“Apakah Ellard sudah punya pasangan?” Tanya Celin pada Lucia saat mereka sedang makan siang berdua bersama di sebuah restoran.Lucia yang mendengar pertanyaan itu langsung menaikkan alisnya. “Aku tidak tahu, tapi sepertinya tidak.” Ucap Lucia pada Celin.Celin yang mendengarnya terlihat sangat semangat dan sumringah seolah itu jawaban yang dia tunggu.Lucia yang menyadari hal itu tampak bingung, “Ada apa, Celin? Kau menyukainya?” Tanya Lucia dengan penasaran.Celin yang mendapatkan pertanyaan itu langsung mengalihkan pandanganya ke arah lain dan berusaha menyembunyikan wajah bahagianya.“Tidak, hanya penasaran saja.”Ucap Celin berusaha untuk bersikap santai.Lucia tak percaya begitu saja, sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan Celin darinya.“Jujur saja, rona wajahmu tak bisa di sembunyikan.” Ucapnya dengan tenang.Celin terkekeh mendengarnya, “Jangan menyudutkanku, aku hanya penasaran saja. Sungguh Lucia.” Ucap Celin dengan menatap Lucia serius.Celin mencoba menutupi perasaannya,
Dengan dress bermotif bunga, Angel tengah bersiap untuk menunggu Victor menjemputnya untuk makan malam hari ini.Dia sangat menunggu momen ini, karena kesibukan Victor yang terkadang membuat mereka tak bisa bertemu bahkan saling menghubungi satu sama lain.Dengan tampilan fresh ini dia kemudian turun dan menunggu kekasihnya di ruang tamu.Namun, dalam satu jam dia menunggu, Victor sama sekali tak ada kabar meskipun dia sudah menelpon ataupun mengirim pesan padanya.“Apakah dia membatalkan makan malam ini?” Gumam Angel dengan wajah bingung, tapi jika Victor membatalkan makan malam mereka, seharusnya dia menghubunginya.“Apa aku harus menghubungi Dariel untuk menanyakan masalah ini?” Gumam Angel.Dengan keputusan bulat, dia menelpon Dariel untuk menanyakan keberadaan Victor saat ini.“Halo, ada apa Angel? Bukankah kalian pergi berkencan?” Ucap Dariel secara langsung saat telepon tersebut di angkat.Angel menaikkan alisnya saat Dariel langsung mengatakan hal tersebut.“Dia telat satu jam
Di dalam kamarnya, Celin tampak sangat semangat saat mendapatkan kontak Ellard dari Lucia.“Ahh Lucia sangat peka sekali.” Gumamnya dengan semangat, padahal dia tak pernah meminta kontak nomor Ellard sama sekali.“Tapi apa aku harus lakukan, apa aku harus mengirim pesan sekarang? Tapi kita belum terlalu dekat.” Gumam Celin dengan bimbang hingga akhirnya dia memilih untuk merebahan diri di kasur sambil melihat sosial medianya.“Apa dia mempunyai sosial media?” Gumam Celin dengan penasaran.Dia langsung mencari sosial media Ellard dan tak menemukannya sama sekali.“Apa dia manusia tanpa sosial media? Sangat membosankan sekali.” Gumamnya dengan kesal lalu membanting ponselnya.“Jam berapa sekarang?” Gumam Celin sambil melihat jam di tangannya yang menunjukkan pukul sembilan malam.“Apa aku pergi ke club saja, aku sangat bosan sekarang.” Gumam Celin sambil bangkit dari ranjangnya.Tetapi, sebelum Celin pergi ke klub malam, dia memutuskan untuk menghabiskan waktu sejenak di balkon aparteme
