"VOSCAR! LILAC!" teriak seorang guru yang melihat sepasang kekasih baru saja turun dari mobil.
"Gua bilang apa ... kita akan kena lagi!" kesal Lilac yang memakai tas-nya asal. Lilac menghembuskan nafasnya kasar dan menatap Voscar dengan kesal.
"Maaf, gua lagi mau pamer kekayaan gua," ucap Voscar dengan gaya sombongnya.
BUGH!
"Sakit, Maemunah!" keluh Voscar sambil mengusap bahunya yang baru saja dipukul tas oleh Lilac.
"Bodo amat!" kesal Lilac yang langsung pergi meninggalkan Voscar.
"Gara-gara mau dihukum jadi nyebelin gitu ya?" heran Voscar yang langsung mengikuti Lilac.
Lilac langsung menghadap sang guru diikuti oleh Voscar. Lilac kembali menatap Voscar dengan sebal sedangkan yang ditatap hanya mengangkat sebelah alisnya bingung.
"Engga guna lu jadi pacar!" sarkas Lilac yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Voscar.
"Bilang apa lu barusan?" tanya Voscar dengan datar.
"A-a-anu, itu, ehmm," gugup Lilac sambil melirik kanan dan kiri agar tidak melihat tatapan tajam Voscar.
"Voscar, Lilac!" panggil sang guru yang sudah bosan dengan drama yang sedang dilakukan oleh Voscar dan Lilac.
"Kalian hormat di depan bendera sampai jam istirahat pertama!" perintah sang guru yang bernama Pak Budi. Voscar hanya menganggukkan kepalanya dan meninggalkan Lilac begitu saja. Lilac yang ditinggal hanya menghembuskan nafasnya pelan.
"Ma'af," ucap Lilac yang berdiri di samping Voscar. Voscar hanya diam saja, menghiraukan ucapan Lilac.
"Hmm," dehem Voscar.
Lilac melirik ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada siapapun di lapangan. Tanpa diduga, Lilac mencium pipi kiri Voscar.
"Ma'af," ucap Lilac dengan santai lalu hormat ke arah bendera. Voscar tersenyum tipis sambil menatap Lilac.
"Gimana gua bisa marah kalau lu se-menggemaskan ini?" tanya Voscar dengan pelan.
KRINGG! KRINGG! KRINGGG!
Bel istirahat pertama sudah berbunyi, Voscar dan Lilac langsung bernafas lega dan menurunkan lengannya.
"Pegel banget tangan gua," keluh Lilac yang langsung merenggangkan lengan kanannya.
"Gitu aja ngeluh," sindir Voscar yang sedang berjalan mengambil tas dirinya serta Lilac.
"Bodo amat!" ketus Lilac. "Yang ngeluh gua ini bukan lu!" lanjut Lilac sambil memajukkan bibirnya kesal.
"Ayo, ke kelas," ajak Voscar yang mengabaikan kekesalan Lilac. Lilac langsung menghentakkan kakinya kesal tetapi mengikuti langkah Voscar.
DUK!
"Awwsss," ringis Lilac sambil memegangi jidatnya yang terbentur punggung Voscar.
"Kalau berhenti jangan tiba-tiba!" kesal Lilac. Voscar menghela nafas pelan lalu memutar tubuhnya.
"Sakit?" tanya Voscar dengan mengambil jemari Lilac yang berada di jidatnya. Lilac menganggukkan kepalanya pelan.
"Masa? Gua engga percaya tuh," ejek Voscar sambil menjetikkan jarinya di kening Lilac lalu berlari meninggalkan Lilac.
"VOSCAR!" teriak Lilac. Voscar hanya menengok saja sambil berlari.
"Heran banget gua bisa mau jadi pacar dia!" kesal Lilac yang langsung berjalan menuju kelasnya.
"Lilac," panggil seorang perempuan membuat Lilac menghentikan langkahnya dan menenggok ke arah perempuan tersebut.
"Apa?!" tanya Lilac dengan sedikit ketus.
"Kenapa lu? Gua baru manggil udah diketusin?" tanya perempuan tersebut.
"Voscar," jawab Lilac membuat sang perempuan mengerutkan keningnya bingung.
