MENANTU AMBURADUL 83Kita tidak pernah bisa memilih, takdir mana yang akan kita jalani dalam kehidupan berumah tangga. Setiap orang memang berhak atas pilihan hidupnya masing-masing, tapi hasil akhir dari pilihan itu hanya Tuhanlah yang pegang kuasa dan kendali. ____________“Sadar kamu Mia. Kamu sudah diinjak-injak oleh perempuan itu! Mau sampai batas mana kamu merendahkan dirimu sendiri demi lelaki seperti dia.” Ibu memaki Mia dihadapan kita semua. Ibu memaki Mia? Yang bener aja, Bu. Bukannya jika tidak ada kakak-kakak Mia Ibu bersikap sebaliknya. Bahkan Ibu tidak memarahi Mia kemaren meskipun melihat anak Ibu tinggal dengan lelaki asing itu. Koni saat kami semua ada di sini, pandai sekali Ibu seakan merasa menjadi orang paling sedih. Mia hanya diam, dia tak menjawab satu kalimat pun. “Sudah Bu, nanti Ibu malah drop sendiri jika berlebihan menyikapi. Semua sudah terlanjur, kita hanya perlu mencari jalan keluar.” kata Mas Rama. “Jalan keluar bagaimana? Kamu lihat tidak tadi si A
MENANTU AMBURADUL 84 Mbak Rini dan Mas Rama mengadakan acara pesta ulang tahun Khaity yang ketiga. Itu artinya sebentar lagi si Daffa juga ultah yang kedua. Acaranya sederhana, hanya dihadiri oleh keluarga dan beberapa saudara. Tak lupa Mama dan Papa juga diundang. Aku datang bersama Mas Yusuf, Daffa, Mama dan Papa. Kami berlima hadir sebelum acara dimulai. Niat kami datang lebih awal adalah Siapa tahu ada hal yang membutuhkan bantuan kami. Sampai di rumah Mas Rama, ternyata masih sepi, belum banyak tamu yang datang. “Ibu belum ada yang jemput Suf, pasti nanti ngambek.” keluh Mas Rama yang memang sedang sibuk mengurus persiapan acara.“Yaudah biar Yusuf yang jemput, Mas. Kamu mau ikut nggak, De’?” tanya Mas Yusuf padaku. Aku menggelengkan kepala, tanda tidak ingin ikut dengannya. Lagian ngapain juga ikut, kayak jemput presiden aja. Batinku. Mas Yusuf kini berangkat untuk menjemput ibunya. Khaity baru saja selesai mandi, ia belum berganti pakaian. Aku menitipkan Daffa pada Papa,
MENANTU AMBURADUL 85Ketika seorang lelaki yang bertanggung jawab merasa dirinya sedang berada di titik terendah, maka yang ada di dalam hatinya hanyalah emosi dan rasa bersalah. Rasa bersalah tersebut tidak bisa diungkapkan, hanya bisa Ia kiaskan dalam sebuah perlakuan yang penuh dengan amarah dan kekesalan. Dia merasa harga dirinya rendah dihadapan wanitanya. Tugas utama wanitanya sendiri adalah seharusnya ia bisa mencoba lebih mengerti dan bersabar. ____________Menurut cerita Mas Yusuf, Mas Rama sedang ada masalah di kantor. Selama beberapa bulan ini targetnya tidak terpenuhi, sehingga dengan terpaksa Mas Rama harus dikeluarkan secara terhormat karena dianggap oleh atasaan kantor sudah tidak produktif lagi. Ada beberapa juga teman Mas Rama yang dipecat. Bukan hanya dia seorang. Kebetulan, Mas Rama lebih dulu bilang masalah pekerjaannya kepada Ibu, karena pas banget waktu itu sedang akan memberikan jatah bulanannya ke Ibu. Mas Rama sekalian bilang pada Ibu bahwa bulan depan bel
MENANTU AMBURADUL 86Kebetulan sudah sebulan ini rumah mewah sebelah rumah kami kosong. Sepertinya sih ada papan bertuliskan “Dijual”. Mungkin si pemiliknya sudah pindah domisili atau ada alasan lain sehingga menjual rumahnya. Beberapa hari ini kulihat rumah tersebut seperti ada penghuninya. Atau jangan-jangan Aku yang salah lihat? Kulihat kemaren ada penampakan manusia di lantai 2 rumah mereka. Seperti sedang melihat juga ke arah luar. Pandangan kami juga saling bertemu satu sama lain. Kalau tidak salah, penampakan itu adalah seorang wanita berambut pendek, tidak terlalu panjang. Apa mungkin ada kuntilanak berambut pendek sekarang? Tapi masa’ iya, dia curi-curi pandang saat siang bolong? Tapi kata orang indigo sih makhluk halus memang muncul di saat-saat yang mereka suka. Tidak perduli siang atau malam. Pikiranku jadi kemana-mana saat berjemur matahari dengan Daffa. Pandanganku selalu ke arah rumah tersebut. Hari ini untungnya weekend, jadi kami berjemur bertiga. Mas Yusuf sekalia
