Sudah hampir dua minggu ini, mereka sudah menikmati keindahan swiss, Lucia tampak sangat puas dengan bulan madunya kali ini.Masih ada waktu satu minggu lagi sebelum masa cuti kerja Dariel habis.“Kau ingin berkunjung di negara mana sayang? Apakah ada yang ingin kau kunjungi kali ini?” Tanya Dariel dengan lembut pada istrinya sekarang.Dariel ingin mengatur perjalanan berikutnya dengan Lucia. Ingin memberikan pengalaman yang spesial, dia ingin tahu apakah ada negara yang sangat diidamkan oleh Lucia.“Bagaimana jika kita pergi ke hawai?” Tanya Lucia meminta pendapat Dariel.Setelah diskusi mengenai pilihan Hawaii, mereka mulai merencanakan perjalanan mereka. Dariel mencari informasi tentang pulau-pulau di Hawaii, meneliti tempat-tempat menarik yang bisa mereka kunjungi, mulai dari keindahan alam, pantai-pantai eksotis, hingga warisan budaya yang ada di setiap pulau. Mereka juga mempertimbangkan aktivitas-aktivitas seru yang dapat mereka lakukan selama di sana, mulai dari snorkeling, hi
Fedrick menunggu di luar ruang operasi dengan wajah yang sembab dan kacau, dia menunggu istrinya selesai operasi.Pikirannya kalut, perasaannya tak karuan karena menunggu apakah istrinya akan selamat atau tidak, mengingat keadaan Bela yang cukup parah saat dia temui di kamar.“Tuhan, tolong selamatkan istriku. Jangan engkau ambil dariku.” Gumamnya dengan penuh pengharapan.Fedrick duduk di kursi, matanya terus menatap pintu yang tak kunjung terbuka. Detik-detik terasa seperti jam, dan kegelapan rasa takut terus menyusup dalam dirinya. Ia mencoba menenangkan diri, namun denyut jantungnya terasa semakin cepat.Dalam keheningan yang terasa begitu berat, ia teringat saat pertama kali bertemu dengan Bela, senyumnya yang hangat, dan semua momen indah yang telah mereka lewati bersama. Semua itu seperti kilatan yang menyadarkannya betapa berharganya kehadiran Bela dalam hidupnya.Tapi saat ini, di tengah ketidakpastian ini, semua itu tampaknya berada dalam taruhan yang besar. Fedrick merapatk
Di belahan dunia yang lain, Lucia dan Dariel telah tiba di Hawai.Mereka sampai tepat saat matahari baru menampakkan sinarnya di muka bumi.Di tengah ketenangan pagi yang masih sejuk, Lucia dan Dariel melangkah keluar dari bandara dengan semangat yang membara. Udara pagi yang segar dan sinar mentari yang menyambut perjalanan baru mereka membuat semuanya terasa begitu mempesona."Mari kita nikmati matahari terbit yang indah ini, sayang," ucap Dariel sambil memandang langit yang mulai berubah dari warna gelap menjadi sorot keemasan yang hangat.Lucia tersenyum, merasakan semangat baru yang membara. "Benar, ini momen yang sempurna untuk memulai petualangan baru kita di sini."Mereka pun mencari spot yang ideal untuk menikmati keindahan matahari terbit, berharap bahwa awal perjalanan di Hawai akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Sesuatu yang bisa memberikan warna baru dalam kebersamaan mereka.Mereka duduk di tepi pantai, pasir halus menyentuh kulit mereka, dan suara ombak yang me
Hari ini adalah hari kepulangan Lucia dari bulan madunya, mereka benar-benar menikmati momen di hawai dengan sangat bahagia.Saat ini mereka berada di mobil untuk menuju ke bandara, senyum selalu terukir di wajah Lucia walaupun wajahnya sedikit pucat sekarang.Saat tiba ke bandara, Dariel membantu Lucia untuk turun dari mobil.“Kau dua hari ini masih terlihat lemas sayang, apa kau yakin kita kembali sekarang sayang? Perjalanan kita sangat jauh.” Ucap Dariel dengan khawatir.Dariel bisa melihat bahwa wajahnya terlihat pucat dan ada kelemahan yang tak biasa. Dia merasakan kekhawatiran dan ingin memastikan bahwa perjalanan pulang tidak akan memperburuk kondisi istrinya.Dariel menopang tubuh Lucia dengan lembut saat mereka berjalan menuju area keberangkatan. “Mungkin lebih baik jika kita periksa kondisimu di sana, sayang. Aku tidak ingin risiko apa pun terjadi padamu.” Suaranya penuh kekhawatiran.Mereka menuju area layanan medis di bandara, tempat tim medis memberikan perawatan dan peme
