Share

Mulai Perhatian

Author: Anna Sahara
last update Last Updated: 2025-04-15 09:32:55

Meski tidak sepenuhnya siap, Adrie tetap berdiri tegas. "Baik, Bu." Sebagai seorang asisten yang patuh, dia harus menunjukkan kinerja yang bagus.

"Aku mau keluar sebentar, kamu tidak apa-apa kan aku tinggal sendiri?" Mery berkata lagi. "Semua dokumen ini sangat penting, jangan ada satu pun yang terlewatkan!"

Adrie hanya mengangguk canggung, karena sejujurnya saat ini dia sudah mulai gelisah untuk melangkah. Bagaimana caranya menghadapi seorang pria tampan yang sering melempar tatapan amarah padanya?

Adrie memeluk setumpuk berkas ketika Hanley membukakan pintu untuknya.

"Maaf, Tuan, bu Mery menyuruh saya untuk mengantar berkas-berkas ini," kata Adrie dengan suara yang bergetar.

Hanley tersenyum kecil, berusaha untuk bersikap ramah. Namun sehebat apapun dia menampilkan wajahnya yang bersahabat, Adrie masih saja gugup ketika mereka beradu pandang.

Sikap Adrie yang demikian membuat Hanley bertanya-tanya. 'Apa aku semenakutkan itu?' pikirnya.

Tidak ingin berburuk sangka, Hanley segera mempersilakan. "Masuklah, dan letakkan semua di atas meja!" suruh Hanley, kemudian menutup pintu dengan rapat.

Adrie yang terlanjur masuk sontak menutup mata tatkala mendengar bunyi pintu tertutup. Dia memeluk erat dokumen di dadanya. Seketika kejadian 4 tahun lalu teringat kembali. Trauma dalam diri selalu membuatnya ketakutan.

Bagaimana Ashley mengurung Adrie di dalam sebuah ruangan, lalu melemparkannya ke atas ranjang dengan cara yang kasar.

"Tidak ... biarkan aku pergi!"

Adrie berteriak kecil, namun terdengar jelas oleh Hanley, membuat pria itu keheranan.

"Ada apa, apa yang kamu katakan tadi?" Hanley telah berdiri di depan Adrie. Wajahnya penuh dengan tanya. "Apa aku membuatmu takut?"

Adrie membuka mata perlahan. Kebingungan di wajah pria itu membuatnya sadar.

"Ma ... maaf, Tuan," ucap Adrie merasa bersalah, lalu menoleh ke arah pintu.

'Bisakah pintunya dibiarkan terbuka saja?' Adrie ingin mengatakannya, tapi tertahan dalam kerongkongan. Dia hanya bawahan, atas dasar apa dia mengatur atasannya?

"Kamu takut karena aku menutup pintu?" Hanley yakin dengan pertanyaannya. "Baiklah, aku akan membiarkannya terbuka."

Pertama kalinya Hanley mengalah, dan dia tidak mengerti apa yang mendasari pikirannya itu.

Adrie segera meletakkan dokumen di atas meja, kemudian berkata sopan, "Bu Mery meminta dokumen ini untuk segera diperiksa dan ditandatangani!"

Hanley tidak ingin memperpanjang lagi. Gadis di depannya terlihat tidak nyaman, bahkan seperti orang ketakutan. Hanley merasa seperti penjahat saja, dan dia tidak menyukai suasana ini.

Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Hanley melakukan seperti yang diminta Adrie. Secepat kilat, semua berkas ditandatangani tanpa dibaca terlebih dulu.

"Terima kasih, Tuan."

Ya, pergilah!" kata Hanley dengan ketus.

Adrie buru-buru meninggalkan ruangan itu dan menutup kembali pintu.

Sepeninggal Adrie, Hanley menjadi banyak berpikir. "Beraninya kau membuatku penasaran, Adrie."

***

Meski mengagumi Hanley sejak lama, Mery yang juga berasal dari keluarga terhormat tidak pernah berani menunjukkan perasaannya pada sang atasan. Dia selalu bersikap professional setiap harinya.

Ketika meninggalkan Adrie sendirian, Mery juga berpikiran jika Hanley tidak mungkin menjatuhkan pilihan hatinya pada seorang Adriella yang berasal dari kalangan bawah. Meski Adrie memiliki paras yang cantik, tapi wanita itu tidak termasuk pada standar keluarga Anderson.

