**
1 bulan berlalu setelah aku mengetahui fakta bahwa suamiku sudah berselingkuh, tapi diriku ini memang tidak berdaya. aku selalu mencoba berdamai dan menemukan titik tenangku untuk mulai menerima semua ini, tapi bukannya sembuh. aku bagai kepingan kaca yang pecah dan menjadi benda tajam.Sakit rasanya setiap melihat senyum Mas putra yang seakan tidak terjadi apa-apa, sedangkan aku mengenyam pahitnya luka dalam diam. aku masih menyiapkannya makan, aku masih menunaikan kewajibanku sebagai seorang istri bahkan aku masih mendoakan keselamatan dan kebahagiaannya dalam sujud sholatku. aku selalu mencoba untuk mengendalikan diri agar tidak larut terlalu dalam tapi ini sulit untukku.“Sayang, mas berangkat ya.” Ucap Mas putra memeluk lalu mencium keningku. Sejak dia meminta maaf pada malam itu memang sikapnya jadi lebih hangat.“Iya mas, take care.” Jawabku sambil mencium tangannya.Seperti biasa kesibukanku adalah bekerja. Setelah aku rasa tugasku sebagai housewife sudah selesai, aku langsung berangkat menuju kampus. Pekerjaanku cukup mengalihkan rasa sakitku, aku kadang merasa sudah sembuh hanya karena aku terlalu fokus dengan perkerjaanku. Namun ketika aku pulang ke rumah rasa sakitnya kembali kambuh.Aku terus memendam dan mengutuk diriku yang tidak mampu melakukan apa-apa, aku sudah berjanji kepada diriku sendiri untuk tidak akan membawa masalah pernikahanku keluar rumah. Ternyata janji itu malah menjadi boomerang di kehidupanku, tiba-tiba aku teringat ucapan andini bahwa masalah dalam kehidupan rumah tangga tidak pernah terduga.“Sudah sejauh apa ya hubungan mereka?.” Aku melamun membayangkan apa yang sudah mereka lakukan di belakangku. Rasanya menduga-duga itu seperti mencekik leher sendiri, sangat membuat sesak didada.Ditengah lamunan yang semakin dalam, aku di kagetkan dengan suara notification chat di handphoneku. Setelah ku buka ternyata itu pesan dari Kendra.“Besok aku kejogja, bisa kita bertemu?.” Tulisnya.“Aku sibuk, maaf mungkin lain kali.” Hanya itu yang aku tulis untuk membalas pesannya.“Aku 1 bulan di jogja, kamu ga mungkin sibuk selama itukan?.” Kembali ku baca isi pesannya.“Aku tidak janji.” Kembali ku balas pesannya dengan harapan dia mengerti bahwa itu bermaksud aku tidak ingin bertemu.Tiba-tiba terlintas bayangan kalau dulu aku menerima lamaran Kendra apa kisahku akan tetap sama seperti ini atau jauh lebih bahagia. “HAAAAAAAAAAAA!!!!!!!.” Teriakku kencang, karena banyak hal yang aku pendam malah menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak seharusnya muncul.**“Sudah lama kita ga makan di luar gini yang.” Mas putra memulai obrolan disaat aku tengah sibuk makan.“Iya, aku bahkan lupa kapan terakhir kita makan malam diluar.” Jawabku sambil tetap sibuk dengan makananku.“Maaf ya sayang, mas terlalu sibuk dengan perkerjaan mas.” Sahut Mas putra sambil menatapku yang masih fokus dengan makanan.“Gausah terlalu di pikirin mas, aku sudah terbiasa.” Jawab ku seadanya.“Mas sedikit kaget dengan jawabanmu yang.” Mas putra menghentikan aktifitas makannya lalu menatapku.“Kenapa dengan tatapanmu mas, bukannya aku hanya menjelaskan bahwa aku memang sudah terbiasa sendiri.” Jawab ku sambil menatapnya kembali.“Mas sadar dengan kesalahan mas, tapi tolong jangan buat mas semakin merasa bersalah dengan jawabanmu.” Jawab Mas putra dengan tatapan yang sama.“Kesalahan yang mana mas, aku bahkan tidak pernah tau tentang itu.” Jawabku dengan nada pelan.“Banyak, tapi semoga kamu selalu memaafkan.” Mas putra menghela nafas lalu kembali menikmati makanan.