Di dalam kamarnya, Celin tampak sangat semangat saat mendapatkan kontak Ellard dari Lucia.“Ahh Lucia sangat peka sekali.” Gumamnya dengan semangat, padahal dia tak pernah meminta kontak nomor Ellard sama sekali.“Tapi apa aku harus lakukan, apa aku harus mengirim pesan sekarang? Tapi kita belum terlalu dekat.” Gumam Celin dengan bimbang hingga akhirnya dia memilih untuk merebahan diri di kasur sambil melihat sosial medianya.“Apa dia mempunyai sosial media?” Gumam Celin dengan penasaran.Dia langsung mencari sosial media Ellard dan tak menemukannya sama sekali.“Apa dia manusia tanpa sosial media? Sangat membosankan sekali.” Gumamnya dengan kesal lalu membanting ponselnya.“Jam berapa sekarang?” Gumam Celin sambil melihat jam di tangannya yang menunjukkan pukul sembilan malam.“Apa aku pergi ke club saja, aku sangat bosan sekarang.” Gumam Celin sambil bangkit dari ranjangnya.Tetapi, sebelum Celin pergi ke klub malam, dia memutuskan untuk menghabiskan waktu sejenak di balkon aparteme
“Aku kemarin bertemu dengan Ellard di club.” Ucap Celin dengan semangat becerita pada Lucia di mansionnya.Lucia yang mendengarnya tampak tersenyum, “Benarkah? Apa dia menyapamu?” Tanya Lucia dengan sedikit penasaran.Celin tersenyum lebar, mencoba mengingat kembali momen itu. "Dia menyapaku dengan cara yang agak mengejutkan. Dia justru merebut gelas vodka-ku dan meminumnya habis!"Lucia terkekeh mendengarnya. "Itu pasti membuatmu terkejut. Bagaimana reaksi Ellard setelah itu?"Celin mengangkat bahu. "Dia cukup santai, sebenarnya. Malah bertanya kenapa aku sering pergi ke klub. Aku tidak yakin apa ini pertanda bagus atau tidak."Lucia mengangguk mengerti. "Mungkin itu merupakan pembukaan percakapan yang menarik. Bagaimana perasaanmu setelah bertemu dengannya?"Celin berpikir sejenak sebelum menjawab, "Aku merasa... agak bingung. Dia agak berbeda dari ekspektasi awalku. Entahlah, aku merasa ada yang berbeda dari pertemuan itu."Lucia tersenyum lembut. "Bisa jadi ada kejutan yang menyen
“Kau kenapa terlihat kusut seperti itu sayang?” Tanya Lcia pada suaminya, sejak kepulangannya dari kantor, wajah Dariel terlihat lelah dan seperti banyak pikiran.Namun, Dariel sepertinya menutupinya dengan senyuman tipis.“Tak ada sayang, hanya masalah pekerjaan kecil.Tak perlu kau hiraukan.” Ucap Dariel menenangkan.Tapi Lucia tampak tak puas, “Kau ingin menyembunyikan masalah ini dariku?” Tanya Lucia dengan wajah kecewa.Dariel melupakan jika Lucia lebih sensitif saat sedang hamil, dengan segera dia memeluk istrinya.“Tidak sayang. Hanya saja aku berpikir dimana aku mendapatkan orang terpecaya lagi seperti Victor.” Ucapnya dengan jujur.Lucia mendongakkan kepalanya melihat wajah suaminya, “Kenapa? Ada masalah dengan Victor?” Tanya Lucia dengan penasaran.“Tidak. Hanya saja, dia ingin resign karena ingin membangun bisnis dan menikahi Angel.” Ucap Dariel sampai dia menghela nafasnya berulang kali.Informasi itu membuat Lucia terkejut. “Benarkah? Dan apa yang kau pikirkan tentang kepu
Hal yang paling tidak di sangka oleh Lucia saat ini adalah kedatangan Celin dan Ellard dalam waktu yang hampir bersamaan.“Ada apa?” Tanya Lucia pada keduanya.“Aku hanya berkunjung seperti biasa, apa tidak boleh?” Tanya Celin dengan tenang.Ellard juga menjawab pertanyaan dari Lucia dengan sikap yang lembut, “Aku datang karena aku belum memberikanmu hadiah, Lucia.” Ucap Ellard sambil memberikan sebuah totebag kecil.Lucia yang melihatnya tersenyum dan mengambilnya, saat di buka itu adalah sebuah anting yang berbentuk bunga mawar yang indah.“Terima kasih, Ellard. Mereka sangat indah!” ucap Lucia dengan senang, sambil memperlihatkan anting-anting itu.
