**
“pwing?” seperti itulah isi pesan dari kontak bernama piu di handphone Mas putra yang di terima pada pukul 00.03.Rasa dingin yang tadinya menembus tulang kini hilang berganti dengan rasa panas dan pedih di hati.“Siapa perempuan ini? Ah apakah benar dia perempuan? kenapa namanya piu? Apa dia pemilik parfume victoria secret itu? Apa dia juga yang menemani Mas putra di coffeshop solo malam itu? Apakah perempuan ini juga yang kemarin bersama Mas putra sebelum membelikanku roti kukus? AHHHHHH!!!!” Teriakanku dalam hati.Sebelum akhirnya kesadaranku kembali, aku menarik nafas dan berusaha untuk tetap tenang. aku berpikir untuk tidak bertindak gegabah. akhirnya aku membalas pesannya. “Iya mbak kenapa, Mas putra masih bobo di samping”. Aku memiliki keberanian untuk membalas pesan seperti itu karena aku adalah istrinya.Tidak lama menunggu sekitar 8 menit akhirnya aku menerima balasan “Maaf bgt ya mbak, semalem ada perlu hehe. maaf banget sekali lagi”.“Tunggu, dia jawab ada perlu dengan suami orang di tengah malam?” isi otakku langsung berpikir kemana-mana. aku melihat Mas putra masih terlelap dalam mimpinya, melihat kesempatan itu aku langsung mulai melihat isi handphone Mas putra, betapa kagetnya diriku saat melihat daftar panggilan. Mas putra menghabiskan waktu berjam-jam untuk video call dengan perempuan ini?Meskipun tengah dalam keadaan shock tapi otakku tidak berhenti berfikir. Aku screenshot semua daftar panggilan dan aku kirim ke handphoneku berserta kontak perempuan ini juga. lalu aku hapus riwayat pesannya.Setelah mengetahui hal buruk terjadi pada pagi ini aku segera beranjak dari kasur untuk mandi dan menyiakan makanan. Ketika aku sedang menyiapkan sarapan Mas putra keluar kamar dengan keadaan sudah mandi, Cukup membuatku heran karena tiap hari libur begini biasanya dia lebih banyak bermalas-malasan.“Tadi pagi aku bales chat temenmu, aku kira penting soalnya call. kalo pentingkan aku bangunin kamu” Aku mulai membuka obrolan dengan santai dan tenang.“O-oh iya, aku tidak tau maksud dia ada perlu itu apa” Jawab Mas putra dengan wajah datar dan suara yang gugup.aku bisa melihat bahwa dia sangat kaget dengan pertanyaanku, terlihat dari ekspresinya yang kaget dan suaranya yang gugup.“Oh, memangnya itu siapa mas” Tanyaku sambil melihat matanya.“A-nu t-temen. temennya si bulan, dulu aku kenal pas dia main sama bulan di coffeshop” Mas putra semakin gugup dan matanya tidak berani melihat ke arah mataku.“Oh temen, di minum mas tehnya” Aku berusaha tenang meskipun aku tau dia sedang berbohong.“Sayang, Mas mau kasih tau kamu kalo besok pagi mas ada kerjaan ke malang sama isal. Paling 3 hari mas di malang” Mas putra memberitahku dengan tangan yang sedikit gemetar.“Oh iya mas, nanti aku bantu packing barangnya” Jawabku datar sambil melanjutkan sarapanku.***Di hari libur ini aku dan Mas putra menghabiskan waktu di luar untuk menonton film di bioskop dan belanja keperluan mingguan.“Mas, aku kayaknya pengen beli parfume deh”.“Boleh sayang, ayok mau dimana” Jawab Mas putra.Setelah sampai di toko parfume, aku mulai memilih beberapa parfume.“Mas, coba cium wangi parfume ini deh, aku suka baunya enak ya?” Tanyaku sambil menyodorkan wangi parfume victoria secret varian velvet petals.