"Aku dengar kamu mempekerjakan seorang asisten, apa itu benar?" Stefani bertanya.

"Ya, baru dua minggu ini, dan Hanley sudah menyetujuinya sejak awal," jawab Mery dengan tenang.

"Gosip yang aku dengar asistenmu itu sangat cantik," Stefani dari divisi lain mulai menggoda ketika mendekati Mery. "Apa kamu tidak takut tersaingi?"

"Apa maksudmu?"

"Hanley bisa saja tertarik pada asistemu itu seperti karyawan lainnya."

"Aku tidak punya pikiran ke arah sana," ucap Mery santai. "Jika sudah tidak ada urusan, aku pergi dulu."

Mery hendak berbalik, tapi lengannya langsung ditahan oleh Stefani.

"Kenapa buru-buru sekali? Aku bahkan belum bicara yang lain."

"Adrie masih baru bekerja, dia masih sangat membutuhkan bimbinganku."

"Oh ... jadi namanya Adrie." Stefani tersenyum sinis. "Kapan-kapan kenalkan dia padaku!"

Mery berpikir sejenak, lalu mengangguk sopan. "Baiklah, aku pergi dulu."

Mery sadar jika Stefani adalah wanita yang berambisi dan sudah lama berusaha mengejar cinta Hanley. Bahkan wanita itu kerap memintanya untuk melakukan hal-hal di luar nalar demi melancarkan aksinya untuk mendapatkan perhatian sang bos.

Saat berjalan ke kantornya, ternyata Mery tidak bisa menepis perkataan Stefani. Ucapan wanita itu masih saja membekas dan kembali terngiang-ngiang.

"Apa mungkin Hanley akan menjatuhkan pilihannya pada wanita seperti Adrie?" Mery bergumam kecil. Rasanya berat untuk menerima kenyataan itu. Dia tak kalah menarik dari Adriella.

Mery mendorong pintu ruangan dan seperti biasa menemukan Adrie tengah sibuk di depan mejanya.

Dengan kening berkerut Mery bertanya, "Adrie, apa kamu sudah melakukan yang saya suruh?" Baru sekitar 10 menit saja Mery telah kembali, dia tidak yakin asistennya itu sudah selesai mendapatkan tandatangan Hanley.

"Sudah semuanya, Bu Mery," Adrie menjawab sambil menganggukkan kepala.

Lagi-lagi Mery mengerutkan dahinya. Ini terasa mustahil baginya. Tidak biasanya Hanley memberikan tandatangan semudah itu. Dengan jumlah dokumen yang lumayan banyak, paling tidak butuh waktu setengah jam untuk memastikan semua itu.

"Apa kamu yakin sudah semuanya? Tidak ada yang terlewatkan?"

"Yakin, Bu."

Mery berusaha menepis rasa curiganya. Sambil berjalan ke mejanya, dia memberi perintah lagi. "Kalau begitu tunjukkan semuanya pada saya, karena kamu masih sangat baru, mungkin saja ada kesalahan dan saya harus mengeceknya ulang!"

"Baik, Bu."

Adrie segera berdiri dan membawakan semua dokumen yang juga sudah diperiksanya secara berulang.

Jari lentik Mery tampak cekatan ketika memeriksa setiap dokumen di atas meja. Dia hanya bisa tersenyum getir ketika dugaannya salah terhadap Adrie. Semua terlihat sempurna dan sesuai dengan yang diinginkannya.

'Bagaimana bisa semudah ini?' Mery bertanya dalam hati. Kepada dirinya saja, Hanley sangat teliti, kenapa terhadap Adrie yang merupakan anak baru begitu berbeda?

"Bagaimana, Bu?" Adrie segera bertanya saat melihat atasannya merenung. "Jika ada yang salah atau kurang, saya akan memperbaikinya."

"Tidak perlu." Mery sedikit iri. "Kerjakan saja tugas yang lain!"

"Baik, Bu."

Jam dinding menunjukkan pukul 4 sore. Adrie masih terlihat bersemangat mengerjakan semua tugas yang diberikan padanya. Satu jam yang lalu, Mery telah memberi perintah jika dia harus lembur, maka untuk itu, dia harus menunjukkan tanggung jawabnya sebagai seorang asisten.

