Home / Romansa / MELODI ABELIA / 1. How It Started

Share

MELODI ABELIA
MELODI ABELIA
Author: khairunnisastuff

1. How It Started

last update Last Updated: 2021-06-12 02:06:34

Mereka bilang, cinta itu sederhana. Hanya saja para pencinta yang membuatnya rumit. Benarkah begitu? Kurasa ada benarnya. Karena kita mengalaminya. Kitalah dua orang rumit itu, yang memilih menyatukan cinta di atas asa genting yang siap menjatuhkan kita kapan saja. Kita bertahan meski benteng pertahanan hampir runtuh, meski kewarasan jiwa nyaris luruh. Tapi tak apa, aku bahagia bisa saling menguatkan denganmu.

Akan tetapi, semua keyakinanku hancur berantakan saat kamu memilih untuk menghilang dalam persembunyian. Kamu mungkin tak akan pernah kutemukan lagi, tapi kenangan tentangmu tetap menyala dan tak pernah mati. Aku merindukanmu, kamu tahu itu. Maka aku merajut rangkaian kata ini, menulis kisah kita sehingga kenangan-kenangan kita tak menjadi layu. Agar aku tetap kuat menjaga rindu hingga yang aku mampu.

Kisah kita mungkin tak akan ada artinya bagi mereka. Mungkin mereka akan menganggapnya sebagai cerita cinta picisan yang membangkitkan halusinasi. Tapi biarlah. Kita tak perlu membuat mereka mengerti. Aku akan tetap menulisnya. Cerita cinta yang manis namun pelik, seperti gerimis yang kerap mengusik. Meski rumit, aku berjanji akan menuliskannya dengan sederhana sehingga para pembaca aksara tak sulit mencari makna.

***

Kata orang, kehidupan di ibu kota itu kejam. Namun banyak juga yang menganggapnya begitu indah. Sering kali orang-orang yang belum pernah menjejakkan kaki ke sana—menganggap Jakarta begitu gemilang, penuh gemerlap. Menjanjikan harapan pada sosok-sosok pengais rupiah. Memamerkan kecemerlangan masyarakat modern. Nyatanya, setelah kau menapak kaki di sana, Jakarta tak segemilang dan segemerlap itu. Tapi juga tak seburuk yang sering didengar. Kejam dan indah, dua kata kontras yang bisa mewakili ibu kota.

Aku adalah salah seorang perantau di Jakarta yang padat dan sesak ini. Kota asalku berada di Sumatera, tepatnya di kota Lampung. Keadaan finansial keluargaku menurun setelah kepergian ayah. Setamat kuliah, aku—anak perempuan satu-satunya—menjadi tulang punggung untuk ibuku dan adikku. Sementara kakakku sudah menikah dan tak bisa membantu keuangan keluarga kami karena keluarga kecilnya pun sangat membutuhkan.

Dua tahun yang lalu, aku memutuskan berangkat ke Jakarta agar mendapat pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi. Meskipun gajiku hanya sedikit di atas UMR (Upah Minimum Regional), tapi setidaknya UMR di ibu kota lebih tinggi daripada UMR di provinsi asalku. Sedangkan biaya hidup bisa dibilang tidak terlalu jauh berbeda.

Namun ternyata tetap saja, selama bekerja uangku tercurah untuk membiayai semua keperluan ibu dan adikku, kadang-kadang juga membantu kakakku. Aku harus sangat berhemat sejak berada di perantauan. Tinggal di indekos sederhana, makan seadanya, dan menabung sedikit demi sedikit. Tapi tak pernah kuceritakan tentang kesulitan yang kualami pada keluargaku di sana.

Aku bekerja di sebuah perusahaan outsourcing swasta—yang masih terbilang baru—sebagai akuntan sekaligus staf administrasi. Semuanya baik-baik saja sampai kemudian bencana itu datang. Aku difitnah telah menggelapkan uang. Bosku murka dan memecatku. Tidak hanya itu, dia juga mem-blacklist namaku agar tak ada perusahaan lain yang mau menerimaku. Masih kuingat dengan jelas betapa menyakitkannya kejadian tersebut.

“Apakah Anda punya bukti atas tuduhan itu?” tanyaku menantang mata sang pemimpin perusahaan, tak terima atas tuduhannya. “Bukannya perusahaan sudah memeriksa rekening saya? Semuanya sudah jelas bahwa tidak ada transaksi mencurigakan di dalamnya.”

