jenis kelamin—yang kini baru menginjak lima tahun. Setelah bernyanyi, meniup kue ulang tahun, serta berdoa bersama, kini para tamu undangan menikmati makanan yang telah disediakan. Semua orang tampak begitu menikmati pesta yang ada. Bercanda, tertawa, hingga berbagi cerita dengan raut wajah bahagia.“Mau balon,” pinta anak perempuan itu kepada abang sulungnya—yang berumur sepuluh—tahun sambil menunjuk balon berwarna merah muda. Ia adalah salah satu dari anak kembar yang sedang berulang tahun. Keduanya kini berada di lantai satu, keluar dari lingkar keramaian ditemani seorang pengasuh."Yang mana, Putri?" tanya lembut s

  • MY FAMILY IS VERY POSSESSIVE    SATU

    "Aku tidak pernah menyangka bahwa takdir membawaku ke sini.”Sebuah mobil menepi di area persawahan daerah Tangerang. Taklama kemudian pintu terbuka dan seorang gadis kecil diturunkan begitusaja, setelahnya kendaraan beroda empat itu melaju, meninggalkan anakperempuan itu sendiri. Ia menangis ketakutan, tetapi tidak tahu harus kemana. Isaknya terdengar memilukan.Seorang perempuan yang sedang berjalan di sekitaran persawahantanpa sengaja mendengar isak tangis anak kecil. Ia mencoba mencarisumber suara, tidak ada rasa takut sama sekali karena ia seorangpemberani.“Astaghfirullah!” pekik perempuan itu saat menemukan anakkecil yang sedang menangis. Ia terburu menghampiri, kemudianmenggendongnya. “Kamu ngapain di sini, anak cantik?”Anak itu tersedu. Wajahnya memerah dengan berurai air mata.Perempuan tersebut memandang penuh iba sembari mengusappunggungnya, menyeka air mata yang mengalir deras.“Cup-cup, udah, ya, jangan nangis. Kamu aman sama saya,” ujarperempuan itu lemah le

  • MY FAMILY IS VERY POSSESSIVE    DUA

    “Kita harus menghargai diri sendiri dengan baik lebih dari apa pun,termasuk pergi dari orang yang tidak pernah menghargaimu.”Pagi menjelang. Seorang perempuan cantik masih tertidur nyenyakdi ranjang. Kamar sederhana, berbagi dengan teman pantinya.Perempuan kecil yang dulu ditemukan menangis di tepi persawahanpada malam hari, kini sudah tumbuh besar, seperti remaja pada umumnya.Tingginya kini 150 senti, wajah dengan pipi gembul, iris sebiru langit,tampak memesona. Kalung berinisal ACQAE selalu bergelantungan dileher. Diingatnya nama lengkap hanya Alvara Catania, sedangkan sisanyatidak ia ketahui. Dari sana, kemudian orang-orang memanggilnya Ara.Seorang wanita datang, kemudian menggoyang-goyangkan tubuhAra dengan pelan. “Sayang, bangun, yuk! Ara Sayang, bangun!”Tak lain dan tak bukan ialah pemilik Panti Asuhan Kasih Bunda.Namanya Nia. Dialah yang menemukan Ara malam itu dan merawatnyahingga sekarang ini. Kesehariannya mengurus panti dibantu satu-duaorang temannya. Sang su

  • MY FAMILY IS VERY POSSESSIVE    TIGA

    “Jangan takut, dunia itu menarik.”Ara masuk bagian belakang kafe tempatnya bekerja. Menyapabeberapa karyawan yang ditemui, lekas berganti seragam di ruang ganti.Setelah dirasa penampilannya rapi, ia segera keluar.“Ara! Mbak minta tolong, ya, bawain minuman ini untuk meja nomertujuh!”Ara menoleh pada Mbak Santi yang memanggil, diterimanya nampantersebut, lantas bergegas mengantarkan pesanan tersebut.“Permisi,” ucap Ara sopan, lalu menata gelas minuman di mejatersebut. Saat ingin berbalik, tangannya dicekal oleh salah satu remaja disana. Ditatapnya laki-laki itu dengan alis berkerut. “Ada apa, Kak?”Kala sepasang mata itu bersitatap, sesuatu di dada menyentak hebat.Mata itu. Ia tidak percaya atas apa yang dilihat bola matanya sendiri.“Bro?” Panggilan temannya membubarkan lamunan.Laki-laki itu tersadar, lalu melepas cekalan, wajahnya berpaling.“Nggak apa-apa.”Meski merasa aneh dengan laki-laki itu, tetapi Ara tidak mau ambilpusing. Ia melenggang pergi untuk melanjutkan pe