MENANTU AMBURADUL 87Setiap manusia pasti memiliki ujiannya masing-masing. Perjuangannya masing-masing. Juga pengorbanannya masing-masing. Hanya saja semua itu tak nampak bagi orang lain. Yang mereka tahu kita hanya hidup enak-enak saja. Bahagia saja, karena sebagian banyak hal yang kita perlihatkan adalah tentang kebahagiaan kita. Kecuali kita adalah tipe manusia yang suka mempertontonkan seluruh kisah hidup baik suka dan duka. Itu lain ceritanya lagi. ______________Aku terpaksa membatalkan pertemuanku dengan teman-teman kantor dulu. Padahal niatku adalah ingin mencari info pekerjaan kepada mereka. Rasanya sudah saatnya bagiku untuk kembali berkarir. Hidupku yang begini-begini saja sepertinya tidak membuatku semakin maju. Meski belum meminta izin kepada Mas Yusuf dan orang tua, setidaknya Aku ingin tahu lebih dahulu bagaimana informasinya terlebih dahulu. Jenuh, bosan dan monoton. Itu yang kualami dalam fase hidupku sekarang. Ditambah lagi tontonan yang melulu tentang itu-itu saj
MENANTU AMBURADUL 88Sepulang dari rumah Ibu, ternyata kami kemalaman sampai rumah Mama dan Papa, Daffa juga sudah tidur terlelap di kamar beliau. Mau tidak mau kami harus menginap malam ini di rumah orang tuaku. Rasanya sudah lama sekali tidak memijakkan kaki di kamar ini. Kamar yang penuh dengan kenangan. Kenangan tentang figura Siwon dan Mas Yusuf. Kenangan tentang saat kami dicemburui Ibu mertua saat tidur di rumah ini lebih lama. Dan juga kenangan banyak hal yang membersamai pernikahan kami berdua. Daffa sebentar lagi ulang tahun yang ke 2. Itu artinya pernikahanku dan Mas Yusuf juga semakin bertambah tahun usianya. Semakin kesini semakin Aku mengerti arti dari belajar menjadi dewasa. Dewasa sebagai anak, sebagai istri juga sebagai Ibu. ____________Pukul 06.20 Wib, kami sarapan bersama. Daffa sekarang lebih suka makan sendiri, Aku tinggal menyiapkan makanannya. Daffa ikut makan bersama kami. “Gimana kerjaan kamu, Suf?” tanya Papa. “Baik, Pa.”“Itu siapa kakakmu yang sekaran
MENANTU AMBURADUL 89Besok adalah hari minggu, kami makan malam bersama setelah selesai merayakan acara ulang tahun Ibu. Tak terasa waktu sudah menunjukkan larut malam, juga di luar rumah sedang hujan disertai angin kencang, kami akhirnya memutuskan untuk menginap di rumah Ibu. Rasanya lelah sekali hari ini, aktivitasku mondar-mandir kesana dan kemari sukses membuat pinggangku rasanya tidak karuan. Untung ada Mas Yusuf yang pengertian sekali memijat badanku yang kelelahan ini. Kalau tidak demi Ibunya, mungkin dia akan cuek dan tidak memijatku seperti ini. Hahahahaa mungkin, loh, ini. __________Pagi harinya, Aku membantu Mimi mengerjakan pekerjaan rumah menyapu lantai. Lantai bagian dalam rumah sudah bersih, bahkan kinclong, karena di pel sekalian oleh Mimi. Kini tinggal lantai bagian depan rumah. Aku membersihkannya dengan teliti. Tahu sendiri kan, bagaimana Ibu akan mengecek semua pekerjaan rumah nanti sepulang beliau dari jalan-jalan pagi. “Waaahh bu Ilma ulang tahun ya, selamat
