Setelah mendengar keputusan Hakim, kini Amalia bisa menjalani hari dengan tenang. Dirinya tidak akan ketakutan lagi jika nantinya bertemu Ammar di jalan.
Sudah tidak ada hak bagi Ammar untuk membawanya pergi, Amalia sekarang sendiri. Itu artinya dia harus menata kembali hidupnya karena tidak akan ada sokongan dana dari Ammar seperti sebelumnya.Langkah awal yang akan dilakukan Amalia adalah mencari pekerjaan, kontrakan.Berbekal ijazah yang ia punya, Amalia berharap bisa mendapatkan pekerjaan secepatnya. Dia sungkan terlalu bergantung pada Alan yang notabene pria di masa lalunya.****Memakai kemeja putih dan celana kain hitam, rambut di cepol serta menyisakan sedikit poni membuat penampilan Amalia sangat cantik dan fresh. Beberapa berkas sudah ia siapkan dalam satu map, hari ini Amalia membawa 5 map karena ia sudah mencari perusahaan mana saja yang membutuhkan karyawan sesuai ijazah yang dimiliki Amalia.Seperti biasa, Amal"Kamu baru satu bulan bekerja jadi sesuai dengan prosedur perjanjian waktu itu, gaji mu hanya segini belum termasuk uang lembur ya," ucap staf mengetik nomor rekening Amalia lalu mentransfer gajinya. "Nah transferan sudah masuk, coba cek ya dan ini uang ketika kamu lembur, khusus uang lembur memang memberikannya secara cash, jadi jangan kaget lagi," ucap staff seolah tau isi pikiran Amalia. Setelah menerima semua gajinya, ada perasaaan bahagia yang menyelimuti, Amalia terus memandangi gaji pertama dia setelah menikah. "Akhirnya kini aku bisa menghasilkan uang sendiri, kini waktunya bagiku pergi dari rumah Alan, aku sudah banyak merepotkan nya padahal dia juga ada urusan di restoran," ucap Amalia lalu memesan taksi online. Di dalam perjalanan pulang ke rumah Alan, ia melihat Ina sedang bersama Heni. Sebenarnya ingin sekali Amalia menyapa mantan mertuanya itu tapi urung dilakukan karena masih ada rasa sakit di hati Amalia per
Sudah tiga bulan lamanya Heni dan Amalia bercerai dari Ammar. Tidak mudah bagi Ammar untuk kembali menjalani hari setelah kehilangan dua istri sekaligus di bulan yang sama. Bahkan, kini Ammar merasakan penyesalan yang sangat dalam karena sudah menceraikan Amalia-wanita yang sangat ia sayangi, wanita yang mampu mengubah pola pikir hidup Ammar menjadi positif, mampu mengubah sifat Ammar yang dulu tempramental kini bisa sedikit melunak. Andai waktu itu Ammar bisa lebih berhati-hati sudah pasti kejadian perpisahan dan pernikahan kedua tidak akan pernah ada, hanya Amalia yang menjadi istrinya bahkan selalu begitu. Kini, Ammar hanya bisa menatap foto pernikahan dirinya dengan Amalia dalam wajah penuh penyesalan, foto yang menggambarkan bagaimana bahagia kedua mempelai pada masa itu, siapa sangka kini senyum bahagia seperti di foto akan sulit dilihat lagi. ****Di tempat yang berbeda, Heni selesai periksa kandungannya yang semakin hari
Tinggal di rumah Ammar ternyata tidak membuat Heni diperlakukan nyonya seperti dulu, apapun yang diinginkan Heni harus melakukannya sendiri, semua itu karena perintah dari Ammar. Sebenarnya Heni merasa kesal karena harus apa-apa sendiri tapi mau gimana lagi? Heni harus bertahan agar janin yang ia kandung tetap hidup enak. Seperti halnya hari ini, Heni ingin memakan buah mangga, kebetulan gak ada stok jadinya Heni harus mencari keluar. Jika dulu dirinya hanya bisa memerintah namun kini semua ia kerjakan sendiri. Ketika berada di supermarket, tak sengaja Heni bertemu Lukman, kekasih gelapnya yang mendadak hilang bak ditelan bumi. "Lukman, kemana saja kamu? Aku sampai hampir gi-la karena mencari mu!" ucap Heni tak ada basa basi nya sama sekali. "Aku gak kemana-mana, kamu aja yang lebay, kapan nyariin aku? Gak ada deh," jawab Lukman ketus. "Berulang kali aku menghubungimu selalu tidak bisa, jangan bilang aku sudah kamu blo