“Apapun, asal jangan perselingkuhan.” Jawab ku singkat.Mas putra menatapku dengan tatapan penuh makna, aku tidak tau secara spesific maksudnya apa tapi dari gelagatnya dia sangat tidak tenang karena jawabanku, mungkin dia merasa takut karena merasa sudah berselingkuh di belakangku.**Aku merebahkan tubuhku ke kasur, aku bahkan sudah lupa rasanya tidur tenang. terakhir mungkin sebelum aku menerima lamaran pernikahan dari Mas putra. Andai tau kalo pernikahan ini malah menjadi mimpi buruk, aku mungkin memilih untuk tidak menikah.Suara dering handphone kembali membuatku tersadar dari lamunan penyesalan, aku coba lihat ternyata panggilan dari kendra. buru-buru aku menuju dapur untuk menjawab.“Halo.” Sapa kendra.“Iya, kenapa kak?.” Jawabku singkat. aku memang tidak menyukai obrolan yang bertele-tele.“Besok bisa temui aku di jl.malioboro?.” Ajak kendra.“Tidak bisa, aku kerja.” Jawabku cepat.“Kalau begitu pilihannya aku datang ke rumahmu, aku tau alamat rumahmu dari andini.” Jawab kendra dengan santainya memberiku pilihan.“Itu sama saja kau ingin membunuhku.” Jawab ku ketus.“Jadi, apa pilihanmu dede?.” Kembali dia bertanya dengan nada meledek.“Jam berapa?.” Jawab ku singkat, aku benci sekali dengan cara kendra yang tidak pernah berubah jika ingin bertemu denganku.“jam 5 sore, aku tunggu.” Jawab kendra dengan semangat.**Jam sudah menunjukan pukul 4 sore dan aku dalam perjalanan untuk bertemu pria yang sudah menjadi masa lalu ku.“Apa bedanya kamu dengan Mas putra kalau begini zane!.” Kembali aku mengutuk diriku karena selalu tidak mampu mencegah hal yang akan menjadi api.Tapi di tengah perjalanan aku melihat mobil Mas putra memasuki salah satu restoran cepat saji di Jl. Sudirman. buru-buru ku ambil handphone dan memotretnya, lalu ku telepon kendra bahwa aku tidak bisa datang karena ada urusan mendadak.Aku merasa bersyukur karena tuhan membatalkan pertemuanku dengan kendra dan karena hari ini aku menggunakan taksi online.“Ah, aku akhirnya melihatmu secara langsung mas.” Gerutuku.Aku meminta kepada driver untuk mengikuti mereka dan berhenti tepat di belakang mobil mereka parkir. Sekitar hampir 30 menit entah apa yang mereka lakukan sampai berhenti selama ini tapi yang jelas itu sangat memuakan. Aku mengikuti mereka sampai pada suatu tempat di kulon progo, aku melihat perempuan itu menggunakan kemeja kotak-kotak dengan rambut sebahu. Dalam hati ingin ku memaki “Begitu rendahnya seleramu mas”.Aku tidak mengerti dengan diriku yang sungguh tidak mampu melihat perselingkuhan suamiku tapi aku terus berada di sana. Aku melihat gelak tawa mereka, melihat perempuan ini berbahagia dengan posisi duduk yang selalu mendekati Mas putra. Beberapa kali juga aku melihat perempuan ini merekam moment dengan Mas putra, mungkin dia akan melihat kembali videonya ketika dia merindukan pria milik perempuan lain sambil menangis. Ironis sekali menangisi sesuatu yang bukan miliknya.**Jam menunjukan pukul 20.40 dan aku sudah merebahkan diriku di kamar. Aku sudah menuntaskan tangis pedihku di mobil dalam perjalanan pulang. Sampai hati mereka melakukan perbuatan menjijikan, aku tidak sanggup melihat suamiku dengan wanita lain dan hatiku tidak sekuat itu. Aku terus memikirkan banyak hal “HAAAAAAA AKU HARUS BAGAIMANA!!!!!?” Teriakku.Jika aku harus tetap diam, sungguh aku tidak mampu. Aku sudah berada di ambang batas sabar dan menerimaku, tidak pernah terbayangkan sama sekali jika dipernikahan yang masih seumur jagung ini aku sudah hancur berkeping-keping.Isi kepalaku terus berisik sampai aku melihat foto pernikahanku dengan Mas putra yang terpasang di tembok kamar kita.