Home / Romansa / MELODI ABELIA / 5. The Offer

Share

5. The Offer

last update Last Updated: 2021-06-12 03:22:00

Seminggu berlalu setelah pertemuanku dengan Arsya. Aku sudah mengirim lamaran ke perusahaan kolega Arsya. Akan tetapi dari sekian lamaran yang kukirim, tak ada satu perusahaan pun yang mengundangku untuk wawancara. Sampai pagi ini aku masih belum bersemangat melakukan apa pun. Mataku masih sembab karena menangis semalaman.

Aku masih berada di bawah selimutku menatap langit-langit, padahal hari sudah menjelang siang. Ini hari Senin, hari kerja, tapi tidak ada bedanya dengan akhir pekan untukku yang pengangguran ini. Aku benar-benar bingung. Beberapa hari lagi aku harus membayar uang indekos. Jangankan untuk bayar indekos, untuk biaya makan saja aku tak yakin akan cukup.

Saat aku sudah mulai akan menangis lagi, ponselku berdering. Aku tak berniat mengangkatnya. Sedang tak ingin berbicara dengan siapa pun. Setelah beberapa kali berdering, lalu senyap, baru aku meraih ponselku. Ada pesan dari Arsya, dia mengajakku untuk bertemu lagi. Aku belum membalasnya, karena aku tidak tahu jawabannya. Apa aku harus menemuinya lagi? Tapi untuk apa? Aku memejamkan mata.

Tak lama pesan Arsya masuk lagi, kembali dia menanyakan jawabanku untuk bertemu lagi dengannya. Aku menghela napas. Lalu mengiakan ajakannya untuk bertemu, tapi tidak hari ini. Mana mungkin aku pergi dengan mata sembab seperti ini. Setelah membalas pesan Arsya, aku bertanya kepada diriku sendiri, kenapa aku mengiakan ajakannya. Mungkin dia bisa membantuku kali ini? Atau paling tidak aku bisa curhat padanya? Ah, entahlah. Kepalaku penuh. Aku hanya ingin tidur saat ini.

Esoknya aku menepati janjiku untuk menemui Arsya. Arsya masih memilih restoran yang sama dengan saat pertama kali kami bertemu beberapa hari lalu. Kali ini Arsya datang lebih dulu. Dia melemparkan senyum ketika aku berjalan ke arah mejanya. Dia memandangiku saat berjalan. Sepertinya dia memang suka membuatku salah tingkah.

"Sudah lama?" tanyaku ketika sudah duduk.

"Baru lima menit." Arsya kemudian memanggil pramusaji untuk memesan makanan.

Selanjutnya kami mengobrol seperti kemarin. Hal-hal ringan tentang hobi, musik, film, dan lainnya. Sampai Arsya menanyakan tentang lowongan pekerjaan di perusahaan koleganya yang dia kirimkan padaku. Aku menceritakan sejujurnya bahwa belum ada perusahaan yang meneleponku untuk wawancara dari beberapa perusahaan yang informasinya dia berikan kemarin.

"It's okay," ucapku sebelum Arsya memberikan tanggapan. Aku tidak mau dia merasa bersalah atau kasihan kepadaku. Dia mengangguk.

"Ada hal lain yang bisa saya bantu?" Arsya menatapku.

Aku tidak langsung menjawab.

"Apa boleh saya meminjam uangmu?" Kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibirku membuatku sedikit terkejut. Pikiran untuk meminjam uang padanya memang sempat terlintas di kepalaku, tapi aku tidak percaya aku akan benar-benar mengatakannya.

"Untuk?"

Aku menghela napas sejenak. "Ya untuk banyak hal. Bayar indekos dan keperluan sehari-hari saya selama belum mendapat pekerjaan. Dan mungkin untuk modal, saya ingin mencoba membuka usaha kecil-kecilan," jawabku sedikit ragu karena aku memang tidak mempersiapkan jawaban ini sebelumnya.

Arsya memandangiku dengan tatapan menelisik. Wajar saja dia jika dia menaruh curiga padaku, karena kami baru saja kenal dan aku sudah meminjam uangnya. Aku sedikit menyesal. Tapi, ah, sudahlah. Sudah terlanjur.