"Voscar kenapa?" tanya perempuan tersebut.
"Dia engga sayang gua, Lun," ucap Lilac sambil memasang wajah sedihnya.
Aluna Maheswari yang kerap disapa Luna, sahabat Lilac sejak kecil bahkan sejak masih di dalam kandungan.
"Engga usah lebay, Lil," ucap Luna yang langsung merangkul bahu Lilac.
"Nyebelin sama kaya Voscar," sebal Lilac.
"Gua nyontek matematika ya," minta Luna seketika Lilac langsung menatap datar ke arah Luna.
"Teman apa teman lu?" tanya Lilac.
"Bestie-lah," jawab Luna dengan bangga. Lilac menggelengkan kepalanya pelan.
"Gua engga sangka kalau punya sahabat yang super percaya diri," takjub Lilac.
"Kemana aja lu selama ini?" tanya Luna.
"Ke hatinya Voscar," jawab Lilac.
"Sudahlah. Jomblo kaya gua perlu jauh-jauh dari bucin kaya lu," balas Luna yang melepaskan rangkulannya dan berjalan cepat meninggal Lilac. Lilac hanya tertawa melihat tingkah Luna.
"Lun, tunggu!" minta Lilac
Di dalam kelas, Voscar sudah bergabung dengan teman-temannya, Lilac sudah duga mereka sedang bermain mobile legend. Lilac tersenyum miring lalu mengeluarkan ponselnya.
"Lilac!" panggil Luna dengan nada yang was-was.
1
2
3
"ANJ—" ucapan Voscar terhenti ketika ada yang membekap mulutnya.
"Engga boleh ngomong kasar," ucap pria di sebelah Voscar. Voscar tidak menjawab hanya menatap tajam ke arah temannya.
"Oke, oke, gua diem," ucap pria tersebut yang langsung fokus pada gamenya. Voscar langsung mencari keberadaan Lilac tetapi tidak menemukannya, saat Voscar akan berdiri, Voscar melihat sepatu yang mirip Lilac sedang bersembunyi di bawah meja guru.
"Awas lu, Lilac!" gumam Voscar.
Voscar tersenyum miring lalu berjalan pelan ke arah meja guru dan menendang sedikit kencang meja guru membuat teman-temannya terkejut bahkan Lilac yang berada di bawah meja guru.
"Keluar!" perintah Voscar dengan datar. Lilac mengintip sebentar lalu berdiri dengan gugup.
"Siapa yang suruh lu ganggu gua?" tanya Voscar. Lilac diam, tidak menjawab membuat Voscar berjalan pelan ke arah Lilac.
"Siapa, Lilac?" tanya Voscar. Lilac menggelengkan kepalanya dengan gugup. Lama diam, hening. Voscar mengamati wajah Lilac yang sedang menunduk ketakutan.
"Lain kali jangan ganggu gua main game mobile legend, oke?" tanya Voscar dengan mengelus pelan rambut Lilac. Lilac langsung menatap mata Voscar.
"Kenapa, hmm?" tanya Voscar.
"Gua kira lu marah," jawab Lilac.
"Gua engga akan marah karna hal sepele seperti itu, Lilac," ucap Voscar membuat wajah Lilac merona.
"Karna, gua suka lihat lu ketakutan kaya tadi ... Lu terlihat menggemaskan," jelas Voscar. Lilac sudah tidak bisa menahan wajah meronanya, Voscar langsung menarik Lilac masuk ke dalam pelukannya.
"Udah dong jangan merona terus. Gua engga rela wajah merona lu diliatin yang lain," lanjut Voscar.
"Udah dong," keluh Lilac. Voscar mengelus lembut punggung Lilac sambil tertawa pelan.
"WOI!" teriak seorang pria yang baru saja memasuki kelas. "Dilarang pelukan di dalam kelas!" ketus pria tersebut.
"Siapa yang larang?" tanya Voscar yang melepaskan pelukan Lilac dengan pelan. Lilac melepaskan pelukannya tetapi masih menyembunyikan wajahnya di dada bidang Voscar.
"Gua! Kenapa?" tanya pria tersebut sambil merangkul temannya yang lain.