“Iya enak sih, tapi mas kurang suka sayang. kamu pilih yang lain aja gimana?” Jawab Mas putra dengan gesture tubuh yang sangat mencurigakan.“Bukannya ini baunya enak ya mas? Tanyaku sedikit mengintimidasi.“I-ya enak tapi mas kurang suka, yang lain aja ya sayang” Jawab Mas putra.Karena Mas putra tidak mengizinkanku membeli parfume itu, aku jadi semakin yakin bahwa ini ada yang tidak beres. ada sesuatu yang Mas putra tutupin selama ini.***Sesampainya di rumah aku langsung menyiapkan keperluan Mas putra untuk perjalanannya ke kota malang besok.“Udah, bawanya cuma segini aja?” Tanyaku.“Iya sayang, mas cuma sebentar kok di malang” Jawab Mas putra sambil tersenyum kepadaku.“Sayang, setelah mas pulang dari malang kita ke obgyn yuk? mas mau ajak sayang promil, mas pengen punya anak”“Oh, gausah promil mas. aku ga pake kb juga kok” jawabku tenang meskipun aku sedikit kaget karena aku diam-diam sudah ikut kb.ini memang egois, tapi aku belum siap memiliki anak. terlebih dalam rumah tangga kami ini banyak sekali sesuatu yang belum terbongkar kebenarannya. Aku takut jika dalam keadaan rumah tangga yang sudah hancur tapi harus tetap bertahan demi anak. Aku juga tidak ingin kalau rumah tangga ini tidak bisa di pertahankan lagi nanti anakku yang menjadi korban, aku akan memiliki anak ketika aku sudah memiliki kesiapan dan mulai percaya dengan Mas putra.“Iya sayang, semoga kita segera diberikan kepercayaan untuk memiliki anak ya” Ucap Mas putra dengan penuh harapan.“Iya, semoga saja” balasku datar.Sakit sekali mendengarmu meminta seorang anak mas, bagaimana kamu mampu meminta di percaya tuhan sedangkan kamu saja tidak mampu menjaga kepercayaan istrimu. aku tidak tahu apa-apa tentang hidupmu, siapa yang kamu temui, bahkan aku tidak tau sebenernya siapa yang ada di hatimu. rasanya 7 tahun ini aku hanya mengenal namamu saja.“Semuanya udah siap mas, sekarang tidur. besok aku bangunin pagi” kembali ku bersuara.“iya sayang, makasih ya” jawab Mas putra sambil tersenyum kepadaku.**Pagi ini, aku harus melepasmu ke kota malang untuk 3 hari tapi tidak tahu kenapa hatiku terasa tidak tenang mas. Apa aku harus mencegahmu hari ini atau membiarkanmu pergi?“Sayang, Mas berangkat ya” Pamit Mas putra sambil mencium keningku.“Iya mas, take care” Jawabku dengan mata yang berkaca.Berat sekali rasanya, tapi aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. aku tenggelam dengan pikiranku lalu tersadarkan ketika handphone Mas putra berdering.“Iya, aku sampe paling sore. nanti aku kabarin” Jawab Mas putra sambil tersenyumKembali aku tenggelam dengan pikiranku saat melihat Mas putra menjawab telepon “siapa yang menelponmu mas, apakah perempuan itu?”****Ini adalah hari kedua Mas putra di kota malang. Kemarin aku melewati satu hari dengan isi pikiran yang sangat berisik dan penuh dengan pertanyaan. Mungkin hari ini juga tidak jauh berbeda, terlebih lagi Mas putra jarang memberiku kabar. Terakhir Mas putra memberiku kabar pada jam 11.57. Namun sampai hampir magrib belum juga memberiku kabar lagi, aku enggan mendahuluinya bertanya karena aku takut menganggu pekerjaannya. Tapi bagaimanapun aku adalah seorang istri, jauh dari lubuk hati yang paling dalam aku mengkhawatirkanmu mas. “Kamu lagi ngapain ya mas, apa kamu sudah makan malam?” Aku mulai berbicara dengan diri sendiri. Aku mulai menyibukan diriku di depan laptop dengan ditemani coffe dan brownies yang tadi ku beli setelah pulang kerja. Aku merasa lebih baik ketika menonton drama korea favoritku, meskipun beberapa kali aku melihat handphone untuk memastikan ada notification chat dari suamiku, tapi ternyata tidak ada. Jam sudah menunjukan pukul 22.14 dan aku masih menunggu. “