"Saya bisa saja memberimu pinjaman," Arsya berhenti sejenak sebelum melanjutkan. "But there's no benefit for me."

"Benefit?" Aku mengerutkan kening.

"Yeah. There should be benefit for both of us."

"Maksud kamu bagaimana, Arsya?" Aku memang belum mengerti arah pembicaraan Arsya. Keuntungan apa maksudnya?

Arsya masih menatapku. Dari sudut mata kulihat ia mengetuk-ngetukkan salah satu jarinya pada meja. Kami saling berdiam diri untuk beberapa lama. Aku membenarkan rambutku dengan jemari untuk mengurangi kecanggungan.

"Abelia, sejak awal bertemu sebenarnya saya ingin mengatakan hal ini, tapi saya masih ragu." Ia membuka suara.

Aku tidak menjawab, menunggu Arsya melanjutkan ucapannya.

"Saya bisa memberimu uang dan kamu tidak perlu menggantinya. Tapi saya juga menginginkan sesuatu darimu."

Arsya terdengar sangat serius. Menginginkan sesuatu dariku?

"Menginginkan apa?" tanyaku sembari meneguk minumanku untuk meredakan dahaga yang datang tiba-tiba.

Ia menelusuri wajahku dengan tatapannya lalu berkata, "Be my sugar baby, Abelia."

Ucapan Arsya membuatku tersedak, lantas terbatuk. Nyaris saja gelas yang kupegang terlepas dari genggamanku. Tapi aku berusaha meredakan keterkejutanku agar tidak menjadi pusat perhatian orang-orang.

"Are you okay?" Arsya terdengar khawatir namun juga terlihat tetap tenang.

Setelah batukku reda, aku berusaha mengatur napasku sebelum bicara.

"Maksud kamu kamu apa ingin menjadikan saya sugar baby?" tanyaku memastikan. Kupelankan suaraku karena tentu saja ini akan menjadi hal yang memalukan jika terdengar oleh yang lain.

Arsya memiringkan kepalanya sedikit. "Saya tidak yakin itu sebutan yang tepat, since we are at the same age. Tapi jika itu memang itu istilahnya, sebut saja begitu."

Sugar baby biasanya dijadikan sebutan untuk gadis yang hidupnya dibiayai oleh pria yang lebih tua dan umumnya sudah menikah. Walaupun istilah itu kurang tepat, tapi aku tahu apa yang dimaksud oleh Arsya.

Aku menghela napas panjang. "Maaf, Arsya. Tapi sepertinya kamu salah menilai saya.” Aku melihat ke sekeliling sebelum melanjutkan, “Saya tidak pernah menghakimi orang-orang yang melakukan hubungan suami istri di luar nikah. But for your information, saya bukan termasuk salah satunya. Saya tidak akan melakukan hubungan suami istri sebelum menikah. Jadi, sebaiknya kamu cari orang lain saja.”

Tak menjawab, Arsya memandangku lurus sambil mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja. Sepertinya ia sedang memikirkan kata-kata untuk menanggapiku.

“Kalau kamu tidak bersedia meminjamkan uang pada saya, don't mind. Memang tidak seharusnya saya meminjamkan uang pada orang yang baru saja saya kenal. So, forget it.” Aku mengatur volume suaraku agar tidak terdengar orang di sekeliling kami, tapi juga terdengar cukup tegas untuk Arsya.

Ia menghela napas, lantas tersenyum. "Alright, Abelia. Actually it's not merely about making love in bed. Kita bisa buat kesepakatan. Jika kamu tidak ingin berhubungan intim, tidak masalah."

Aku mempelajari wajah Arsya. Tiba-tiba ada rasa takut yang menjalar di aliran darahku. Bagaimanapun dia adalah orang asing. Bisa saja dia menjebakku nantinya.

"Abelia, saya tidak bermaksud membuatmu takut atau bagaimana," ujar Arsya seperti membaca pikiranku. Ia masih berbicara dengan tenang. Sepertinya dia memang tidak pernah terlihat tidak tenang.

"Something you need to know is I'll never make love or do any affection without consent. So, I won't touch you if you don't allow me."

Aku tak menanggapi perkataannya.