“Ya. Uang itu memang tidak masuk ke rekening pribadimu, melainkan rekening lain yang bukan atas nama kamu. Tapi sudah pasti rekening itu milikmu juga, hanya kamu palsukan saja datanya.” Derry Laksmana—bosku itu—berkata sinis tanpa menoleh padaku.

Keningku berkerut. “Bagaimana bisa itu menjadi bukti dan bagaimana bisa Anda menyimpulkan bahwa rekening itu milik saya?” cecarku. “Coba tunjukkan data rekening itu. Perusahaan tentunya bisa menyelidiki, supaya jelas semuanya.”

“Abelia, kamu adalah akuntan di perusahaan ini. Kamu yang menangani laporan keuangan. Sudah pasti kamu yang melakukannya.” Lelaki paruh baya itu menunjuk wajahku. “Apalagi ada saksi mata.” Ia lalu mengalihkan pandangannya acuh tak acuh.

“Saya tidak terima tuduhan Anda yang tanpa bukti! Kalau memang ada saksi matanya, coba katakan pada saya siapa mereka!” tantangku sambil menahan air mata, hampir hilang kesabaran.

“Sudahlah, Abelia!” Bosku itu membentakku. “Masih untung kamu cuma saya berhentikan dan saya blacklist. Bagaimana kalau sampai saya bawa kasus ini ke meja hijau?!”

“Kenapa Anda mengancam saya?! Bukankah saya yang seharusnya melaporkan tuduhan tanpa bukti ini ke pihak yang berwajib?! Apalagi cara Anda memberhentikan saya tidak sesuai SOP perusahaan," balasku.

“Ini perusahaan saya, terserah saya!” tukasnya. “Silakan saja kalau kamu mau melaporkan ke polisi! Kamu pikir kamu bisa memenangkan kasus? Saya tahu kamu berasal dari kalangan menengah ke bawah dan tulang punggung keluargamu. Mana mungkin kamu punya uang untuk menyewa pengacara.” Lelaki tua itu terkekeh.

Meski menyakitkan, aku tahu apa yang ia bilang itu benar. Jangankan untuk menyewa pengacara, untuk biaya hidupku dan keluargaku saja kadang aku kesulitan. Aku benar-benar kecewa. Loyalitas dan kontribusiku pada perusahaan harus dibalas dengan fitnah seperti ini. Rasanya aku ingin menggebrak meja, lalu mengacak-acak semua yang berada di atasnya. Namun, itu tak kulakukan. Aku memilih pulang sambil menyeka air mata.

Sesaat kupejamkan mata untuk meredakan sesak karena mengingat kejadian tersebut. Entah siapa pelaku fitnah itu, sampai sekarang aku tak tahu. Satu hal yang jelas, ulahnya telah membuatku menjadi seorang pengangguran yang mengenaskan. Tak ada panggilan dari lamaran pekerjaanku ke beberapa perusahaan setelahnya. Sepertinya namaku benar-benar telah di-blacklist oleh mantan bosku itu. Mencari pekerjaan di sektor non-formal pun sudah sulit karena usiaku kini sudah 27 tahun.

Resahku semakin tak berarah ketika kemudian persediaan uangku semakin menipis. Aku lebih mengutamakan membayar indekos karena si pemilik indekos bukanlah seorang dermawan yang berkenan memberi penangguhan pembayaran. Sebenarnya kemarin aku punya tabungan meski tak banyak. Tapi sebelum aku dipecat dari pekerjaanku, semua tabunganku itu sudah kupinjamkan pada kakakku yang memerlukan biaya untuk melahirkan anak ketiganya.

Meminjam uang kepada rekan-rekan kerjaku kemarin rasanya tak mungkin. Terlihat sekali mereka menghindariku setelah pemecatan itu. Aku dikeluarkan langsung dari chat group perusahaan. Sedangkan meminjam uang kepada teman-teman indekos sudah kucoba, namun mereka juga sedang kesulitan. Barang berharga pun tak ada yang bisa kujual. Laptopku sudah usang, sedangkan ponsel tak mungkin kujual karena merupakan alat komunikasi dan pencari informasi.