“Aku kemarin bertemu dengan Ellard di club.” Ucap Celin dengan semangat becerita pada Lucia di mansionnya.Lucia yang mendengarnya tampak tersenyum, “Benarkah? Apa dia menyapamu?” Tanya Lucia dengan sedikit penasaran.Celin tersenyum lebar, mencoba mengingat kembali momen itu. "Dia menyapaku dengan cara yang agak mengejutkan. Dia justru merebut gelas vodka-ku dan meminumnya habis!"Lucia terkekeh mendengarnya. "Itu pasti membuatmu terkejut. Bagaimana reaksi Ellard setelah itu?"Celin mengangkat bahu. "Dia cukup santai, sebenarnya. Malah bertanya kenapa aku sering pergi ke klub. Aku tidak yakin apa ini pertanda bagus atau tidak."Lucia mengangguk mengerti. "Mungkin itu merupakan pembukaan percakapan yang menarik. Bagaimana perasaanmu setelah bertemu dengannya?"Celin berpikir sejenak sebelum menjawab, "Aku merasa... agak bingung. Dia agak berbeda dari ekspektasi awalku. Entahlah, aku merasa ada yang berbeda dari pertemuan itu."Lucia tersenyum lembut. "Bisa jadi ada kejutan yang menyen
“Kau kenapa terlihat kusut seperti itu sayang?” Tanya Lcia pada suaminya, sejak kepulangannya dari kantor, wajah Dariel terlihat lelah dan seperti banyak pikiran.Namun, Dariel sepertinya menutupinya dengan senyuman tipis.“Tak ada sayang, hanya masalah pekerjaan kecil.Tak perlu kau hiraukan.” Ucap Dariel menenangkan.Tapi Lucia tampak tak puas, “Kau ingin menyembunyikan masalah ini dariku?” Tanya Lucia dengan wajah kecewa.Dariel melupakan jika Lucia lebih sensitif saat sedang hamil, dengan segera dia memeluk istrinya.“Tidak sayang. Hanya saja aku berpikir dimana aku mendapatkan orang terpecaya lagi seperti Victor.” Ucapnya dengan jujur.Lucia mendongakkan kepalanya melihat wajah suaminya, “Kenapa? Ada masalah dengan Victor?” Tanya Lucia dengan penasaran.“Tidak. Hanya saja, dia ingin resign karena ingin membangun bisnis dan menikahi Angel.” Ucap Dariel sampai dia menghela nafasnya berulang kali.Informasi itu membuat Lucia terkejut. “Benarkah? Dan apa yang kau pikirkan tentang kepu
Hal yang paling tidak di sangka oleh Lucia saat ini adalah kedatangan Celin dan Ellard dalam waktu yang hampir bersamaan.“Ada apa?” Tanya Lucia pada keduanya.“Aku hanya berkunjung seperti biasa, apa tidak boleh?” Tanya Celin dengan tenang.Ellard juga menjawab pertanyaan dari Lucia dengan sikap yang lembut, “Aku datang karena aku belum memberikanmu hadiah, Lucia.” Ucap Ellard sambil memberikan sebuah totebag kecil.Lucia yang melihatnya tersenyum dan mengambilnya, saat di buka itu adalah sebuah anting yang berbentuk bunga mawar yang indah.“Terima kasih, Ellard. Mereka sangat indah!” ucap Lucia dengan senang, sambil memperlihatkan anting-anting itu.
