“Kau hamil, Lucia?” Ucap Dariel dengan haru lalu mendekati istrinya dan langsung memeluk wanita itu dengan erat.Lucia yang mendapat pelukan dari suaminya itu tersenyum tipis. Wajanya masih pucat dan lemas akibat efek kehamilannya saat ini.“Terima kasih, terima kasih telah memberikan hadiah terindah in, Tuhani.” Ucap Dariel sambil menangis dan mengecup kepala istrinya berulang kali.Dariel merasakan kebahagiaan yang tak terkira mendengar kabar kehamilan dari Lucia. Kecemasan yang sebelumnya menghantui pikirannya seolah sirna seketika. Melihat keadaan istrinya yang masih lemas membuatnya merasa haru namun bersyukur.Dengan hati yang penuh terharu, Dariel mendekati Lucia yang terbaring di tempat tidur rumah sakit. Ia memeluk Lucia erat, merangkulnya dengan kasih sayang yang tak terbendung."Terima kasih, Lucia. Terima kasih telah memberikan hadiah terindah ini," ucap Dariel sambil meneteskan air mata kegembiraan dan haru. Ia mencium lembut kepala istrinya berulang kali, ekspresi rasa s
Kehamilan Lucia membawa kebahagiaan bagi semua orang, Celin, sepupu Lucia dengan semangat datang ke mansion begitu mendengar kabar kehamilan wanita itu. “Lucia!! Wow, kau hamil!!! Aku yang baru pulang dari London langsung datang menemuimu.” Ucap Celin dengan heboh sambil melepaskan kacamata hitamnya. Lucia tersenyum tipis melihatnya, “Kau sudah menemukan pasangan disana? Kau terlihat bahagia.” Tanya Lucia dengan lembut. “Mana ada, aku disana bermain judi dan senang-senang. Tapi aku berkenalan dengan pria bule disana. Oh so sexyyy, tapi bukan seleraku.” Ucap Celin dengan tenang. Lucia menggeleng pelan mendengar ucapan sepupunya itu, “Kau harus memikirkan masa depanmu, Celin. Kau sudah tiga puluh satu saat ini, dan bulan depan kau akan tiga puluh dua. Apa kau tak ingin menikah?” Tanya Lucia dengan lembut meskipun tahu pembahasan ini sangat sensitif, namun dia tak ingin Celin terjebak dalam dunia gelap seperti itu. Celin, sambil merebahkan diri di sofa dengan santainya, menatap langi
Atmosfer ruangan tersebut seketika berubah, Dariel dan Lucia saling pandang ketikan melihat ada ketertarikan di mata Celin saat menatap Ellard.“Maaf nona, apakah ada yang salah dengan saya?” Tanya Ellard dengan sopan karena mengetahui jika dia adalah sepupu Lucia saat ini sehingga dia tak bisa mengutarakan perasaan dinginnya ketika tatapan wanita itu cukup mengganggunya.Celin yang sadar dengan kebodohannya langsung bersikap tenang dan tersenyum tipis.“Tidak, hanya saja kau cukup enak di pandang jadi aku memandangmu, tolong jangan terlalu percaya diri.” Ucap Celin dengan tenang seolah dia membuat situasinya menyudutkan Ellard sekarang.Lucia yang mengetahui itu hanya menggeleng pelan dan Dariel tersenyum dalam.“Dia Celin, sepupu dari ayah kandung Lucia. Dia memang sedikit memiliki kepribadian yang menarik. Jangan sungkan Ellard,” Ucap Dariel dengan tenang.Ellard langsung menatap Dariel dan tersenyum. “Aku sudah terbiasa dengan wanita-wanita yang unik, itu tidak masalah bagiku,” uc
“Apakah kau sudah siap bertemu dengan ayah? Ayah akan tiba besok.” Ucap Angel pada Victor saat mereka bertemu untuk makan malam bersama saat ini. Victor memegang tangan Angel dan tatapan teduh, “Aku sudah siap, tapi apakah kau serius ingin hidup bersama orang biasa sepertiku, Angel? Aku ragu ayahmu menyetujui hubungan kita untuk melanjutkan ke hubungan yang lebih dalam.” Ucap Victor dengan senyum tipisnya. Victor, sambil memegang tangan Angel dengan penuh kelembutan, menyampaikan keraguan dan kekhawatirannya. Dia merasa tidak yakin apakah ayah Angel akan merestui hubungan mereka yang semakin serius. Namun, keputusan Victor untuk mempertanyakan hal ini menunjukkan keberaniannya dan ketulusannya. Dia ingin memastikan bahwa Angel mengerti kondisi yang mungkin terjadi di masa depan. Angel, dengan tatapan yang penuh keyakinan, melepaskan tangannya dari genggaman Victor sebentar. “Aku mencintaimu, Victor. Kau adalah seseorang yang telah memberikan banyak kebahagiaan dalam hidupku. Aku ak