Di saat buntu itulah kemudian aku mengenalnya. Seorang pria bernama Arsya Hadinata. Dia mengaku sebagai seorang direktur utama di perusahaan tempatnya bekerja. Aku berkenalan dengannya dari situ kencan online. Dari perkenalan di situs itu, obrolan kami berlanjut ke aplikasi chat di ponsel. Sebelumnya tidak mudah bagiku memberikan nomor ponsel pada orang asing, tetapi entah kenapa aku bisa memberikannya pada pria itu.

Obrolanku bisa dibilang sangat mengalir dengannya. Setelah dua minggu mengenal secara online, dia mengajakku bertemu. Sejujurnya aku merasa takut. Bisa saja dia penipu atau hanya seorang pria hidung belang. Sudah banyak aku membaca berita penculikan atau penipuan setelah bertemu dari situs kencan online. Namun, kemudian aku tetap memutuskan untuk menemui Arsya dengan harapan aku bisa mendapatkan pekerjaan darinya.

Dari sinilah kisahku dan Arsya dimulai.

***

Related chapters

  • MELODI ABELIA   2. Permintaan Mama

    “Sudah saatnya kamu memiliki pendamping hidup, Arsya.” Yunita berkata pada anak laki-lakinya. Arsya tak menyahuti perkataan wanita paruh baya di hadapannya. Ini bukan pertama kalinya sang mama menyampaikan hal itu. Mengatakan padanya bahwa ia seharusnya sudah menikah. Padahal usia Arsya masih 28 tahun, belum mencapai kepala tiga. Masih bisa dibilang muda, apalagi untuk seorang laki-laki. Tapi Arsya sudah terbiasa. Sejak usianya 25 tahun, Yunita sudah mulai menyinggung soal pendamping hidup bagi Arsya. Hal itu yang membuat Arsya sedikit enggan untuk pulang ke rumah orang tuanya, meski masih sama-sama berada di ibu kota. Ia lebih memilih berada di apartemennya. Bukannya ia tak menyayangi mamanya. Apalagi sejak papanya meninggalkan mereka beberapa tahun lalu, Arsya mengerti bahwa mamanya sering merasa kesepian berada di rumah. Namun tinggal sendiri sudah menjadi pilihan Arsya sejak ia selesai kuliah dulu. Ia hanya ingin merasa lebih leluasa. “Kamu tahu Tante Rianti, 'kan?” tanya Yunita

    Last Updated : 2021-06-12
  • MELODI ABELIA   3. Online Chatting

    Setelah menilik satu per satu foto di galeri ponselnya, akhirnya Arsya menemukan satu foto yang dianggapnya tepat untuk menjadi foto profil pada akun yang baru saja dibuatnya di TheCupid. Kalau mengisi foto profil bukanlah hal yang wajib, sudah pasti dibiarkannya begitu saja tanpa foto. Selain karena Arsya tak ingin menampakkan wajah aslinya, ia juga memang tak punya banyak foto diri. Galeri foto di ponselnya lebih banyak berisi foto dokumen, pemandangan, atau objek benda mati yang kadang menarik perhatiannya.Foto yang dipilih Arsya sebagai foto profil tadi adalah foto tangannya yang berada di atas meja kerja ditemani laptop dan secangkir kopi. Meski hanya menampakkan tangan dan lengan bagian bawahnya, bisa dilihat bahwa dalam foto itu Arsya mengenakan setelan jas dengan dalaman kemeja putih dan arloji mahal yang menghiasi pergelangan tangannya. Begitu selesai mengisi profil dan mengunggah foto, Arsya langsung menerima banyak permintaan chatdari para wanita ya

    Last Updated : 2021-06-12
  • MELODI ABELIA   4. Meet Up

    Sekali lagiaku menatapbayangandiriku di depan cermin, merapikan sedikit rambutku yang kubiarkan tergerai. Blouse putihberlengan panjang—dengan sedikit gelembung di bagian ujungnya—kupadukan dengan celana panjang warna khaki dan sepatu hakrendah berwarna hitam. Sengajaakumemilih outfit yang terkesanformal karena aku menebakArsyajuga pasti akan mengenakan outfit formal mengingat dia akan menemuiku di sela istirahat kerja. Dengan begitu orang-orang akan mengira bahwa kami adalah klien yang akan membicarakan pekerjaan, bukan sepasang pria dan wanita yang bertemusetelah berkenalan di situs kencan online.Setelah yakin dengan penampilanku, aku bergegas berangkat, khawatir terjebak macet. Di tengah perjalanan, ada pesan masuk dari Arsya. Dia mengatakan mungkin akan sedikit terlambat dari jam pertemuan yang sudah kami sepakati. Aku mengiakan. Tentu saja aku memakluminya karena ini hari kerja. Untuk ke sekia