  • MY FAMILY IS VERY POSSESSIVE    EMPAT

    "Kepergianmu menciptakan luka lebar dan bagian terparahnya, rindu membuat luka semakin parah.”Di sebuah mansion mewah suasana sepi juga sunyi menyelimuti.Tidak ada ramai yang mengisi karena luka masa lalu yang enggan tertutup.Setiap saat, harap mereka mulai menipis sebab belum ada sama sekalitanda-tanda sosok yang dicari lekas ditemukan. Ingin rasanya menyerah.Sudah belasan tahun mencari-cari, tetapi tak membuahkan hasil samasekali.Wanita paruh baya memandangi figura berisi foto anak kecil yangbegitu cantik, bahkan mungkin sekarang lebih cantik. Air matanyamengalir seiring rasa kerinduan yang kian menggunung. Sosok ibu yangsangat terpukul. Hingga saat ini ia pun masih meyakinkan diri bahwaputrinya masih hidup.“Sayang, kamu di mana? Mom rindu sama kamu. Apa kamu baikbaik saja di luar sana? Setiap hari Mom tidak pernah absen untukmerindukanmu dengan memandang wajah cantik kamu.”Tangis sosok ibu itu terdengar pilu. “Mengapa orang seperti merekajahat kepadamu? Mengapa harus

Bab terbaru

  • MY FAMILY IS VERY POSSESSIVE    DELAPAN

    Pahit berujung manis.”Ketiga putra Sauqi sudah sampai rumah dan berkumpul di mejamakan serta anggota keluarga lainnya, kecuali Ara karena perempuan itumasih membersihkan badan.“Ada masalah apa sampai menyuruhku pulang?” tanya putra pertamatanpa basa-basi dengan dingin, khas seorang Algeral Anggara AndersonElizabeth. “Jangan bilang, Mom menyuruhku pulang hanya karena rindu.”“Ada hal penting yang wajib kalian ketahui, terutama kalian bertiga.”“Apa?” tanya putra kedua. Ia adalah Andrian Anggara AndersonElizabeth.“Cepatlah, Dad, jangan basa-basi.” Putra ketiga tampak mencebikkesal. Namanya Andreas Leonard Anderson Elizabet.“Kita makan saja dulu. Pasti kalian bertiga sangat capek,” ucap Rossasembari tersenyum.Andri mendengkus sebal. “Kelamaan, Mom.”Rossa menghela napas panjang. “Bentar, Mom panggil dia.”Ketiga laki-laki itu saling berpandangan, tidak mengerti maksudsang mama. Dalam benak juga bertanya, siapa dia?Tak lama setelah itu, Ara datang. Perempuan itu berjalan men

  • MY FAMILY IS VERY POSSESSIVE    TUJUH

    “Takdir yang indah.”Saat ini Ara dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Gadis itu diapitoleh kedua abang, sedangkan orang tuanya berada di depan karena hariini enggan memakai sopir.Dua remaja laki-laki yang saat ini bersama Ara merupakan anakkelima dan keenam Tuan Sauqi dan Nyonya Rossa, yaitu Alden AddiesonAnderson Elizabeth dan Alvaro Dirgantara Anderson Elizabeth yangkerap disapa Alden dan Aro. Alvaro sendiri merupakan saudara kembardari Ara.Mobil Tuan Sauqi sudah berada di halaman rumah mewah nan besarmiliknya. Ara turun dari mobil, menatap kagum bangunan di depan,lebih tepatnya mansion atau wastu.“Ini sekarang menjadi rumah Ara juga,” kata Sauqi seakan mengertiakan perasaan takjub anak gadisnya.“Ayo, Princess,” ajak Alden untuk masuk, tetapi Ara tetap berdiam didepan pintu rumah.Heran, Aro bertanya, “Kenapa Princess diam saja?”“Ara takut. Bagaimana kalau mereka nggak mau nerima Ara lagi?”“Mereka sekarang sangat merindukanmu, Sayang. Mana mungkinmereka tidak mener