"Apa kamu keberatan dengan jam lembur yang saya berikan?" Mery berbasa-basi.

"Tidak sama sekali, Bu." Adrie menunjukkan senyum tulusnya.

"Bagus kalau begitu."

Di saat yang sama, Hanley pun keluar dari ruangannya. Biasanya, pria itu akan terlebih dulu membalas teguran Mery, namun karena tatapan Hanley langsung tertuju pada Adrie, Mery hanya bisa berdiri dengan mulut membisu.

"Kalian belum mau pulang?" Hanley tiba-tiba perhatian, namun belum menyadari arti dari sikapnya.

Sebagai bawahan, Adrie buru-buru berdiri. "Ah, iya, Tuan, saya masih banyak pekerjaan, jadi untuk hari ini harus lembur."

"Lembur ...?" Sejenak Hanley melirik ke arah Mery, namun tidak ada pertanyaan yang keluar dari mulutnya. Bahkan tanpa kata-kata, pria itu langsung meninggalkan ruangan tersebut.

Sementara itu, Mery juga buru-buru membereskan peralatannya. Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Adrie, dia pun segera mengejar Hanley. Banyak pertanyaan di benaknya yang harus dikeluarkan hari itu juga.

Tinggallah Adrie seorang diri di dalam ruangan itu. Tidak ada keluhan sedikitpun dalam dirinya. Justru semangatnya meningkat untuk segera menyelesaikan seluruh pekerjaan. Dibandingkan dengan keramaian, Adrie memang lebih suka menyendiri. Hal itu bisa meningkatkan fokusnya dalam bekerja.

Di loby, Mery telah berhasil mengejar Hanley.

"Hanley, apa aku bisa menumpang denganmu?" Di luar pekerjaan, Mery tidak selalu bersikap formal pada Hanley. "Mobilku baru saja masuk bengkel, mungkin besok baru diantar ke rumah."

Bukannya menjawab pertanyaan Mery, Hanley tampak bingung dengan kehadiran sekretarisnya itu. "Kamu mau pulang juga? Tidak lembur?"

"Ya, tentu saja."

"Bagaimana dengan asistenmu? Bukankah dia masih baru, kenapa kamu meninggalkannya sendirian?"

Sikap protes yang dilayangkan Hanley benar-benar membuat Mery iri. Kenapa Hanley harus peduli pada Adrie? Dan sejak kapan pria itu memberi perhatian pada karyawan biasa?

"Dia itukan asisten yang aku gaji, ya sudah sepantasnya membantu semua pekerjaan yang tidak sempat aku selesaikan, itu sudah menjadi tugasnya, Hanley, sebaiknya kita pulang sekarang, aku sudah sangat lelah," Mery terlihat santai saat menjawab.

Tidak ingin menciptakan spekulasi miring terhadapnya, Hanley pun mengiyakan. Keduanya berjalan menuju parkiran.

Di dalam mobil, tidak ada percakapan serius yang terjadi di antara mereka berdua. Hanley lebih banyak menunjukkan sikap dinginnya membuat Mery urung bertanya.

Dalam sekejap, mobil Hanley juga sudah berhenti di depan rumah Mery.

"Terima kasih, Hanley," ucap Mery setelah keluar dari dalam mobil.

"Ya," balasan Hanley begitu singkat.

"Sampai ketemu besok."

"Ya."

Di kantor.

Semua tidak sesuai dengan perkiraan Adrie. Kurang lebih satu jam berlalu, pekerjaan yang ditinggalkan Mery ternyata masih lumayan banyak. Dia juga kesulitan untuk menyelesaikannya seorang diri.

"Bagaimana ini, apa aku telepon Bu Mery saja ya?" Adrie meragukan niatnya. "Tapi bu Mery pasti sedang istirahat sekarang, aku tidak boleh mengganggunya."

Adrie menatap kembali tumpukan berkas di mejanya. "Lagian ini tugasku, aku digaji untuk membantu pekerjaan Bu Mery, jadi tidak boleh mengecewakan beliau."

Di saat kekhwatiran melanda, Adrie mendengar suara langkah kaki menuju ruangan itu, selanjutnya pintu ikut terbuka.