    Last Updated : 2021-06-12
  • MELODI ABELIA   5. The Offer

    Seminggu berlalu setelah pertemuanku dengan Arsya. Aku sudah mengirim lamaran ke perusahaan kolega Arsya. Akan tetapi dari sekian lamaran yang kukirim, tak ada satu perusahaan pun yang mengundangku untuk wawancara. Sampai pagi ini aku masih belum bersemangat melakukan apa pun. Mataku masih sembab karena menangis semalaman. Aku masih berada di bawah selimutku menatap langit-langit, padahal hari sudah menjelang siang. Ini hari Senin, hari kerja, tapi tidak ada bedanya dengan akhir pekan untukku yang pengangguran ini. Aku benar-benar bingung. Beberapa hari lagi aku harus membayar uang indekos. Jangankan untuk bayar indekos, untuk biaya makan saja aku tak yakin akan cukup. Saat aku sudah mulai akan menangis lagi, ponselku berdering. Aku tak berniat mengangkatnya. Sedang tak ingin berbicara dengan siapa pun. Setelah beberapa kali berdering, lalu senyap, baru aku meraih ponselku. Ada pesan dari Arsya, dia mengajakku untuk bertemu lagi. Aku belum membalasnya, karena aku tidak tahu jawabanny

    Last Updated : 2021-06-12
  • MELODI ABELIA   6. Perjodohan Masa Kecil

    Melalui dinding kaca ruangan kantornya, Arsya memandangi langit yang terlihat begitu cerah. Sudah jam makan siang, namun Arsya belum beranjak dari kursinya. Pikirannya melayang lagi pada Abelia. Penampilan wanita itu tidak terlihat misterius seperti yang terlintas dalam pikirannya sebelum mereka bertemu. Abelia cantik dan berpenampilan menarik, seperti banyak wanita yang ia temui. Tubuh wanita itu mungil dan wajahnya terlihat lebih muda dari usianya. Rasa penasaran yang sudah singgah di sudut hati Arsya saat pertama kali mengenal Abelia melalui situs kencan online semakin kuat saat mereka bertemu. Dari dua kali pertemuan mereka, Arsya tetap melihat ada keanehan atau ada hal yang disembunyikan oleh Abelia meski wanita itu tak terlihat misterius. Dan entah kenapa, Abelia selalu mengingatkan Arsya pada masa kecilnya. Hal itu yang membuat Arsya ingin mengenal wanita itu lebih jauh. Lamunan Arsya terhenti ketika ponselnya berdering. Sebuah nomor yang tak dikenalnya. Ia be

    Last Updated : 2021-06-18
  • MELODI ABELIA   7. The Agreement

    Gelap. Kubiarkan mataku terpejam dan untuk menambah pekat, aku menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Berharap kegelapan ini dapat menelanku. Tapi aku tahu itu tak mungkin. Sepertinya aku memang harus menghadapi problematika hidup ini. Rasanya aku ingin menjadi tokoh dalam cerita romance yang permasalahannya hanya seputar cinta dan hal picisan lainnya. Tidak sepertiku yang harus menghadapi pelik karena masalah finansial. Tawaran dari Arsya sudah terlanjur menerima. Namun, aku memilih sebutan perjanjian kami ini sebagai Relationship Contract dan Arsya menyetujuinya. Kami sudah berjanji untuk bertemu besok di restoran tempat dua pertemuan kami sebelumnya. Aku menghela napas sambil memikirkan apa yang harus kupersiapkan agar pria itu tak menjebakku nantinya. Ah, benar. Kontrak! Aku harus membuat kontrak. Kontrak perjanjian kubuat ke dalam dua lembar kertas berukuran A4. Lembar pertama berisi penjelasan tentang pelaku kontrak. Lembar kedua berisi poin-poin ketentuan dariku. Sungguh a