Waktu berlalu sangat cepat, kemahilan Lucia mulai tampak terlihat karena ini masukke dalam lima bulan kehamilannya.Banyak aktivitas yang harus di hindari olehnya karena perutnya yang mulai membesar.“Sayangku, apakah kau mendengar suara ayah?” Ucap Dariel yang berada tepat di depan perut istrinya tersebut.Pasangan itu menghabiskan waktunya sore itu besarantai, “Dia pasti mendengarmu, Dariel.” Ucap Lucia sambil mengelus perutnya.“Berapa lama lagi dia berada disini sayang?” Tanya Dariel sambil menyentuh perut Lucia dengan lembut.Lucia tersenyum manis pada Dariel. “Masih sekitar empat bulan lagi, Dariel. Kita masih punya waktu untuk menyiapkan semuanya dengan baik sebelum dia tiba.”Dariel tersenyum, matanya penuh dengan kebahagiaan dan haru. “Aku tak sabar menunggu saat itu tiba. Aku yakin kita akan menjadi orangtua yang hebat bagi anak kita.”“Kita pasti akan menjadi orangtua yang luar biasa,” Lucia menjawab, matanya berbinar penuh keyakinan.Mereka berdua saling tersenyum, dipenuh
Foto maternity keluarga Abert tampak sangat harmonis, dengan Lucia yang menggunakan dress putih dan para pria yang menggunakan jas hitam membuatnya tampak sangat kontras dan serasi.“Nyonya silahkan pose dalam posisi duduk dan tuan Dariel posisi berdiri.” Ucap sang fotografer pada Dariel dan Lucia.Sedangkan tuan Kaizer dan tuan Abert menunggu di tepi untuk mendapatkan giliran foto bersama dengan Lucia dan Dariel. Namun, untuk ini hanya untuk Lucia dan Dariel saja sebagai ayah dan ibu.Seperti yang direncanakan, Dariel dan Lucia dengan anggun duduk di kursi yang disiapkan, tersenyum manis ke arah kamera yang sudah siap mengabadikan momen indah ini. Dariel memeluk perut Lucia dengan lembut sambil menatapnya penuh kasih, sementara Lucia memandang ke depan dengan senyum bahagia yang tak terbendung.Fotografer dengan cermat mengatur cahaya, menangkap momen keintiman antara dua orang yang sangat mencintai satu sama lain dan sedang menantikan kehadiran sang buah hati. Mereka berdua tersenyu
Sampai di sebuah toko perlengkapan bayi, Lucia langsung bersemangat memilih beberapa perlengkapan bayi yang mungkin mereka butuhkan.Namun, mereka hanya membeli barang-barang yang benar-benar dibutuhkan bukan barang yang tidak di butuhkan bayi yang baru lahir.Lucia melangkah dengan hati gembira di antara rak-rak yang penuh dengan perlengkapan bayi yang lucu. Namun, ia tetap fokus pada kebutuhan esensial yang akan berguna bagi bayi mereka yang akan segera lahir.Dariel dan Lucia memperhatikan dengan cermat setiap barang yang mereka pilih. Mereka memilah-milah antara barang yang benar-benar dibutuhkan untuk perawatan bayi dan yang mungkin hanya akan menjadi tambahan yang kurang penting."Aku pikir kita perlu yang ini untuk kenyamanan bayi," kata Lucia sambil menunjuk pada
Celin tak henti-hentinya menghela nafasnya, setelah dia meminta Ellard untuk membantunya dalam pesta pasangan yang harus dia lakukan atau dia akan mentraktir teman-temannya selama satu bulan penuh di sebuah club pribadi yang satu harinya bisa menghabiskan ratusan juta itu.Dia menatap jam di tangannya lagi melihat sudah berapa lama waktu berlalu, dia menghela nafasnya lagi.“Sepertinya dia tak akan membantu, aku harus benar-benar kehilangan tabunganku bulan ini.” Gumamnya karena hampir setengah jam Ellard tak kunjung datang untuk menjemputnya saat ini.Celin merasa semakin gelisah ketika waktu terus berlalu tanpa Ellard datang menjemputnya. Dia merasa kekhawatiran akan pesta malam itu semakin memuncak dalam pikirannya.Dalam ketidakpastian yang tumbuh di dalamnya, Celin mengambil keputusan untuk mencoba menyelesaikan masalah ini sendiri. Dia merasa sulit menerima fakta bahwa Ellard mungkin tidak bisa membantunya pada kesempatan ini.Sambil memandangi pesan yang telah dikirimnya padany