MENANTU AMBURADUL 90Setelah weekend kali ini dihabiskan di rumah Mama juga Ibu mertua, Kami harus menjalani rutinitas harian kembali di rumah masing-masing. Seperti biasa aku menjemur Daffa pagi hari. Sambil menunggu Mas Yusuf siap untuk sarapan. Setelah Mas Yusuf siap, barulah Aku meladeninya untuk sarapan pagi, juga Daffa. Aku sengaja memilih tempat yang berbeda dari biasanya, supaya tidak ada perselisihan antara Aku dan Mas Yusuf, karena tuduhannya bahwa Aku sengaja cari perhatian kepada Daffian. Sungguh tersiksa sekali rasanya setelah Daffian tinggal satu komplek perumahan bersama kami. Aku sering dicurigai macam-macam. Bahkan Mas Yusuf lebih suka kami saat pergi atau tidak tinggal di rumah, entah di rumah Mama atau di rumah Ibunya. Kulihat jam menunjukkan pukul 06.15 Wib. Daffian bersama istri lewat untuk jogging. Aku menyapa mereka dengan normal layaknya penduduk lain di perumahan ini. Aku membalikkan badan, karena merasa ada seseorang yang hendak berlari kecil menuju ke si
MENANTU AMBURADUL 161 (ENDING)Setiap manusia selalu punya pilihan untuk selalu bersikap baik kepada sesama atau justru sebaliknya.___________Takdir hidup terkadang memang mengejutkan. Apalagi dengan terjadinya pendekatan dan rencana pernikahan antara Mimi dan Raihan. Semua orang bahkan diriku sendiri juga kaget. Apalagi mereka yang baru saja tinggal satu rumah dalam hitungan hari. Mimi dulu sempat ingin diadopsi sebagai anak oleh Ibu setelah kematian Mia, tapi rencana Ibu gagal karena tidak mendapatkan persetujuan dari anak-anak lelaki Ibu, kini Ia malah akan dijadikan istri oleh Raihan. Seseorang yang pernah menjadi menantu Ibu.Herannya si Mimi juga bersedia dengan permintaan Raihan yang ingin mempersuntingnya. Entah apapun itu motifnya yang jelas doa terbaik selalu untuk mereka berdua.Jika dengan menikah dengan Raihan membuat Mimi akan bersikap lebih penyayang kepada Fajarina dan Ibu, sungguh itu ide yang bagus. Karena selama ini Ibu sudah di rawat dengan Mimi dengan sepenuh ha
MENANTU AMBURADUL 160Kulihat betapa senangnya Daffa diperhatikan oleh Mama dan Papa. Daffa juga sangat bahagia karena Mama dan Papa beberapa hari ini tinggal di rumah kami. Dua orang yang memang sejak Daffa kecil sangat dekat dengan Daffa.Dulu, si Sulungku justru malah sering kutinggalkan bersama kedua orang tuaku karena banyak hal. Itu sebabnya suatu waktu Mama pernah memarahiku karena hal tersebut. Karena kesibukanku di duniaku sendiri sehingga sering meninggalkan anakku di tempat Mama.Sering juga kutinggalkan Daffa karena ulah Ibu mertua. Atau masalah keluarga Mas Yusuf yang tak jarang menyita waktuku. Tentang almarhumah Mia, tentang Ibu, atau masalah lainnya.Dari sebab inilah Daffa menjadi lebih dekat dan intensitas kebersamaannya dengan Grandma dan Grandpanya sangat sering."Lagi pada asyik ngapain?" tanyaku pada Papa dan Daffa yang sedang bercengkerama di ruang Tv."Lagi jawab teka-teki silang nih Mom." jawab Daffa."Siapa yang menang?""Nggak ada yang menang, kami jawab b
MENANTU AMBURADUL 159Mas Rama, Mbak Rini, Khaity dan Mama Papa berpamitan untuk pulang. Berhubung acara buka bersama telah usai. Sebenarnya ingin tarawih berjamaah juga, tapi takutnya kemalaman.Ibu mengamankan diri di kamar, mungkin sedang menyelesaikan beberes barang-barang. Begitu juga Mimi, dia digaji untuk mengikuti kemanapun Ibu akan tinggal.Mungkin tidak lama lagi Mimi bisa bekerja dengan Ibu, karena umur dia sekarang sudah menunjukkan umur seorang wanita yang pantas untuk menikah. Kedua orang tuanya sudah sering mendesak Mimi untuk segera menikah. Tidak peduli bagaimana senangnya Mimi mencari uang.Mungkin kedua orang tua Mimi takut jika nanti Mimi menikah terlalu tua. Apalagi di kampung pasti banyak yang akan ikut berkomentar jika ada anak gadis salah satu warga yang menikah terlalu tua.Aku berpesan kepada Mimi untuk jangan lebih dulu bilang sama Ibu jika memang sudah mau resign dari pekerjaan ini. Karena tahu sendiri pasti Ibu akan merasa gelisah jika diberi tahu di awal.