**Sudah 2 minggu setelah Mas putra pulang dari kota malang, semuanya jadi semakin hambar. rasanya aku memakai topeng di rumahku sendiri, aku tidak cukup kuat untuk selalu berpura-pura tegar. ada apa dengan pernikahan yang aku jalani ini, apa yang salah didalamnya? “Sayang, mas hari ini mau ke rumah ibu” Ucap Mas putra yang memecahkan keheningan saat aku sedang memasak sarapan. “Jam berapa ke rumah ibu?” tanyaku singkat “Mungkin jam 2” jawab Mas putra“Mau nginep di rumah ibu?” kembali ku tanya untuk memastikan. “Engga sayang, kalau sayang bisa pulang cepat. ayok ikut?” ajak Mas putra. “Hari ini mungkin akan sibuk karena ada jadwal di beberapa kelas, apalagi minggu depan sudah masuk uts. jadi maaf mas mungkin lain kali” jawabku menjelaskan. Sejujurnya hari ini aku tidak terlalu sibuk, terlebih minggu ini adalah minggu tenang sebelum ujian tengah semester. itu hanya alasanku saja untuk menghindari Mas putra. memang belum terbukti kesalahan apa yang dia lakukan, tapi rasanya menata
**1 bulan berlalu setelah aku mengetahui fakta bahwa suamiku sudah berselingkuh, tapi diriku ini memang tidak berdaya. aku selalu mencoba berdamai dan menemukan titik tenangku untuk mulai menerima semua ini, tapi bukannya sembuh. aku bagai kepingan kaca yang pecah dan menjadi benda tajam. Sakit rasanya setiap melihat senyum Mas putra yang seakan tidak terjadi apa-apa, sedangkan aku mengenyam pahitnya luka dalam diam. aku masih menyiapkannya makan, aku masih menunaikan kewajibanku sebagai seorang istri bahkan aku masih mendoakan keselamatan dan kebahagiaannya dalam sujud sholatku. aku selalu mencoba untuk mengendalikan diri agar tidak larut terlalu dalam tapi ini sulit untukku. “Sayang, mas berangkat ya.” Ucap Mas putra memeluk lalu mencium keningku. Sejak dia meminta maaf pada malam itu memang sikapnya jadi lebih hangat. “Iya mas, take care.” Jawabku sambil mencium tangannya. Seperti biasa kesibukanku adalah bekerja. Setelah aku rasa tugasku sebagai housewife sudah selesai, aku l
**Meskipun aku sudah menemukan jalan mana yang harus aku tempuh namun tetap saja rasa ragu akan salah jalan masih mendominasi isi pikiranku. “Mas, aku mau ngobrol.” Ini adalah kalimat pembuka pertamaku untuk membahas tentang wanita itu. “Iya yang, mau ngobrol apa.” Mas putra menunggu jawabanku. “Mas selama aku menjadi pasanganmu apa aku memiliki kekurangan atau kesalahan yang tidak bisa kamu toleransi?” tanyaku. “Tidak ada sama sekali, tapi kenapa kamu tiba-tiba menanyakan hal ini yang?” Jawab Mas putra dengan raut wajah penuh tanya. “Mas, kamu setuju tidak jika pasangan kita memiliki kekurangan dan kesalahan sebaiknya kita memberi tahu pasangan kita?” Tanyaku lagi. “Iya, memang semestinya harus seperti itu.” Jawab Mas putra kembali. Aku memejamkan mata menahan tangis mendengar jawaban Mas putra. “Tapi kenapa kamu malah mencari kekuranganku di orang lain mas?.” Jawabku dengan