  • MY FAMILY IS VERY POSSESSIVE    ENAM

    “Jika ini mimpi, kumohon, jangan bangunkan aku. Aku ingin merasakankebahagiaan ini lebih lama lagi walau hanya sekadar mimpi.”Ara melangkah terburu untuk mengantarkan pesanan padapelanggan. Hari yang cukup sibuk di tempat kerja karena sedang ramairamainya didatangi pelanggan. Ia sampai di depan sebuah meja ditempatisatu orang laki-laki yang tampak terlihat sibuk sekali dengan laptop.“Permisi,” ucap Ara sopan, kemudian diangsurkannya gelasdari nampan. Entah karena tangannya terlalu licin atau kurang kuatmenggenggam gelas, minuman tersebut seketika tumpah mengenailaptop.Sontak laki-laki itu langsung terkejut. Murkanya memuncak karenasegala hal yang sedang dikerjakan musnah. “Lo buta, hah?! Nggak bisahati-hati?! Nganterin minum doang nggak becus!”“Maaf ... Kak. Saya nggak sengaja,” ujar Ara dengan bibir bergetar. Iamenunduk ketakutan.“Dengan kata maaf apa laptop gue bisa idup lagi?! Sekarang gue maulo tanggung jawab! Ganti laptop gue!”Menggeleng takut, gadis itu semakin m

  • MY FAMILY IS VERY POSSESSIVE    LIMA

    "Berdamai dengan takdir adalah sebaik-baiknya pilihan. Bila kamu terima apa yang ditakdirkan, pasti kamu tak akan semudah itu mempersalahkan.”Jam istirahat telah berbunyi seperti biasa. Kedua sahabat Ara pergi kekantin, sedangkan gadis itu makan bekal di kelas. Hingga bekalnya habis,jam istirahat masih tersisa, juga teman-temannya belum kembali ke kelas.Bosan, ia memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak di taman sekolah.Sepertinya berada di sana akan sedikit menenangkan pikiran.Ara memilih untuk duduk di kursi yang telah disediakan. Dilihatnyabunga-buga mekar yang tampak indah. Awan teduh memayungi ditambahangin sepoi berembus.Tiba-tiba terlintas di pikiran Ara tentang kejadian samar yangterekam di benak. Apakah keluarga mencarinya? Mengapa dirinyasangat sulit mengingat apa yang terjadi di masa lalu? Potongan-potongankecil memorinya tidak lengkap dan cenderung samar. Namun, yangdiingatnya, ia memiliki keluarga, beberapa kakak laki-laki, ayah juga ibuyang baik, hingga tiba

  • MY FAMILY IS VERY POSSESSIVE    EMPAT

    "Kepergianmu menciptakan luka lebar dan bagian terparahnya, rindu membuat luka semakin parah.”Di sebuah mansion mewah suasana sepi juga sunyi menyelimuti.Tidak ada ramai yang mengisi karena luka masa lalu yang enggan tertutup.Setiap saat, harap mereka mulai menipis sebab belum ada sama sekalitanda-tanda sosok yang dicari lekas ditemukan. Ingin rasanya menyerah.Sudah belasan tahun mencari-cari, tetapi tak membuahkan hasil samasekali.Wanita paruh baya memandangi figura berisi foto anak kecil yangbegitu cantik, bahkan mungkin sekarang lebih cantik. Air matanyamengalir seiring rasa kerinduan yang kian menggunung. Sosok ibu yangsangat terpukul. Hingga saat ini ia pun masih meyakinkan diri bahwaputrinya masih hidup.“Sayang, kamu di mana? Mom rindu sama kamu. Apa kamu baikbaik saja di luar sana? Setiap hari Mom tidak pernah absen untukmerindukanmu dengan memandang wajah cantik kamu.”Tangis sosok ibu itu terdengar pilu. “Mengapa orang seperti merekajahat kepadamu? Mengapa harus

  • MY FAMILY IS VERY POSSESSIVE    TIGA

    “Jangan takut, dunia itu menarik.”Ara masuk bagian belakang kafe tempatnya bekerja. Menyapabeberapa karyawan yang ditemui, lekas berganti seragam di ruang ganti.Setelah dirasa penampilannya rapi, ia segera keluar.“Ara! Mbak minta tolong, ya, bawain minuman ini untuk meja nomertujuh!”Ara menoleh pada Mbak Santi yang memanggil, diterimanya nampantersebut, lantas bergegas mengantarkan pesanan tersebut.“Permisi,” ucap Ara sopan, lalu menata gelas minuman di mejatersebut. Saat ingin berbalik, tangannya dicekal oleh salah satu remaja disana. Ditatapnya laki-laki itu dengan alis berkerut. “Ada apa, Kak?”Kala sepasang mata itu bersitatap, sesuatu di dada menyentak hebat.Mata itu. Ia tidak percaya atas apa yang dilihat bola matanya sendiri.“Bro?” Panggilan temannya membubarkan lamunan.Laki-laki itu tersadar, lalu melepas cekalan, wajahnya berpaling.“Nggak apa-apa.”Meski merasa aneh dengan laki-laki itu, tetapi Ara tidak mau ambilpusing. Ia melenggang pergi untuk melanjutkan pe