"Aku datang untuk membantumu, Adrie."

Adrie segera menoleh ke sumber suara dan menemukan seorang pria tampan tengah berdiri dan tersenyum manis padanya.

"Tu ... Tuan Hanley," ucap Adrie terbata-bata.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    Makan Malam Dengan Bos

    "Tu .. Tuan Hanley, apa yang Anda lakukan di sini?" Bukannya bersyukur, Adrie tentu saja ketakutan melihat kehadiran pria itu. Hanley berjalan santai menuju meja gadis itu. "Seperti yang baru saja kukatakan, aku datang untuk membantu pekerjaanmu." "Tidak perlu, Tuan, saya bisa sendiri ...!" Melihat sikap santai Hanley, mengingatkan Adrie pada sosok Ashley yang tampan namun bersikap kejam seperti iblis. Adrie pun sontak bergerak mundur, tubuh rampingnya terhuyung hingga kursi di belakangnya terbalik dan jatuh. "Akhh ....!" Dia berteriak kecil dengan ulahnya sendiri, membuat kening Hanley berkerut. 'Dia yang salah, dia yang berteriak,' pikir Hanley. 'Huh wanita memang suka playing victim.' Hanley berjongkok, meraih kursi dan meletakkannya pada posisi semula. Demi apa coba, Hanley benar-benar merendahkan diri di hadapan seorang bawahan. "Ada apa denganmu, apa di matamu aku terlihat seperti penjahat?" Hanley sedikit protes. Meski tidak terima dengan sikap Adrie, namun dia tid

    Last Updated : 2025-04-15
  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    Perasaan Hanley

    Pagi itu, Mery terkejut melihat hasil pekerjaan Adrie. Dia hampir tidak percaya. Semua diselesaikan dengan sempurna dan tidak ada celah sedikitpun untuk mencari kesalahan. Mery senang untuk pencapaian Adrie, tapi karena masih terselip rasa iri dalam dirinya, tidak ada pujian yang keluar untuk sang asisten. "Terima kasih, kamu boleh kembali ke tempatmu," ucap Mery dengan tegas. Kini, wanita yang selalu berpenampilan elegan itu mulai berpikir. Bagaimana jika Hanley mengetahui ini? Adrie tidak hanya polos cantik, tapi juga pintar dan bertanggungjawab. Dia bisa diandalkan dalam segi apapun. Hanley bisa saja memberi apresiasi yang tinggi pada gadis itu. Tidak, Mery tidak ingin hal itu terjadi. 'Hasil laporan kali ini harus menjadi milikku, Hanley pasti senang, dan aku tidak mau nama Adrie terlibat di dalam tugas ini,' gumam Mery sembari menatap iri pada Adrie. Dia pun tidak sabar untuk menunjukkan hasil pekerjaan itu. Akan tetapi, hingga siang menjelang, Hanley belum juga mena

    Last Updated : 2025-04-15
  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    Bab 6

    "Ya, kamu yang ketinggalan." Dengan santainya, Hanley duduk di hadapan Adrie. "Setelah kupikir-pikir aku tidak bisa pulang begitu saja meninggalkanmu dengan segudang pekerjaan."Adrie melongo. "A ... apa?" suara pelannya menunjukkan bahwa dirinya terkejut sekaligus terharu dengan perhatian yang diberikan atasannya."Lagi pula aku sedang tidak ada kegiatan apapun, jadi apa salahnya kalau aku membantumu lagi," tukas Hanley dengan tenang.Sekali lagi Adrie terpana. Ini bukan pertama kalinya. Dia pun hanya bisa mematung. "Kenapa berdiri saja?" Hanley menegur. "Ayo kita mulai, aku tidak ingin melihatmu kelelahan dan pulang terlalu malam!" ajak Hanley. Setiap kata yang keluar dari mulut Hanley terdengar tulus dan apa adanya. Tidak ada intimidasi ataupun penekanan seperti yang sering dia dapatkan dari orang lain. Perlahan, Adriella mulai tersanjung.Untuk pertama kalinya, Adrie merasa berharga. Gadis berusia 22 tahun itu pun tersenyum menyambut uluran tangan Hanley.Hingga malam, keduany

    Last Updated : 2025-04-25
  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    Bab 7

