MENANTU AMBURADUL 82 Raihan berniat membawa pergi Rina, tapi ternyata tidak diperbolehkan oleh Ibu dengan alasan kasihan, karena Rina baru saja pindahan. Takutnya badan anak kecil itu jadi kelelahan dan sakit. Dengan terpaksa Raihan pulang dari Apartmen tanpa membawa serta anak yang dirindukannya tersebut. Meski tampak kecewa karena sudah jauh-jauh ke sini, Raihan tetap menerima apa yang mantan mertuanya minta. Aku berniat untuk pulang, lalu kuajak Ibu untuk pulang bersamaku. “Ayo pulang, Bu, Nisa belum siapin untuk masak nanti siang.” ajakku. “Ibu di sini saja Nis, masih rindu sama Rina. Kamu pulang saja bersama Mimi.” jawab Ibu. “Iya Mbak, nanti Ibu biar Aftar yang antar.” Aftar menimpali. Loh? Akrab sekali mereka. Ibu juga aneh, seperti sedang menyembunyikan sifat aslinya di depan lelaki ini. Memang benar, dari gelagat dan cara berbicara antara Ibu dan Aftar sudah tampak tidak canggung lagi. Sepertinya sudah ada pertemuan diantara mereka sebelumnya, hingga membuat mereka akra
MENANTU AMBURADUL 83Kita tidak pernah bisa memilih, takdir mana yang akan kita jalani dalam kehidupan berumah tangga. Setiap orang memang berhak atas pilihan hidupnya masing-masing, tapi hasil akhir dari pilihan itu hanya Tuhanlah yang pegang kuasa dan kendali. ____________“Sadar kamu Mia. Kamu sudah diinjak-injak oleh perempuan itu! Mau sampai batas mana kamu merendahkan dirimu sendiri demi lelaki seperti dia.” Ibu memaki Mia dihadapan kita semua. Ibu memaki Mia? Yang bener aja, Bu. Bukannya jika tidak ada kakak-kakak Mia Ibu bersikap sebaliknya. Bahkan Ibu tidak memarahi Mia kemaren meskipun melihat anak Ibu tinggal dengan lelaki asing itu. Koni saat kami semua ada di sini, pandai sekali Ibu seakan merasa menjadi orang paling sedih. Mia hanya diam, dia tak menjawab satu kalimat pun. “Sudah Bu, nanti Ibu malah drop sendiri jika berlebihan menyikapi. Semua sudah terlanjur, kita hanya perlu mencari jalan keluar.” kata Mas Rama. “Jalan keluar bagaimana? Kamu lihat tidak tadi si A
MENANTU AMBURADUL 84 Mbak Rini dan Mas Rama mengadakan acara pesta ulang tahun Khaity yang ketiga. Itu artinya sebentar lagi si Daffa juga ultah yang kedua. Acaranya sederhana, hanya dihadiri oleh keluarga dan beberapa saudara. Tak lupa Mama dan Papa juga diundang. Aku datang bersama Mas Yusuf, Daffa, Mama dan Papa. Kami berlima hadir sebelum acara dimulai. Niat kami datang lebih awal adalah Siapa tahu ada hal yang membutuhkan bantuan kami. Sampai di rumah Mas Rama, ternyata masih sepi, belum banyak tamu yang datang. “Ibu belum ada yang jemput Suf, pasti nanti ngambek.” keluh Mas Rama yang memang sedang sibuk mengurus persiapan acara.“Yaudah biar Yusuf yang jemput, Mas. Kamu mau ikut nggak, De’?” tanya Mas Yusuf padaku. Aku menggelengkan kepala, tanda tidak ingin ikut dengannya. Lagian ngapain juga ikut, kayak jemput presiden aja. Batinku. Mas Yusuf kini berangkat untuk menjemput ibunya. Khaity baru saja selesai mandi, ia belum berganti pakaian. Aku menitipkan Daffa pada Papa,
MENANTU AMBURADUL 85Ketika seorang lelaki yang bertanggung jawab merasa dirinya sedang berada di titik terendah, maka yang ada di dalam hatinya hanyalah emosi dan rasa bersalah. Rasa bersalah tersebut tidak bisa diungkapkan, hanya bisa Ia kiaskan dalam sebuah perlakuan yang penuh dengan amarah dan kekesalan. Dia merasa harga dirinya rendah dihadapan wanitanya. Tugas utama wanitanya sendiri adalah seharusnya ia bisa mencoba lebih mengerti dan bersabar. ____________Menurut cerita Mas Yusuf, Mas Rama sedang ada masalah di kantor. Selama beberapa bulan ini targetnya tidak terpenuhi, sehingga dengan terpaksa Mas Rama harus dikeluarkan secara terhormat karena dianggap oleh atasaan kantor sudah tidak produktif lagi. Ada beberapa juga teman Mas Rama yang dipecat. Bukan hanya dia seorang. Kebetulan, Mas Rama lebih dulu bilang masalah pekerjaannya kepada Ibu, karena pas banget waktu itu sedang akan memberikan jatah bulanannya ke Ibu. Mas Rama sekalian bilang pada Ibu bahwa bulan depan bel
