"Kanaya, apa yang kamu lakukan?" tanya Hakya heran ketika melihat Kanaya memohon kepadanya, meminta untuk menjadi muridnya.Padahal Hakya sudah mengatakan kepada Kanaya kalau dia tidaklah ditugaskan untuk meneruskan ilmu tersebut."Aku ingin mempelajari ilmu bela diri, Hakya. Biar aku bisa melawan iblis-iblis itu, sehingga aku bisa ikut kamu turun ke bawah," ucap Kanaya pelan.Hakya menarik tubuh Kanaya agar kembali berdiri dan kemudian mengelus rambut Kanaya dengan pelan."Maafkan aku yang tidak mengajak kamu turun ke bawah. Bukan berarti karena kamu tidak memiliki kemampuan bela diri. Cuma, karena aku tidak ingin terjadi apa-apa dengan kamu," ujar Hakya menjelaskan kepada Kanaya.Hakya tidak ingin Kanaya salah sangka mengenai larangannya turun ke bawah.Dan Kanaya mengatakan kalau dia bisa ilmu bela diri dia bisa membantu Hakya.Kanaya tetap memaksa untuk ikut turun ke bawah, karena menurut Kanaya dia ingin sekali memastikan ayah dan ibunya, apakah selamat atas suara keras yang tadi
"Sudahlah Kanaya, jangan dipikirkan dan jangan terlalu berburuk sangka. Kan anak buah Ratu Ilmu Hitam bukan cuman Ayah, banyak anak buahnya yang lainnya kemungkinan ini anak buah Ratu yang lainnya. Kita berdoa saja ini bukanlah anak buah ayah," ujar Hakya menenangkan hati sang istri.Walaupun sebenarnya Hakya tahu, siapa lagi yang melakukan itu kalau bukan anak buah dari ayah mertuanya itu.Kanaya hanya diam dan tampak menerawang. Dia sedang berpikir itu pastilah anak buah ayahnya, karena sungguh hal yang aneh ayahnya memiliki begitu banyak harta sedangkan selama ini Kanaya tidak tahu sebenarnya apa pekerjaan ayahnya, selain memiliki toko yang dikelola mereka di rumah."Aku tidak habis pikir kenapa ayah bisa melakukan hal-hal seperti ini. Bukannya Ayah menolong orang lain yang kesusahan, malah Ayah yang berbuat seperti itu kepada orang lain, membuat orang lain kesusahan," ucap Kanaya kemudian.Hakya mengelus kepala Kanaya dan kembali menenangkan hati sang istri dengan mengatakan itu b
"Tidak ada cara lain selain kalian harus berusaha," jawab Dewa dengan suara yang menggema di gendang telinga Hakya.Hakya mendengar suara Dewa tersebut tanpa mengenyitkan keningnya, dia masih belum mengerti apa maksudnya berusaha yang disampaikan oleh Dewa tersebut."Maaf, Dewa. Apa maksud dari kami harus berusaha," ganya Hakya kepada dewa."Kanaya harus melahirkanlah kembali satu orang anak untuk memulihkan keadaan bumi, dan jagalah jangan sampai anak tersebut kenapa-napa," ujar Dewa yang kemudian menghilang setelah mengatakan demikian.Hakya membuka matanya setelah merasakan hawa di dalam kamar tersebut sudah seperti biasanya, itu artinya Dewa sudah pergi.Dewa menatap keluar jendela dan melihat langit yang gelap."kami harus berusaha," gumam Hakya mengulang kembali apa yang disampaikan oleh Dewa tersebut.Hakya tahu permintaan Dewa tidaklah susah ataupun tidaklah aneh, semua itu biasa saja dan mungkin itu adalah hal yang lumrah mengingat Hakya dan Kanaya juga merupakan sepasang sua
"Aku hanya sebentar saja, Kanaya. Aku ingin mengambil tanaman tersebut untuk dijadikan obat," ujar Hakya memohon kepada Kanaya."Kamu tega meninggalkan aku sendiri di sini hanya demi obat tersebut? Kamu tidak tahu betapa takutnya aku seorang diri di sini, Hakya. Lebih baik aku turun saja ke bawah," ucap Kanaya pelan.Kanaya bener-bener merasa kesal mendengar Hakya yang ingin mengambil sebuah pohon yang hanya tumbuh di perbukitan di sebelah utara. Dan meskipun membawa bibitnya ke bukit mereka, tanaman itu tidak akan tumbuh. Makanya, Hakya harus kesana untuk mengambil tanaman itu."Obat ini begitu penting untuk kelangsungan hidup kita, Kanaya, dan juga untuk kelangsungan bumi. Jadi, aku harus segera mendapatkan obat tersebut," jawab Hakya masih memohon agar Kanaya terbuka hatinya untuk mengizinkan Hakya pergi ke bukit sebelah.Kanaya tampak memandang tajam ke arah Hakya. dia penasaran sebenarnya obat itu adalah obat apa. Kenapa begitu berpengaruh terhadap mereka dan juga kehidupan merek