    Setelah tiba di ruangan Hanley, Adrie segera bertanya, "Untuk apa memanggil saya, Tuan?"Hanley dan Rauf saling berpandangan. Keduanya saling melempar senyum. Jelas tidak ada yang membutuhkan Adrie di ruangan ini. Mereka hanya sedang menyelamatkan wanita itu dari tindakan Mery yang kerap bersikap diktator pada bawahannya."Duduk saja dulu!" Rauf mempersilakan sebelum akhirnya dia juga duduk di depan kursi kebesaran Hanley."Tapi bu Mery membutuhkan bantuan saya, Tuan, saya harus keluar,, biar bagaimanapun, tugas saya adalah meringankan pekerjaan beliau," Adrie memberi alasan."Meringankan pekerjaannya tapi dia justru memperbudakmu," sindir Hanley. "Apa kamu tidak bisa merasakannya?" "Saya ...," Adrie tidak bisa menjawab. Jika dipikir-pikir, Mery memang melakukan hal itu berulang kali. Wanita itu nyaris melimpahkan semua pekerjaan pada Adrie hingga dia harus lembur setiap hari. Akan tetapi Adrie tidak mungkin membenarkan tuduhan itu begitu saja. Dia hanya wanita berpendidikan rendah

    Last Updated : 2025-04-26
  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    Pertemuan Pertama

    Hari itu adalah hari kelulusan anak SMA. Adriella aghata adalah salah satu alumninya. Hari di mana semua siswa sedang berbahagia menyambut hasil pencapaian dalam tiga tahun terakhir, namun justru naas bagi seorang Adriella. Dikenal sebagai gadis tercantik di sekolah itu, Adriella menjadi incaran banyak pria. Termasuk seorang pria muda bernama Ashley Anderson yang diam-diam merencanakan sesuatu hal yang buruk pada Adriella. Dengan uang dan kekuasaan yang dimilikinya, Ashley yang bukan warga daerah itu berhasil merenggut kesucian Adriella. Dengan tipu dayanya, Ashley berhasil membawa Adriella menuju sebuah gubuk, lalu melecehkannya hingga gadis malang itu berakhir mengandung tanpa seorang suami. Dalam duka itu, Adriella tidak hanya dikucilkan oleh warga, tapi juga diusir oleh keluarganya sendiri. "Kalau kamu tidak mau membuang anak haram itu, silakan kamu angkat kaki dari kampung ini, mulai detik ini kamu bukan bagian keluarga kami!" usir Markus, sang ayah yang turut jijik m

    Last Updated : 2025-04-15
  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    Gila Hormat

    Keluarga Anderson adalah salah satu keluarga terpandang di kota Bangsring. Memiliki harta melimpah, tentu saja mereka adalah keluarga terhormat yang selalu menjaga nama baik keluarga secara turun temurun. Hingga kini, tidak pernah terdengar sekali pun skandal, keburukan atau aib tercela yang dilakukan oleh anggota keluarga berkuasa itu. Duduk santai di atas kursi kebesarannya, Hanley tiba-tiba mengingat wajah polos Adrie saat menyapanya. Tatapan sayu dan suara lembut itu terngiang-ngiang di telinga hingga dia tidak menyadari seulas senyum tipis telah tersungging di bibirnya yang seksi. "Dia terlihat berbeda," gumam Hanley. "Siapa yang kamu maksud?" Rauf yang duduk di hadapan Hanley penasaran. "Gadis yang bersama dengan Mery," Hanley menjawab, lalu bertanya dengan angkuh. "Apa aku terlihat kurang menarik beberapa hari ini?" Biasanya, wanita yang memiliki kesempatan bertatap muka dengan Hanley akan mengambil kesempatan untuk mendekatinya. Sengaja bertindak agresif untuk