Tetangga kosan Lukman yang baru saja keluar mendengar keributan juga suara wanita meminta tolong, sontak saja mengetuk pintu untuk menanyakan sedang terjadi apa di dalam. "Bro... Aku dengar-dengar di dalam gaduh sekali, apa yang sudah terjadi?" tanya tetangga kosan Lukman penasaran. Mendengar ada orang lain yang mungkin bisa membantunya, Heni berusaha untuk berteriak di tengah sisa tenaga yang ia punya. Untung saja tetangganya itu menerobos masuk dan syok ketika melihat ada wanita yang terbaring lemah dengan banyak darah yang keluar. "Apa yang sudah lo lakuin, bro? Gi-la sama aja lo mau menghilangkan nyawa anak orang, bawa ke rumah sakit sekarang! Aku gak mau ya jika nanti cewek mu kenapa-napa tapi kami semua yang kena," pekik tetangga kosan Lukman. Dengan terpaksa Lukman membawa Heni ke rumah sakit dengan syarat tetangganya yang ikut itu tidak membuka suara sedikitpun tentang kejadian ini, awalnya tetangga kosan Lukman tidak ma
Ketika Ammar tengah fokus memandang bayi mungil tak berdosa itu, ada suster juga dokter yang menangani persalinan Heni. "Selamat sore, Pak," sapa dokter ramah. "Sore.. Jadi bagaimana, Pak? Bisakah dilakukan tes DNA secepatnya?" tanya Ammar tanpa basa-basi. "Untuk itu kami tidak bisa memastikan, Pak, tunggu sampai paling lama satu minggu untuk melihat perkembangan anak anda, jika memungkinkan akan kami lakukan tes DNA sesegera mungkin," jawab dokter membuat Ammar kecewa. "Gunakan saja rambut dia dan rambutku, saya tidak bisa menunggu selama itu apalagi hasil yang keluar saja nantinya juga lama, saya siap menanggung biaya sebanyak apapun asalkan hasil itu benar-benar valid, bisa di pertanggung jawabkan serta cepat," ucap Ammar membuat dokter serta suster saling memandang. Akhirnya hari itu juga suster memotong sedikit rambut anaknya Heni sebagai syarat untuk dilakukan tes DNA. Sekarang tinggal menunggu waktu un
Ketika sudah jelas jika bayi Heni bukan anaknya kini Ammar bisa leluasa menyusun rencana untuk kembali mendekati Amalia. Sudah lama sekali Ammar tidak mendengar kabarnya, bagaimana dia sekarang? Apakah hidupnya lebih baik? Apakah dia baik-baik saja? Dimana dia tinggal? Semua pikiran baik dan tidak buruk menjadi satu di dalam pikiran Ammar. Di Puncak, kembali Ammar menemui Amalia di rumah yang terakhir kali Ammar ketahui namun sayang sekali, baik Alan maupun Amalia sudah tidak tinggal di sana lagi, para tetangga juga gak tau dimana mereka tinggal sekarang. Pupus sudah harapan Ammar untuk mendekati Amalia karena kini tujuannya harus kembali ke awal, yaitu mencari keberadaan mantan istrinya. Ammar meminta bantuan orang kepercayaannya untuk mengetahui dimana lokasi Amalia, tak perlu waktu lama, kini Ammar tau dimana Amalia berada. "Tak jauh dari tempatmu yang sekarang, tunggulah aku," gumam Ammar melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Aku ingin kembali mendekatinya jadi jangan halangi langkahku," jawab Ammar dengan angkuh. Alan hanya tertawa kecil ketika mendengar jawaban itu sehingga membuat Ammar merasa bingung, kenapa Alan tidak emosi? "Jangan bermimpi