**
“Kamu sudah memikirkan kita mau honeymoon kemana sayang? Tanya Mas putra.“Belum mas, tapi aku lebih pengen Road trip. ke bali mungkin?”. jawabku“Zane, kamu yakin tidak ingin naik pesawat saja. perjalanan dari jogja ke bali itu sangat jauh loh?” jawab Mas putra memberiku pilihan.“Tidak mas, di perjalanan nanti kita bisa berhenti di kota malang atau surabaya untuk menginap satu malam” jawabku“Ya sudah kalau memang itu yang kamu mau sayang, besok kita berangkat pagi ya. Mas dapat cuti 2 minggu, kalo berangkat besok kita jadi lebih santai menikmati perjalanan” jawab Mas putra yang menyetujui permintaanku.“Baik mas, aku siapkan barangnya dulu” jawabku lalu pergi menyiapkan keperluan kamiEsok paginya kita berangkat dari jogja menuju bali. kami sangat menikmati perjalanan ini, Mobil melaju di tengah jalan tol dengan diiringi playlist music favoritku sampai tidak terasa perjalanan ini sudah hampir melewati kota Malang.“Sayang, kita jadi mau stay di malang malam ini? Tanya Mas putra membuyarkan lamunanku yang sedang memandangi jalan.“Iya mas, aku juga sudah merasakan cape” jawabku.Akhirnya kita memutuskan untuk menginap di salah satu apartment yang terkenal di kota malang. setelah selesai membersihkan diri, aku mulai merebahkan diriku di kasur. Rasanya sangat nyaman sekali.“Sayang, aku sudah lapar. mau temani aku makan ayam geprek di deket sini? Ajak Mas putra.“Oh iya mas, aku juga sudah mulai lapar. tapi memang mas tau ada tempat makan di deket sini? Tanyaku“Iya, kita cari saja” Jawab Mas putra singkat.Entah kenapa ketika mulai memasuki kota malang ini sikap Mas putra jadi sedikit berbeda, Tapi aku berpikir itu hanya karena dia kecapean menyetir.Akhirnya kita sampai di tempat makan yang dimaksud oleh Mas putra, tempatnya tidak jauh dari Apartment kita menginap. Mas putra juga tidak terlihat kebingungan dalam menemukan tempat ini.“Enak ga sayang? Tanya Mas putra“Iya mas, sambalnya pedes tapi enak sekali mas, Ayamnya juga crispy” Jawabku penuh semangat mendeskripsikan enaknya ayam geprek di tempat makan ini.“Iya, rasanya memang enak dan tidak pernah berubah” Jawab Mas putra sambil melanjutkan makannya.Aku kaget dengan jawabannya, sedikit aku berpikir apakah dia sebelumnya pernah kesini? Tapi sejauh ini dia tidak pernah bercerita pernah ke kota malang untuk sekedar berlibur atau urusan pekerjaan. tapi aku buru-buru menghilangkan isi pikiranku dan mengisinya dengan pikiran yang positif mungkin ada cabang lain di jogja.Setelah selesai makan, Mas putra mengajakku mengelilingi kota malang. Karena kebetulaan melewati Jalan besar ijen. akhirnya Mas putra mengajakku berhenti di salah satu coffeshop, tempatnya sangat nyaman dan coffenya menurut Mas putra itu enak. Mas putra memang sangat menyukai coffe, tapi aneh sekali mengetahui bahwa Mas putra hafal sekali dengan menu-menu yang ada di tempat ini. lagi dan lagi aku menghilangkan isi pikiranku dan menganggap bahwa itu adalah angin lalu.Cukup lama kita menghabiskan waktu untuk bercerita dan bercanda ditempat itu. mengingat bahwa kita adalah pasangan suami istri yang baru menikah kemarin, jadi sedang hangat-hangatnya. Dan tidak terasa jam sudah menunjukan jam 9 malam.“Sayang, kita pulang yuk” Ajak Mas Putra.“Iya mas, aku juga sudah mulai mengantuk” Jawabku sedikit lesu.Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya kita sampai dikamar dan aku merebahkan diriku. Karena badan sudah capek efek dari perjalanan jauh tidak terasa aku terlelap dan kembali terbangun karna mendengar suara orang sedang berbicara.“Aku gabisa, paham ga kalo aku bilang gabisa?” Dengan penuh penekanan dan sedikit berteriak.Hanya itu yang mampu aku dengar dari kejauhan, Tampaknya suara itu berasal dari Mas putra yang sedang menelpon seseorang. Aku coba lihat jam di handphoneku dan jam menunjukkan pukul 01.10 malam, karena rasa penasaranku akhirnya aku mendekati Mas putra yang sudah menutup telponnya.