"Berani lu sama gua, Nan?" tanya Voscar dengan menaikkan sebelah alisnya.
"Jelaslah," jawab pria yang dipanggil Nan oleh Voscar. Nando Mickelson, sahabat Voscar sejak kecil bersama dengan Alendro Jackson.
"Jelas apa nih?" tanya Alendro.
"Jelas tidak beranilah," jawab Nando dengan tertawa keras sambil memasuki kelasnya.
"Bodoh," gumam Alendro yang langsung mendapat pukulan pelan di belakang kepalanya.
"Sakit!" keluh Alendro yang langsung mengusap kepala bagian belakangnya.
"Hahaha, sorry," ucap Nando yang ikut mengusap pelan kepala belakang Alendro.
"Jijik banget, Nando," ucap Voscar yang merinding melihat kelakuan Nando.
"Kenapa? Lu mau juga gua usap-usap manja?" tanya Nando dengan wajah yang menyebalkannya.
"Tidak, terima kasih. Gua masih ada Lilac," jawab Voscar membuat Nando tertawa keras.
Lilac sedang menunggu Voscar di depan kelasnya. Bel pulang sekolah sejak satu jam yang lalu dan Voscar pamit mengambil dokumen di ruang OSIS."Hufft," hela nafas Lilac yang kesekian kali. Lilac menatap kanan dan kiri koridor lalu melihat jam tangannya."Voscar kemana ya?" gumam Lilac yang sudah mulai kesal. Lilac menundukkan kepalanya dengan kesal dan menghentakkan kakinya."Awas aja! Kalau dia udah dateng gua pukul sampai jadi perkedel!" gerutu Lilac. Voscar yang mendengar gerutuan Lilac hanya tersenyum miring."Dari pada gerutu mending minum," saran Voscar yang menempelkan Es susu coklat pada pipi Lilac. Lilac yang terkejut langsung mengangkat wajahnya dan menatap Voscar."Nyebelin banget si lu!" kesal Lilac yang langsung mengambil susu coklatnya dan meminumnya."Suap-nya bisa banget lagi," gumam Lilac dengan tersenyum tipis. Voscar mengacak rambut Lilac dengan pelan sambil tertawa pelan."Gua engga tahu
"LILAC!" teriak Luna yang melihat Lilac baru saja keluar dari supermarket. Luna yang sedang berkumpul bersama teman-teman dari luar sekolah tanpa sengaja melihat Lilac yang sudah berada di dalam supermarket.Memang supermarketnya sangat strategis untuk anak muda berkumpul. Lilac berjalan menuju Luna dan tersenyum tipis."Habis beli apa, Lil?" tanya Luna yang melirik papperbag Lilac. Lilac langsung mengangkat papperbagnya dan membukanya."Beli titipan Bunda dan beberapa cemilan," jawab Lilac. Luna melihat beberapa bahan kue serta minuman yang sering Lilac minum ketika baru memasuki kelas."Lu naik apa?" tanya Luna yang tidak melihat kehadiran Voscar ataupun keluarga Lilac. Lilac langsung menunjukkan aplikasi go-jeknya pada ponselnya."Dianter temen gua aja gimana?" tawar Luna yang langsung mendapat gelengan oleh Lilac."Engga usah ... Sebentar lagi juga ojeknya sampai," tolak Lilac dengan halus. Lilac tahu bahwa teman Luna sedari tadi menatap
"Wake up, Putri Tidur," bisik Voscar pada telinga Lilac. Lilac hanya bergumam pelan lalu kembali melanjutkan tidurnya."Kok bisa gua mau sama cewe kaya dia?" gumam Voscar yang melihat Lilac tidak kunjung bangun. Voscar langsung saja menepuk pelan pipi Lilac, Lilac langsung mengambil jemari Voscar dan menciumnya sebentar."Kembali tidur gua tinggal sekolah," ucap Voscar membuat Lilac langsung membuka matanya dan menatap jam di dinding seketika Lilac langsung terduduk di atas kasur."BUNDA, LILAC TELAT!" teriak Lilac membuat Voscar menutup kupingnya."Berisik!" Kesal Voscar."Bukannya mandi malah teriak," ucap Voscar yang kesal terhadap Lilac. Lilac langsung menatap Voscar dan tersenyum lebar membuat Voscar bergedik takut melihat senyum Lilac."Aw, gua masih perawan," ucap Voscar yang menyilangkan tangannya di dadanya membuat Lilac tertawa keras."MANDI, LIL!" teriak Bunda Lilac."Sana mandi," ucap Voscar yang menarik lembu