bisa mendekati Amalia lagi karena dia tidak mau denganmu, sudahlah kamu urusi saja madu kamu itu, biar aku yang menjaga Amalia dengan baik," sindir Alan terdengar menyebabkan. "Tidak akan aku biarkan Amalia berada dalam pelukanmu!" pekik Ammar menyalakan genderang perang. "Mau kamu pukul aku sampai babak belur pun tidak akan bisa mengubah keadaan jika Amalia memang sudah tidak ingin bersamamu lagi, kini aku yang menjadi masa depannya, asal kamu tau, antara aku dan Amalia akan segera bertunangan, jadi jangan lagi kamu ganggu calon istriku! Ini semua salahmu yang sudah membuang berlian demi sebuah bongkahan batu!" ucap Alan membuat Ammar kaget bukan main. Tangannya sudah mengepal dengan sangat kuat
Gosip yang beredar semakin menyebar luas, ada yang meragukan jika Alan adalah suaminya ada juga yang mengatakan jika Ammar bisa saja selingkuhan lalu ketahuan Alan sehingga terjadi pertengkaran hebat. Karena gosip ibu-ibu yang semakin memanas membuat pak RT harus meluruskan ini semua, disaat Amalia sudah pulang bekerja, tak berselang lama Pak RT menghampiri rumah Amalia yang kebetulan ada Alan juga di sana. "Permisi... Selamat malam," sapa Pak RT dari luar. Karena Amalia sedang bebersih, jadi Alan yang membukakan pintu. Cukup terkejut bagi Alan ketika tau yang bertamu di rumah Amalia adalah Pak RT. "Apakah mbak Amalia ada, mas?" tanya Pak RT dengan senyum ramah. "Ada, Pak, Amalia sedang mandi, mari masuk," jawab Alan mempersilahkan masuk. Setelah itu terjadi perbincangan ringan sebelum akhirnya Amalia ikut menemui. "Ada apa, pak RT?" tanya Amalia penasaran. "Begini, mbak, saya mendapat keluhan
"Mamah, kenapa mamah bisa begini? Mamah sakit apa? Kenapa rambut mamah habis?" tanya Kenzo di sela tangisannya. "Mamah baik-baik saja dan nanti akan jauh lebih baik-baik saja, apa Kenzo mau berjanji sama mamah?" tanya Heni dijawab anggukan kepala oleh Kenzo. "Kenzo akan janji kepada mamah asalkan mamah juga janji untuk sembuh," pinta Kenzo yang dijawab anggukan kepala oleh Heni. "Mamah minta jika nanti mamah sudah gak ada, Kenzo hidup yang baik dan penurut ya sama om Ammar, mulai sekarang Kenzo mamah titipkan sama om Ammar, apakah Kenzo bersedia?" tanya Heni membuat tangis Kenzo semakin pecah. Kenzo memberontak ketika tau keinginan Heni, maunya Kenzo tetap hidup bersama Heni sampai selamanya. "Tidak ada manusia yang hidup selamanya, sayang, semua yang lahir sudah digariskan meninggal, mungkin sebentar lagi waktunya bagi mamah meninggalkan Kenzo di dunia ini tapi percayalah jika di alam sana nanti mamah akan selalu mengawasi Kenzo dengan baik," ucap Heni berlinang air mata. "Janga
Hari demi hari telah dilewati dengan begitu cepat, ternyata ucapan Ammar waktu itu memang benar adanya. Sekarang ia lebih sering ke sini dan menghabiskan waktu dengan Kenzo. Heni merasa senang karena kini Kenzo bisa mendapatkan kasih sayang seorang ayah yang sesungguhnya, dulu sebuah kasih sayang yang diinginkan Kenzo adalah hal paling berat bagi Heni karena mustahil baginya untuk mengemis kepada Lukman, sebelum akhirnya Heni tau bahwa Kenzo adalah anak kandung Ammar. Kini tanpa perlu Heni mengemis pun sebuah perhatian yang diinginkan Kenzo datang dengan sendirinya, setidaknya kini doa Heni terjawab sudah. Tuhan memang terlalu baik kepadanya karena sudah banyak kebaikan demi kebaikan yang diberikan kepada Heni namun dirinya malah sering lalai dalam menjalankan kewajiban. "Terima kasih sudah menepati janji dengan mengunjungi Kenzo lebih sering, dulu, Kenzo sangat menginginkan bagaimana rasanya disayangi oleh Ayah, Kenzo juga menginginkan sebuah