“Bela kehilangan bayinya.” Ucap tuan Kaizer saat mereka semua masuk ke dalam mobil.Mereka memutuskan menceritakannya pada Dariel dan Lucia setelah Lucia beberapa kali memaksa.Dariel dan Lucia terdiam mendengar berita yang begitu mendadak dan tragis itu. Ekspresi terkejut dan sedih tergambar jelas di wajah mereka saat mendengar kabar tersebut. Mereka terlihat kaget oleh kesedihan yang menimpa Bela dan Fedrick, juga merasa sedih karena kehilangan yang begitu besar.Tuan Abert, dengan suara yang penuh penyesalan, mencoba menjelaskan lebih lanjut tentang kejadian tragis yang baru saja terjadi. Mereka membagikan peristiwa pemakaman dan kesedihan yang menyelimuti suasana.“Sungguh tragis,” ucap Lucia dengan suara teredam, matanya terlihat berkaca-kaca. “Kami turut berduka cita atas kehilangan yang begitu besar ini.”Dariel, yang biasanya pendiam, menatap jauh ke depan, merenung sejenak sebelum akhirnya berkata, “Kami akan kesana setelah istirahat, karena Lucia butuh istirahat karena perja
Tiga minggu berlalu dengan cepat, seluruh aktivitas Dariel sebelumnya sudah mulai seperti biasanya.“Tuan ini beberapa dokumen yang perlu anda tanda tangani.” Ucap Victor sambil menyerahkan tumpukan dokumen ke meja Dariel.“Sudah tiga tumpukan dokumen yang sudah kau berikan hari ini.” Ucap Dariel dengan mendesah lelah.Dariel tampak sibuk dengan tanggung jawabnya setelah kembali dari bulan madu. Jumlah dokumen yang harus ditandatangani sepertinya terus bertambah, membuatnya merasa agak terbebani.“Apakah semuanya terkait dengan proyek yang sedang berjalan, Victor?” tanya Dariel sambil mencoba memilah dokumen-dokumen tersebut.Victor mengangguk, “Sebagian besar terkait dengan proyek konstruksi baru yang sedang kita garap, Tuan. Kami membutuhkan persetujuan Anda segera untuk memajukan tahapan selanjutnya.”Dariel mengangguk seraya memandang tumpukan dokumen dengan serius. "Baiklah, saya akan memeriksa ini secepat mungkin. Pastikan untuk mengatur pertemuan dengan tim proyek untuk membaha
“Kau hamil, Lucia?” Ucap Dariel dengan haru lalu mendekati istrinya dan langsung memeluk wanita itu dengan erat.Lucia yang mendapat pelukan dari suaminya itu tersenyum tipis. Wajanya masih pucat dan lemas akibat efek kehamilannya saat ini.“Terima kasih, terima kasih telah memberikan hadiah terindah in, Tuhani.” Ucap Dariel sambil menangis dan mengecup kepala istrinya berulang kali.Dariel merasakan kebahagiaan yang tak terkira mendengar kabar kehamilan dari Lucia. Kecemasan yang sebelumnya menghantui pikirannya seolah sirna seketika. Melihat keadaan istrinya yang masih lemas membuatnya merasa haru namun bersyukur.Dengan hati yang penuh terharu, Dariel mendekati Lucia yang terbaring di tempat tidur rumah sakit. Ia memeluk Lucia erat, merangkulnya dengan kasih sayang yang tak terbendung."Terima kasih, Lucia. Terima kasih telah memberikan hadiah terindah ini," ucap Dariel sambil meneteskan air mata kegembiraan dan haru. Ia mencium lembut kepala istrinya berulang kali, ekspresi rasa s
Kehamilan Lucia membawa kebahagiaan bagi semua orang, Celin, sepupu Lucia dengan semangat datang ke mansion begitu mendengar kabar kehamilan wanita itu. “Lucia!! Wow, kau hamil!!! Aku yang baru pulang dari London langsung datang menemuimu.” Ucap Celin dengan heboh sambil melepaskan kacamata hitamnya. Lucia tersenyum tipis melihatnya, “Kau sudah menemukan pasangan disana? Kau terlihat bahagia.” Tanya Lucia dengan lembut. “Mana ada, aku disana bermain judi dan senang-senang. Tapi aku berkenalan dengan pria bule disana. Oh so sexyyy, tapi bukan seleraku.” Ucap Celin dengan tenang. Lucia menggeleng pelan mendengar ucapan sepupunya itu, “Kau harus memikirkan masa depanmu, Celin. Kau sudah tiga puluh satu saat ini, dan bulan depan kau akan tiga puluh dua. Apa kau tak ingin menikah?” Tanya Lucia dengan lembut meskipun tahu pembahasan ini sangat sensitif, namun dia tak ingin Celin terjebak dalam dunia gelap seperti itu. Celin, sambil merebahkan diri di sofa dengan santainya, menatap langi