  • MY FAMILY IS VERY POSSESSIVE    DUA

    “Kita harus menghargai diri sendiri dengan baik lebih dari apa pun,termasuk pergi dari orang yang tidak pernah menghargaimu.”Pagi menjelang. Seorang perempuan cantik masih tertidur nyenyakdi ranjang. Kamar sederhana, berbagi dengan teman pantinya.Perempuan kecil yang dulu ditemukan menangis di tepi persawahanpada malam hari, kini sudah tumbuh besar, seperti remaja pada umumnya.Tingginya kini 150 senti, wajah dengan pipi gembul, iris sebiru langit,tampak memesona. Kalung berinisal ACQAE selalu bergelantungan dileher. Diingatnya nama lengkap hanya Alvara Catania, sedangkan sisanyatidak ia ketahui. Dari sana, kemudian orang-orang memanggilnya Ara.Seorang wanita datang, kemudian menggoyang-goyangkan tubuhAra dengan pelan. “Sayang, bangun, yuk! Ara Sayang, bangun!”Tak lain dan tak bukan ialah pemilik Panti Asuhan Kasih Bunda.Namanya Nia. Dialah yang menemukan Ara malam itu dan merawatnyahingga sekarang ini. Kesehariannya mengurus panti dibantu satu-duaorang temannya. Sang su

  • MY FAMILY IS VERY POSSESSIVE    SATU

    "Aku tidak pernah menyangka bahwa takdir membawaku ke sini.”Sebuah mobil menepi di area persawahan daerah Tangerang. Taklama kemudian pintu terbuka dan seorang gadis kecil diturunkan begitusaja, setelahnya kendaraan beroda empat itu melaju, meninggalkan anakperempuan itu sendiri. Ia menangis ketakutan, tetapi tidak tahu harus kemana. Isaknya terdengar memilukan.Seorang perempuan yang sedang berjalan di sekitaran persawahantanpa sengaja mendengar isak tangis anak kecil. Ia mencoba mencarisumber suara, tidak ada rasa takut sama sekali karena ia seorangpemberani.“Astaghfirullah!” pekik perempuan itu saat menemukan anakkecil yang sedang menangis. Ia terburu menghampiri, kemudianmenggendongnya. “Kamu ngapain di sini, anak cantik?”Anak itu tersedu. Wajahnya memerah dengan berurai air mata.Perempuan tersebut memandang penuh iba sembari mengusappunggungnya, menyeka air mata yang mengalir deras.“Cup-cup, udah, ya, jangan nangis. Kamu aman sama saya,” ujarperempuan itu lemah le

  • MY FAMILY IS VERY POSSESSIVE    PROLOG

    “Takdir Allah jauh lebih baik daripada harapan dan rencanamu.” Pesta yang begitu meriah terselenggara di sebuah mansion milik sebuah keluarga yang begitu harmonis. Semua teman, sahabat, kerabat, keluarga tujuh turunan datang dan berkumpul untuk ikut merayakan pesta ini. Acara besar yang hanya diadakan setahun sekali, yakni saat ini bertambahnya umur anak kembar—berbeda jenis kelamin—yang kini baru menginjak lima tahun. Setelah bernyanyi, meniup kue ulang tahun, serta berdoa bersama, kini para tamu undangan menikmati makanan yang telah disediakan. Semua orang tampak begitu menikmati pesta yang ada. Bercanda, tertawa, hingga berbagi cerita dengan raut wajah bahagia.“Mau balon,” pinta anak perempuan itu kepada abang sulungnya—yang berumur sepuluh—tahun sambil menunjuk balon berwarna merah muda. Ia adalah salah satu dari anak kembar yang sedang berulang tahun. Keduanya kini berada di lantai satu, keluar dari lingkar keramaian ditemani seorang pengasuh."Yang mana, Putri?" tanya lembut s

DMCA.com Protection Status