“Bukankah kita sudah mencapai impian yang kita rangkai sejak lama, tapi kenapa ini malah menjadi awal kerusakan hubungan kita mas.!” Tidak terasa air mataku kembali mengalir mengingat banyak hal yang sudah terlewati.Aku mengingat bahwa aku memiliki Dimas dan Dika, aku bisa menemukan bahagiaku karena keluarga Mas putra. Disaat hidupku sedang berada di lorong yang gelap, Mas putra menjadi cahaya penolong. Aku bisa merasakan hangatnya bercerita di meja makan, aku juga merasakan bahagianya menjadi kakak perempuan yang di tunggu oleh adiknya. Mengingat banyak hal berharga yang aku miliki saat ini, aku merasa harus mempertahankan apapun yang sudah lama menjadi milikku. Aku harus menjemput suamiku pulang ke rumah kembali.Sudah lama aku menjadi pecahan kaca yang tajam namun dengan tekad baruku aku mulai merangkai kembali kepingan kaca ini menjadi sesuatu yang cantik dan elok, kini aku adalah seorang kinstugi yang akan mempertahankan miliknya yang berharga.****Meskipun aku sudah menemukan jalan mana yang harus aku tempuh namun tetap saja rasa ragu akan salah jalan masih mendominasi isi pikiranku. “Mas, aku mau ngobrol.” Ini adalah kalimat pembuka pertamaku untuk membahas tentang wanita itu. “Iya yang, mau ngobrol apa.” Mas putra menunggu jawabanku. “Mas selama aku menjadi pasanganmu apa aku memiliki kekurangan atau kesalahan yang tidak bisa kamu toleransi?” tanyaku. “Tidak ada sama sekali, tapi kenapa kamu tiba-tiba menanyakan hal ini yang?” Jawab Mas putra dengan raut wajah penuh tanya. “Mas, kamu setuju tidak jika pasangan kita memiliki kekurangan dan kesalahan sebaiknya kita memberi tahu pasangan kita?” Tanyaku lagi. “Iya, memang semestinya harus seperti itu.” Jawab Mas putra kembali. Aku memejamkan mata menahan tangis mendengar jawaban Mas putra. “Tapi kenapa kamu malah mencari kekuranganku di orang lain mas?.” Jawabku dengan nada pelan di iringi tangis yang sudah tidak tak tertahankan. “M-maksud kamu apa yang?.” Mas putra m
**“Apa sakit hati itu ada obatnya.” Aku berkali-kali menanyakan hal yang sama namun tidak menemukan jawabannya. Setiap saat aku merasakan lelah yang luar biasa karena terbelenggu dalam rasa sakit ini. “Zane, aku ingin berbicara.” Mas putra datang menghampir aku yang sedang duduk termenung. “Iya mas, ada apa?.”Setelah kejadian malam itu aku memang seperti melupakan apapun yang terjadi dan memendam rasa sakitnya sendiri. “Aku menyesal, anggaplah aku ini suami yang tidak tau diri tapi tolong zane, beri aku maafmu.” Mas putra kembali meminta maaf dan entah ini permohonan maaf yang keberapa kali, tapi rasanya hari ini yang paling mencuri perhatianku. “Handphonemu dimana mas” Mas putra sontak langsung memberikan handphonenya kepadaku. “Call her.”Jawabku singkat. “H-ha?.”Mas putra nampak sangat terkejut dengan perintahku.“Iya, telpon perempuanmu yang bernama dwi itu.” Aku mengulangi kalimatku namun Mas putra Masih mematung. “I-iya tapi dia bukan perempuanku.” Jawaban Mas putra membua
**3 bulan lamanya aku memikirkan tentang lamaran dari Mas putra membuatku akhirnya memutuskan untuk menerimanya.“Bismillahirrahmanirrahim saya Zane Nathalia menerima lamaran dari Mas Putra Sanjaya” Jawabanku untuk lamaran dari Mas Putra. Meskipun dari hati yang paling dalam aku belum siap untuk menikah. Kita memang sudah menjalin hubungan dari saat kita masih menjadi seorang mahasiswa semester 6 sampai sekarang kita sudah menginjak usia 28tahun. Tetapi dengan hubungan yang sudah selama itu aku masih belum merasa mengenal Mas putra, ada banyak hal yang aku tidak ketahui tentang kehidupan Mas putra. “Alhamdulilah” ucap beberapa keluarga yang hadir dalam acara lamaran kami. “Sekarang kamu pasangkan cincinnya ke tangan Zane” Ucap ibu dari Mas Putra yang terlihat sangat bahagia karena anak pertamanya akan segera menikah. “Sayang, Terima kasih karna sudah menerimaku” Mas putra memakaikan cincin di jari manisku sambil tersenyum menatap mataku. “Iya mas” Ucapku singkat setelah menatap
**“Kamu sudah memikirkan kita mau honeymoon kemana sayang? Tanya Mas putra. “Belum mas, tapi aku lebih pengen Road trip. ke bali mungkin?”