Hari ini adalah hari dimana status pernikahan Ammar juga Amalia akan di putuskan.
"Kamu harus tenang, jangan terlalu mencolok jika nantinya kamu masih mencintai Ammar, biarkan dia menyesali semua ini, meskipun dia sudah menceraikan Heni belum berarti kamu satu-satunya, tau sendiri kan gimana paniknya suamimu ketika dapat kabar Heni masuk rumah sakit? Ingat kejadian itu, padahal beberapa jam sebelumnya dia meminta rujuk," tegur Alan agar Amalia tidak mudah terpengaruh."Terima kasih sudah mengingatkan tapi aku yakin keputusan ini sudah terbaik, makasih, Alan, kamu selalu ada di sampingku," jawab Amalia dengan senyum menawannya.Hati Alan meleleh ketika kembali melihat senyuman indah Amalia. Senyum yang terus ia kenang ketika dulu masih bersama, hingga detik ini, senyum itu masih sama namun bedanya ia belum bisa memiliki senyum itu, biarlah sementara ini Alan mengalah dulu. Siapa tau setelah keputusan cerai nantinya Amalia mau membuka hati untukSetelah mendengar keputusan Hakim, kini Amalia bisa menjalani hari dengan tenang. Dirinya tidak akan ketakutan lagi jika nantinya bertemu Ammar di jalan. Sudah tidak ada hak bagi Ammar untuk membawanya pergi, Amalia sekarang sendiri. Itu artinya dia harus menata kembali hidupnya karena tidak akan ada sokongan dana dari Ammar seperti sebelumnya. Langkah awal yang akan dilakukan Amalia adalah mencari pekerjaan, kontrakan. Berbekal ijazah yang ia punya, Amalia berharap bisa mendapatkan pekerjaan secepatnya. Dia sungkan terlalu bergantung pada Alan yang notabene pria di masa lalunya. ****Memakai kemeja putih dan celana kain hitam, rambut di cepol serta menyisakan sedikit poni membuat penampilan Amalia sangat cantik dan fresh. Beberapa berkas sudah ia siapkan dalam satu map, hari ini Amalia membawa 5 map karena ia sudah mencari perusahaan mana saja yang membutuhkan karyawan sesuai ijazah yang dimiliki Amalia. Seperti biasa, Amal
"Kamu baru satu bulan bekerja jadi sesuai dengan prosedur perjanjian waktu itu, gaji mu hanya segini belum termasuk uang lembur ya," ucap staf mengetik nomor rekening Amalia lalu mentransfer gajinya. "Nah transferan sudah masuk, coba cek ya dan ini uang ketika kamu lembur, khusus uang lembur memang memberikannya secara cash, jadi jangan kaget lagi," ucap staff seolah tau isi pikiran Amalia. Setelah menerima semua gajinya, ada perasaaan bahagia yang menyelimuti, Amalia terus memandangi gaji pertama dia setelah menikah. "Akhirnya kini aku bisa menghasilkan uang sendiri, kini waktunya bagiku pergi dari rumah Alan, aku sudah banyak merepotkan nya padahal dia juga ada urusan di restoran," ucap Amalia lalu memesan taksi online. Di dalam perjalanan pulang ke rumah Alan, ia melihat Ina sedang bersama Heni. Sebenarnya ingin sekali Amalia menyapa mantan mertuanya itu tapi urung dilakukan karena masih ada rasa sakit di hati Amalia per
Sudah tiga bulan lamanya Heni dan Amalia bercerai dari Ammar. Tidak mudah bagi Ammar untuk kembali menjalani hari setelah kehilangan dua istri sekaligus di bulan yang sama. Bahkan, kini Ammar merasakan penyesalan yang sangat dalam karena sudah menceraikan Amalia-wanita yang sangat ia sayangi, wanita yang mampu mengubah pola pikir hidup Ammar menjadi positif, mampu mengubah sifat Ammar yang dulu tempramental kini bisa sedikit melunak. Andai waktu itu Ammar bisa lebih berhati-hati sudah pasti kejadian perpisahan dan pernikahan kedua tidak akan pernah ada, hanya Amalia yang menjadi istrinya bahkan selalu begitu. Kini, Ammar hanya bisa menatap foto pernikahan dirinya dengan Amalia dalam wajah penuh penyesalan, foto yang menggambarkan bagaimana bahagia kedua mempelai pada masa itu, siapa sangka kini senyum bahagia seperti di foto akan sulit dilihat lagi. ****Di tempat yang berbeda, Heni selesai periksa kandungannya yang semakin hari