"KAK LILAC!" panggil Adik kelas yang sedang berlari menuju Lilac. Lilac dan Voscar segera menghentikan langkahnya dan menatap adik kelasnya dengan bingung."Kalian kenapa?" tanya Lilac yang melihat adik kelasnya sedang mengatur nafasnya."Kak, aku pengen tanya," ucap adik kelas yang tengah. Lilac mengintip name tag adik kelasnya bernama Laura, Britney dan Jessica."Tanya apa?" heran Lilac. Voscar hanya berdiri di samping Lilac tanpa ikut campur. Voscar tahu masalahnya antara exskul paduan suara atau Basketnya."Kita akan latihan paduan suara kapan, Kak?" tanya Laura yang sudah selesai mengaturnya nafasnya begitupun dengan dua temannya yang lain.Lilac tersenyum tipis lalu berjalan mendekat Laura dengan pelan. "Voscar engga nafsu lihat yang beginian," ucap Lilac yang mengalihkan jawaban. Lilac membereskan kerah serta menjepit rambut Laura dengan rapih setelah selesai Lilac langsung menepuk pelan baju Laura."Latihan hari Sabtu," beritah
Bel istirahat sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu, namun guru fisikanya ini tidak berhenti menjelaskan rumus Newton. Lilac dan teman-temannya pun sudah menggerutu bahkan sudah tidak memperhatikan guru di depan kelas. Kepala mereka sudah panas bahkan bisa saja meledak sewaktu-waktu karena terlalu lama mendengarkan rumus-rumus hukum Newton."Pak, kita lapar!" teriak Voscar di pojok kelas dengan wajah malasnya sambil menaruh kepalanya di atas meja.Guru fisikanya pun seketika berhenti berbicara dan menatap jam tangannya. Lalu, ia pun menghela napas pelan dan tersenyum tipis setelahnya ucapan yang diberikan guru fisikanya membuat para murid di dalam kelas bersorak gembira dan tersenyum lebar bahkan ada yang menghela napas lega serta memberikan acungan jempol kepada Voscar."Baiklah. maaf sudah menyita waktu kalian selama sepuluh menit. Saya akhiri untuk hari ini, terima kasih dan sampai jumpa minggu depan," jelas Guru Fisikanya.Lilac yang sedang
Voscar yang sedang mengendarai motor maticnya harus berjalan dengan pelan karena Lilac yang sejak tadi sudah tertidur di atas motor. Rasanya ingin sekali ia turunkan di pinggir jalan ini, namun mengingat cuaca yang sangat panas sore ini membuatnya mengurungkan niatnya. Sebenarnya, waktu pulang sekolah sudah dua jam lalu namun ia harus menunggu Lilac yang rapat perihal kegiatan ekstrakurikuler. Lalu, karena hal tersebut membuat ia dipanggil seorang guru dan dimintai tolong untuk membawa beberapa buku di ruang guru ke perpustakaan, hal ini membuatnya kesal. Lagi dan lagi, kepala Lilac membentur helm yang sedang ia pakai dan membuat Lilac terbangun namun tidak lama kembali tertidur dan menaruh wajahnya di pundak kanannya. Ia pun menghembuskan napasnya lelah, merasa pegal. Voscar menghentikan motornya dan menatap samping, tepat di atas kepala Lilac. Voscar mengelus pelan rambut Lilac membuat sang empu semakin nyaman. Ia haus dan ingin minum, bo