“Apakah Ellard sudah punya pasangan?” Tanya Celin pada Lucia saat mereka sedang makan siang berdua bersama di sebuah restoran.Lucia yang mendengar pertanyaan itu langsung menaikkan alisnya. “Aku tidak tahu, tapi sepertinya tidak.” Ucap Lucia pada Celin.Celin yang mendengarnya terlihat sangat semangat dan sumringah seolah itu jawaban yang dia tunggu.Lucia yang menyadari hal itu tampak bingung, “Ada apa, Celin? Kau menyukainya?” Tanya Lucia dengan penasaran.Celin yang mendapatkan pertanyaan itu langsung mengalihkan pandanganya ke arah lain dan berusaha menyembunyikan wajah bahagianya.“Tidak, hanya penasaran saja.”Ucap Celin berusaha untuk bersikap santai.Lucia tak percaya begitu saja, sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan Celin darinya.“Jujur saja, rona wajahmu tak bisa di sembunyikan.” Ucapnya dengan tenang.Celin terkekeh mendengarnya, “Jangan menyudutkanku, aku hanya penasaran saja. Sungguh Lucia.” Ucap Celin dengan menatap Lucia serius.Celin mencoba menutupi perasaannya,
Dengan dress bermotif bunga, Angel tengah bersiap untuk menunggu Victor menjemputnya untuk makan malam hari ini.Dia sangat menunggu momen ini, karena kesibukan Victor yang terkadang membuat mereka tak bisa bertemu bahkan saling menghubungi satu sama lain.Dengan tampilan fresh ini dia kemudian turun dan menunggu kekasihnya di ruang tamu.Namun, dalam satu jam dia menunggu, Victor sama sekali tak ada kabar meskipun dia sudah menelpon ataupun mengirim pesan padanya.“Apakah dia membatalkan makan malam ini?” Gumam Angel dengan wajah bingung, tapi jika Victor membatalkan makan malam mereka, seharusnya dia menghubunginya.“Apa aku harus menghubungi Dariel untuk menanyakan masalah ini?” Gumam Angel.Dengan keputusan bulat, dia menelpon Dariel untuk menanyakan keberadaan Victor saat ini.“Halo, ada apa Angel? Bukankah kalian pergi berkencan?” Ucap Dariel secara langsung saat telepon tersebut di angkat.Angel menaikkan alisnya saat Dariel langsung mengatakan hal tersebut.“Dia telat satu jam
Di dalam kamarnya, Celin tampak sangat semangat saat mendapatkan kontak Ellard dari Lucia.“Ahh Lucia sangat peka sekali.” Gumamnya dengan semangat, padahal dia tak pernah meminta kontak nomor Ellard sama sekali.“Tapi apa aku harus lakukan, apa aku harus mengirim pesan sekarang? Tapi kita belum terlalu dekat.” Gumam Celin dengan bimbang hingga akhirnya dia memilih untuk merebahan diri di kasur sambil melihat sosial medianya.“Apa dia mempunyai sosial media?” Gumam Celin dengan penasaran.Dia langsung mencari sosial media Ellard dan tak menemukannya sama sekali.“Apa dia manusia tanpa sosial media? Sangat membosankan sekali.” Gumamnya dengan kesal lalu membanting ponselnya.“Jam berapa sekarang?” Gumam Celin sambil melihat jam di tangannya yang menunjukkan pukul sembilan malam.“Apa aku pergi ke club saja, aku sangat bosan sekarang.” Gumam Celin sambil bangkit dari ranjangnya.Tetapi, sebelum Celin pergi ke klub malam, dia memutuskan untuk menghabiskan waktu sejenak di balkon aparteme
“Aku kemarin bertemu dengan Ellard di club.” Ucap Celin dengan semangat becerita pada Lucia di mansionnya.Lucia yang mendengarnya tampak tersenyum, “Benarkah? Apa dia menyapamu?” Tanya Lucia dengan sedikit penasaran.Celin tersenyum lebar, mencoba mengingat kembali momen itu. "Dia menyapaku dengan cara yang agak mengejutkan. Dia justru merebut gelas vodka-ku dan meminumnya habis!"Lucia terkekeh mendengarnya. "Itu pasti membuatmu terkejut. Bagaimana reaksi Ellard setelah itu?"Celin mengangkat bahu. "Dia cukup santai, sebenarnya. Malah bertanya kenapa aku sering pergi ke klub. Aku tidak yakin apa ini pertanda bagus atau tidak."Lucia mengangguk mengerti. "Mungkin itu merupakan pembukaan percakapan yang menarik. Bagaimana perasaanmu setelah bertemu dengannya?"Celin berpikir sejenak sebelum menjawab, "Aku merasa... agak bingung. Dia agak berbeda dari ekspektasi awalku. Entahlah, aku merasa ada yang berbeda dari pertemuan itu."Lucia tersenyum lembut. "Bisa jadi ada kejutan yang menyen