Sudah beberapa hari ini Ino melihat anaknya selalu murung seperti tak ada lagi semangat hidup, bahkan pekerjaan di kantor pun menurun dan banyak sekali yang membatalkan kerja sama karena kurang puas dengan kinerja Ammar. Jika dibiarkan akan semakin buruk ke depannya, makanya itu Ino meluangkan waktu untuk berbincang empat mata bersama anaknya itu. "Hal apa yang sedang menggangu pikiranmu?" tanya Ino tak mau basa-basi. "Gak ada, Pah, hanya lagi capek saja," jawab Ammar berbohong. "Jangan berbohong, Papah tau kamu sedang menyembunyikan sesuatu, bahkan kamu bawa masalah itu dalam dunia bekerja, apa kamu sadar? Banyak yang membatalkan kerja sama karena mereka mengeluh kinerja kamu kurang baik akhir-akhir ini," bantah Ino. "Lebih penting perusahaan daripada anak kamu sendiri, Pah? Dari dulu selalu perusahaan yang di nomor satukan," sindir Ammar tersenyum miris. "Bukan begitu, masalah apa yang sedang kamu alami sampai kamu t
Rona bahagia juga terpancar di wajah cantik Amalia, setelah itu Amalia mencium tangan Alan sebagai bentuk bakti kepada suami. Tak mau melewatkan momen, untuk mengungkapkan kebahagiaannya, Alan mencium kening Amalia dengan penuh penghayatan. "Woi tahan woi, masih ada kita dan pak penghulu disini," celetuk Dafa membuat suasana yang tadi sempat tegang kini menjadi gelak tawa. Alan menahan malu karena sindiran temannya itu, Amalia juga tersipu malu hingga pipinya merah merona. "She's mine, makanya nikah biar gak nyindir mulu," sindir Alan membuat Dafa manyun. Ditengah suasana khidmat pernikahan Alan dan Ammar, ada salah satu penyusup yang ikut menyaksikan momen itu. "Alan juga mantan istrinya anda hari ini melangsungkan pernikahan, bos," ucap seseorang yang mengirim bukti foto serta video kepada Ammar. Melihat bukti yang dikirimkan seseorang kepadanya, membuat Ammar tak bisa menyimpan rasa amarahny
Sepekan kemudian, Seno sudah di perbolehkan untuk pulang, sesuai kesepakatan yang sudah dibuat, kedua orang tua Alan mendatangi rumah Amalia untuk menentukan hari baik sekaligus melamar secara resmi. Tak ada suguhan mewah karena kondisi yang masih seperti ini tidak membuat keluarga Alan tersinggung, justru pihak dari Alan malah meminta maaf karena terkesan terburu-buru, semua ini karena Alan yang selalu mendesak kedua orang tuanya untuk mendatangi rumah Amalia. Alan takut jika nantinya Amalia berubah pikiran lalu kembali ke pelukan Ammar, ia tidak menginginkan itu terjadi. "Maaf ya, Pak, Bu, kalau kedatangan kami terkesan mendadak," ucap Eko sungkan. "Tidak apa-apa justru kami yang minta maaf, semua jadi terhambat karena saya masuk rumah sakit," jawab Seno juga sungkan. Lalu kedua keluarga terlibat obrolan ringan dulu sebelum menuju inti pertemuan. Setelah basa-basi dirasa selesai, kini Eko mengutarakan maksud dan tuju