Waktu berlalu sangat cepat, kemahilan Lucia mulai tampak terlihat karena ini masukke dalam lima bulan kehamilannya.Banyak aktivitas yang harus di hindari olehnya karena perutnya yang mulai membesar.“Sayangku, apakah kau mendengar suara ayah?” Ucap Dariel yang berada tepat di depan perut istrinya tersebut.Pasangan itu menghabiskan waktunya sore itu besarantai, “Dia pasti mendengarmu, Dariel.” Ucap Lucia sambil mengelus perutnya.“Berapa lama lagi dia berada disini sayang?” Tanya Dariel sambil menyentuh perut Lucia dengan lembut.Lucia tersenyum manis pada Dariel. “Masih sekitar empat bulan lagi, Dariel. Kita masih punya waktu untuk menyiapkan semuanya dengan baik sebelum dia tiba.”Dariel tersenyum, matanya penuh dengan kebahagiaan dan haru. “Aku tak sabar menunggu saat itu tiba. Aku yakin kita akan menjadi orangtua yang hebat bagi anak kita.”“Kita pasti akan menjadi orangtua yang luar biasa,” Lucia menjawab, matanya berbinar penuh keyakinan.Mereka berdua saling tersenyum, dipenuh
Foto maternity keluarga Abert tampak sangat harmonis, dengan Lucia yang menggunakan dress putih dan para pria yang menggunakan jas hitam membuatnya tampak sangat kontras dan serasi.“Nyonya silahkan pose dalam posisi duduk dan tuan Dariel posisi berdiri.” Ucap sang fotografer pada Dariel dan Lucia.Sedangkan tuan Kaizer dan tuan Abert menunggu di tepi untuk mendapatkan giliran foto bersama dengan Lucia dan Dariel. Namun, untuk ini hanya untuk Lucia dan Dariel saja sebagai ayah dan ibu.Seperti yang direncanakan, Dariel dan Lucia dengan anggun duduk di kursi yang disiapkan, tersenyum manis ke arah kamera yang sudah siap mengabadikan momen indah ini. Dariel memeluk perut Lucia dengan lembut sambil menatapnya penuh kasih, sementara Lucia memandang ke depan dengan senyum bahagia yang tak terbendung.Fotografer dengan cermat mengatur cahaya, menangkap momen keintiman antara dua orang yang sangat mencintai satu sama lain dan sedang menantikan kehadiran sang buah hati. Mereka berdua tersenyu
Kabar kehamilan kedua Lucia disambut dengan penuh suka cita oleh semua orang.Bahkah saat mendengar ibunya mengandun seorang adik, Ethan tampak sangat senang dan berharap adiknya perempuan agar bisa dia jaga dan sayangi sepenuhnya.“Kapan adik akan muncul, bu?” Tanya Ethan dengan begitu antusias.“Adikmu akan lahir ketika kandungan ibu sudah mencapai sembilan bulan.” Jelas Lucia dengan penuh kelembutan pada putranya.“Lalu sekarang sudah berapa bulan? Aku sungguh tak sabar ingin menggendong adik.” Ucap Ethan dengan semangat.“Ini kemungkinan memasuki minggu ke lima, jadi kau harus bersabar. Okey?” Ucap Lucia sambil mengecup kening istrinya dengan penuh kasih sayang.Ethan begitu bersemangat menunggu kehadiran adiknya yang diinginkannya. Setiap hari, ia terus menanyakan kapan adiknya akan lahir, dan kegembiraan serta antusiasme dalam suaranya tak terbendung."Minggu ke lima? Artinya adik akan datang dalam tujuh bulanan lagi, benar?" tanya Ethan dengan riang, matanya berbinar-binar."Ya
“Ceritakan pada kami, sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Dariel dengan serius pada Vinn.Sebagai orang yang mengenal Vinn cukup lama, Dariel terkejut ketika Vinn sudah memiliki putri sebesar putranya bahkan Vinn belum menikah.Namun, Vinn terlihat menunduk seperti penuh penyesalan. “ A-amira adalah kekasih saya, kami memang berencana ingin melangsungkan hubungan yang lebih serius, namun saat ibu angkatku mengetahuinya, dia tak setuju dengan Amaria karena menganggap Amaria hanya konsultan hukum junior yang tak terpandang. Anda tahu bagaimana ibu angkat saya tuan dan saya tidak mungkin melawan wanita yang telah merawat saya.” Dariel yang mendengar itu mendesah, “Lalu kenapa kau terlihat begitu menyesal? Bukankah hari ini adalah bagian dari pilihanmu?” Ucap Dariel dengan tenang.“S-saya saya tidak tahu jika Amaria waktu itu mengandung, jika aku tahu dia mengandung tentu aku akan berusaha keras mempertahankannya.”Lucia yang mendengar itu merasa tampak kecewa, “Aku sebagai wanita kecewa