Tinggal di rumah Ammar ternyata tidak membuat Heni diperlakukan nyonya seperti dulu, apapun yang diinginkan Heni harus melakukannya sendiri, semua itu karena perintah dari Ammar. Sebenarnya Heni merasa kesal karena harus apa-apa sendiri tapi mau gimana lagi? Heni harus bertahan agar janin yang ia kandung tetap hidup enak. Seperti halnya hari ini, Heni ingin memakan buah mangga, kebetulan gak ada stok jadinya Heni harus mencari keluar. Jika dulu dirinya hanya bisa memerintah namun kini semua ia kerjakan sendiri. Ketika berada di supermarket, tak sengaja Heni bertemu Lukman, kekasih gelapnya yang mendadak hilang bak ditelan bumi. "Lukman, kemana saja kamu? Aku sampai hampir gi-la karena mencari mu!" ucap Heni tak ada basa basi nya sama sekali. "Aku gak kemana-mana, kamu aja yang lebay, kapan nyariin aku? Gak ada deh," jawab Lukman ketus. "Berulang kali aku menghubungimu selalu tidak bisa, jangan bilang aku sudah kamu blo
Tetangga kosan Lukman yang baru saja keluar mendengar keributan juga suara wanita meminta tolong, sontak saja mengetuk pintu untuk menanyakan sedang terjadi apa di dalam. "Bro... Aku dengar-dengar di dalam gaduh sekali, apa yang sudah terjadi?" tanya tetangga kosan Lukman penasaran. Mendengar ada orang lain yang mungkin bisa membantunya, Heni berusaha untuk berteriak di tengah sisa tenaga yang ia punya. Untung saja tetangganya itu menerobos masuk dan syok ketika melihat ada wanita yang terbaring lemah dengan banyak darah yang keluar. "Apa yang sudah lo lakuin, bro? Gi-la sama aja lo mau menghilangkan nyawa anak orang, bawa ke rumah sakit sekarang! Aku gak mau ya jika nanti cewek mu kenapa-napa tapi kami semua yang kena," pekik tetangga kosan Lukman. Dengan terpaksa Lukman membawa Heni ke rumah sakit dengan syarat tetangganya yang ikut itu tidak membuka suara sedikitpun tentang kejadian ini, awalnya tetangga kosan Lukman tidak ma
Ketika Ammar tengah fokus memandang bayi mungil tak berdosa itu, ada suster juga dokter yang menangani persalinan Heni. "Selamat sore, Pak," sapa dokter ramah. "Sore.. Jadi bagaimana, Pak? Bisakah dilakukan tes DNA secepatnya?" tanya Ammar tanpa basa-basi. "Untuk itu kami tidak bisa memastikan, Pak, tunggu sampai paling lama satu minggu untuk melihat perkembangan anak anda, jika memungkinkan akan kami lakukan tes DNA sesegera mungkin," jawab dokter membuat Ammar kecewa. "Gunakan saja rambut dia dan rambutku, saya tidak bisa menunggu selama itu apalagi hasil yang keluar saja nantinya juga lama, saya siap menanggung biaya sebanyak apapun asalkan hasil itu benar-benar valid, bisa di pertanggung jawabkan serta cepat," ucap Ammar membuat dokter serta suster saling memandang. Akhirnya hari itu juga suster memotong sedikit rambut anaknya Heni sebagai syarat untuk dilakukan tes DNA. Sekarang tinggal menunggu waktu un
Ketika sudah jelas jika bayi Heni bukan anaknya kini Ammar bisa leluasa menyusun rencana untuk kembali mendekati Amalia. Sudah lama sekali Ammar tidak mendengar kabarnya, bagaimana dia sekarang? Apakah hidupnya lebih baik? Apakah dia baik-baik saja? Dimana dia tinggal? Semua pikiran baik dan tidak buruk menjadi satu di dalam pikiran Ammar. Di Puncak, kembali Ammar menemui Amalia di rumah yang terakhir kali Ammar ketahui namun sayang sekali, baik Alan maupun Amalia sudah tidak tinggal di sana lagi, para tetangga juga gak tau dimana mereka tinggal sekarang. Pupus sudah harapan Ammar untuk mendekati Amalia karena kini tujuannya harus kembali ke awal, yaitu mencari keberadaan mantan istrinya. Ammar meminta bantuan orang kepercayaannya untuk mengetahui dimana lokasi Amalia, tak perlu waktu lama, kini Ammar tau dimana Amalia berada. "Tak jauh dari tempatmu yang sekarang, tunggulah aku," gumam Ammar melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Aku ingin kembali mendekatinya jadi jangan halangi langkahku," jawab Ammar dengan angkuh. Alan hanya tertawa kecil ketika mendengar jawaban itu sehingga membuat Ammar merasa bingung, kenapa Alan tidak emosi? "Jangan bermimpi bisa mendekati Amalia lagi karena dia tidak mau denganmu, sudahlah kamu urusi saja madu kamu itu, biar aku yang menjaga Amalia dengan baik," sindir Alan terdengar menyebabkan. "Tidak akan aku biarkan Amalia berada dalam pelukanmu!" pekik Ammar menyalakan genderang perang. "Mau kamu pukul aku sampai babak belur pun tidak akan bisa mengubah keadaan jika Amalia memang sudah tidak ingin bersamamu lagi, kini aku yang menjadi masa depannya, asal kamu tau, antara aku dan Amalia akan segera bertunangan, jadi jangan lagi kamu ganggu calon istriku! Ini semua salahmu yang sudah membuang berlian demi sebuah bongkahan batu!" ucap Alan membuat Ammar kaget bukan main. Tangannya sudah mengepal dengan sangat kuat