"Kamu jangan bercanda, Hakya," ujar Kanya kepada sang suami, Kanaya tidak tahu apa maksud dari Hakya mengatakan hal demikian.Apakah ini sebagai taktik Hakya yang ingin dia diizinkan pergi, sehingga berbagai cara Hakya lakukan agar Kanaya mengizinkannya pergi ke bukit utara.Hakay memegang tangan Kanaya dengan erat dan menarik nafas berat, Hakya mencoba untuk menjelaskan kepada Kanaya mengenai apa yang memang seharusnya dia lakukan."Aku tidak pernah bercanda, Kanaya. Memang seperti itu keadaannya, keadaan bumi ini tergantung dengan kita saat ini. Bagaimana cara kita untuk membuat bumi ini segera pulih kembali.""Dewa kehidupan akan menarik kemarahannya jika kamu sudah hamil," jawab Hakya kepada Kanaya.Dia mencoba memberikan penjelasan kepada sang istri mengenai keadaan bumi saat ini, Hakya tidak pernah berbohong keadaan bumi memang tergantung dari mereka berdua saat ini. Apakah mereka akan segera mengakhiri penderitaan bumi ataukah mereka akan membiarkan bumi dalam keadaan menderit
"Itulah yang sedang aku usahakan sekarang, Kanaya. Aku ingin mengobati rahim kamu yang meminum obat penggugur kandungan dan juga pengering rahim yang diberikan oleh ibu.""Aku ingin kamu bisa hamil dan kita bisa memperbaiki keadaan dunia," ujar Hakya sambil menatap mata Kanaya.Mendengar hal itu Kanaya tampak terbelalak, dia tidak menyangka ternyata Hakya tahu kalau yang memberikan ramuan tersebut kepadanya adalah ibunya sendiri, padahal selama ini Kanaya menutupi dari Hakya. Dia tidak ingin membuat Hakya marah kepada ibunya. Namun, ternyata semua hal yang ditutupi dari Hakya tidak akan bisa, karena ternyata Hakya memang adalah keturunan Dewa."Jadi kamu tahu siapa yang memberikan ramuan itu kepadaku?" tanya Kanaya dengan suara yang gugup bahkan matanya tidak berani menatap mata Hakya.Hakya hanya mengangguk dan tersenyum sembari mengelus kepala Kanaya."Aku tahu. Bahkan aku mendengar secara langsung dari mulut mereka dan aku mencari tahu ramuan apa yang diberikan.""Setelah aku mende
"Apa kamu serius, Kanaya?" tanya Hakya kepada Kanaya.Hakya merasa begitu surprise ketika Kanaya memintanya untuk pergi ke utara.Kanaya tampak mengangguk, kali ini dia akan menurunkan egonya dengan memberikan izin kepada Hakya untuk pergi ke utara.Kanaya yakin kalau Hakya tidak akan lama, karena Kanaya begitu yakin dari mata Hakya tidak akan berbohong, sangat terlihat kalau Hakya sedang mengkhawatirkan keadaan bumi ini.Dan Hakya sangat berharap Kanaya memahaminya dan bisa memberikan keturunan."Iya, aku serius. Pergilah ke utara dan segera ambil tanaman tersebut. Buatlah ramuan untukku, aku akan rutin meminum obat itu," ujar Kanaya pelan.Hakya segera bergegas, dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan oleh Kanaya tersebut. Karena dia tahu kesempatan tidak akan datang dua kali, Kanaya sudah memberikan izin seperti itu."Aku titipkan kamu kepada dewa yang menjaga kamu di atas bukit ini sampai aku kembali. Aku hanya akan pergi sementara mencari tanaman tersebut," ujar
"Hei! Jangan menghalangi jalanku! Kau mau mati?!" teriak seseorang mendorong tubuh Hakya, ketika telah tiba di tempat kerumunan tersebut.Hakya hanya mengangguk dan memberikan jalan kepada pria berbadan besar tersebut untuk lebih maju, dan Hakya belum tahu apa yang terjadi pada kerumunan tersebut. Kenapa semua orang tampaknya berebutan. Bahkan mereka membayar beberapa jumlah uang.Lagi-lagi Hakya mencoba bertanya kepada orang-orang, namun mereka sibuk untuk menerobos kerumunan, agar mendapat urutan paling depan. Mereka tidak ada yang peduli dengan pertanyaan Hakya, mereka lebih mementingkan apa yang ada di depan sana.Setelah beberapa saat ngantri, baru Hakya tahu kalau di situ ada mata air yang mengalir. Namun, dengan aliran yang sangat kecil dan itu diperjualbelikan oleh anggota dari Ratu Ilmu Hitam.Mereka menjual dengan harga yang sangat mahal. Bahkan mereka bisa ditukarkan dengan benda-benda berharga lainnya untuk mendapatkan air tersebut, Hakya mundur beberapa langkah. Dia menge