“Mas, call sama siapa? Tanyaku.“O-oh engga sayang, ini loh temen mas di kantor minta tolong besok mas kerjain bagian dia, tapi mas bilang gabisa karna lagi di luar kota” Jawab Mas putra gugup.“Oh gitu, Mas belum tidur ya?” jawabku spontan.“Iya sayang, aku baru mau tidur setelah jawab telpon ini” jawab Mas putra sedikit kaku.“Yaudah mas, ayok tidur. besok kita harus lanjutin perjalanan juga kan? “ajakku“I-iya sayang, Ayok kita tidur” jawab Mas putra sambil mengandeng tanganku ke kasur.***Hari kedua perjalanan Honeymoon kami di awali dengan bangun kesiangan. kami cukup kaget dengan jam yang sudah menunjukan pukul 10.15.“Mas, maaf ya aku kesiangan. harusnya aku bangun pagi-pagi” Ucapku panik yang hendak bergegas ke kamar mandi.“Sayang, kalo kamu mau kita extend saja di sini. hari ini kita jalan-jalan di kota malang saja. gimana?” Tanya Mas putra.“Memangnya kamu tidak keberatan mas? sejujurnya aku juga masih ingin disini sih” jawabku dengan wajah memelas.“Gapapa sayang, yasudah mas ke receptionist dulu ya. sayang mandi aja terus kita siap-siap ke kota batu, mau ga?” jawab Mas putra memberiku pilihan.“Mau mas!!!!” Jawabku penuh semangat.Setelah selesai semuanya, akhirnya kita berangkat ke kota batu. aku senang sekali karena perjalanan ini tidak ada sama sekali di list.“Mau kemana mas? Tanyaku.“Mas tadi check di sosial media ada coffeshop di daerah batu sayang, tempatnya juga bagus” Jawab Mas putra.“Oh okey mas” Jawabku singkat.Selama perjalanan kita di malang, aku selalu menemukan keanehan Mas putra yang sepertinya hafal sekali dengan jalan-jalan yang ada di kota malang. Terlihat sekali bahwa ini bukanlah pertama kali Mas putra berada disini sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya.“Kamu udah sering ke malang ya mas?” tanyaku tiba-tiba.“H-ha? Engga, ini mas pertama kali ke malang sama kamu sayang” Jawab Mas putra dengan sedikit kaget.“Oh, kenapa kaget mas?” jawabku karena melihat respon kaget dari Mas putra.“E-engga sayang, emang kenapa kok sayang tanya begitu?” Mas putra kembali bertanya padaku.“Soalnya mas keliatan ga asing sama jalan-jalan disini” jawabku menjelaskan.“Mas cuma hafalin jalan di maps sayang” jawab Mas putra.Rasanya sedikit tidak percaya, manusia mana yang mampu menghafal jalan hanya dengan sekali lihat di maps terlebih lagi ini adalah pertama kalinya ke malang?.***Perjalanan berlanjut sampai ke pulau bali. kami di bali sudah 5 hari dan ini adalah hari kepulangan kami ke kota jogja. tidak banyak keanehan yang aku lihat dari Mas putra setelah 1 minggu menjadi istrinya, tapi yang selalu membuat aku penasaran adalah dia yang terlihat selalu cemberut ketika membaca pesan dari seseorang. Aku seperti sama sekali tidak mengenal dia meskipun kita sudah berpacaran selama 7tahun.Dalam perjalanan kembali menuju kota jogja, kita kembali melewati kota malang meskipun tidak kembali singgah. Hanya saja ketika melewati kota malang aku melihat raut wajah Mas putra kembali berbeda. aku penasaran, sebenernya cerita apa yang tertinggal di kota malang sampai membuat Mas putra selalu begini dan seberapa banyak hal yang tidak aku ketahui tentang mas putra dan kota malang ini?******“Mas, bangun yuk. udah jam 6 nanti kamu telat loh” seruku membangunkan Mas putra yang masih tertidur di kasur. “Iya sayang, mas masih ngantuk banget” jawab Mas putra sambil malas-malasan. “Cepet mandi yaa, bajunya udah aku siapin. kalo udah selesai langsung ke meja makan mas” jawabku sambil meninggalkan kamar.Begitulah kira-kira setiap pagiku setelah 1 bulan lebih menjadi seorang istri, banyak sekali yang berubah dari kehidupanku sebelumnya tapi banyak hal baru juga yang aku pelajari. Meskipun sudah menjadi seorang istri aku masih tetap bekerja menjadi dosen di salah satu universitas di kota jogja. sudah menikah tetapi masih bekerja sama sekali tidak memberatkanku, aku menikmati peranku menjadi istri dan pekerjaanku sebagai dosen. “Tehnya jangan lupa di minum ya mas” aku mengingatkan Mas putra karena dia sering lupa menghabiskan tehnya. “Iya sayang, sayang jadi hari ini ke rumah ibu?” tanya Mas putra. “Iya mas, kemarin dika call aku mau di bawain brownies strawberry” jawabku