“What I really intended is I want to spend more time with you." Arsya terdiam sejenak. "Jadi maksud saya, saya ingin kamu menemani saya. Saya ingin kita memiliki waktu bersama sepeti mengobrol, jalan-jalan, atau belanja kalau kamu mau. Oh, bagaimana mengatakannya?" Ia terlihat berupaya mencari kata-kata yang tepat.

"Anggap saja kita pacaran dan saya akan memberimu gaji pokok, insentif, tunjangan, dan bonus,” lanjutnya.

Tidak sekalian asuransi dan training? Aku menggerutu, tetapi lagi-lagi hanya dalam hati. Kusipitkan mata menatapnya kesal.

“Ini KTP, SIM, dan kartu nama saya kalau kamu khawatir bahwa saya adalah seorang penipu." Arsya mengeluarkan semua kartu itu dari dompetnya lalu menyerahkannya padaku.

Dengan ragu, kuperhatikan satu per satu tanda pengenal yang ia berikan. Semuanya sama persis dengan apa yang ia katakan padaku selama ini. Tapi bukan berarti dia tidak bisa menipu, bukan? Aku menyerahkan semua kartu itu kembali padanya, lantas memalingkan wajah sambil menyereput sisa minumanku.

Arsya berdehem. "Abelia, maaf kalau saya membuatmu merasa tidak nyaman.” Arsya menungguku menatapnya sebelum melanjutkan, "Tapi saya berharap kamu menerima tawaran saya."

Kulihat ada senyum di sudut bibirnya. Ia menyandarkan tubuhnya sambil masih memandung lurus ke arahku. Sebenarnya apa yang direncanakan oleh pria di hadapanku ini?

“Arsya, bukankah kamu adalah seorang direktur utama di sebuah perusahaan besar. Kamu berpenampilan baik dan punya banyak uang. Pasti akan banyak wanita yang mau menerima tawaranmu, mungkin termasuk soal ranjang. Tapi kenapa kamu justru memberikan tawaran itu pada saya?” Kuberanikan untuk menantang matanya.

Menarik tubuh dari posisi bersandarnya, pria itu kini menegakkan duduknya kembali. Tatapannya yang tajam mengunci mataku.

“I don't know. I want you.”

Sekilas ucapannya terdengar romantis. Namun, tidak. Perkataannya terdengar memuakkan di telingaku. Kembali kualihkan pandanganku darinya. Pria di depanku ini sepertinya hanyalah seorang pria angkuh yang berpikir bahwa semua keinginannya bisa terpenuhi hanya karena ia memiliki banyak uang. Dan apa katanya tadi? Dia menginginkanku? Kenapa dia menginginkanku sedangkan kami baru saja saling mengenal?

Ia masih masih menatapku lekat saat aku kembali menoleh. Sesaat aku bergidik. Siapa pria ini sebenarnya dan apa yang dia inginkan?

***

Comments (1)
goodnovel comment avatar
ayyona
ngakak aku...skalian training ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MELODI ABELIA   6. Perjodohan Masa Kecil

    Melalui dinding kaca ruangan kantornya, Arsya memandangi langit yang terlihat begitu cerah. Sudah jam makan siang, namun Arsya belum beranjak dari kursinya. Pikirannya melayang lagi pada Abelia. Penampilan wanita itu tidak terlihat misterius seperti yang terlintas dalam pikirannya sebelum mereka bertemu. Abelia cantik dan berpenampilan menarik, seperti banyak wanita yang ia temui. Tubuh wanita itu mungil dan wajahnya terlihat lebih muda dari usianya. Rasa penasaran yang sudah singgah di sudut hati Arsya saat pertama kali mengenal Abelia melalui situs kencan online semakin kuat saat mereka bertemu. Dari dua kali pertemuan mereka, Arsya tetap melihat ada keanehan atau ada hal yang disembunyikan oleh Abelia meski wanita itu tak terlihat misterius. Dan entah kenapa, Abelia selalu mengingatkan Arsya pada masa kecilnya. Hal itu yang membuat Arsya ingin mengenal wanita itu lebih jauh. Lamunan Arsya terhenti ketika ponselnya berdering. Sebuah nomor yang tak dikenalnya. Ia be