. jawabku“Zane, kamu yakin tidak ingin naik pesawat saja. perjalanan dari jogja ke bali itu sangat jauh loh?” jawab Mas putra memberiku pilihan.“Tidak mas, di perjalanan nanti kita bisa berhenti di kota malang atau surabaya untuk menginap satu malam” jawabku“Ya sudah kalau memang itu yang kamu mau sayang, besok kita berangkat pagi ya. Mas dapat cuti 2 minggu, kalo berangkat besok kita jadi lebih santai menikmati perjalanan” jawab Mas putra yang menyetujui permintaanku.“Baik mas, aku siapkan barangnya dulu” jawabku lalu pergi menyiapkan keperluan kamiEsok paginya kita berangkat dari jogja menuju bali. kami sangat menikmati perjalanan ini, Mobil melaju di tengah jalan tol dengan diiringi playlist music favoritku sampai tidak terasa perjalanan ini sudah hampir melewati kota Malang. “Sayang, kita jadi mau stay di malang malam ini? Tanya Mas putra
***“Mas, bangun yuk. udah jam 6 nanti kamu telat loh” seruku membangunkan Mas putra yang masih tertidur di kasur. “Iya sayang, mas masih ngantuk banget” jawab Mas putra sambil malas-malasan. “Cepet mandi yaa, bajunya udah aku siapin. kalo udah selesai langsung ke meja makan mas” jawabku sambil meninggalkan kamar.Begitulah kira-kira setiap pagiku setelah 1 bulan lebih menjadi seorang istri, banyak sekali yang berubah dari kehidupanku sebelumnya tapi banyak hal baru juga yang aku pelajari. Meskipun sudah menjadi seorang istri aku masih tetap bekerja menjadi dosen di salah satu universitas di kota jogja. sudah menikah tetapi masih bekerja sama sekali tidak memberatkanku, aku menikmati peranku menjadi istri dan pekerjaanku sebagai dosen. “Tehnya jangan lupa di minum ya mas” aku mengingatkan Mas putra karena dia sering lupa menghabiskan tehnya. “Iya sayang, sayang jadi hari ini ke rumah ibu?” tanya Mas putra. “Iya mas, kemarin dika call aku mau di bawain brownies strawberry” jawabku
**“pwing?” seperti itulah isi pesan dari kontak bernama piu di handphone Mas putra yang di terima pada pukul 00.03. Rasa dingin yang tadinya menembus tulang kini hilang berganti dengan rasa panas dan pedih di hati.“Siapa perempuan ini? Ah apakah benar dia perempuan? kenapa namanya piu? Apa dia pemilik parfume victoria secret itu? Apa dia juga yang menemani Mas putra di coffeshop solo malam itu? Apakah perempuan ini juga yang kemarin bersama Mas putra sebelum membelikanku roti kukus? AHHHHHH!!!!” Teriakanku dalam hati. Sebelum akhirnya kesadaranku kembali, aku menarik nafas dan berusaha untuk tetap tenang. aku berpikir untuk tidak bertindak gegabah. akhirnya aku membalas pesannya. “Iya mbak kenapa, Mas putra masih bobo di samping”. Aku memiliki keberanian untuk membalas pesan seperti itu karena aku adalah istrinya. Tidak lama menunggu sekitar 8 menit akhirnya aku menerima balasan “Maaf bgt ya mbak, semalem ada perlu hehe. maaf banget sekali lagi”.