    Last Updated : 2025-04-15

Latest chapter

  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    Bab 7

    Setelah tiba di ruangan Hanley, Adrie segera bertanya, "Untuk apa memanggil saya, Tuan?"Hanley dan Rauf saling berpandangan. Keduanya saling melempar senyum. Jelas tidak ada yang membutuhkan Adrie di ruangan ini. Mereka hanya sedang menyelamatkan wanita itu dari tindakan Mery yang kerap bersikap diktator pada bawahannya."Duduk saja dulu!" Rauf mempersilakan sebelum akhirnya dia juga duduk di depan kursi kebesaran Hanley."Tapi bu Mery membutuhkan bantuan saya, Tuan, saya harus keluar,, biar bagaimanapun, tugas saya adalah meringankan pekerjaan beliau," Adrie memberi alasan."Meringankan pekerjaannya tapi dia justru memperbudakmu," sindir Hanley. "Apa kamu tidak bisa merasakannya?" "Saya ...," Adrie tidak bisa menjawab. Jika dipikir-pikir, Mery memang melakukan hal itu berulang kali. Wanita itu nyaris melimpahkan semua pekerjaan pada Adrie hingga dia harus lembur setiap hari. Akan tetapi Adrie tidak mungkin membenarkan tuduhan itu begitu saja. Dia hanya wanita berpendidikan rendah

  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    Bab 6

    "Ya, kamu yang ketinggalan." Dengan santainya, Hanley duduk di hadapan Adrie. "Setelah kupikir-pikir aku tidak bisa pulang begitu saja meninggalkanmu dengan segudang pekerjaan."Adrie melongo. "A ... apa?" suara pelannya menunjukkan bahwa dirinya terkejut sekaligus terharu dengan perhatian yang diberikan atasannya."Lagi pula aku sedang tidak ada kegiatan apapun, jadi apa salahnya kalau aku membantumu lagi," tukas Hanley dengan tenang.Sekali lagi Adrie terpana. Ini bukan pertama kalinya. Dia pun hanya bisa mematung. "Kenapa berdiri saja?" Hanley menegur. "Ayo kita mulai, aku tidak ingin melihatmu kelelahan dan pulang terlalu malam!" ajak Hanley. Setiap kata yang keluar dari mulut Hanley terdengar tulus dan apa adanya. Tidak ada intimidasi ataupun penekanan seperti yang sering dia dapatkan dari orang lain. Perlahan, Adriella mulai tersanjung.Untuk pertama kalinya, Adrie merasa berharga. Gadis berusia 22 tahun itu pun tersenyum menyambut uluran tangan Hanley.Hingga malam, keduany

  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    Perasaan Hanley

    Pagi itu, Mery terkejut melihat hasil pekerjaan Adrie. Dia hampir tidak percaya. Semua diselesaikan dengan sempurna dan tidak ada celah sedikitpun untuk mencari kesalahan. Mery senang untuk pencapaian Adrie, tapi karena masih terselip rasa iri dalam dirinya, tidak ada pujian yang keluar untuk sang asisten. "Terima kasih, kamu boleh kembali ke tempatmu," ucap Mery dengan tegas. Kini, wanita yang selalu berpenampilan elegan itu mulai berpikir. Bagaimana jika Hanley mengetahui ini? Adrie tidak hanya polos cantik, tapi juga pintar dan bertanggungjawab. Dia bisa diandalkan dalam segi apapun. Hanley bisa saja memberi apresiasi yang tinggi pada gadis itu. Tidak, Mery tidak ingin hal itu terjadi. 'Hasil laporan kali ini harus menjadi milikku, Hanley pasti senang, dan aku tidak mau nama Adrie terlibat di dalam tugas ini,' gumam Mery sembari menatap iri pada Adrie. Dia pun tidak sabar untuk menunjukkan hasil pekerjaan itu. Akan tetapi, hingga siang menjelang, Hanley belum juga mena

  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    Makan Malam Dengan Bos

    "Tu .. Tuan Hanley, apa yang Anda lakukan di sini?" Bukannya bersyukur, Adrie tentu saja ketakutan melihat kehadiran pria itu. Hanley berjalan santai menuju meja gadis itu. "Seperti yang baru saja kukatakan, aku datang untuk membantu pekerjaanmu." "Tidak perlu, Tuan, saya bisa sendiri ...!" Melihat sikap santai Hanley, mengingatkan Adrie pada sosok Ashley yang tampan namun bersikap kejam seperti iblis. Adrie pun sontak bergerak mundur, tubuh rampingnya terhuyung hingga kursi di belakangnya terbalik dan jatuh. "Akhh ....!" Dia berteriak kecil dengan ulahnya sendiri, membuat kening Hanley berkerut. 'Dia yang salah, dia yang berteriak,' pikir Hanley. 'Huh wanita memang suka playing victim.' Hanley berjongkok, meraih kursi dan meletakkannya pada posisi semula. Demi apa coba, Hanley benar-benar merendahkan diri di hadapan seorang bawahan. "Ada apa denganmu, apa di matamu aku terlihat seperti penjahat?" Hanley sedikit protes. Meski tidak terima dengan sikap Adrie, namun dia tid

