Share

JAWABAN

**

Sudah 2 minggu setelah Mas putra pulang dari kota malang, semuanya jadi semakin hambar. rasanya aku memakai topeng di rumahku sendiri, aku tidak cukup kuat untuk selalu berpura-pura tegar. ada apa dengan pernikahan yang aku jalani ini, apa yang salah didalamnya?

“Sayang, mas hari ini mau ke rumah ibu” Ucap Mas putra yang memecahkan keheningan saat aku sedang memasak sarapan.

“Jam berapa ke rumah ibu?” tanyaku singkat

“Mungkin jam 2” jawab Mas putra

“Mau nginep di rumah ibu?” kembali ku tanya untuk memastikan.

“Engga sayang, kalau sayang bisa pulang cepat. ayok ikut?” ajak Mas putra.

“Hari ini mungkin akan sibuk karena ada jadwal di beberapa kelas, apalagi minggu depan sudah masuk uts. jadi maaf mas mungkin lain kali” jawabku menjelaskan.

Sejujurnya hari ini aku tidak terlalu sibuk, terlebih minggu ini adalah minggu tenang sebelum ujian tengah semester. itu hanya alasanku saja untuk menghindari Mas putra. memang belum terbukti kesalahan apa yang dia lakukan, tapi rasanya menatap dia meski hanya 1 detik saja membuatku mengingat tentang banyak hal.

Aku lebih memilih menghabiskan hariku di coffeshop yang jauh dari kota. Tempat ini suasananya sangat asri sekali, aku tidak merasa benar karena pergi tanpa izin dari suami. Tapi bagimana lagi? Aku hanya berusaha menjaga kewarasanku sebagai seorang istri yang tengah di kelilingi ratusan pertanyaan tentang rumah tangga ini. Aku membutuhkan waktu dan tempat yang memberiku ruang untukku bernafas.

Aku mendengarkan lagu-lagu dari penyanyi favoritku sambil mulai mengerjakan sisa pekerjaanku. saat tengah asik dengan kesibukanku, aku melihat handphone berdering menandakan ada panggilan dari seseorang.

“Nomor siapa ini?” Tanyaku dalam hati

Aku sudah terbiasa mengabaikan telepon masuk dari nomor yang tidak aku kenal, namun handphoneku terus berdering hingga membuatku terpaksa menjawab.

“Hallo zane?” Terdengar suara laki-laki yang asing untukku.

“Iya, siapa?” tanyaku datar.

“apa kabar?” jawab pria itu.

“Iya, dengan siapa?” Tanyaku datar

“HAHAHAHAHAHAHA”

“Apa yang lucu?” Tanyaku datar

“Ternyata sikap cuekmu tidak pernah hilang ya?”

“Aku Kendra” Sambungnya cepat

Hampir copot jantungku mendengar namanya. Ini benarkah?

“Zane, apa kamu masih ingat aku?” Tanya dia kembali setelah sesaat aku terdiam karena kaget.

“A-ah iya, tentu aku inget. how are you?” Tanyaku.

“Aku baik, kamu bagimana?” kembali dia bertanya kepadaku.

“Aku baik juga kak” jawabku.

“Aku dapat kabar kalo kamu sudah menikah, aku mau ucapin selamat yaa!” Ucap Kendra kepadaku

.

“A-ah iya kak, terima kasih” Jawab ku

“Jika bisa mungkin kita bisa bertukar kabar atau bertemu kalau aku ke jogja, jadi simpan nomorku ya” Sambungnya.

Percakapan kami di telepon tidak terlalu lama, hanya di isi dengan basa-basi teman lama yang baru berkabar lagi. tapi benarkah kita hanya berteman? Entahlah, aku harus berekspresi apa untuk saat ini. bahagia karena dia hadir kembali disaat aku sedang dalam keadaan seperti ini, atau harusnya aku menutup pintu?

**

Sesampainya di rumah aku tidak menemukan kehadiran Mas putra, tapi tidak ku pungkiri bahwa ini adalah hal yang aku inginkan. aku tidak sekuat itu untuk selalu berpura-pura bahwa aku baik-baik saja, meskipun di lubuk hatiku yang paling dalam aku merasakan sakit.

Aku merebahkan diriku dikasur dan mulai bermain handphone untuk menghilangkan rasa sepiku, ku buka sosial mediaku dan mulai mendapati bahwa Mas putra memposting foto bersama dengan isal, entah ide dari mana tapi aku mulai mencoba mencari nama coffeshop tersebut dan ternyata itu adalah tempat yang di datangi Mas putra ketika dia tidak jadi pulang tempo hari. Tapi tunggu, siapa yang membantu mereka mengambil foto ini?