nada pelan di iringi tangis yang sudah tidak tak tertahankan. “M-maksud kamu apa yang?.” Mas putra m
**“Apa sakit hati itu ada obatnya.” Aku berkali-kali menanyakan hal yang sama namun tidak menemukan jawabannya. Setiap saat aku merasakan lelah yang luar biasa karena terbelenggu dalam rasa sakit ini. “Zane, aku ingin berbicara.” Mas putra datang menghampir aku yang sedang duduk termenung. “Iya mas, ada apa?.”Setelah kejadian malam itu aku memang seperti melupakan apapun yang terjadi dan memendam rasa sakitnya sendiri. “Aku menyesal, anggaplah aku ini suami yang tidak tau diri tapi tolong zane, beri aku maafmu.” Mas putra kembali meminta maaf dan entah ini permohonan maaf yang keberapa kali, tapi rasanya hari ini yang paling mencuri perhatianku. “Handphonemu dimana mas” Mas putra sontak langsung memberikan handphonenya kepadaku. “Call her.”Jawabku singkat. “H-ha?.”Mas putra nampak sangat terkejut dengan perintahku.“Iya, telpon perempuanmu yang bernama dwi itu.” Aku mengulangi kalimatku namun Mas putra Masih mematung. “I-iya tapi dia bukan perempuanku.” Jawaban Mas putra membua
**3 bulan lamanya aku memikirkan tentang lamaran dari Mas putra membuatku akhirnya memutuskan untuk menerimanya.“Bismillahirrahmanirrahim saya Zane Nathalia menerima lamaran dari Mas Putra Sanjaya” Jawabanku untuk lamaran dari Mas Putra. Meskipun dari hati yang paling dalam aku belum siap untuk menikah. Kita memang sudah menjalin hubungan dari saat kita masih menjadi seorang mahasiswa semester 6 sampai sekarang kita sudah menginjak usia 28tahun. Tetapi dengan hubungan yang sudah selama itu aku masih belum merasa mengenal Mas putra, ada banyak hal yang aku tidak ketahui tentang kehidupan Mas putra. “Alhamdulilah” ucap beberapa keluarga yang hadir dalam acara lamaran kami. “Sekarang kamu pasangkan cincinnya ke tangan Zane” Ucap ibu dari Mas Putra yang terlihat sangat bahagia karena anak pertamanya akan segera menikah. “Sayang, Terima kasih karna sudah menerimaku” Mas putra memakaikan cincin di jari manisku sambil tersenyum menatap mataku. “Iya mas” Ucapku singkat setelah menatap
**“Kamu sudah memikirkan kita mau honeymoon kemana sayang? Tanya Mas putra. “Belum mas, tapi aku lebih pengen Road trip. ke bali mungkin?”. jawabku“Zane, kamu yakin tidak ingin naik pesawat saja. perjalanan dari jogja ke bali itu sangat jauh loh?” jawab Mas putra memberiku pilihan.“Tidak mas, di perjalanan nanti kita bisa berhenti di kota malang atau surabaya untuk menginap satu malam” jawabku“Ya sudah kalau memang itu yang kamu mau sayang, besok kita berangkat pagi ya. Mas dapat cuti 2 minggu, kalo berangkat besok kita jadi lebih santai menikmati perjalanan” jawab Mas putra yang menyetujui permintaanku.“Baik mas, aku siapkan barangnya dulu” jawabku lalu pergi menyiapkan keperluan kamiEsok paginya kita berangkat dari jogja menuju bali. kami sangat menikmati perjalanan ini, Mobil melaju di tengah jalan tol dengan diiringi playlist music favoritku sampai tidak terasa perjalanan ini sudah hampir melewati kota Malang. “Sayang, kita jadi mau stay di malang malam ini? Tanya Mas putra
***“Mas, bangun yuk. udah jam 6 nanti kamu telat loh” seruku membangunkan Mas putra yang masih tertidur di kasur. “Iya sayang, mas masih ngantuk banget” jawab Mas putra sambil