Obrolan Lucia dengan ibu Cila, yang bernama Amira tersebut berlangsung cukup akrab, ternyata mereka memiliki hobby yang sama.“Aku melihat kartu nama mu, pekerjaanmu sebagai konsultan hukum. Apa itu benar?” Tanya Lucia dengan ramah."Mendengar tentang pekerjaanmu sebagai konsultan hukum membuatku tertarik, Amira. Aku sendiri bukan konsultan hukum, tetapi aku memiliki minat yang besar terhadap hukum dan berbagai topik terkait. Aku sangat menghargai profesi seperti yang kamu lakukan," ucap Lucia dengan penuh antusiasme.Amira mengangguk, terlihat senang menemukan seseorang yang bisa diajak berbicara tentang minatnya. "Sama-sama, Lucia. Memang menarik memiliki kesamaan minat seperti ini. Apakah kamu sering membaca atau mempelajari topik hukum secara mendalam?""Ya, aku suka membaca dan memperluas pengetahuan saya tentang hukum akhir-akhir ini, meskipun tidak bekerja di bidang tersebut. Aku percaya pengetahuan hukum sangat berguna dalam berbagai aspek kehidupan," jelas Lucia sambil tersen
“Terima kasih, om, tante, Ethan. Karena membantuku.” Ucap Cila dengan wajah polosnya. Baru kali ini dia dibantu saat dirinya dibully, selama ini semua orang seolah tutup mata bahkan ibunya sendiri tidak mampu melindunginya karena yang membullynya adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan yang tinggi.Dariel yang melihat gadis kecil itu tampak tersenyum, “Bukan apa-apa, sweety. Dimana orang tua mu? Apakah kau akan dijemput?” Tanya Dariel dengan lembut.Cila mengangguk, “Ibuku akan menjemput saat istirahat nanti, dia masih bekerja jadi tak bisa menjemput tepat waktu. Tapi aku tak apa, om. Aku akan menunggunya seperti biasa.” Ucap Cila dengan tenang.Lucia yang melihat keberanian di mata gadis itu langsung terenyuh, anak sekecil ini sudah bisa memahami keadaan orang tuanya. Apalagi
“Aduh! Kenapa kamu mendorong Cila!” Teriak anak kecil dengan berani pada segerombolan anak kecil yang seusianya. “Hei, kau anak yang tak punya ayah itu kan? Kenapa kau bisa sekolah disini. Inikan sekolah bermain elite.” Tanya anak laki-aki tersebut pada gadis kecil bernama Cila. “Memang jika tak punya ayah aku tak bisa bersekolah, ha? sini kalau berani jangan mainnya keroyokan dong.” Ucapnya tanpa rasa takut sekalipun. anak-anak laki-laki itu langsung menjambak rambut anak gadis itu dengan keras dan merundungnya dengan tawa yang cukup keras. Ethan, dia yang sedang menunggu ibunya menjemputnya merasa terganggu dengan perundungan tersebut. Dengan berani dia langsung menolong gadis kecil itu yang tampak ingin menangis namun ditahan agar lawannya tak semakin menyiksanya. Situasi itu membuat Ethan merasa tidak enak hati. Dengan langkah mantap, dia mendekati anak-anak yang sedang merundung Cila. Meskipun merasa agak takut, dia bertekad untuk membantu. "Diam kalian!" teriak Ethan deng