    Last Updated : 2021-06-20
  • MELODI ABELIA   8. New Apartment

    Abelia tak punya pilihan lain. Ia sudah terlanjur menandatangani kontrak perjanjian menjadi sugar baby tersebut. Maka ia pun terpaksa mengikuti permainan Arsya. Hari itu Pak Luki—sopir keluarga sekaligus orang kepercayaan Arsya—datang membantu Abelia pindah dari indekos ke apartemen baru yang disediakan oleh Arsya di kawasan Sudirman, Jakarta. Sepeninggalan Pak Luki, Abelia mulai menyusun barang-barang di apartemen barunya. Apartemen itu memiliki satu kamar tidur all in dilengkapi kamar mandi dan dapur mini, serta area ruangan untuk menonton TV yang dibatasi dengan partisi berupa lemari sebagai pemisah dengan area tempat tidur. Meski hanya berupa apartemen studio, Abelia tahu harga unit apartemen itu sangat mahal karena berada di salah satu kawasan pusat bisnis ibu kota. Selesai berkemas, sore itu Abelia memutuskan untuk tidur sebentar. Malam nanti, Arsya sudah bilang akan datang menemuinya. Kebetulan ada beberapa hal yang ingin Abelia diskusikan, salah satunya adalah nominal uang bu

    Last Updated : 2021-06-27
  • MELODI ABELIA   9. Masa Lalu

    Kala itu aku masih berumur 6 tahun dan kakakku, Ruben, berumur 10 tahun. Kami sedang bermain di taman dekat rumah dengan anak-anak lainnya. Lelah bermain, Ruben mengajakku pulang. Ibu sedang tak ada di rumah, ia pergi selama beberapa hari ke rumah kerabat yang sedang mengadakan pesta, dengan membawa serta adikku, Dikta. Seharusnya hanya ada ayah di rumah. Tapi siang itu ayah tak sendiri.Setelah memasuki pagar yang tak terkunci, aku dan Ruben seperti mendengar suara-suara aneh. Kami menajamkan pendengaran, ternyata berasal dari kamar ayah dan ibu yang berada di bagian depan rumah. Ruben pun mengajakku mendekati kamar ayah dan ibu untuk memastikan. Dari balik tanaman hias yang mulai meninggi, kami mengintip melalui jendela kaca yang tirainya sedikit terbuka. Ayah sedang bersama seorang wanita, tapi bukan ibu.Ayah dan wanita itu bergumul di atas ranjang dengan desahan-desahan yang terdengar menjijikkan di telingaku. Saat itu, aku tak tahu persis apa yang mereka lakukan,

    Last Updated : 2021-06-28

Latest chapter

  • MELODI ABELIA   From Author

    Hello, MELODI ABELIA readers! Thank you so much for reading love story of Abelia and Arsya. Hope you like it. Cerita ini memang bukan tema populer, tapi aku menyukainya. Tema novel ini memang sedikit dark dengan mengangkat isu kesehatan mental dan konflik keluarga yang pelik. Di sini hampir setiap tokohnya melakukan kesalahan, tidak ada yang sempurna. Masing-masing memiliki sisi baik dan buruk, juga memiliki keterikatan dengan masa lalu. Masing-masing tokoh juga mengalami perkembangan karakter.Terlepas dari kelebihan dan kekurangan dari novel ini, semoga kamu bisa mengambil pelajaran di dalamnya, ya. Semoga juga bisa menjadi bacaan yang menghibur dan berkesan. That's it. Thank you and see you. With Love,Author Remahan Croissant NOTE: JANGAN MENJIPLAK KARYA INI SEBAGIAN ATAUPUN SELURUHNYA. SANK

  • MELODI ABELIA   50. The Eternal Love

    Sekian tahun berlalu. Abelia terbangun di pagi hari karena sinar mentari yang mengintip dari sela tirai jendela kaca. Segera ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya, ia melihat kalender. Ia tak akan pernah lupa pada tanggal itu. Hari ulang tahun Arsya, pria yang sangat dan akan selalu ia cintai. Perlahan Abelia menghela napas. Sambil menyunggingkan senyum, ia beranjak ke kamar anaknya. Putranya yang bernama Abizhar, berumur 5 tahun. Putrinya yang bernama Aubrie, berumur 3 tahun. Abelia segera membangunkan mereka untuk mandi dan bersiap-siap. Karena mereka sulit sekali dibangunkan, Abelia menciumi pipi mereka hingga terbangun. "Ayo, bangun. Hari ini ulang tahun papa," ucap Abelia. Abizhar dan Aubrie segera bangkit dari ranjang mungil mereka masing-masing. "Oh, ya. Hari ini ulang tahun papa!" seru mereka. "Apakah kita akan menemui papa hari ini, Ma?" tanya Abizhar. "Tentu saja, Sayang. Makanya mandi, biar cepat bertemu papa." Abelia tersenyum. "Ayo, mandi, M