“Tunggu, dia jawab ada perlu denga
**Ini adalah hari kedua Mas putra di kota malang. Kemarin aku melewati satu hari dengan isi pikiran yang sangat berisik dan penuh dengan pertanyaan. Mungkin hari ini juga tidak jauh berbeda, terlebih lagi Mas putra jarang memberiku kabar. Terakhir Mas putra memberiku kabar pada jam 11.57. Namun sampai hampir magrib belum juga memberiku kabar lagi, aku enggan mendahuluinya bertanya karena aku takut menganggu pekerjaannya. Tapi bagaimanapun aku adalah seorang istri, jauh dari lubuk hati yang paling dalam aku mengkhawatirkanmu mas. “Kamu lagi ngapain ya mas, apa kamu sudah makan malam?” Aku mulai berbicara dengan diri sendiri. Aku mulai menyibukan diriku di depan laptop dengan ditemani coffe dan brownies yang tadi ku beli setelah pulang kerja. Aku merasa lebih baik ketika menonton drama korea favoritku, meskipun beberapa kali aku melihat handphone untuk memastikan ada notification chat dari suamiku, tapi ternyata tidak ada. Jam sudah menunjukan pukul 22.14 dan aku masih menunggu. “
**Sudah 2 minggu setelah Mas putra pulang dari kota malang, semuanya jadi semakin hambar. rasanya aku memakai topeng di rumahku sendiri, aku tidak cukup kuat untuk selalu berpura-pura tegar. ada apa dengan pernikahan yang aku jalani ini, apa yang salah didalamnya? “Sayang, mas hari ini mau ke rumah ibu” Ucap Mas putra yang memecahkan keheningan saat aku sedang memasak sarapan. “Jam berapa ke rumah ibu?” tanyaku singkat “Mungkin jam 2” jawab Mas putra“Mau nginep di rumah ibu?” kembali ku tanya untuk memastikan. “Engga sayang, kalau sayang bisa pulang cepat. ayok ikut?” ajak Mas putra. “Hari ini mungkin akan sibuk karena ada jadwal di beberapa kelas, apalagi minggu depan sudah masuk uts. jadi maaf mas mungkin lain kali” jawabku menjelaskan. Sejujurnya hari ini aku tidak terlalu sibuk, terlebih minggu ini adalah minggu tenang sebelum ujian tengah semester. itu hanya alasanku saja untuk menghindari Mas putra. memang belum terbukti kesalahan apa yang dia lakukan, tapi rasanya menata
**“Apa sakit hati itu ada obatnya.” Aku berkali-kali menanyakan hal yang sama namun tidak menemukan jawabannya. Setiap saat aku merasakan lelah yang luar biasa karena terbelenggu dalam rasa sakit ini. “Zane, aku ingin berbicara.” Mas putra datang menghampir aku yang sedang duduk termenung. “Iya mas, ada apa?.”Setelah kejadian malam itu aku memang seperti melupakan apapun yang terjadi dan memendam rasa sakitnya sendiri. “Aku menyesal, anggaplah aku ini suami yang tidak tau diri tapi tolong zane, beri aku maafmu.” Mas putra kembali meminta maaf dan entah ini permohonan maaf yang keberapa kali, tapi rasanya hari ini yang paling mencuri perhatianku. “Handphonemu dimana mas” Mas putra sontak langsung memberikan handphonenya kepadaku. “Call her.”Jawabku singkat. “H-ha?.”Mas putra nampak sangat terkejut dengan perintahku.“Iya, telpon perempuanmu yang bernama dwi itu.” Aku mengulangi kalimatku namun Mas putra Masih mematung. “I-iya tapi dia bukan perempuanku.” Jawaban Mas putra membua
**Meskipun aku sudah menemukan jalan mana yang harus aku tempuh namun tetap saja rasa ragu akan salah jalan masih mendominasi isi pikiranku. “Mas, aku mau ngobrol.” Ini adalah kalimat pembuka pertamaku untuk membahas tentang wanita itu. “Iya yang, mau ngobrol apa.” Mas putra menunggu jawabanku. “Mas selama aku menjadi pasanganmu apa aku memiliki kekurangan atau kesalahan yang tidak bisa kamu toleransi?” tanyaku. “Tidak ada sama sekali, tapi kenapa kamu tiba-tiba menanyakan hal ini yang?” Jawab Mas putra dengan raut wajah penuh tanya. “Mas, kamu setuju tidak jika pasangan kita memiliki kekurangan dan kesalahan sebaiknya kita memberi tahu pasangan kita?” Tanyaku lagi. “Iya, memang semestinya harus seperti itu.” Jawab Mas putra kembali. Aku memejamkan mata menahan tangis mendengar jawaban Mas putra. “Tapi