Tahun pertama Ethan memasuki waktu sekolahnya, saat usia tiga tahun ini Lucia memutuskan untuk mendaftar ke sekolah bermain agar Ethan bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.Ethan yang baru pertama kali ikut kelas ini hanya memegang tangan ibunya dengan erat, Lucia yang melihat itu tersenyum. “Jangan takut, mereka adalah temanmu semua. Ayo bergabunglah dengan mereka.” Ucapnya dengan lembut pada putranya tersebut.Saat melihat Ethan yang agak ragu-ragu di hari pertamanya di sekolah bermain, Lucia mencoba memberikan dukungan dan semangat padanya. Dia meraih tangan kecil Ethan dengan lembut, merasa getaran kecil dari kecemasan yang dipancarkan anaknya."Kamu akan memiliki waktu yang menyenangkan di sini, nak. Mereka semua adalah temanmu yang baru," ucap Lucia dengan lembut sambil tersenyum menghi
Sesuai dengan janji Dariel, saat ini dia mengajak istri dan anaknya untuk pergi ke pantai bersama. Ethan terlihat sangat senang dan bermain dengan pasir dipinggir pantai bersama Lucia.Suasana di pantai begitu menyenangkan. Dariel dan Lucia duduk di pinggir pantai sambil menikmati keindahan laut yang bergerombolkan ombaknya. Mereka tersenyum melihat Ethan yang riang bermain-main dengan pasir. Dariel berusaha membuat istri dan anaknya merasa bahagia di tempat yang indah ini."Ethan benar-benar senang di sini," ujar Dariel sambil tersenyum melihat putranya."Iya, pantai memang salah satu tempat favoritnya," kata Lucia sambil mengelus kepala Ethan yang sedang asyik membangun benteng pasir."Kau juga terlihat senang di sini," ucap Dariel sambil menatap istrinya dengan penuh kehangatan.Lucia tersenyum. "Benar, udara pantainya begitu menyegarkan. Terima kasih sudah membawa kami ke sini."Mereka melanjutkan hari mereka dengan bermain air, menjelajahi pantai, dan menikmati waktu bersama. Dar
“Kau membaca apa sayang?” Tanya Dariel yang setelah mandi langsung menghampiri istrinya meskipun dia masih menggunakan handuk kimono di badannya.Lucia yang melihat suaminya tersenyum tipis, “Aku sedang membaca novel saja, aku sedang jenuh saat ini.” Ucap Lucia dengan lembut.Dariel duduk di pinggiran kursi dengan menatap buku novel yang dibaca istrinya, “Malam pertama dengan sang CEO.” Gumam Dariel dengan menaikkan alisnya, “Kau membaca novel seperti ini Lucia?” Tanya Dariel terkekeh lalu mengambil buku novel yang dibaca istrinya.“Oh apa kau ingin gaya baru dalam hubungan kita Lucia?” Tanya Dariel menggoda Lucia.“Tidak.” Elak Lucia yang berusaha merebut kembali novel yang dipegang oleh suaminya dengan malu.Dariel terus menggoda Lucia hingga Lucia tersandung dan terjatuh ke ranjang dengan menarik Dariel hingga tubuh Dariel menindih Lucia.“Apa ini juga tertulis di novel ini sayang? Apakah kau ingin menggodaku saat hari masih belum petang?” Bisik Dariel yang menggetarkan hati Lucia.
Kehidupan keluarga Dariel semakin hari semakin bahagia, terlebih Lucia saat ini tengah menikmati momen santai bersama putranya yang saat ini sudah pintar berlari dan mereka menikmati hari ini di taman belakang rumahnya..“Nyonya, nona Clara datang lagi.” Ucap pelayan Lucia padanya.Lucia yang mendengarnya tersenyum, “Bawa dia kemari.” Ucap Lucia dengan tenang.Meskipun dahulu ada rasa kekhawatiran terhadap Clara, namun saat ini Lucia dan Clara sudah berteman semenjak hari itu dia datang ke mansionnya.“Lucia, bagaimana kabarmu?” Tanyanya dengan ramah.Lucia tersenyum dan mengangguk, “Aku sangat baik, bagaimana dengan kuliahmu? Ku dengar kau melanjutkan kuliah S2.”Terkadang, kehidupan bisa memberikan kesempatan kedua yang menakjubkan. Seperti yang dirasakan Lucia saat ini, di mana pertemuan dengan Clara yang awalnya penuh ketegangan, kini berubah menjadi obrolan santai dan hangat di taman belakang rumahnya.“Aku baik-baik saja. Iya, aku lanjut S2 sekarang. Belum terlalu sulit, tapi cu