    Last Updated : 2021-06-18
  • MELODI ABELIA   7. The Agreement

    Gelap. Kubiarkan mataku terpejam dan untuk menambah pekat, aku menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Berharap kegelapan ini dapat menelanku. Tapi aku tahu itu tak mungkin. Sepertinya aku memang harus menghadapi problematika hidup ini. Rasanya aku ingin menjadi tokoh dalam cerita romance yang permasalahannya hanya seputar cinta dan hal picisan lainnya. Tidak sepertiku yang harus menghadapi pelik karena masalah finansial. Tawaran dari Arsya sudah terlanjur menerima. Namun, aku memilih sebutan perjanjian kami ini sebagai Relationship Contract dan Arsya menyetujuinya. Kami sudah berjanji untuk bertemu besok di restoran tempat dua pertemuan kami sebelumnya. Aku menghela napas sambil memikirkan apa yang harus kupersiapkan agar pria itu tak menjebakku nantinya. Ah, benar. Kontrak! Aku harus membuat kontrak. Kontrak perjanjian kubuat ke dalam dua lembar kertas berukuran A4. Lembar pertama berisi penjelasan tentang pelaku kontrak. Lembar kedua berisi poin-poin ketentuan dariku. Sungguh a

    Last Updated : 2021-06-20
  • MELODI ABELIA   8. New Apartment

    Abelia tak punya pilihan lain. Ia sudah terlanjur menandatangani kontrak perjanjian menjadi sugar baby tersebut. Maka ia pun terpaksa mengikuti permainan Arsya. Hari itu Pak Luki—sopir keluarga sekaligus orang kepercayaan Arsya—datang membantu Abelia pindah dari indekos ke apartemen baru yang disediakan oleh Arsya di kawasan Sudirman, Jakarta. Sepeninggalan Pak Luki, Abelia mulai menyusun barang-barang di apartemen barunya. Apartemen itu memiliki satu kamar tidur all in dilengkapi kamar mandi dan dapur mini, serta area ruangan untuk menonton TV yang dibatasi dengan partisi berupa lemari sebagai pemisah dengan area tempat tidur. Meski hanya berupa apartemen studio, Abelia tahu harga unit apartemen itu sangat mahal karena berada di salah satu kawasan pusat bisnis ibu kota. Selesai berkemas, sore itu Abelia memutuskan untuk tidur sebentar. Malam nanti, Arsya sudah bilang akan datang menemuinya. Kebetulan ada beberapa hal yang ingin Abelia diskusikan, salah satunya adalah nominal uang bu

    Last Updated : 2021-06-27
  • MELODI ABELIA   9. Masa Lalu

    Kala itu aku masih berumur 6 tahun dan kakakku, Ruben, berumur 10 tahun. Kami sedang bermain di taman dekat rumah dengan anak-anak lainnya. Lelah bermain, Ruben mengajakku pulang. Ibu sedang tak ada di rumah, ia pergi selama beberapa hari ke rumah kerabat yang sedang mengadakan pesta, dengan membawa serta adikku, Dikta. Seharusnya hanya ada ayah di rumah. Tapi siang itu ayah tak sendiri.Setelah memasuki pagar yang tak terkunci, aku dan Ruben seperti mendengar suara-suara aneh. Kami menajamkan pendengaran, ternyata berasal dari kamar ayah dan ibu yang berada di bagian depan rumah. Ruben pun mengajakku mendekati kamar ayah dan ibu untuk memastikan. Dari balik tanaman hias yang mulai meninggi, kami mengintip melalui jendela kaca yang tirainya sedikit terbuka. Ayah sedang bersama seorang wanita, tapi bukan ibu.Ayah dan wanita itu bergumul di atas ranjang dengan desahan-desahan yang terdengar menjijikkan di telingaku. Saat itu, aku tak tahu persis apa yang mereka lakukan,

