***
“Mas, bangun yuk. udah jam 6 nanti kamu telat loh” seruku membangunkan Mas putra yang masih tertidur di kasur.“Iya sayang, mas masih ngantuk banget” jawab Mas putra sambil malas-malasan.“Cepet mandi yaa, bajunya udah aku siapin. kalo udah selesai langsung ke meja makan mas” jawabku sambil meninggalkan kamar.Begitulah kira-kira setiap pagiku setelah 1 bulan lebih menjadi seorang istri, banyak sekali yang berubah dari kehidupanku sebelumnya tapi banyak hal baru juga yang aku pelajari. Meskipun sudah menjadi seorang istri aku masih tetap bekerja menjadi dosen di salah satu universitas di kota jogja. sudah menikah tetapi masih bekerja sama sekali tidak memberatkanku, aku menikmati peranku menjadi istri dan pekerjaanku sebagai dosen.“Tehnya jangan lupa di minum ya mas” aku mengingatkan Mas putra karena dia sering lupa menghabiskan tehnya.“Iya sayang, sayang jadi hari ini ke rumah ibu?” tanya Mas putra.“Iya mas, kemarin dika call aku mau di bawain brownies strawberry” jawabku.“Maaf ya mas gabisa antar, tapi kalo sore ini mas pulang cepet nanti mas nyusul” Mas putra memang sangat sibuk sekali, hal ini membuat kita jarang sekali keluar bersama.“Iya mas, aku kerumah ibu nanti di temenin dimas, dia mau pulang juga ambil barang katanya tapi nanti aku usahain ga sampe sore. Biar kalo mas pulang aku sudah di rumah” jelasku.Mas putra memiliki 2 adik laki-laki yang masih sekolah dan kuliah. Namanya Dimas Sanjaya dan Tri Andika Sanjaya, Dulu ketika aku pertama kali di ajak kerumah Mas putra adik-adiknya masih kecil, tapi mereka sangat dekat denganku. Aku sangat menyayangi mereka karena aku sendiri adalah anak tunggal.“Take care ya mas, kabarin aku terus” Ucapku sambil mencium tangannya karena Mas putra akan pergi bekerja.“Iya sayang, kamu juga hati-hati kalo kerumah ibu” Lalu Mas putra mencium keningku.Tidak lama setelah Mas putra pergi aku juga pergi ke kampus untuk mengajar. Hari ini jadwalku begitu padat jadi aku bisa pulang lebih cepat dan pergi kerumah ibu yang cukup jauh dari pusat kota.“De, kaka udah didepan kost” Ucapku ketika Dimas menjawab panggilan telponku.“Iya ka, tunggu dede sebentar lagi keluar” Dimas memang sedikit manja, mungkin karena sejak kecil dia sudah dekat denganku.“Ka, titipan dika udah kaka beli? tanya Dimas yang baru masuk mobil.“Udah de, sebelum kaka kesini” jawabku.Akhirnya sekitar jam 5 sore aku sudah kembali ke rumah, namun Mas putra terlihat belum sampai rumah. aku segera membersihkan diri dan menyiapkan makan malam untuk mas putra. Tapi setelah aku lihat jam sudah menunjukan hampir jam 9 malam aku mulai khawatir karena Mas putra tidak juga sampai rumah. Lalu aku teringat bahwa aku bisa cek lokasi Mas putra mengunakan handphoneku, tapi setelah dicek aku sedikit bingung, lokasi Mas putra sedang berada di salah satu coffeshop di solo.aku terus menunggu di meja makan sampai jam menunjukan pukul 00.30. dan akhirnya Mas putra pulang, terdengar dari suara gerbang yang terbuka. Setelah dia masuk dan menemukanku yang duduk di meja makan dengan makanan yang sudah dingin, dia terlihat kaget.“Sayang, kok kamu belum tidur?” Tanya Mas putra dengan raut wajah yang sedikit gugup.“Iya mas, aku khawatir. jadi aku tungguin” jawabku datar.“O-oh iya sayang” Jawab Mas putra gugup dan tidak memberikan alasan kenapa dia pulang tengah malam.“Mandi mas, aku hangatin lagi makanannya. atau kamu sudah mengantuk?” Tanyaku tanpa bertanya kenapa dia pulang larut malam.“Boleh tidak kalo abis mandi mas langsung tidur, Mas capek sayang?” pinta Mas putra karena capek mungkin, tapi entah capek dari mana.“Oh, iya tidak papa mas” Jawabku datar.