Cukup lama aku sendiri di rumah dengan di temani sepi dan seribu pertanyaan-pertanyaan baru. Sampai akhirnya terdengar suara mobil yang sedang parkir di garasi. Aku ingin sekali menjadi istri yang menyambut kedatangan suami, pertanyaannya apa Mas putra juga merasakan hal yang sama? Aku sudah mulai lelah dengan berbagai pertanyaan yang tidak pernah ku temukan jawabannya.

“Sayang, mas pulang” Teriak Mas putra setelah memasuki rumah.

“Iya mas” jawabku.

“Tadi ibu bawain ayam rica-rica buat kamu, kamu sudah makan?” tanyanya sambil memberikan kotak isi ayam rica-rica pemberian ibu.

“Belum, aku panaskan dulu. kamu mandi terus makan bareng ya” aku mengambil kotak dan menuju dapur dengan wajah yang datar.

Setelah makanan siap dan Mas putra selesai mandi. kita duduk di meja makan sambil menikmati makan malam dengan ayam rica-rica ibu. tidak bisa ku pungkiri bahwa aku sangat menyukai masakan ibu.

“Sayang, habis makan mas mau ngobrol sama kamu. boleh?” tanya Mas putra.

“Soal apa?” tanyaku.

“Tentang kita sayang” kembali Mas putra menjawab dengan sorot mata yang menatap ke arahku, aku yakin bahwa ini akan mengarah ke pembahasan yang serius.

“Aku sudah menunggu ini sangat lama mas” gumamku dalam hati.

Selesai makan dan bersih-bersih akhirnya aku merebahkan diriku di kasur, lalu disusul dengan Mas putra yang duduk di pinggiran kasur.

“Sayang?” panggil Mas putra.

“Iya mas, tadi kamu mau bicara soal apa?” tanyaku to the point.

“Sayang, sebelumnya mas minta maaf jika mas banyak salah sama kamu. mas belum bisa menjadi suami yang baik, Hubungan kita juga tidak terlalu banyak komunikasi. kita jarang ada waktu untuk bersama, ini sangat berbanding terbalik dengan pernikahan impian yang selalu kamu ceritakan dulu. Maaf mas belum mampu mewujudkan itu semua” jelas Mas putra dengan wajah penuh penyesalan.

“Tidak perlu merasa bersalah mas, aku sudah cukup kuat untuk menerima fakta bahwa apa yang aku inginkan belum tentu bisa aku dapatkan. Sama halnya dengan pernikahan ini, lagian tidak ada pernikahan yang sempurna mas” jawabku.

Mendengar jawabanku Mas putra menunduk menahan tangis, setelah kucoba mengusap punggungnya lembut dia memelukku erat.

“Maafin mas ya, apapun yang terjadi tolong maafkan dan jangan pernah tinggalin mas” ucapnya sambil menangis.

“Inshaallah, semoga aku selalu bisa menerima apapun tentangmu mas” jawabku.

“Mas gabisa kalo ga sama kamu” suaranya pelan diiringi dengan senggukan tangis yang semakin dalam.

Aku memeluknya dan bergumam dalam hati “bahkan aku tidak mengetahui bahwa ternyata kamu tidak sekuat itu mas”

**

Pagi di hari libur adalah sebuah kebahagiaan untukku. Ku coba bangun dan melihat Mas putra yang masih terlelap, ku ambil handphone untuk melihat jam tapi ternyata handphoneku mati karena semalam aku lupa tidak menchargernya, lalu tanpa berpikir panjang aku ambil handphone Mas putra untuk melihat jam. Setelah puas mengetahui bahwa ini masih pukul 06.10 ingin rasanya ku pejamkan kembali mataku tapi tiba-tiba feelingku berkata untuk membuka handphone Mas putra.

Mulai kucoba membuka handphone Mas putra, mengikuti feelingku yang langsung menuju ke arah galeri untuk memastikan foto dengan isal. Setelah mulai mencari dan mendapatkan foto bersama isal tubuhku malah bergemetar hebat, dadaku sesak, nafasku terasa berat, air mataku tiba-tiba mengalir deras, tanganku terasa dingin.

“Apa ini benar suamiku?” batinku berteriak dalam diam, melihat sebuah foto suamiku mengenakan baju berwarna hijau tua bersama dengan wanita yang mengenakan baju kotak-kotak dan berkerudung hitam, Wanita itu berpose menyandarkan kepala di pundak suamiku dengan senyum yang mengambarkan kebahagiaan.

Di tengah tangisku, segera ku kirim foto-foto tersebut ke handphoneku. Aku tidak cukup kuat untuk hal ini, tapi benarkah ini yang di namakan perselingkuhan?

**

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status