Sudah tiga bulan lamanya Heni dan Amalia bercerai dari Ammar. Tidak mudah bagi Ammar untuk kembali menjalani hari setelah kehilangan dua istri sekaligus di bulan yang sama. Bahkan, kini Ammar merasakan penyesalan yang sangat dalam karena sudah menceraikan Amalia-wanita yang sangat ia sayangi, wanita yang mampu mengubah pola pikir hidup Ammar menjadi positif, mampu mengubah sifat Ammar yang dulu tempramental kini bisa sedikit melunak. Andai waktu itu Ammar bisa lebih berhati-hati sudah pasti kejadian perpisahan dan pernikahan kedua tidak akan pernah ada, hanya Amalia yang menjadi istrinya bahkan selalu begitu. Kini, Ammar hanya bisa menatap foto pernikahan dirinya dengan Amalia dalam wajah penuh penyesalan, foto yang menggambarkan bagaimana bahagia kedua mempelai pada masa itu, siapa sangka kini senyum bahagia seperti di foto akan sulit dilihat lagi. ****Di tempat yang berbeda, Heni selesai periksa kandungannya yang semakin hari
Tinggal di rumah Ammar ternyata tidak membuat Heni diperlakukan nyonya seperti dulu, apapun yang diinginkan Heni harus melakukannya sendiri, semua itu karena perintah dari Ammar. Sebenarnya Heni merasa kesal karena harus apa-apa sendiri tapi mau gimana lagi? Heni harus bertahan agar janin yang ia kandung tetap hidup enak. Seperti halnya hari ini, Heni ingin memakan buah mangga, kebetulan gak ada stok jadinya Heni harus mencari keluar. Jika dulu dirinya hanya bisa memerintah namun kini semua ia kerjakan sendiri. Ketika berada di supermarket, tak sengaja Heni bertemu Lukman, kekasih gelapnya yang mendadak hilang bak ditelan bumi. "Lukman, kemana saja kamu? Aku sampai hampir gi-la karena mencari mu!" ucap Heni tak ada basa basi nya sama sekali. "Aku gak kemana-mana, kamu aja yang lebay, kapan nyariin aku? Gak ada deh," jawab Lukman ketus. "Berulang kali aku menghubungimu selalu tidak bisa, jangan bilang aku sudah kamu blo
Tetangga kosan Lukman yang baru saja keluar mendengar keributan juga suara wanita meminta tolong, sontak saja mengetuk pintu untuk menanyakan sedang terjadi apa di dalam. "Bro... Aku dengar-dengar di dalam gaduh sekali, apa yang sudah terjadi?" tanya tetangga kosan Lukman penasaran. Mendengar ada orang lain yang mungkin bisa membantunya, Heni berusaha untuk berteriak di tengah sisa tenaga yang ia punya. Untung saja tetangganya itu menerobos masuk dan syok ketika melihat ada wanita yang terbaring lemah dengan banyak darah yang keluar. "Apa yang sudah lo lakuin, bro? Gi-la sama aja lo mau menghilangkan nyawa anak orang, bawa ke rumah sakit sekarang! Aku gak mau ya jika nanti cewek mu kenapa-napa tapi kami semua yang kena," pekik tetangga kosan Lukman. Dengan terpaksa Lukman membawa Heni ke rumah sakit dengan syarat tetangganya yang ikut itu tidak membuka suara sedikitpun tentang kejadian ini, awalnya tetangga kosan Lukman tidak ma
Ketika Ammar tengah fokus memandang bayi mungil tak berdosa itu, ada suster juga dokter yang menangani persalinan Heni. "Selamat sore, Pak," sapa dokter ramah. "Sore.. Jadi bagaimana, Pak? Bisakah dilakukan tes DNA secepatnya?" tanya Ammar tanpa basa-basi. "Untuk itu kami tidak bisa memastikan, Pak, tunggu sampai paling lama satu minggu untuk melihat perkembangan anak anda, jika memungkinkan akan kami lakukan tes DNA sesegera mungkin," jawab dokter membuat Ammar kecewa. "Gunakan saja rambut dia dan rambutku, saya tidak bisa menunggu selama itu apalagi hasil yang keluar saja nantinya juga lama, saya siap menanggung biaya sebanyak apapun asalkan hasil itu benar-benar valid, bisa di pertanggung jawabkan serta cepat," ucap Ammar membuat dokter serta suster saling memandang. Akhirnya hari itu juga suster memotong sedikit rambut anaknya Heni sebagai syarat untuk dilakukan tes DNA. Sekarang tinggal menunggu waktu un