  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    Mulai Perhatian

    Meski tidak sepenuhnya siap, Adrie tetap berdiri tegas. "Baik, Bu." Sebagai seorang asisten yang patuh, dia harus menunjukkan kinerja yang bagus. "Aku mau keluar sebentar, kamu tidak apa-apa kan aku tinggal sendiri?" Mery berkata lagi. "Semua dokumen ini sangat penting, jangan ada satu pun yang terlewatkan!" Adrie hanya mengangguk canggung, karena sejujurnya saat ini dia sudah mulai gelisah untuk melangkah. Bagaimana caranya menghadapi seorang pria tampan yang sering melempar tatapan amarah padanya? Adrie memeluk setumpuk berkas ketika Hanley membukakan pintu untuknya. "Maaf, Tuan, bu Mery menyuruh saya untuk mengantar berkas-berkas ini," kata Adrie dengan suara yang bergetar. Hanley tersenyum kecil, berusaha untuk bersikap ramah. Namun sehebat apapun dia menampilkan wajahnya yang bersahabat, Adrie masih saja gugup ketika mereka beradu pandang. Sikap Adrie yang demikian membuat Hanley bertanya-tanya. 'Apa aku semenakutkan itu?' pikirnya. Tidak ingin berburuk sangka, Han

  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    Gila Hormat

    Keluarga Anderson adalah salah satu keluarga terpandang di kota Bangsring. Memiliki harta melimpah, tentu saja mereka adalah keluarga terhormat yang selalu menjaga nama baik keluarga secara turun temurun. Hingga kini, tidak pernah terdengar sekali pun skandal, keburukan atau aib tercela yang dilakukan oleh anggota keluarga berkuasa itu. Duduk santai di atas kursi kebesarannya, Hanley tiba-tiba mengingat wajah polos Adrie saat menyapanya. Tatapan sayu dan suara lembut itu terngiang-ngiang di telinga hingga dia tidak menyadari seulas senyum tipis telah tersungging di bibirnya yang seksi. "Dia terlihat berbeda," gumam Hanley. "Siapa yang kamu maksud?" Rauf yang duduk di hadapan Hanley penasaran. "Gadis yang bersama dengan Mery," Hanley menjawab, lalu bertanya dengan angkuh. "Apa aku terlihat kurang menarik beberapa hari ini?" Biasanya, wanita yang memiliki kesempatan bertatap muka dengan Hanley akan mengambil kesempatan untuk mendekatinya. Sengaja bertindak agresif untuk

  • MENGEJAR CINTA WANITA YANG DINODAI ADIKKU    Pertemuan Pertama

    Hari itu adalah hari kelulusan anak SMA. Adriella aghata adalah salah satu alumninya. Hari di mana semua siswa sedang berbahagia menyambut hasil pencapaian dalam tiga tahun terakhir, namun justru naas bagi seorang Adriella. Dikenal sebagai gadis tercantik di sekolah itu, Adriella menjadi incaran banyak pria. Termasuk seorang pria muda bernama Ashley Anderson yang diam-diam merencanakan sesuatu hal yang buruk pada Adriella. Dengan uang dan kekuasaan yang dimilikinya, Ashley yang bukan warga daerah itu berhasil merenggut kesucian Adriella. Dengan tipu dayanya, Ashley berhasil membawa Adriella menuju sebuah gubuk, lalu melecehkannya hingga gadis malang itu berakhir mengandung tanpa seorang suami. Dalam duka itu, Adriella tidak hanya dikucilkan oleh warga, tapi juga diusir oleh keluarganya sendiri. "Kalau kamu tidak mau membuang anak haram itu, silakan kamu angkat kaki dari kampung ini, mulai detik ini kamu bukan bagian keluarga kami!" usir Markus, sang ayah yang turut jijik m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status