  • MELODI ABELIA   49. For The Love of Abelia

    Penantian Arsya berakhir sudah. Hari bahagianya bersama Abelia yang sempat tertunda kini telah terwujud. Sebuah hari bahagia di mana ia dan sang kekasih akhirnya mengucap ikrar suci dan janji untuk saling setia dalam ikatan pernikahan. Mereka mengikuti semua prosesi pernikahan yang sakral dalam suasana syahdu. Para tamu yang hadir pun ikut terlarut. Ijab kabul dan prosesi adat telah selesai dilakukan. Sekarang saatnya mereka bersanding di pelaminan mengebakan sepasang gaun pengantin hasil rancangan desainer ternama. Arsya terlihat semakin tampan dalam balutan tuxedo berwarna putih, sedangkan Abelia mengenakan gaun panjang sederhana berwarna putih yang terlihat mewah dengan taburan payet di bagian dada. Para tamu mengagumi keelokan penampilan mereka. Ditambah dengan dekorasi pernikahan yang didominasi dengan warna putih semakin membuat suasana pesta pernikahan itu begitu agung. Arsya menoleh pada Abelia, wanita yang sudah sah menjadi istrinya. Keel

  • MELODI ABELIA   48. Penantian Arsya

    Kebekuan melingkupi Abelia dan Arsya sepanjang perjalanan. Setibanya di apartemen Abelia pun mereka masih saling berdiam diri tanpa sepatah kata terucap. Sambil menahan air mata, Abelia menatap Arsya. Mereka saling menatap dalam diam dengan pandangan yang redup. Suasana yang dingin pun tercipta. Semua kebahagiaan yang terjadi pada mereka belakangan ini seolah lenyap begitu saja. Abelia merasa dia harus kembali mengulang masa-masa sakit, tetapi kali ini lebih perih. Masa lalu yang kelam kembali datang menghampiri. Membuat luka yang sudah hampir sembuh kini menganga kembali. "Arsya," panggil Abelia pelan. "Lebih baik kita akhiri hubungan ini." Perlahan Abelia melepaskan cincin tunangan yang melekat di jari manisnya. Melihat itu, Arsya menahannya dan menggeleng. "Aku tidak mau, Abelia." "Lalu maumu bagaimana? Tetap menjalani hubungan sampai ke pernikahan setelah semua fakta itu?" cecar Abelia. Sejenak Arsya terdiam, lantas mengangguk. "Bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan seora

  • MELODI ABELIA   47. Misery

    Suasana bahagia masih meliputi hati Abelia dan Arsya sejak hari pertunangan mereka kemarin. Mereka tak bisa menyembunyikan kelegaan akan hubungan mereka yang sudah masuk ke jenjang yang lebih serius. Kedua pihak keluarga juga sudah membicarakan persiapan pernikahan mereka yang rencananya akan dilaksanakan dalam beberapa bulan ke depan. Hanya tinggal selangkah lagi untuk benar-benar saling memiliki.Kini Abelia bisa sedikit lebih fokus pada outlet barunya yang sudah dibuka dan beroperasi. Ia sudah mempekerjakan beberapa orang karyawan yang didapatnya dari rekomendasi supplier produk jualannya. Hari-hari yang sibuk akan segera dimulai. Abelia harus membagi waktu antara mengurusi bisnis dan mempersiapkan pernikahan.Namun, Abelia tak merasakan masalah berarti karena ada Arsya yang selalu mendukungnya. Hari itu Arsya menemani Abelia mengunjungi outlet-nya yang dinamakan Abelia Mode. Selain menjual kain, Abelia juga berencana untuk memproduksi pakaian berbahan d