kenapa kamu malah mencari kekuranganku di orang lain mas?.” Jawabku dengan nada pelan di iringi tangis yang sudah tidak tak tertahankan. “M-maksud kamu apa yang?.” Mas putra m
**1 bulan berlalu setelah aku mengetahui fakta bahwa suamiku sudah berselingkuh, tapi diriku ini memang tidak berdaya. aku selalu mencoba berdamai dan menemukan titik tenangku untuk mulai menerima semua ini, tapi bukannya sembuh. aku bagai kepingan kaca yang pecah dan menjadi benda tajam. Sakit rasanya setiap melihat senyum Mas putra yang seakan tidak terjadi apa-apa, sedangkan aku mengenyam pahitnya luka dalam diam. aku masih menyiapkannya makan, aku masih menunaikan kewajibanku sebagai seorang istri bahkan aku masih mendoakan keselamatan dan kebahagiaannya dalam sujud sholatku. aku selalu mencoba untuk mengendalikan diri agar tidak larut terlalu dalam tapi ini sulit untukku. “Sayang, mas berangkat ya.” Ucap Mas putra memeluk lalu mencium keningku. Sejak dia meminta maaf pada malam itu memang sikapnya jadi lebih hangat. “Iya mas, take care.” Jawabku sambil mencium tangannya. Seperti biasa kesibukanku adalah bekerja. Setelah aku rasa tugasku sebagai housewife sudah selesai, aku l
**Sudah 2 minggu setelah Mas putra pulang dari kota malang, semuanya jadi semakin hambar. rasanya aku memakai topeng di rumahku sendiri, aku tidak cukup kuat untuk selalu berpura-pura tegar. ada apa dengan pernikahan yang aku jalani ini, apa yang salah didalamnya? “Sayang, mas hari ini mau ke rumah ibu” Ucap Mas putra yang memecahkan keheningan saat aku sedang memasak sarapan. “Jam berapa ke rumah ibu?” tanyaku singkat “Mungkin jam 2” jawab Mas putra“Mau nginep di rumah ibu?” kembali ku tanya untuk memastikan. “Engga sayang, kalau sayang bisa pulang cepat. ayok ikut?” ajak Mas putra. “Hari ini mungkin akan sibuk karena ada jadwal di beberapa kelas, apalagi minggu depan sudah masuk uts. jadi maaf mas mungkin lain kali” jawabku menjelaskan. Sejujurnya hari ini aku tidak terlalu sibuk, terlebih minggu ini adalah minggu tenang sebelum ujian tengah semester. itu hanya alasanku saja untuk menghindari Mas putra. memang belum terbukti kesalahan apa yang dia lakukan, tapi rasanya menata
**Ini adalah hari kedua Mas putra di kota malang. Kemarin aku melewati satu hari dengan isi pikiran yang sangat berisik dan penuh dengan pertanyaan. Mungkin hari ini juga tidak jauh berbeda, terlebih lagi Mas putra jarang memberiku kabar. Terakhir Mas putra memberiku kabar pada jam 11.57. Namun sampai hampir magrib belum juga memberiku kabar lagi, aku enggan mendahuluinya bertanya karena aku takut menganggu pekerjaannya. Tapi bagaimanapun aku adalah seorang istri, jauh dari lubuk hati yang paling dalam aku mengkhawatirkanmu mas. “Kamu lagi ngapain ya mas, apa kamu sudah makan malam?” Aku mulai berbicara dengan diri sendiri. Aku mulai menyibukan diriku di depan laptop dengan ditemani coffe dan brownies yang tadi ku beli setelah pulang kerja. Aku merasa lebih baik ketika menonton drama korea favoritku, meskipun beberapa kali aku melihat handphone untuk memastikan ada notification chat dari suamiku, tapi ternyata tidak ada. Jam sudah menunjukan pukul 22.14 dan aku masih menunggu. “
**“pwing?” seperti itulah isi pesan dari kontak bernama piu di handphone Mas putra yang di terima pada pukul 00.03. Rasa dingin yang tadinya menembus tulang kini hilang berganti dengan rasa panas dan pedih di hati.