**“pwing?” seperti itulah isi pesan dari kontak bernama piu di handphone Mas putra yang di terima pada pukul 00.03. Rasa dingin yang tadinya menembus tulang kini hilang berganti dengan rasa panas dan pedih di hati.“Siapa perempuan ini? Ah apakah benar dia perempuan? kenapa namanya piu? Apa dia pemilik parfume victoria secret itu? Apa dia juga yang menemani Mas putra di coffeshop solo malam itu? Apakah perempuan ini juga yang kemarin bersama Mas putra sebelum membelikanku roti kukus? AHHHHHH!!!!” Teriakanku dalam hati. Sebelum akhirnya kesadaranku kembali, aku menarik nafas dan berusaha untuk tetap tenang. aku berpikir untuk tidak bertindak gegabah. akhirnya aku membalas pesannya. “Iya mbak kenapa, Mas putra masih bobo di samping”. Aku memiliki keberanian untuk membalas pesan seperti itu karena aku adalah istrinya. Tidak lama menunggu sekitar 8 menit akhirnya aku menerima balasan “Maaf bgt ya mbak, semalem ada perlu hehe. maaf banget sekali lagi”.“Tunggu, dia jawab ada perlu denga
**Ini adalah hari kedua Mas putra di kota malang. Kemarin aku melewati satu hari dengan isi pikiran yang sangat berisik dan penuh dengan pertanyaan. Mungkin hari ini juga tidak jauh berbeda, terlebih lagi Mas putra jarang memberiku kabar. Terakhir Mas putra memberiku kabar pada jam 11.57. Namun sampai hampir magrib belum juga memberiku kabar lagi, aku enggan mendahuluinya bertanya karena aku takut menganggu pekerjaannya. Tapi bagaimanapun aku adalah seorang istri, jauh dari lubuk hati yang paling dalam aku mengkhawatirkanmu mas. “Kamu lagi ngapain ya mas, apa kamu sudah makan malam?” Aku mulai berbicara dengan diri sendiri. Aku mulai menyibukan diriku di depan laptop dengan ditemani coffe dan brownies yang tadi ku beli setelah pulang kerja. Aku merasa lebih baik ketika menonton drama korea favoritku, meskipun beberapa kali aku melihat handphone untuk memastikan ada notification chat dari suamiku, tapi ternyata tidak ada. Jam sudah menunjukan pukul 22.14 dan aku masih menunggu. “
**Sudah 2 minggu setelah Mas putra pulang dari kota malang, semuanya jadi semakin hambar. rasanya aku memakai topeng di rumahku sendiri, aku tidak cukup kuat untuk selalu berpura-pura tegar. ada apa dengan pernikahan yang aku jalani ini, apa yang salah didalamnya? “Sayang, mas hari ini mau ke rumah ibu” Ucap Mas putra yang memecahkan keheningan saat aku sedang memasak sarapan. “Jam berapa ke rumah ibu?” tanyaku singkat “Mungkin jam 2” jawab Mas putra“Mau nginep di rumah ibu?” kembali ku tanya untuk memastikan. “Engga sayang, kalau sayang bisa pulang cepat. ayok ikut?” ajak Mas putra. “Hari ini mungkin akan sibuk karena ada jadwal di beberapa kelas, apalagi minggu depan sudah masuk uts. jadi maaf mas mungkin lain kali” jawabku menjelaskan. Sejujurnya hari ini aku tidak terlalu sibuk, terlebih minggu ini adalah minggu tenang sebelum ujian tengah semester. itu hanya alasanku saja untuk menghindari Mas putra. memang belum terbukti kesalahan apa yang dia lakukan, tapi rasanya menata
**1 bulan berlalu setelah aku mengetahui fakta bahwa suamiku sudah berselingkuh, tapi diriku ini memang tidak berdaya. aku selalu mencoba berdamai dan menemukan titik tenangku untuk mulai menerima semua ini, tapi bukannya