***Pagi hari ini aku tidak ada jadwal di kampus, jadi aku berniat menghabiskan hari liburku di rumah untuk beristirahat. Aku menyiapkan sarapan dan mengantar Mas putra berangkat kerja sampai teras, setelah berpamitan aku kembali masuk dan membersihkan piring bekas sarapan. Aku berpikir untuk mencuci baju hari ini, entah kenapa tiba-tiba aku ingin sekali mencuci padahal biasanya aku selalu menggunakan jasa laundry. Aku mulai mengambil baju-baju kotor di kamar dan saat aku sedang memisahkan baju berwarna dan baju putih aku mencium wangi parfume yang tidak pernah aku kenal sebelumnya. Aku mencari di baju mana wangi itu berasal dan setelah aku menciumi satu persatu baju, ternyata parfume itu berasal dari baju yang semalam Mas putra pakai. Jantungku berdebar kencang dan datang seribu pertanyaan di kepalaku, Parfume milik siapa ini?Segera aku berlari ke kamar dan mulai menciumi satu persatu parfume yang aku miliki, tapi dari banyaknya parfume yang aku miliki tidak ada sama sekali wangi yang seperti di baju Mas putra ini. Badanku lemas karena menduga-menduga terlebih lagi semalam Mas putra berada di kota solo dan tidak memberitahuku.Aku merasa ada sesuatu yang tidak benar disini, aku terus meyakinkan diri untuk bisa menerima apapun fakta yang akan terjadi di masa depan jika memutuskan untuk tidak pura-pura buta dan tuli hari ini. Setelah yakin dengan jalan yang aku pilih aku segera bangkit dan kembali menyelesaikan tugas rumahku yang belum selesai, hanya saja aku tidak mencuci baju Mas putra ini.Setelah semuanya selesai, aku langsung pergi ke toko parfume dan bertanya ke salah satu karyawan toko.“Mbak, saya ingin membeli parfume tapi tidak tahu apa namanya” Tanyaku“Aduh kami juga bingung kalo kakak tidak tahu namanya” Jawab karyawan toko parfume.“iya mbak, T-tapi saya membawa baju yang wanginya masih tertinggal mbak. Apa mbak berkenan membantu?“ Tanyaku sedikit malu.“Boleh kak” Jawab karyawan parfume“ini mbak bajunya” Aku memberikan baju Mas putra kepada Karyawan Parfume.“Oh, ini saya tahu kak. ini bau parfume victoria secret yang varian velvet petals” Jawab karyawan parfume.“Sayangnya disini sedang kosong kak stocknya, tapi saya yakin ini pasti velvet petals” Sambungnya.“Oh baik mbak, terima kasih ya sebelumnya. sayang sekali kalau sedang kosong stocknya” Jawabku.Lalu aku segera bergegas pergi mencari toko parfume lain di dalam mall tersebut dan mencari parfume victoria secret varian velvet petals. setelah menemukannya aku sedikit berdebar kencang ternyata benar wanginya sama persis. aku mengingat kembali apakah aku punya, apakah aku melupakan parfumeku varian ini? Tapi semakin aku mengingat semakin aku yakin bahwa aku tidak memilikinya.***Aku kembali pulang ke rumah dan melihat mobil Mas putra sudah terparkir di garasi. Sebelum turun dari mobil aku menguatkan hatiku untuk bisa berpura-pura tidak terjadi apa-apa.Ketika aku membuka pintu dan mulai memasuki rumah tapi aku tidak menemukan kehadiran dari Mas putra. Sesaat setelah kusadari ternyata memang itu yang aku inginkan, aku belum siap bertatap muka dengan Mas putra. aku ingin menyembunyikan luka akibat rasa penasaranku ini sendirian terlepas itu fakta atau hanya dugaanku saja.Setelah sekian lama aku duduk di temani dengan laptop dan coffe tidak terasa jam sudah menunjukan pukul 20.20, aku bertanya kembali pada diri sendiri kemana kah suamiku pergi, kenapa setelah pernikahan ini terjadi aku semakin tidak mengenalnya?Aku larut dengan seribu pertanyaan dalam diriku sampai aku mendengar suara pintu yang mulai terbuka, aku bisa menebak siapa disana.“Sayang, mas pulang” Teriak suamiku.“Iya mas” Jawabku setengah berteriak.“Mas bawain kamu roti kukus coklat keju yang dideket kostmu dulu, kamu masih suka kan?” Mas putra memberikan plastik berisi roti kukus.“Oh iya mas, Terima kasih” jawabku datar.Aku membawa plastik dan seribu pertanyaan ke meja makan. “Roti kukus dekat kost lamaku katanya?” Dari sore dia habis kemana sampai berada di daerah sana?.***Dinginnya ac kamar pagi ini rasanya menusuk sampai tulang. aku terbangun dan ingin melihat jam, karena handphoneku jauh jadi aku ingin melihat jam di handphone Mas putra. Tapi bukannya jam yang aku lihat malah notification chat terbaru dari seseorang yang namanya sangat asing bagiku, siapa ya ini?