Haii semuanya. apa kabar? semogabkita semua dalam keadaan sehat. kita biarkan dulu Hakya dan Kanaya melepas rindunya ya... hehe
“Aku tahu,” jawab Kanaya pelan.Semenjak ditinggal oleh Hakya beberapa hari di atas bukit tunggal membuat Kanaya merasakan perasaannya yang sesungguhnya. Ternyata Kanaya mencintai Hakya, dia merasakan kesepian saat hakya tidak ada.Apalagi saat ini Hakya benar-benar sudah bisa diandalkan, tidak seperti dua tahun awal pernikahan mereka. Dulu, Kanaya sempat menolak perjodohan dari kakeknya itu, karena tidak ada satu keistimewaanpun dari Hakya pada saat itu. Bahkan Hakya seperti orang yang kekurangan gizi, ditiup angin saja Hakya akan terjatuh.Hakya dan Kanaya melepaskan kerinduan yang mereka tahan dalam beberapa waktu saat mereka tidak bertemu.“Tubuhmu benar-benar membuatku tergila-gila,” puji Hakya saat keduanya sudah membersihkan diri dan akn bersiap menikmati makanan yang sudah disiapkan oleh Kanaya.Kanaya hanya menunduk mendengar pujian yang diberikan oleh sang suami.“Bagaimana kamu menghabiskan waktu selama aku tinggal pergi?” tanya Hakya kepada Kanaya saat keduanya sudah duduk
"Malam ini?" tanya Hakya heran kepada Kanaya.Sementara itu Kanaya hanya menganggukkan kepalanya sambil memberikan senyuman termanisnya kepada sang suami.Jika sudah melihat hal seperti itu Hakya pastinya tidak akan bisa untuk menolak permintaan Kanaya, senyuman Kanaya benar-benar bisa mengoyak hati Hakya."Dewa berjanji dia akan memberikan hujan yang cukup intens di atas bumi ini dalam jangka waktu 4 bulan selama kita proses usaha untuk memiliki anak," ujar Hakya pelan.Hakya menatap ke dalam mata Kanaya, dia ingin mencari tahu apakah Kanaya mengerti atau tidak dengan maksud yang disampaikan oleh Hakya tersebut.Karena menurut kepercayaan mereka dan juga pesan dari dewa, bahwa saat terbaik untuk mereka melakukan hubungan suami istri agar dapat memperoleh anak adalah saat bulan purnama. Dan menurut perhitungan mereka 100% akan berhasil, jadi Hakya ingin mencobanya, walaupun Kanaya belum meminum ramuan yang diberikan itu."Dan ya semoga malam ini tidak hujan dan aku bisa melihat bidada
"Ah apa?""Kau mau membawa aku ke sungai itu?" tanya Kanaya penasaran kepada Hakya, karena tadinya Hakya malah melarang Kanaya untuk pergi ke sungai itu, dan sekarang mengatakan dia ingin menemani Kanaya, sungguh membuat Kanaya sangat bingung.Hakya hanya menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan apa yang ditanyakan oleh Kanaya, walaupun dalam hati Hakya merasa menyesal telah menceritakan tentang sungai itu kepada Kanaya."Iya, tapi tidak boleh lama-lama disana. Kita juga harus menikmati bulan purnama, kan?" tanya Hakya kepada Kanaya membuat Kanaya tampak tersipu malu, saat ini dia paham dengan apa yang disampaikan oleh Hakya, kalau sebagai pasangan suami istri yang sudah lama tidak bertemu Hakya pastinya akan meminta perhatian lebih darinya.Gak! Gak!Burung gagak berteriak kencang sehingga membuat Kanaya tergelak, mungkin si burung protes kepada Kanaya karena tidak jadi pergi bersamanya."Aku tidak bisa pergi denganmu malam ini, karena suamiku bersedia mengantarkan aku ke sana. Tapi
"Tidak, aku tidak memikirkan apapun," jawab Hakya kepada Kanaya.Padahal sebenarnya dalam hati Hakya baru paham, kalau ternyata sejak kecil Kanaya memang sudah dipersiapkan untuk istri dari pangeran Ilmu Hitam. Dan berarti kedua orang tua Kanaya sudah begitu lama bersekongkol dengan Ratu Ilmu Hitam dalam hidupnya, dan bisa jadi semua semua harta yang dimilikinya adalah hasil bekerja sama dengan Ratu Ilmu Hitam. Dan anehnya mereka rela mengorbankan putrinya untuk dijadikan sesembahan iblis tersebut. Jika Kanaya sudah menikah dengan pangeran ilmu hitam, maka Kanaya tidak akan pernah bisa lagi kembali ke bumi ini. Kanaya akan terjebak pada alam iblis dan tidak akan pernah bisa keluar dari sana selama-lamanya.Kanaya akan abadi di alam iblis itu hingga di penghujung kehidupan manusia dengan hidup yang tersiksa.“Ya sudah, kita harus segera keluar. Lihatlah malam sudah mulai gelap dan rembulan sudah mulai menampakkan dirinya. Nanti kamu terlambat untuk melihat para bidadari yang sedang ma