  • MELODI ABELIA   46. Engagement and Something

    Hari pertunangan Abelia dan Arsya secara resmi tengah berlangsung. Mereka memilih tema garden party sebagai dekorasi. Lantunan musik romantis terdengar dari sebuah band akustik yang berada di salah satu sudut taman. Nada dan melodi yang merdu itu seakan membuat para tamu terhanyut dalam kesyahduan. Keluarga dari kedua belah pihak telah datang. Abelia datang hanya bersama keluarga intinya yang sempat menginap semalam di hotel. Sementara dari pihak keluarga Arsya tidak hanya dihadiri oleh keluarga inti, tetapi juga kerabat dekat termasuk Derry dan Delisha. Semua tamu tampak menikmati suasana pesta yang hangat itu. Arsya dan Abelia berdiri berdampingan di depan sebuah dekorasi hiasan bunga bertuliskan inisial nama keduanya. Mereka mengobrol dengan para kerabat yang sebaya. Setelah para kerabat itu berlalu, Delisha berjalan mendekati Arsya dan Abelia yang tampak sibuk bercanda satu sama lain. Melihat itu, Dikta menyusul karena merasa khawatir Delisha akan membuat

  • MELODI ABELIA   45. The Taste of Love

    Ini pertama kalinya aku berlibur ke Kupang, Nusa Tenggara Timur. Memang tak salah kalau Arsya ingin mengajak liburan ke sini karena begitu banyak wisata alam yang indah dan memanjakan mata. Kalau sudah mengeksplor keindahan alam biasanya kepenatan akan hilang dan tergantikan dengan ketenangan dan tentu saja munculnya ide-ide baru. Setelah semalaman berisitirahat di hotel, hari pertama kami berkunjung ke Gua Kristal dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari kota Kupang. Awalnya aku ragu untuk masuk karena sebelumnya aku belum pernah mengunjungi gua atau sejenisnya. Namun, setelah akhirnya turun, tak ayal aku mengagumi keindahan Gua Kristal. Di dalamya terdapat air yang berwarna biru kehijauan, sangat unik. Aku dan Arsya mengambil beberapa foto dari berbagai sisi yang memberikan efek berbeda di setiap sudut pengambilan gambar karena perbedaan cahaya. Puas menikmati keindahan Gua Kristal, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Lasiana yang tak kalah indah.

  • MELODI ABELIA   44. Quality Time

    Hari sudah gelap ketika Abelia dan Arsya tiba di kediaman Hadinata. Rumah besar itu terlihat sepi. Masih dengan perasaan cemas, Abelia mengikuti langkah Arsya masuk ke dalam rumah. Yunita sudah menunggu di ruang tamu dengan penampilannya yang elegan bak putri keraton, seperti biasa.Namun, kali ini ada senyuman di wajah wanita paruh baya itu. Tiba-tiba Abelia merasa tak enak hati karena ia dan Arsya datang dengan tangan kosong. Abelia memang sama sekali tak membawa buah tangan dari Lampung karena ia tak berpikir akan bertemu dengan Arsya kembali, apalagi bertemu Yunita."Lama tidak berjumpa, Abelia," sapa Yunita membuyarkan lamunan Abelia."Ya, Tante," sahut Abelia pelan.Walaupun Yunita bersikap ramah, Abelia masih bisa melihat kesan kaku pada sikap mama Arsya itu. Abelia berkesimpulan bahwa memang begitu watak Yunita karena pada Arsya pun begitu sikapnya. Melihat Abelia masih berdiri di tempatnya, Arsya membimbing wanita itu untu

  • MELODI ABELIA   43. Destiny

    Setahun mengurusi online shop di Lampung, begitu banyak perkembangan yang patut aku syukuri. Sejak delapan bulan lalu, aku sudah mendirikan sebuah outlet tak jauh dari rumahku. Sengaja aku membuatnya agar aku juga bisa menjual produk secara offline dan mempekerjakan penduduk setempat sebagai karyawan.Aku sudah memiliki beberapa orang karyawan untuk mengurusi usahaku secara online dan offline. Selain itu, aku juga menambah produk jualanku berupa kain tapis (kain tenun Lampung) yang bisa bernilai mahal. Kini penjualanku mulai merambah ke negara tetangga. Hal yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya.Ibu sangat bahagia melihat keberhasilanku. Di sela bekerja, aku juga sering mengisi seminar yang masih berhubungan dengan UMKM. Karena banyak tawaran seminar yang berasal dari Jakarta dan akupun berniat membuka cabang outlet di sana secara serius, maka aku memutuskan untuk kembali menetap di ibu kota negara tersebut.Awalnya ibu berat melepasku kemba

DMCA.com Protection Status