*****“pwing?” seperti itulah isi pesan dari kontak bernama piu di handphone Mas putra yang di terima pada pukul 00.03. Rasa dingin yang tadinya menembus tulang kini hilang berganti dengan rasa panas dan pedih di hati.“Siapa perempuan ini? Ah apakah benar dia perempuan? kenapa namanya piu? Apa dia pemilik parfume victoria secret itu? Apa dia juga yang menemani Mas putra di coffeshop solo malam itu? Apakah perempuan ini juga yang kemarin bersama Mas putra sebelum membelikanku roti kukus? AHHHHHH!!!!” Teriakanku dalam hati. Sebelum akhirnya kesadaranku kembali, aku menarik nafas dan berusaha untuk tetap tenang. aku berpikir untuk tidak bertindak gegabah. akhirnya aku membalas pesannya. “Iya mbak kenapa, Mas putra masih bobo di samping”. Aku memiliki keberanian untuk membalas pesan seperti itu karena aku adalah istrinya. Tidak lama menunggu sekitar 8 menit akhirnya aku menerima balasan “Maaf bgt ya mbak, semalem ada perlu hehe. maaf banget sekali lagi”.“Tunggu, dia jawab ada perlu denga
**Ini adalah hari kedua Mas putra di kota malang. Kemarin aku melewati satu hari dengan isi pikiran yang sangat berisik dan penuh dengan pertanyaan. Mungkin hari ini juga tidak jauh berbeda, terlebih lagi Mas putra jarang memberiku kabar. Terakhir Mas putra memberiku kabar pada jam 11.57. Namun sampai hampir magrib belum juga memberiku kabar lagi, aku enggan mendahuluinya bertanya karena aku takut menganggu pekerjaannya. Tapi bagaimanapun aku adalah seorang istri, jauh dari lubuk hati yang paling dalam aku mengkhawatirkanmu mas. “Kamu lagi ngapain ya mas, apa kamu sudah makan malam?” Aku mulai berbicara dengan diri sendiri. Aku mulai menyibukan diriku di depan laptop dengan ditemani coffe dan brownies yang tadi ku beli setelah pulang kerja. Aku merasa lebih baik ketika menonton drama korea favoritku, meskipun beberapa kali aku melihat handphone untuk memastikan ada notification chat dari suamiku, tapi ternyata tidak ada. Jam sudah menunjukan pukul 22.14 dan aku masih menunggu. “
**Sudah 2 minggu setelah Mas putra pulang dari kota malang, semuanya jadi semakin hambar. rasanya aku memakai topeng di rumahku sendiri, aku tidak cukup kuat untuk selalu berpura-pura tegar. ada apa dengan pernikahan yang aku jalani ini, apa yang salah didalamnya? “Sayang, mas hari ini mau ke rumah ibu” Ucap Mas putra yang memecahkan keheningan saat aku sedang memasak sarapan. “Jam berapa ke rumah ibu?” tanyaku singkat “Mungkin jam 2” jawab Mas putra“Mau nginep di rumah ibu?” kembali ku tanya untuk memastikan. “Engga sayang, kalau sayang bisa pulang cepat. ayok ikut?” ajak Mas putra. “Hari ini mungkin akan sibuk karena ada jadwal di beberapa kelas, apalagi minggu depan sudah masuk uts. jadi maaf mas mungkin lain kali” jawabku menjelaskan. Sejujurnya hari ini aku tidak terlalu sibuk, terlebih minggu ini adalah minggu tenang sebelum ujian tengah semester. itu hanya alasanku saja untuk menghindari Mas putra. memang belum terbukti kesalahan apa yang dia lakukan, tapi rasanya menata
**1 bulan berlalu setelah aku mengetahui fakta bahwa suamiku sudah berselingkuh, tapi diriku ini memang tidak berdaya. aku selalu mencoba berdamai dan menemukan titik tenangku untuk mulai menerima semua ini, tapi bukannya sembuh. aku bagai kepingan kaca yang pecah dan menjadi benda tajam. Sakit rasanya setiap melihat senyum Mas putra yang seakan tidak terjadi apa-apa, sedangkan aku mengenyam pahitnya luka dalam diam. aku masih menyiapkannya makan, aku masih menunaikan kewajibanku sebagai seorang istri bahkan aku masih mendoakan keselamatan dan kebahagiaannya dalam sujud sholatku. aku selalu mencoba untuk mengendalikan diri agar tidak larut terlalu dalam tapi ini sulit untukku. “Sayang, mas berangkat ya.” Ucap Mas putra memeluk lalu mencium keningku. Sejak dia meminta maaf pada malam itu memang sikapnya jadi lebih hangat. “Iya mas, take care.” Jawabku sambil mencium tangannya. Seperti biasa kesibukanku adalah bekerja. Setelah aku rasa tugasku sebagai housewife sudah selesai, aku l
**Meskipun aku