MENANTU AMBURADUL 158Tidak ada yang bisa merubah watak seseorang, kecuali dirinya sendiri yang ingin merubahnya.Betapa sulitnya menuruti semua kemauan Ibu. Dari hal sepele, sampai hal yang paling berat sekalipun. Dari waktu yang bersahabat atau waktu yang sedang tidak bersahabat. Jika si Ibu sudah berkehendak, maka keinginan itu harus terwujud."Ibu jadinya puasa atau enggak, Bu?""Mana kuat Ibu puasa, Ibu kan enggak sahur Nis. Ada-ada aja kamu.""Oooh, gegara menu sahur enggak sesuai keinginan Ibu, Ibu jadi mutusin buat nggak puasa ya.""Ngomong apa sih kamu ini." Elak Ibu. Mungkin si kanjeng ratu malu mau jujur."Ibu minta menu apa buat nanti sahur. Biar bisa puasa bareng kita.""Apa ya, nanti Ibu kasih tahu deh kalau sudah dapat menu yang Ibu pingin.""Sekarang saja Bu. Nggak usah nanti-nanti. Yang mau belanja dan yang masih jualan lauk mentah siapa kalau sudah sore. Ini bentar lagi juga orang sibuk nyari takjil. Bukan sayur mayur atau lauk mentah." cerocosku mendesak Ibu agar me
MENANTU AMBURADUL 157"Marhaban ya Romadhon. Marhaban Syahrossiyam."Selamat menunaikan Ibadah puasa bagi yang menjalankan. Semoga kita semua diberikan kesehatan sehingga bisa beribadah dengan maksimal di bulan suci ini. Aamiin.____________"Nek, maafkan Rina. Nenek jangan marah." kata Rina di balik pintu kamar neneknya sambil ketok-ketok.Ibu mengunci pintu kamar beliau dari dalam, sehingga tidak ada seorangpun yang bisa masuk, termasuk Mimi."Pergi saja semua. Jangan perdulikan Nenek lagi.""Kami semua masih peduli kok sama Nenek.""Bohong. Buktinya kamu tidak mau tinggal sama Nenek. Kamu malah memilih tinggal bersama Ayahmu.""Nenek boleh ikut sama kami. Kata Ayah, kita akan tinggal bersama."Hening... tidak ada balasan dari dalam ruangan yang pastinya berantakan itu akibat ulah dari Ibu. Segala barang yang ada di dalam selalu dirusak saat Ibu marah. Itu sebabnya kami tidak banyak meletakkan barang-barang berbahan kaca yang mudah pecah. Salah satu alasannya ya karena itu. Tidak i
MENANTU AMBURADUL 156Kami masih di Supermarket langganan. Cuman beda posisi saja. Aku, Fateh, Rina, Daffa dan Mbak Karti sedang menunggu Ibu dan Mimi yang masih ada di dalam. Mas Yusuf entah menghilang kemana?Daffa awalnya membantu Neneknya mendorong troli belanjaan, tapi dia antarkan troli tersebut sampai kasir lalu pamit mencari Daddynya agar bisa membantunya membawakan belanjaan si nenek. Sudah Daffa cari kemana-mana, batang hidung Daddynya belum juga nongol, akhirnya Daffa menemukan keberadaan kami dan menunggu Mas Yusuf bersama kami di sini."Loh, kok kalian pada di sini? Ibu dimana?" tanya Mas Yusuf yang mendadak care dengan keberadaan ibunya."Helloooo kemana aja dari tadi Mas?" batinku mengomel.Entah dari mana asalnya Mas Yusuf tiba-tiba muncul begitu saja. Bilangnya sih dari toilet. Entah ngumpet atau ngapain dia sejak tadi di sana? Kami saja sudah duduk di sini sekitar 15 menit. Berarti Mas Yusuf berada di toilet hampir 45 menitan. Hahahaha mustahil sekali Mas. Alasan k