malas-malasan. “Cepet mandi yaa, bajunya udah aku siapin. kalo udah selesai langsung ke meja makan mas” jawabku sambil meninggalkan kamar.Begitulah kira-kira setiap pagiku setelah 1 bulan lebih menjadi seorang istri, banyak sekali yang berubah dari kehidupanku sebelumnya tapi banyak hal baru juga yang aku pelajari. Meskipun sudah menjadi seorang istri aku masih tetap bekerja menjadi dosen di salah satu universitas di kota jogja. sudah menikah tetapi masih bekerja sama sekali tidak memberatkanku, aku menikmati peranku menjadi istri dan pekerjaanku sebagai dosen. “Tehnya jangan lupa di minum ya mas” aku mengingatkan Mas putra karena dia sering lupa menghabiskan tehnya. “Iya sayang, sayang jadi hari ini ke rumah ibu?” tanya Mas putra. “Iya mas, kemarin dika call aku mau di bawain brownies strawberry” jawabku
**“Apa sakit hati itu ada obatnya.” Aku berkali-kali menanyakan hal yang sama namun tidak menemukan jawabannya. Setiap saat aku merasakan lelah yang luar biasa karena terbelenggu dalam rasa sakit ini. “Zane, aku ingin berbicara.” Mas putra datang menghampir aku yang sedang duduk termenung. “Iya mas, ada apa?.”Setelah kejadian malam itu aku memang seperti melupakan apapun yang terjadi dan memendam rasa sakitnya sendiri. “Aku menyesal, anggaplah aku ini suami yang tidak tau diri tapi tolong zane, beri aku maafmu.” Mas putra kembali meminta maaf dan entah ini permohonan maaf yang keberapa kali, tapi rasanya hari ini yang paling mencuri perhatianku. “Handphonemu dimana mas” Mas putra sontak langsung memberikan handphonenya kepadaku. “Call her.”Jawabku singkat. “H-ha?.”Mas putra nampak sangat terkejut dengan perintahku.“Iya, telpon perempuanmu yang bernama dwi itu.” Aku mengulangi kalimatku namun Mas putra Masih mematung. “I-iya tapi dia bukan perempuanku.” Jawaban Mas putra membua
**Meskipun aku sudah menemukan jalan mana yang harus aku tempuh namun tetap saja rasa ragu akan salah jalan masih mendominasi isi pikiranku. “Mas, aku mau ngobrol.” Ini adalah kalimat pembuka pertamaku untuk membahas tentang wanita itu. “Iya yang, mau ngobrol apa.” Mas putra menunggu jawabanku. “Mas selama aku menjadi pasanganmu apa aku memiliki kekurangan atau kesalahan yang tidak bisa kamu toleransi?” tanyaku. “Tidak ada sama sekali, tapi kenapa kamu tiba-tiba menanyakan hal ini yang?” Jawab Mas putra dengan raut wajah penuh tanya. “Mas, kamu setuju tidak jika pasangan kita memiliki kekurangan dan kesalahan sebaiknya kita memberi tahu pasangan kita?” Tanyaku lagi. “Iya, memang semestinya harus seperti itu.” Jawab Mas putra kembali. Aku memejamkan mata menahan tangis mendengar jawaban Mas putra. “Tapi kenapa kamu malah mencari kekuranganku di orang lain mas?.” Jawabku dengan nada pelan di iringi tangis yang sudah tidak tak tertahankan. “M-maksud kamu apa yang?.” Mas putra m
**1 bulan berlalu setelah aku mengetahui fakta bahwa suamiku sudah berselingkuh, tapi diriku ini memang tidak berdaya. aku selalu mencoba berdamai dan menemukan titik tenangku untuk mulai menerima semua ini, tapi bukannya sembuh. aku bagai kepingan kaca yang pecah dan menjadi benda tajam. Sakit rasanya setiap melihat senyum Mas putra yang seakan tidak terjadi apa-apa, sedangkan aku mengenyam pahitnya luka dalam diam. aku masih menyiapkannya makan, aku