"Lilac," panggil Papah Lilac yang sedang membaca koran.Lilac yang baru saja turun dari tangga rumahnya sambil membawa sepatu sekolahnya langsung menatap Papahnya dengan senyum tipisnya. Ia pun melihat bundanya sedang mencuci buah."Sebentar lagi pernikahan Azaella di luar negri. Kita akan berangkat hari Minggu nanti dan sekalian menetap di sana sebentar karena perusahaan keluarga sedang ada masalah sedikit dan membutuhkan Papah," jelas Papah Lilac sambil menurunkan korannya dan menatap penuh pada Lilac.Lilac mengangguk-anggukkan kepalanya tanpa menjawab apapun karena semua percuma saja, Papahnya tidak pernah menyetujui apapun yang ia katakan. Jadi, ia hanya menganggukkan saja kepalanya.Ia pun menaruh sepatu sekolahnya di bawah meja dan menginjaknya santai. Lalu, dia memulai sarapannya dengan roti selai cokelat yang dibuat oleh bunda. Dia hanya fokus pada sarapannya tanpa memedulikan tatapan Papahnya yang masih menatap dirinya. Sang Papah yang merasa dirinya tidak dipedulikan oleh s
"KAK LILAC!" teriak Laura, adik kelas yang sangat menyebalkannya memasuki kelasnya sambil berteriak memanggilnya namanya.Ia dan teman-teman sekelas langsung menoleh pada Laura yang sedang berjalan ke arahnya sambil memasang wajah yang sedikit menyeramkan. Ia bingung dengan kedatangan Laura yang sangat tiba-tiba, begitu pun dengan teman-temannya yang menatap aneh pada Laura. Seingat mereka, Laura adalah sosok yang yang baik hati, polos dan lugu. Namun, lihatlah sekarang, Luara seperti sosok orang lain.Laura yang sudah berada di hadapan Lilac langsung menaruh tumpukan kertas yang sedari tadi digenggamnya. Lilac melihat serta membacanya dengan seksama, sebuah kertas yang merupakan petisi sekolah dan itu pun resmi karena ada cap sekolahnya. Lalu, ia pun membacanya sampai habis mengenai isi surat petisi tersebut. Padahal melalui website sekolah akan lebih mudah dan tidak membuang-buang kertas untuk hal sepele seperti ini.Surat petisi yang menurutnya sangat-sangat sepele dan tidak bermut
Lilac menutup pintu mobil depan dengan sedikit kencang membuat orang yang sedang makan kentang goreng menggerutu kesal karena terkejut—tidak menyangka Lilac akan menutup pintu dengan kencang. Lilac hanya tertawa kecil tanpa rasa bersalah lalu mencomot kentang goreng dan memakannya begitu saja. Lagi dan lagi mendapat tatapan sinis serta tajam dari Voscar. Menutup pintu mobil kencang serta mengambil makanannya tanpa izin sedikit membuatnya kesal, sebenarnya itu tidak membuatnya marah, hanya kesal sedikit, sedikit sekali, hanya seujung kuku tapi kuku yang panjang."Maaf, maaf, nanti di jalan mampir dulu ke restoran biasa," ucap Lilac namun masih dengan tawa kecilnya. Seperti benar-benar tidak ada rasa bersalah."Enggak usah, udah malas," ketua Voscar sambil melajukan mobilnya, meninggalkan halte sekolah.Menyusuri jalan raya yang padat oleh kendaraan-kendaraan bermotor ataupun bermobil. Terhenti sejenak di depan lampu merah, melihat kanan-kiri, mencari tukang dagang asongan yang biasa be
Tangan yang terkepal erat serta wajah yang tersenyum tipis namun mata yang memancar kemarahan menjadi tanda Lilac sangat kesal bahkan amat sangat marah. Ternyata Laura adalah pengkhianat. Ia selalu berpikir jika Laura akan sangat cocok untuk menjadi penerusnya, kapten basket putri. Membantu Alina selama dirinya pergi nanti. Hancur sudah rencana yang ia persiapkan kemarin-kemarin.Lilac menggigit jari kuku jempol sambil menahan amarahnya. Rasanya ingin sekali ia pergi dari dalam kelas menuju Laura yang pastinya masih berada di tangga. Berani sekali adik kelasnya ini mencoba mengambil miliknya. Ia tidak akan membiarkannya begitu saja.Menit berlalu menjadi jam dan sekarang adalah waktunya istirahat ke dua, istirahat di siang hari. Sejujurnya, istirahat ini hanya bisa dipakai untuk ibadah shalat saja bagi umat muslim dan yang tidak berhalangan. Lilac yang merupakan seorang muslim baru saja melipat mukena pink parasut miliknya. Mukena yang selalu ia simpan di masjid se