Ketika sudah jelas jika bayi Heni bukan anaknya kini Ammar bisa leluasa menyusun rencana untuk kembali mendekati Amalia. Sudah lama sekali Ammar tidak mendengar kabarnya, bagaimana dia sekarang? Apakah hidupnya lebih baik? Apakah dia baik-baik saja? Dimana dia tinggal? Semua pikiran baik dan tidak buruk menjadi satu di dalam pikiran Ammar. Di Puncak, kembali Ammar menemui Amalia di rumah yang terakhir kali Ammar ketahui namun sayang sekali, baik Alan maupun Amalia sudah tidak tinggal di sana lagi, para tetangga juga gak tau dimana mereka tinggal sekarang. Pupus sudah harapan Ammar untuk mendekati Amalia karena kini tujuannya harus kembali ke awal, yaitu mencari keberadaan mantan istrinya. Ammar meminta bantuan orang kepercayaannya untuk mengetahui dimana lokasi Amalia, tak perlu waktu lama, kini Ammar tau dimana Amalia berada. "Tak jauh dari tempatmu yang sekarang, tunggulah aku," gumam Ammar melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Aku ingin kembali mendekatinya jadi jangan halangi langkahku," jawab Ammar dengan angkuh. Alan hanya tertawa kecil ketika mendengar jawaban itu sehingga membuat Ammar merasa bingung, kenapa Alan tidak emosi? "Jangan bermimpi bisa mendekati Amalia lagi karena dia tidak mau denganmu, sudahlah kamu urusi saja madu kamu itu, biar aku yang menjaga Amalia dengan baik," sindir Alan terdengar menyebabkan. "Tidak akan aku biarkan Amalia berada dalam pelukanmu!" pekik Ammar menyalakan genderang perang. "Mau kamu pukul aku sampai babak belur pun tidak akan bisa mengubah keadaan jika Amalia memang sudah tidak ingin bersamamu lagi, kini aku yang menjadi masa depannya, asal kamu tau, antara aku dan Amalia akan segera bertunangan, jadi jangan lagi kamu ganggu calon istriku! Ini semua salahmu yang sudah membuang berlian demi sebuah bongkahan batu!" ucap Alan membuat Ammar kaget bukan main. Tangannya sudah mengepal dengan sangat kuat
Gosip yang beredar semakin menyebar luas, ada yang meragukan jika Alan adalah suaminya ada juga yang mengatakan jika Ammar bisa saja selingkuhan lalu ketahuan Alan sehingga terjadi pertengkaran hebat. Karena gosip ibu-ibu yang semakin memanas membuat pak RT harus meluruskan ini semua, disaat Amalia sudah pulang bekerja, tak berselang lama Pak RT menghampiri rumah Amalia yang kebetulan ada Alan juga di sana. "Permisi... Selamat malam," sapa Pak RT dari luar. Karena Amalia sedang bebersih, jadi Alan yang membukakan pintu. Cukup terkejut bagi Alan ketika tau yang bertamu di rumah Amalia adalah Pak RT. "Apakah mbak Amalia ada, mas?" tanya Pak RT dengan senyum ramah. "Ada, Pak, Amalia sedang mandi, mari masuk," jawab Alan mempersilahkan masuk. Setelah itu terjadi perbincangan ringan sebelum akhirnya Amalia ikut menemui. "Ada apa, pak RT?" tanya Amalia penasaran. "Begini, mbak, saya mendapat keluhan
Keputusan yang sangat sulit bagi Amalia karena jika dia memilih tempat tinggal baru, belum tentu tempatnya akan senyaman ini namun jika Amalia tetap di sini, maka dia harus segera menikah dengan Alan. Meminta Alan tidak lagi menemuinya itu sangat tidak mungkin karena terkadang Amalia juga butuh bantuannya. Sungguh dilema yang harus segera ia putuskan segera. "Aku tidak memaksamu untuk menikah denganku secara cepat, semua aku lakukan agar kamu ada yang menjaga, jika status kita begini terus tidak mungkin aku kesini setiap hari dan menemanimu, aku hanya ingin kamu semakin merasa aman dan nyaman," ucap Alan terdengar tulus. Karena hari semakin siang, Alan memutuskan untuk pulang lagian dia merasa tidak enak dengan warga sekitar. Tadi pagi sudah di gerebek masak sampai siang begini belum pulang juga, malah mereka mengira seperti orang yang tidak tau malu. "Jangan pergi, aku gak tau lagi harus bagaimana jika tak ada kamu, Alan, tolon