    Last Updated : 2021-06-28
  • MELODI ABELIA   10. Mengubah Kontrak

    Jalanan ibu kota tak terlalu padat di akhir pekan. Arsya melajukan mobilnya dengan kecepatan lumayan tinggi, namun tak terburu-buru. Kami sama-sama mengenakan pakaian kasual hari ini. Meski berpakaian kasual, Arsya tetap terlihat seperti orang berada. Aku memandangi wajah pria di sampingku itu. Walaupun dia menyebalkan, aku harus mengakui bahwa dia memang sangat tampan. “Kenapa menatap saya seperti itu?” tanya Arsya tanpa menoleh. Aku berdehem. “Tidak. Saya hanya ingin memastikan bahwa kamu memang orang yang dapat dipercaya. Tentang kontrak perjanjian kita, saya harap kamu tidak melanggarnya." Arsya tersenyum. “Tenang saja. Saya adalah orang yang bisa dipercaya, makanya saya bisa menjadi direktur di usia muda." “Kamu terlalu jemawa," cibirku. “Semuanya akan lebih mudah kalau saat itu kamu hanya meminjamkan uang pada saya, tanpa meminta saya menandatangani kontrak menyebalkan itu." “Saya sudah bilang kalau saya hanya meminjamkan uang padamu, maka tidak ada keuntungannya bagi saya.

    Last Updated : 2021-06-30
  • MELODI ABELIA   11. Omong Kosong

    Arsya masih sibuk berkutat dengan pekerjaannya siang itu meski sudah jam makan siang. PT, Vibrant Indo Manufacture, perusahaan yang dipimpinnya telah dipercaya sebagai pemasok alat berat bagi pembangunan jalan tol di Sumatera Barat yang akan dikerjakan oleh Mahawira Contractors. Perusahaan konstruksi swasta itu adalah milik Azkaa, kerabat jauhnya. Mereka sudah bertemu untuk membicarakan kerja sama yang telah mereka sepakati. Proyek baru saja dimulai dan Arsya masih terus mempelajari konsep pembangunan jalan tol itu sebagai penyesuaian data untuk menentukan alat berat yang dibutuhkan. Juga memikirkan risiko jika alat berat yang direncanakan terkendala, perusahaannya harus menyediakan alternatif. Sebagai perusahaan manufaktur yang sudah dikenal namanya, tentu saja Arsya tak ingin PT. Vibrant Indo Manufacture salah perhitungan. “Pak, ada tamu yang ingin bertemu. Namanya Pak Derry Laksmana.” Sekretaris Arsya menelepon. Arsya berdecak pelan, namun ia tetap mempers

    Last Updated : 2021-07-19
  • MELODI ABELIA   12. Defeat Your Fear

    Rinai hujan semakin deras di luar sana, namun lalu lintas di bawahnya tetap terlihat padat. Kendaraan di jalan raya penuh sesak dan tampak tak bergerak. Aku memandangi semua itu dari jendela kaca apartemenku. Kupikir malam ini Arsya tak akan datang. Macet dan hujan, sudah pasti menjadi alasan bagi orang-orang yang telah lelah bekerja seharian ingin segera sampai di kediaman mereka untuk beristirahat. Namun ternyata aku salah. Setengah jam kemudian Arsya datang, dengan senyum dan binar di wajahnya. Seolah ada yang ingin dia sampaikan. Seperti biasa, dia akan mengajakku makan sebelum memulai obrolan. Menurutnya, suasana hatiku selalu lebih baik saat perutku kenyang. Padahal saat ini aku sedang tidak lapar karena sudah makan malam tadi. Tapi aku tak bisa menolak harum ramyeon yang kami pesan secara delivery. “Saya baca status kamu di aplikasi chat itu tadi siang.” Arsya membuka obrolan setelah kami selesai makan dan duduk di sofa sambil menonton TV. “Lalu?” “Ayo, kita pergi naik flyin