sembuh. aku bagai kepingan kaca yang pecah dan menjadi benda tajam. Sakit rasanya setiap melihat senyum Mas putra yang seakan tidak terjadi apa-apa, sedangkan aku mengenyam pahitnya luka dalam diam. aku masih menyiapkannya makan, aku masih menunaikan kewajibanku sebagai seorang istri bahkan aku masih mendoakan keselamatan dan kebahagiaannya dalam sujud sholatku. aku selalu mencoba untuk mengendalikan diri agar tidak larut terlalu dalam tapi ini sulit untukku. “Sayang, mas berangkat ya.” Ucap Mas putra memeluk lalu mencium keningku. Sejak dia meminta maaf pada malam itu memang sikapnya jadi lebih hangat. “Iya mas, take care.” Jawabku sambil mencium tangannya. Seperti biasa kesibukanku adalah bekerja. Setelah aku rasa tugasku sebagai housewife sudah selesai, aku l
**Meskipun aku sudah menemukan jalan mana yang harus aku tempuh namun tetap saja rasa ragu akan salah jalan masih mendominasi isi pikiranku. “Mas, aku mau ngobrol.” Ini adalah kalimat pembuka pertamaku untuk membahas tentang wanita itu. “Iya yang, mau ngobrol apa.” Mas putra menunggu jawabanku. “Mas selama aku menjadi pasanganmu apa aku memiliki kekurangan atau kesalahan yang tidak bisa kamu toleransi?” tanyaku. “Tidak ada sama sekali, tapi kenapa kamu tiba-tiba menanyakan hal ini yang?” Jawab Mas putra dengan raut wajah penuh tanya. “Mas, kamu setuju tidak jika pasangan kita memiliki kekurangan dan kesalahan sebaiknya kita memberi tahu pasangan kita?” Tanyaku lagi. “Iya, memang semestinya harus seperti itu.” Jawab Mas putra kembali. Aku memejamkan mata menahan tangis mendengar jawaban Mas putra. “Tapi kenapa kamu malah mencari kekuranganku di orang lain mas?.” Jawabku dengan nada pelan di iringi tangis yang sudah tidak tak tertahankan. “M-maksud kamu apa yang?.” Mas putra m
**“Apa sakit hati itu ada obatnya.” Aku berkali-kali menanyakan hal yang sama namun tidak menemukan jawabannya. Setiap saat aku merasakan lelah yang luar biasa karena terbelenggu dalam rasa sakit ini. “Zane, aku ingin berbicara.” Mas putra datang menghampir aku yang sedang duduk termenung. “Iya mas, ada apa?.”Setelah kejadian malam itu aku memang seperti melupakan apapun yang terjadi dan memendam rasa sakitnya sendiri. “Aku menyesal, anggaplah aku ini suami yang tidak tau diri tapi tolong zane, beri aku maafmu.” Mas putra kembali meminta maaf dan entah ini permohonan maaf yang keberapa kali, tapi rasanya hari ini yang paling mencuri perhatianku. “Handphonemu dimana mas” Mas putra sontak langsung memberikan handphonenya kepadaku. “Call her.”Jawabku singkat. “H-ha?.”Mas putra nampak sangat terkejut dengan perintahku.“Iya, telpon perempuanmu yang bernama dwi itu.” Aku mengulangi kalimatku namun Mas putra Masih mematung. “I-iya tapi dia bukan perempuanku.” Jawaban Mas putra membua
**3 bulan lamanya aku memikirkan tentang lamaran dari Mas putra membuatku akhirnya memutuskan untuk menerimanya.“Bismillahirrahmanirrahim saya Zane Nathalia menerima lamaran dari Mas Putra Sanjaya” Jawabanku untuk lamaran dari Mas Putra. Meskipun dari hati yang paling dalam aku belum siap untuk menikah. Kita memang sudah menjalin hubungan dari saat kita masih menjadi seorang mahasiswa semester 6 sampai sekarang kita sudah menginjak usia 28tahun. Tetapi dengan hubungan yang sudah selama itu aku masih belum merasa mengenal Mas putra, ada banyak hal yang aku tidak ketahui tentang kehidupan Mas putra. “Alhamdulilah” ucap beberapa keluarga yang hadir dalam acara lamaran kami. “Sekarang kamu pasangkan cincinnya ke tangan Zane” Ucap ibu dari Mas Putra yang terlihat sangat bahagia karena anak pertamanya akan segera menikah. “Sayang, Terima kasih karna sudah menerimaku” Mas putra memakaikan cincin di jari manisku sambil tersenyum menatap mataku. “Iya mas” Ucapku singkat setelah menatap