“Hati-hati, Kanaya!” teriak Hakya saat Kanaya yang segera berlari ke arah sungai tanpa memperhatikan keamanan dan keselamatan dirinya sendiri.“Aku takut mereka dalam bahaya!” jawab Kanaya menarik tangan Hakya agar bergerak lebih cepat.Sungai itu tidak berada jauh lagi di depan mereka, hanya perlu melewatkan satu semak saja sudah bisa melihat ke arah sungai.Hakya menarik tangannya dari Kanaya, karena Hakya tidak ingin membuat suatu pelanggaran dengan melihat para bidadari mandi. Bisa-bisa dia akan disidang oleh para dewa kalau berani melakukan itu.Dan ujung-ujungnya nanti Hakya akan mendapat hukuman, seperti yang dialami oleh burung pipit mendapat hukuman dilarang naik ke atas bukit tunggal selama-lamanya. Hakya tidak mau hal itu terjadi, dan lebih baik dia menahan dirinya. Dia akan meminta Kanaya untuk melihat situasi disana, siapa tahu hanya keisengan para bidadari saja.“Kamu kenapa?” tanya Kanaya heran ketika Hakya menghentikan langkah kakinya dan tidak mau ikut ke tepi sungai
Hening!Tidak ada jawaban dari Kanaya ketika Hakya berkali-kali memanggil nama sang istri, rasanya Hakya ingin langsung menerobos masuk ke dalam wilayah sungai tersebut. Namun, Hakya merasa serba salah, karena nantinya dia pasti akan mendapatkan masalah jika dia memaksa masuk ke sana.Hakya tidak tega jika kehidupan bumi semakin hancur akibat dia yang tidak bisa menahan diri untuk tidak masuk ke sungai biri saat bidadari sedang mandi.Karena dari para dewa mengatakan dengan tegas, kalau seorang lelaki atau binatang berjenis kelamin jantan tidak boleh melihat bidadari yang sedang mandi. Jika ada yang nekat melakukan hal itu, maka akan mendapatkan konsekuensi yang berat.Bahkan dewa juga sudah menunjukkan bukti yang akurat, ketika burung pipit bergerombol masuk dan mengintip bidadari mandi. Walaupun saat itu burung betina tidak ikut melakukan hal itu, namun pipit betina pun mendapat hukuman yang sama. Hingga akhirnya burung pipit tidak akan pernah bisa lagi untuk menginjak bukit tunggal
"Mulai saat ini aku tidak mau lagi berteman dengan kau, Jin. Karena aku pikir engkau adalah temanku, namun ternyata kau sama saja dengan yang lainnya. Kau mau menggangguku agar konsentrasiku buyar!” Hakya terus memarahi jin yang masih berada di depannya itu. “Saat ini berbeda, Jin. Kalau dulu aku masih kecil, aku belum memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus aku lakukan. Tapi, sekarang aku sudah mengemban tugas yang begitu mulia untuk kehidupan makhluk yang berada di bumi ini. Jika kau menggangguku, maka kemungkinan apa yang aku lakukan akan terganggu dan itu artinya siap-siap untuk kehancuran bumi ini.” Hakya terus menggerutu kepada teman masa kecilnya itu. Dan Hakya saat ini baru paham, jika ternyata seakrab apapun dia dengan bangsa jin, kalau jin tetaplah dengan tugasnya mengganggu manusia, itulah yang dilakukan oleh jin tersebut kepadanya malam ini. Walaupun dulu mereka itu berteman baik. Jadi, Hakya memutuskan untuk tidak percaya sepenuhnya kepada makhluk lainnya. "Aku be
"Ah tidak ada apa-apa, kamu sudah selesai?" tanya Hakya pada Kanaya Hakya tampak celingak celinguk melihat ke belakang, takut ada bidadari yang mengikuti Kanaya, padahal bidasari posisinya turun mandi pasti akan tampak kulit mulusnya.Pun sama dengan Kanaya yang tampak melihat ke sekeliling, dia begitu penasaran Hakya sedang berbicara kepada siapa. Karena sepertinya Hakya sedang mengusir seseorang dari tempat duduknya. "Aku seperti mendengar kamu sedang berbicara kepada seseorang, tapi aku tidak melihat kalau ada orang sekitar sini," ujar Kanaya yang tidak menjawab pertanyaan Hakya, dan malah memberikan pertanyaan baik kepada sang suami."Iya tadi ada jin yang mengganggu, sehingga aku tidak bisa mendengar kode yang kamu berikan. Tadi, aku hampir saja masuk area sungai tersebut kalau tidak ada segera sadar akan ada gangguan dari jin pada gendang telingaku," jawab Hakya memberikan penjelasan kepada Kanaya.Sekarang terjawab, kenapa Kanaya mendengar Hakya berteriak walaupun Kanaya sudah