Lilac dan teman-teman sekelasnya tertawa melihat Voscar yang sedang di hukum oleh Pak Budi dari dalam kantin.Voscar disuruh berlari keliling lapangan outdoor yang bisa dilihat oleh semua murid dan guru, sambil memakai kertas karton yang bertuliskan "SAYA ANAK NAKAL!". Ia ingin sekali protes dan menggerutu. Tetapi, Pak Budi pun menyuruhnya sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya serta 17 Agustus secara berulang.Bulir-bulir keringat serta napas yang menderu bahkan tatapan mata Voscar sudah layu, pertanda ia sudah merasa sangat lelah. Ia sudah berlari sebanyak 10 kali di lapangan yang super luas ini. Begitu putaran ke 11 ia menjatuhkan tubuhnya di hadapan Pak Budi yang sejak tadi terus melihatnya dengan wajah datar. Pak Budi menghela napas pelan, merasa kasihan dengan anak murid bebal ini."Kamu istirahat dulu, sehabis itu temui Bapak di ruangan," ujar Pak Budi yang langsung meninggalkan Voscar begitu saja.Sedikit tersenyum tipis, setidaknya pender
Pak Budi meminta kami—seisi kelas mengikutinya menuju lapangan outdoor. Tepat setelah menyuruh kami berganti pakaian dengan seragam yang kering. Beruntung cuaca pagi ini sedikit mendung, mungkin akan turun hujan. Pak Budi meminta kami untuk duduk lesehan di atas rumput dengan membawa alat tulis. Pak Budi pun tidak lupa menyuruh anak lelaki mengambil satu papan tulis dorong yang berada di gudang. Kami tidak ada yang berani bertanya, protes ataupun membantah, yang kami lakukan hanyalah patuh—berjalan mengikuti langkah Pak Budi."Kapan lagi kita study alam begini," celetuk Voscar begitu saja seolah tidak mengerti suasana mencekam saat ini.Dia baru datang setelah mengambil papan tulis dorong bersama teman-teman lelakinya. Ia langsung duduk tepat di depan Lilac, memasuki barisan perempuan membuat beberapa teman perempuannya tidak terima ia berada di depan karena tinggi badan yang menghalangi mereka.LIlac pun ikut memprotes keberadaan dirinya dengan mencolok-c
"KAK LILAC!" teriak Laura, adik kelas yang sangat menyebalkannya memasuki kelasnya sambil berteriak memanggilnya namanya.Ia dan teman-teman sekelas langsung menoleh pada Laura yang sedang berjalan ke arahnya sambil memasang wajah yang sedikit menyeramkan. Ia bingung dengan kedatangan Laura yang sangat tiba-tiba, begitu pun dengan teman-temannya yang menatap aneh pada Laura. Seingat mereka, Laura adalah sosok yang yang baik hati, polos dan lugu. Namun, lihatlah sekarang, Luara seperti sosok orang lain.Laura yang sudah berada di hadapan Lilac langsung menaruh tumpukan kertas yang sedari tadi digenggamnya. Lilac melihat serta membacanya dengan seksama, sebuah kertas yang merupakan petisi sekolah dan itu pun resmi karena ada cap sekolahnya. Lalu, ia pun membacanya sampai habis mengenai isi surat petisi tersebut. Padahal melalui website sekolah akan lebih mudah dan tidak membuang-buang kertas untuk hal sepele seperti ini.Surat petisi yang menurutnya sangat-sangat sepele dan tidak bermut