Karena sudah ada Alan di sini, Seno meminta keduanya mendekat. Alan yang merasa akan ada sesuatu yang terjadi memilih mengikuti alur saja, terlebih dirinya sudah mempersiapkan jauh-jauh hari. "Berhubung kalian sudah datang, bapak akan mengatakan kalau bapak merestui Alan sebagai calon suamimu, sedari dulu Alan sudah mencintaimu nyatanya ketika tau kamu janda pun dia tidak mundur, sekarang semua bapak serahkan kepadamu, Amalia, bagaimana kamu akan memberikan kepastian kepada Alan, jangan terus kamu gantung perasaan seseorang, bapak yakin Alan pria terbaik," ucap Seno dengan suara lemah sambil menyatukan tangan Alan juga Amalia. Mendengar jawaban dari bapaknya membuat Amalia tidak bisa menahan air matanya, dengan suara bergetar, Amalia mengatakan jawaban yang selama ini sudah ia pikirkan dengan matang. "Jika orang tuaku saja dengan mudahnya setuju denganmu, kenapa tidak denganku? Aku menerima lamaran darimu, Alan, tapi aku mohon jangan sakiti aku seperti apa y
Karena sudah ada Alan di sini, Seno meminta keduanya mendekat. Alan yang merasa akan ada sesuatu yang terjadi memilih mengikuti alur saja, terlebih dirinya sudah mempersiapkan jauh-jauh hari. "Berhubung kalian sudah datang, bapak akan mengatakan kalau bapak merestui Alan sebagai calon suamimu, sedari dulu Alan sudah mencintaimu nyatanya ketika tau kamu janda pun dia tidak mundur, sekarang semua bapak serahkan kepadamu, Amalia, bagaimana kamu akan memberikan kepastian kepada Alan, jangan terus kamu gantung perasaan seseorang, bapak yakin Alan pria terbaik," ucap Seno dengan suara lemah sambil menyatukan tangan Alan juga Amalia. Mendengar jawaban dari bapaknya membuat Amalia tidak bisa menahan air matanya, dengan suara bergetar, Amalia mengatakan jawaban yang selama ini sudah ia pikirkan dengan matang. "Jika orang tuaku saja dengan mudahnya setuju denganmu, kenapa tidak denganku? Aku menerima lamaran darimu, Alan, tapi aku mohon jangan sakiti aku seperti apa y
Setelah mendengar jawaban dari Alan justru membuat mood Amalia memburuk. Akhirnya mereka saling diam dalam perjalanan. Kebetulan supir yang disewa Alan adalah temannya sendiri jadi dia sudah tau sedikit perihal masalah yang menimpa mereka berdua. Jika dia jadi Alan mungkin tidak akan kuat untuk terus mempertahankan cintanya yang tak pernah dianggap. "Namanya dua orang saling mencintai tidak selamanya selalu bersatu, terkadang mereka ditakdirkan untuk saling menyakiti meskipun di hati tersimpan perasaan yang sangat rapi, tidak semua dua insan yang saling mencintai itu bisa bersatu, banyak dari mereka berakhir sama-sama memiliki pasangan sembari menyimpan perasaan untuk orang yang ia cintai karena mereka sadar jika bersatu yang ada hanya saling melukai, tak hanya itu, banyak juga dari mereka yang berakhir dengan takdir berbeda alam, itu hal yang paling menyakitkan, mencintai namun alam memisahkan mereka, itu adalah level mencintai paling dramatis dan trag
Alan mengalami mimpi dimana dia juga Amalia sedang bertengkar hebat karena masalah Ammar, berulang kali Alan meyakinkan pujaan hatinya jika hanya dirinya lah yang terbaik bagi Amalia hingga akhirnya Amalia luluh juga. Ketika Alan terbangun, dia merasa sedih karena semua hanyalah mimpi semata, mimpi yang kebanyakan orang mengatakan hanyalah bunga tidur namun kenapa di dalam mimpi rasanya seperti kenyataan? Alan tidak menampik jika dirinya menginginkan mimpi itu menjadi kenyataan, bertahun-tahun menyimpan rasa dengan wanita yang sama itu tidaklah mudah. Bahkan ketika Amalia sudah resmi bercerai pun, Alan tak juga mampu meluluhkan hati Amalia, sungguh mengenaskan sekali nasib percintaannya. Hingga terbesit dalam pikirannya untuk menyudahi perasaan ini terhadap Amalia setelah itu ia akan membuka hati untuk wanita lain, tapi akankah itu semua berhasil? Ketika sedang melamun, Amalia menelpon, sebuah kebetulan yang tidak di sengaj