MENANTU AMBURADUL 155Suara huru-hara orang yang hendak beraktivitas mulai terdengar di luar. Sang embun mulai menampakkan diri, pertanda bahwa pagi ini masih begitu dingin. Kembali kututup pintu rumah, lalu menikmati pekerjaan pagi yang setiap hari kujalani.Mbak Karti sudah memulai pekerjaan rumah lebih dulu, ia tampak serius sedang bergelut dengan cucian dan mesin. Sementara Aku sedang menyiapkan bumbu dan bahan makanan untuk kukupas dan potong-potong.Mas Yusuf dan Fateh masih terlelap tidur. Tadi mereka asyik bercanda dari sebelum subuh, namun akhirnya keduanya tertidur kembali setelah Mas Yusuf melakukan sholat subuh.Daffa dan Fajarina juga kebetulan sedang ada di rumah. Mereka sedang menikmati liburan di rumah menjelang ramadhan dari pesantren. Tidak lama sih, sekitar satu minggu. Itupun sudah membuat mereka berdua merasa senang, karena bisa pulang ke rumah dan berkumpul bersama keluarga. Khaity juga pulang."Boleh Rina bantu, Tante?" sapa seseorang dari belakangku."Eh Rina,
MENANTU AMBURADUL 154Kudengar bel rumah berbunyi, sepertinya ada seseorang yang datang. Aku berdiri dari posisi awalku yang sedang duduk di samping Fateh untuk menitipkan sementara Fateh, kepada Mbak Karti. Dengan sedikit rasa penasaran Akupun membuka pintu depan."Assalamu'alaikum Mbak Nisa. Saya rindu sekali dengan Mbak Nisa." sapa seorang dokter perempuan cantik di hadapanku. Ia Aisyah, istri dari Ilyas.Kami saling berpelukan. Sudah lama sekali sepertinya kami tidak berjumpa."Alhamdulillah Baik. Tahu rumahku dari Mana, Syah?""Minta sama Mbak Rini. Hehehehe nggak papa kan Mbak? Maaf sudah lancang.""Nggak papa dong. Malahan seneng ada yang datang ke sini jengukin diriku.""Hehehehe Mbak Nisa bisa saja."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, rupanya Aku sedikit pangling padanya. Kini Aisyah tampak lebih subur, sepertinya benar yang dibilang oleh Fajarina, Aisyah terlihat seperti sedang berbadan dua. Wajahnya masih saja cantik, bahkan lebih cantik sekarang dengan aura keibuannya ya
MENANTU AMBURADUL 153Sudah sekitar 45 menit kami menunggu mobil yang dinaiki oleh Ibu singgah di sini. Kami semua seperti orang hilang di sebuah Pom Bensin ini. Bukan seperti lagi, kami ibarat keluarga yang terdampar tanpa kepastian.Ibu tak kunjung ada kabar. Selain cemas, kami juga sempat berfikiran buruk tentang mereka bertiga yang kebetulan di supiri oleh orang sewaan yang kurang begitu kami kenal. Takutnya mereka bertiga kenapa-napa. Misalnya diculik gitu. Tapi ribet juga sih kalau yang diculik Ibu. Bakalan susah ngerawatnya. Belum lagi pas kena omel si Ibu, bisa-bisa nyerah penculiknya. Angkat tangan beserta kaki. Hahahahaa.Selang berapa lama, Mas Yusuf dan Mas Rama akhirnya berhasil menghubungi si driver lewat sambungan telfon. Saat ditanya oleh Mas Rama kebetulan si driver baru sampai rumah lagi. Tadinya masih di jalan dan susah ambil ponsel di sakunya, makanya tidak kunjung diangkat.Ternyata Ibu melupakan sesuatu, tas beliau ketinggalan di ruang tamu lengkap beserta pons