sudah menemukan jalan mana yang harus aku tempuh namun tetap saja rasa ragu akan salah jalan masih mendominasi isi pikiranku. “Mas, aku mau ngobrol.” Ini adalah kalimat pembuka pertamaku untuk membahas tentang wanita itu. “Iya yang, mau ngobrol apa.” Mas putra menunggu jawabanku. “Mas selama aku menjadi pasanganmu apa aku memiliki kekurangan atau kesalahan yang tidak bisa kamu toleransi?” tanyaku. “Tidak ada sama sekali, tapi kenapa kamu tiba-tiba menanyakan hal ini yang?” Jawab Mas putra dengan raut wajah penuh tanya. “Mas, kamu setuju tidak jika pasangan kita memiliki kekurangan dan kesalahan sebaiknya kita memberi tahu pasangan kita?” Tanyaku lagi. “Iya, memang semestinya harus seperti itu.” Jawab Mas putra kembali. Aku memejamkan mata menahan tangis mendengar jawaban Mas putra. “Tapi kenapa kamu malah mencari kekuranganku di orang lain mas?.” Jawabku dengan nada pelan di iringi tangis yang sudah tidak tak tertahankan. “M-maksud kamu apa yang?.” Mas putra m
**“Apa sakit hati itu ada obatnya.” Aku berkali-kali menanyakan hal yang sama namun tidak menemukan jawabannya. Setiap saat aku merasakan lelah yang luar biasa karena terbelenggu dalam rasa sakit ini. “Zane, aku ingin berbicara.” Mas putra datang menghampir aku yang sedang duduk termenung. “Iya mas, ada apa?.”Setelah kejadian malam itu aku memang seperti melupakan apapun yang terjadi dan memendam rasa sakitnya sendiri. “Aku menyesal, anggaplah aku ini suami yang tidak tau diri tapi tolong zane, beri aku maafmu.” Mas putra kembali meminta maaf dan entah ini permohonan maaf yang keberapa kali, tapi rasanya hari ini yang paling mencuri perhatianku. “Handphonemu dimana mas” Mas putra sontak langsung memberikan handphonenya kepadaku. “Call her.”Jawabku singkat. “H-ha?.”Mas putra nampak sangat terkejut dengan perintahku.“Iya, telpon perempuanmu yang bernama dwi itu.” Aku mengulangi kalimatku namun Mas putra Masih mematung. “I-iya tapi dia bukan perempuanku.” Jawaban Mas putra membua
**3 bulan lamanya aku memikirkan tentang lamaran dari Mas putra membuatku akhirnya memutuskan untuk menerimanya.“Bismillahirrahmanirrahim saya Zane Nathalia menerima lamaran dari Mas Putra Sanjaya” Jawabanku untuk lamaran dari Mas Putra. Meskipun dari hati yang paling dalam aku belum siap untuk menikah. Kita memang sudah menjalin hubungan dari saat kita masih menjadi seorang mahasiswa semester 6 sampai sekarang kita sudah menginjak usia 28tahun. Tetapi dengan hubungan yang sudah selama itu aku masih belum merasa mengenal Mas putra, ada banyak hal yang aku tidak ketahui tentang kehidupan Mas putra. “Alhamdulilah” ucap beberapa keluarga yang hadir dalam acara lamaran kami. “Sekarang kamu pasangkan cincinnya ke tangan Zane” Ucap ibu dari Mas Putra yang terlihat sangat bahagia karena anak pertamanya akan segera menikah. “Sayang, Terima kasih karna sudah menerimaku” Mas putra memakaikan cincin di jari manisku sambil tersenyum menatap mataku. “Iya mas” Ucapku singkat setelah menatap
**“Kamu sudah memikirkan kita mau honeymoon kemana sayang? Tanya Mas putra. “Belum mas, tapi aku lebih pengen Road trip. ke bali mungkin?”. jawabku“Zane, kamu yakin tidak ingin naik pesawat saja. perjalanan dari jogja ke bali itu sangat jauh loh?” jawab Mas putra memberiku pilihan.“Tidak mas, di perjalanan nanti kita bisa berhenti di kota malang atau surabaya untuk menginap satu malam” jawabku“Ya sudah kalau memang itu yang kamu mau sayang, besok kita berangkat pagi ya. Mas dapat cuti 2 minggu, kalo berangkat besok kita jadi lebih santai menikmati perjalanan” jawab Mas putra yang menyetujui permintaanku.“Baik mas, aku siapkan barangnya dulu” jawabku lalu pergi menyiapkan keperluan kamiEsok paginya kita berangkat dari jogja menuju bali. kami sangat menikmati perjalanan ini, Mobil melaju di tengah jalan tol dengan diiringi playlist music favoritku sampai tidak terasa perjalanan ini sudah hampir melewati kota Malang. “Sayang, kita jadi mau stay di malang malam ini? Tanya Mas putra