"Lilac," panggil Papah Lilac yang sedang membaca koran.Lilac yang baru saja turun dari tangga rumahnya sambil membawa sepatu sekolahnya langsung menatap Papahnya dengan senyum tipisnya. Ia pun melihat bundanya sedang mencuci buah."Sebentar lagi pernikahan Azaella di luar negri. Kita akan berangkat hari Minggu nanti dan sekalian menetap di sana sebentar karena perusahaan keluarga sedang ada masalah sedikit dan membutuhkan Papah," jelas Papah Lilac sambil menurunkan korannya dan menatap penuh pada Lilac.Lilac mengangguk-anggukkan kepalanya tanpa menjawab apapun karena semua percuma saja, Papahnya tidak pernah menyetujui apapun yang ia katakan. Jadi, ia hanya menganggukkan saja kepalanya.Ia pun menaruh sepatu sekolahnya di bawah meja dan menginjaknya santai. Lalu, dia memulai sarapannya dengan roti selai cokelat yang dibuat oleh bunda. Dia hanya fokus pada sarapannya tanpa memedulikan tatapan Papahnya yang masih menatap dirinya. Sang Papah yang merasa dirinya tidak dipedulikan oleh s
Voscar yang sedang mengendarai motor maticnya harus berjalan dengan pelan karena Lilac yang sejak tadi sudah tertidur di atas motor. Rasanya ingin sekali ia turunkan di pinggir jalan ini, namun mengingat cuaca yang sangat panas sore ini membuatnya mengurungkan niatnya. Sebenarnya, waktu pulang sekolah sudah dua jam lalu namun ia harus menunggu Lilac yang rapat perihal kegiatan ekstrakurikuler. Lalu, karena hal tersebut membuat ia dipanggil seorang guru dan dimintai tolong untuk membawa beberapa buku di ruang guru ke perpustakaan, hal ini membuatnya kesal. Lagi dan lagi, kepala Lilac membentur helm yang sedang ia pakai dan membuat Lilac terbangun namun tidak lama kembali tertidur dan menaruh wajahnya di pundak kanannya. Ia pun menghembuskan napasnya lelah, merasa pegal. Voscar menghentikan motornya dan menatap samping, tepat di atas kepala Lilac. Voscar mengelus pelan rambut Lilac membuat sang empu semakin nyaman. Ia haus dan ingin minum, bo
Bel istirahat sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu, namun guru fisikanya ini tidak berhenti menjelaskan rumus Newton. Lilac dan teman-temannya pun sudah menggerutu bahkan sudah tidak memperhatikan guru di depan kelas. Kepala mereka sudah panas bahkan bisa saja meledak sewaktu-waktu karena terlalu lama mendengarkan rumus-rumus hukum Newton."Pak, kita lapar!" teriak Voscar di pojok kelas dengan wajah malasnya sambil menaruh kepalanya di atas meja.Guru fisikanya pun seketika berhenti berbicara dan menatap jam tangannya. Lalu, ia pun menghela napas pelan dan tersenyum tipis setelahnya ucapan yang diberikan guru fisikanya membuat para murid di dalam kelas bersorak gembira dan tersenyum lebar bahkan ada yang menghela napas lega serta memberikan acungan jempol kepada Voscar."Baiklah. maaf sudah menyita waktu kalian selama sepuluh menit. Saya akhiri untuk hari ini, terima kasih dan sampai jumpa minggu depan," jelas Guru Fisikanya.Lilac yang sedang
"KAK LILAC!" panggil Adik kelas yang sedang berlari menuju Lilac. Lilac dan Voscar segera menghentikan langkahnya dan menatap adik kelasnya dengan bingung."Kalian kenapa?" tanya Lilac yang melihat adik kelasnya sedang mengatur nafasnya."Kak, aku pengen tanya," ucap adik kelas yang tengah. Lilac mengintip name tag adik kelasnya bernama Laura, Britney dan Jessica."Tanya apa?" heran Lilac. Voscar hanya berdiri di samping Lilac tanpa ikut campur. Voscar tahu masalahnya antara exskul paduan suara atau Basketnya."Kita akan latihan paduan suara kapan, Kak?" tanya Laura yang sudah selesai mengaturnya nafasnya begitupun dengan dua temannya yang lain.Lilac tersenyum tipis lalu berjalan mendekat Laura dengan pelan. "Voscar engga nafsu lihat yang beginian," ucap Lilac yang mengalihkan jawaban. Lilac membereskan kerah serta menjepit rambut Laura dengan rapih setelah selesai Lilac langsung menepuk pelan baju Laura."Latihan hari Sabtu," beritah