masih menunaikan kewajibanku sebagai seorang istri bahkan aku masih mendoakan keselamatan dan kebahagiaannya dalam sujud sholatku. aku selalu mencoba untuk mengendalikan diri agar tidak larut terlalu dalam tapi ini sulit untukku. “Sayang, mas berangkat ya.” Ucap Mas putra memeluk lalu mencium keningku. Sejak dia meminta maaf pada malam itu memang sikapnya jadi lebih hangat. “Iya mas, take care.” Jawabku sambil mencium tangannya. Seperti biasa kesibukanku adalah bekerja. Setelah aku rasa tugasku sebagai housewife sudah selesai, aku l
**Sudah 2 minggu setelah Mas putra pulang dari kota malang, semuanya jadi semakin hambar. rasanya aku memakai topeng di rumahku sendiri, aku tidak cukup kuat untuk selalu berpura-pura tegar. ada apa dengan pernikahan yang aku jalani ini, apa yang salah didalamnya? “Sayang, mas hari ini mau ke rumah ibu” Ucap Mas putra yang memecahkan keheningan saat aku sedang memasak sarapan. “Jam berapa ke rumah ibu?” tanyaku singkat “Mungkin jam 2” jawab Mas putra“Mau nginep di rumah ibu?” kembali ku tanya untuk memastikan. “Engga sayang, kalau sayang bisa pulang cepat. ayok ikut?” ajak Mas putra. “Hari ini mungkin akan sibuk karena ada jadwal di beberapa kelas, apalagi minggu depan sudah masuk uts. jadi maaf mas mungkin lain kali” jawabku menjelaskan. Sejujurnya hari ini aku tidak terlalu sibuk, terlebih minggu ini adalah minggu tenang sebelum ujian tengah semester. itu hanya alasanku saja untuk menghindari Mas putra. memang belum terbukti kesalahan apa yang dia lakukan, tapi rasanya menata
**Ini adalah hari kedua Mas putra di kota malang. Kemarin aku melewati satu hari dengan isi pikiran yang sangat berisik dan penuh dengan pertanyaan. Mungkin hari ini juga tidak jauh berbeda, terlebih lagi Mas putra jarang memberiku kabar. Terakhir Mas putra memberiku kabar pada jam 11.57. Namun sampai hampir magrib belum juga memberiku kabar lagi, aku enggan mendahuluinya bertanya karena aku takut menganggu pekerjaannya. Tapi bagaimanapun aku adalah seorang istri, jauh dari lubuk hati yang paling dalam aku mengkhawatirkanmu mas. “Kamu lagi ngapain ya mas, apa kamu sudah makan malam?” Aku mulai berbicara dengan diri sendiri. Aku mulai menyibukan diriku di depan laptop dengan ditemani coffe dan brownies yang tadi ku beli setelah pulang kerja. Aku merasa lebih baik ketika menonton drama korea favoritku, meskipun beberapa kali aku melihat handphone untuk memastikan ada notification chat dari suamiku, tapi ternyata tidak ada. Jam sudah menunjukan pukul 22.14 dan aku masih menunggu. “
**“pwing?” seperti itulah isi pesan dari kontak bernama piu di handphone Mas putra yang di terima pada pukul 00.03. Rasa dingin yang tadinya menembus tulang kini hilang berganti dengan rasa panas dan pedih di hati.“Siapa perempuan ini? Ah apakah benar dia perempuan? kenapa namanya piu? Apa dia pemilik parfume victoria secret itu? Apa dia juga yang menemani Mas putra di coffeshop solo malam itu? Apakah perempuan ini juga yang kemarin bersama Mas putra sebelum membelikanku roti kukus? AHHHHHH!!!!” Teriakanku dalam hati. Sebelum akhirnya kesadaranku kembali, aku menarik nafas dan berusaha untuk tetap tenang. aku berpikir untuk tidak bertindak gegabah. akhirnya aku membalas pesannya. “Iya mbak kenapa, Mas putra masih bobo di samping”. Aku memiliki keberanian untuk membalas pesan seperti itu karena aku adalah istrinya. Tidak lama menunggu sekitar 8 menit akhirnya aku menerima balasan “Maaf bgt ya mbak, semalem ada perlu hehe. maaf banget sekali lagi”.