MENANTU AMBURADUL 86Kebetulan sudah sebulan ini rumah mewah sebelah rumah kami kosong. Sepertinya sih ada papan bertuliskan “Dijual”. Mungkin si pemiliknya sudah pindah domisili atau ada alasan lain sehingga menjual rumahnya. Beberapa hari ini kulihat rumah tersebut seperti ada penghuninya. Atau jangan-jangan Aku yang salah lihat? Kulihat kemaren ada penampakan manusia di lantai 2 rumah mereka. Seperti sedang melihat juga ke arah luar. Pandangan kami juga saling bertemu satu sama lain. Kalau tidak salah, penampakan itu adalah seorang wanita berambut pendek, tidak terlalu panjang. Apa mungkin ada kuntilanak berambut pendek sekarang? Tapi masa’ iya, dia curi-curi pandang saat siang bolong? Tapi kata orang indigo sih makhluk halus memang muncul di saat-saat yang mereka suka. Tidak perduli siang atau malam. Pikiranku jadi kemana-mana saat berjemur matahari dengan Daffa. Pandanganku selalu ke arah rumah tersebut. Hari ini untungnya weekend, jadi kami berjemur bertiga. Mas Yusuf sekalia
MENANTU AMBURADUL 87Setiap manusia pasti memiliki ujiannya masing-masing. Perjuangannya masing-masing. Juga pengorbanannya masing-masing. Hanya saja semua itu tak nampak bagi orang lain. Yang mereka tahu kita hanya hidup enak-enak saja. Bahagia saja, karena sebagian banyak hal yang kita perlihatkan adalah tentang kebahagiaan kita. Kecuali kita adalah tipe manusia yang suka mempertontonkan seluruh kisah hidup baik suka dan duka. Itu lain ceritanya lagi. ______________Aku terpaksa membatalkan pertemuanku dengan teman-teman kantor dulu. Padahal niatku adalah ingin mencari info pekerjaan kepada mereka. Rasanya sudah saatnya bagiku untuk kembali berkarir. Hidupku yang begini-begini saja sepertinya tidak membuatku semakin maju. Meski belum meminta izin kepada Mas Yusuf dan orang tua, setidaknya Aku ingin tahu lebih dahulu bagaimana informasinya terlebih dahulu. Jenuh, bosan dan monoton. Itu yang kualami dalam fase hidupku sekarang. Ditambah lagi tontonan yang melulu tentang itu-itu saj
MENANTU AMBURADUL 88Sepulang dari rumah Ibu, ternyata kami kemalaman sampai rumah Mama dan Papa, Daffa juga sudah tidur terlelap di kamar beliau. Mau tidak mau kami harus menginap malam ini di rumah orang tuaku. Rasanya sudah lama sekali tidak memijakkan kaki di kamar ini. Kamar yang penuh dengan kenangan. Kenangan tentang figura Siwon dan Mas Yusuf. Kenangan tentang saat kami dicemburui Ibu mertua saat tidur di rumah ini lebih lama. Dan juga kenangan banyak hal yang membersamai pernikahan kami berdua. Daffa sebentar lagi ulang tahun yang ke 2. Itu artinya pernikahanku dan Mas Yusuf juga semakin bertambah tahun usianya. Semakin kesini semakin Aku mengerti arti dari belajar menjadi dewasa. Dewasa sebagai anak, sebagai istri juga sebagai Ibu. ____________Pukul 06.20 Wib, kami sarapan bersama. Daffa sekarang lebih suka makan sendiri, Aku tinggal menyiapkan makanannya. Daffa ikut makan bersama kami. “Gimana kerjaan kamu, Suf?” tanya Papa. “Baik, Pa.”“Itu siapa kakakmu yang sekaran
MENANTU AMBURADUL 89Besok adalah hari minggu, kami makan malam bersama setelah selesai merayakan acara ulang tahun Ibu. Tak terasa waktu sudah menunjukkan larut malam, juga di luar rumah sedang hujan disertai angin kencang, kami akhirnya memutuskan untuk menginap di rumah Ibu. Rasanya lelah sekali hari ini, aktivitasku mondar-mandir kesana dan kemari sukses membuat pinggangku rasanya tidak karuan. Untung ada Mas Yusuf yang pengertian sekali memijat badanku yang kelelahan ini. Kalau tidak demi Ibunya, mungkin dia akan cuek dan tidak memijatku seperti ini. Hahahahaa mungkin, loh, ini. __________Pagi harinya, Aku membantu Mimi mengerjakan pekerjaan rumah menyapu lantai. Lantai bagian dalam rumah sudah bersih, bahkan kinclong, karena di pel sekalian oleh Mimi. Kini tinggal lantai bagian depan rumah. Aku membersihkannya dengan teliti. Tahu sendiri kan, bagaimana Ibu akan mengecek semua pekerjaan rumah nanti sepulang beliau dari jalan-jalan pagi. “Waaahh bu Ilma ulang tahun ya, selamat