“Siapa perempuan ini? Ah apakah benar dia perempuan? kenapa namanya piu? Apa dia pemilik parfume victoria secret itu? Apa dia juga yang menemani Mas putra di coffeshop solo malam itu? Apakah perempuan ini juga yang kemarin bersama Mas putra sebelum membelikanku roti kukus? AHHHHHH!!!!” Teriakanku dalam hati. Sebelum akhirnya kesadaranku kembali, aku menarik nafas dan berusaha untuk tetap tenang. aku berpikir untuk tidak bertindak gegabah. akhirnya aku membalas pesannya. “Iya mbak kenapa, Mas putra masih bobo di samping”. Aku memiliki keberanian untuk membalas pesan seperti itu karena aku adalah istrinya. Tidak lama menunggu sekitar 8 menit akhirnya aku menerima balasan “Maaf bgt ya mbak, semalem ada perlu hehe. maaf banget sekali lagi”.“Tunggu, dia jawab ada perlu denga
***“Mas, bangun yuk. udah jam 6 nanti kamu telat loh” seruku membangunkan Mas putra yang masih tertidur di kasur. “Iya sayang, mas masih ngantuk banget” jawab Mas putra sambil malas-malasan. “Cepet mandi yaa, bajunya udah aku siapin. kalo udah selesai langsung ke meja makan mas” jawabku sambil meninggalkan kamar.Begitulah kira-kira setiap pagiku setelah 1 bulan lebih menjadi seorang istri, banyak sekali yang berubah dari kehidupanku sebelumnya tapi banyak hal baru juga yang aku pelajari. Meskipun sudah menjadi seorang istri aku masih tetap bekerja menjadi dosen di salah satu universitas di kota jogja. sudah menikah tetapi masih bekerja sama sekali tidak memberatkanku, aku menikmati peranku menjadi istri dan pekerjaanku sebagai dosen. “Tehnya jangan lupa di minum ya mas” aku mengingatkan Mas putra karena dia sering lupa menghabiskan tehnya. “Iya sayang, sayang jadi hari ini ke rumah ibu?” tanya Mas putra. “Iya mas, kemarin dika call aku mau di bawain brownies strawberry” jawabku
**“Kamu sudah memikirkan kita mau honeymoon kemana sayang? Tanya Mas putra. “Belum mas, tapi aku lebih pengen Road trip. ke bali mungkin?”. jawabku“Zane, kamu yakin tidak ingin naik pesawat saja. perjalanan dari jogja ke bali itu sangat jauh loh?” jawab Mas putra memberiku pilihan.“Tidak mas, di perjalanan nanti kita bisa berhenti di kota malang atau surabaya untuk menginap satu malam” jawabku“Ya sudah kalau memang itu yang kamu mau sayang, besok kita berangkat pagi ya. Mas dapat cuti 2 minggu, kalo berangkat besok kita jadi lebih santai menikmati perjalanan” jawab Mas putra yang menyetujui permintaanku.“Baik mas, aku siapkan barangnya dulu” jawabku lalu pergi menyiapkan keperluan kamiEsok paginya kita berangkat dari jogja menuju bali. kami sangat menikmati perjalanan ini, Mobil melaju di tengah jalan tol dengan diiringi playlist music favoritku sampai tidak terasa perjalanan ini sudah hampir melewati kota Malang. “Sayang, kita jadi mau stay di malang malam ini? Tanya Mas putra
**3 bulan lamanya aku memikirkan tentang lamaran dari Mas putra membuatku akhirnya memutuskan untuk menerimanya.“Bismillahirrahmanirrahim saya Zane Nathalia menerima lamaran dari Mas Putra Sanjaya” Jawabanku untuk lamaran dari Mas Putra. Meskipun dari hati yang paling dalam aku belum siap untuk menikah. Kita memang sudah menjalin hubungan dari saat kita masih menjadi seorang mahasiswa semester 6 sampai sekarang kita sudah menginjak usia 28tahun. Tetapi dengan hubungan yang sudah selama itu aku masih belum merasa mengenal Mas putra, ada banyak hal yang aku tidak ketahui tentang kehidupan Mas putra. “Alhamdulilah” ucap beberapa keluarga yang hadir dalam acara lamaran kami. “Sekarang kamu pasangkan cincinnya ke tangan Zane” Ucap ibu dari Mas Putra yang terlihat sangat bahagia karena anak pertamanya akan segera menikah. “Sayang, Terima kasih karna sudah menerimaku” Mas putra memakaikan cincin di jari manisku sambil tersenyum menatap mataku. “Iya mas” Ucapku singkat setelah menatap