“Tunggu, dia jawab ada perlu denga
***“Mas, bangun yuk. udah jam 6 nanti kamu telat loh” seruku membangunkan Mas putra yang masih tertidur di kasur. “Iya sayang, mas masih ngantuk banget” jawab Mas putra sambil malas-malasan. “Cepet mandi yaa, bajunya udah aku siapin. kalo udah selesai langsung ke meja makan mas” jawabku sambil meninggalkan kamar.Begitulah kira-kira setiap pagiku setelah 1 bulan lebih menjadi seorang istri, banyak sekali yang berubah dari kehidupanku sebelumnya tapi banyak hal baru juga yang aku pelajari. Meskipun sudah menjadi seorang istri aku masih tetap bekerja menjadi dosen di salah satu universitas di kota jogja. sudah menikah tetapi masih bekerja sama sekali tidak memberatkanku, aku menikmati peranku menjadi istri dan pekerjaanku sebagai dosen. “Tehnya jangan lupa di minum ya mas” aku mengingatkan Mas putra karena dia sering lupa menghabiskan tehnya. “Iya sayang, sayang jadi hari ini ke rumah ibu?” tanya Mas putra. “Iya mas, kemarin dika call aku mau di bawain brownies strawberry” jawabku
**“Kamu sudah memikirkan kita mau honeymoon kemana sayang? Tanya Mas putra. “Belum mas, tapi aku lebih pengen Road trip. ke bali mungkin?”. jawabku“Zane, kamu yakin tidak ingin naik pesawat saja. perjalanan dari jogja ke bali itu sangat jauh loh?” jawab Mas putra memberiku pilihan.“Tidak mas, di perjalanan nanti kita bisa berhenti di kota malang atau surabaya untuk menginap satu malam” jawabku“Ya sudah kalau memang itu yang kamu mau sayang, besok kita berangkat pagi ya. Mas dapat cuti 2 minggu, kalo berangkat besok kita jadi lebih santai menikmati perjalanan” jawab Mas putra yang menyetujui permintaanku.“Baik mas, aku siapkan barangnya dulu” jawabku lalu pergi menyiapkan keperluan kamiEsok paginya kita berangkat dari jogja menuju bali. kami sangat menikmati perjalanan ini, Mobil melaju di tengah jalan tol dengan diiringi playlist music favoritku sampai tidak terasa perjalanan ini sudah hampir melewati kota Malang. “Sayang, kita jadi mau stay di malang malam ini? Tanya Mas putra
**3 bulan lamanya aku memikirkan tentang lamaran dari Mas putra membuatku akhirnya memutuskan untuk menerimanya.“Bismillahirrahmanirrahim saya Zane Nathalia menerima lamaran dari Mas Putra Sanjaya” Jawabanku untuk lamaran dari Mas Putra. Meskipun dari hati yang paling dalam aku belum siap untuk menikah. Kita memang sudah menjalin hubungan dari saat kita masih menjadi seorang mahasiswa semester 6 sampai sekarang kita sudah menginjak usia 28tahun. Tetapi dengan hubungan yang sudah selama itu aku masih belum merasa mengenal Mas putra, ada banyak hal yang aku tidak ketahui tentang kehidupan Mas putra. “Alhamdulilah” ucap beberapa keluarga yang hadir dalam acara lamaran kami. “Sekarang kamu pasangkan cincinnya ke tangan Zane” Ucap ibu dari Mas Putra yang terlihat sangat bahagia karena anak pertamanya akan segera menikah. “Sayang, Terima kasih karna sudah menerimaku” Mas putra memakaikan cincin di jari manisku sambil tersenyum menatap mataku. “Iya mas” Ucapku singkat setelah menatap