    Last Updated : 2021-07-21
  • MELODI ABELIA   13. In A Hotel Bedroom with You

    Deluxe room dengan twin bed di hotel ini terlihat cukup nyaman, meski tak terlalu mewah. Tetapi berdasarkan review di internet, ini adalah salah satu hotel terbaik di Puncak, Bogor. Aku mendesah. Tak pernah kusangka seumur hidupku aku akan berada dalam satu kamar hotel dengan seorang pria yang belum lama kukenal, meski dengan ranjang terpisah. Kupersilakan Arsya untuk mandi terlebih dahulu selama aku membereskan barang-barangku. Untung saja aku membawa baju ganti, underwear, dan handuk dalam tasku. Hal itu selalu kupersiapkan jika bepergian ke luar kota—meski tak berencana menginap—untuk mengantisipasi hal-hal tak terduga seperti ini. Aku tak suka memakai handuk yang disediakan oleh hotel, lebih suka memakai handuk yang kubawa sendiri. Seandainya membawa bed sheet tak cukup merepotkan, mungkin aku pun akan membawa bed sheet milikku sendiri. Aku menoleh sekilas pada Arsya yang sudah selesai mandi dan berganti baju, langsung merebahkan diri di salah satu ranjang. Berge

    Last Updated : 2021-07-24

Latest chapter

  • MELODI ABELIA   From Author

    Hello, MELODI ABELIA readers! Thank you so much for reading love story of Abelia and Arsya. Hope you like it. Cerita ini memang bukan tema populer, tapi aku menyukainya. Tema novel ini memang sedikit dark dengan mengangkat isu kesehatan mental dan konflik keluarga yang pelik. Di sini hampir setiap tokohnya melakukan kesalahan, tidak ada yang sempurna. Masing-masing memiliki sisi baik dan buruk, juga memiliki keterikatan dengan masa lalu. Masing-masing tokoh juga mengalami perkembangan karakter.Terlepas dari kelebihan dan kekurangan dari novel ini, semoga kamu bisa mengambil pelajaran di dalamnya, ya. Semoga juga bisa menjadi bacaan yang menghibur dan berkesan. That's it. Thank you and see you. With Love,Author Remahan Croissant NOTE: JANGAN MENJIPLAK KARYA INI SEBAGIAN ATAUPUN SELURUHNYA. SANK

  • MELODI ABELIA   50. The Eternal Love

    Sekian tahun berlalu. Abelia terbangun di pagi hari karena sinar mentari yang mengintip dari sela tirai jendela kaca. Segera ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya, ia melihat kalender. Ia tak akan pernah lupa pada tanggal itu. Hari ulang tahun Arsya, pria yang sangat dan akan selalu ia cintai. Perlahan Abelia menghela napas. Sambil menyunggingkan senyum, ia beranjak ke kamar anaknya. Putranya yang bernama Abizhar, berumur 5 tahun. Putrinya yang bernama Aubrie, berumur 3 tahun. Abelia segera membangunkan mereka untuk mandi dan bersiap-siap. Karena mereka sulit sekali dibangunkan, Abelia menciumi pipi mereka hingga terbangun. "Ayo, bangun. Hari ini ulang tahun papa," ucap Abelia. Abizhar dan Aubrie segera bangkit dari ranjang mungil mereka masing-masing. "Oh, ya. Hari ini ulang tahun papa!" seru mereka. "Apakah kita akan menemui papa hari ini, Ma?" tanya Abizhar. "Tentu saja, Sayang. Makanya mandi, biar cepat bertemu papa." Abelia tersenyum. "Ayo, mandi, M

  • MELODI ABELIA   49. For The Love of Abelia

    Penantian Arsya berakhir sudah. Hari bahagianya bersama Abelia yang sempat tertunda kini telah terwujud. Sebuah hari bahagia di mana ia dan sang kekasih akhirnya mengucap ikrar suci dan janji untuk saling setia dalam ikatan pernikahan. Mereka mengikuti semua prosesi pernikahan yang sakral dalam suasana syahdu. Para tamu yang hadir pun ikut terlarut. Ijab kabul dan prosesi adat telah selesai dilakukan. Sekarang saatnya mereka bersanding di pelaminan mengebakan sepasang gaun pengantin hasil rancangan desainer ternama. Arsya terlihat semakin tampan dalam balutan tuxedo berwarna putih, sedangkan Abelia mengenakan gaun panjang sederhana berwarna putih yang terlihat mewah dengan taburan payet di bagian dada. Para tamu mengagumi keelokan penampilan mereka. Ditambah dengan dekorasi pernikahan yang didominasi dengan warna putih semakin membuat suasana pesta pernikahan itu begitu agung. Arsya menoleh pada Abelia, wanita yang sudah sah menjadi istrinya. Keel

  • MELODI ABELIA   48. Penantian Arsya

    Kebekuan melingkupi Abelia dan Arsya sepanjang perjalanan. Setibanya di apartemen Abelia pun mereka masih saling berdiam diri tanpa sepatah kata terucap. Sambil menahan air mata, Abelia menatap Arsya. Mereka saling menatap dalam diam dengan pandangan yang redup. Suasana yang dingin pun tercipta. Semua kebahagiaan yang terjadi pada mereka belakangan ini seolah lenyap begitu saja. Abelia merasa dia harus kembali mengulang masa-masa sakit, tetapi kali ini lebih perih. Masa lalu yang kelam kembali datang menghampiri. Membuat luka yang sudah hampir sembuh kini menganga kembali. "Arsya," panggil Abelia pelan. "Lebih baik kita akhiri hubungan ini." Perlahan Abelia melepaskan cincin tunangan yang melekat di jari manisnya. Melihat itu, Arsya menahannya dan menggeleng. "Aku tidak mau, Abelia." "Lalu maumu bagaimana? Tetap menjalani hubungan sampai ke pernikahan setelah semua fakta itu?" cecar Abelia. Sejenak Arsya terdiam, lantas mengangguk. "Bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan seora

  • MELODI ABELIA   47. Misery

    Suasana bahagia masih meliputi hati Abelia dan Arsya sejak hari pertunangan mereka kemarin. Mereka tak bisa menyembunyikan kelegaan akan hubungan mereka yang sudah masuk ke jenjang yang lebih serius. Kedua pihak keluarga juga sudah membicarakan persiapan pernikahan mereka yang rencananya akan dilaksanakan dalam beberapa bulan ke depan. Hanya tinggal selangkah lagi untuk benar-benar saling memiliki.Kini Abelia bisa sedikit lebih fokus pada outlet barunya yang sudah dibuka dan beroperasi. Ia sudah mempekerjakan beberapa orang karyawan yang didapatnya dari rekomendasi supplier produk jualannya. Hari-hari yang sibuk akan segera dimulai. Abelia harus membagi waktu antara mengurusi bisnis dan mempersiapkan pernikahan.Namun, Abelia tak merasakan masalah berarti karena ada Arsya yang selalu mendukungnya. Hari itu Arsya menemani Abelia mengunjungi outlet-nya yang dinamakan Abelia Mode. Selain menjual kain, Abelia juga berencana untuk memproduksi pakaian berbahan d

  • MELODI ABELIA   46. Engagement and Something

    Hari pertunangan Abelia dan Arsya secara resmi tengah berlangsung. Mereka memilih tema garden party sebagai dekorasi. Lantunan musik romantis terdengar dari sebuah band akustik yang berada di salah satu sudut taman. Nada dan melodi yang merdu itu seakan membuat para tamu terhanyut dalam kesyahduan. Keluarga dari kedua belah pihak telah datang. Abelia datang hanya bersama keluarga intinya yang sempat menginap semalam di hotel. Sementara dari pihak keluarga Arsya tidak hanya dihadiri oleh keluarga inti, tetapi juga kerabat dekat termasuk Derry dan Delisha. Semua tamu tampak menikmati suasana pesta yang hangat itu. Arsya dan Abelia berdiri berdampingan di depan sebuah dekorasi hiasan bunga bertuliskan inisial nama keduanya. Mereka mengobrol dengan para kerabat yang sebaya. Setelah para kerabat itu berlalu, Delisha berjalan mendekati Arsya dan Abelia yang tampak sibuk bercanda satu sama lain. Melihat itu, Dikta menyusul karena merasa khawatir Delisha akan membuat

  • MELODI ABELIA   45. The Taste of Love

    Ini pertama kalinya aku berlibur ke Kupang, Nusa Tenggara Timur. Memang tak salah kalau Arsya ingin mengajak liburan ke sini karena begitu banyak wisata alam yang indah dan memanjakan mata. Kalau sudah mengeksplor keindahan alam biasanya kepenatan akan hilang dan tergantikan dengan ketenangan dan tentu saja munculnya ide-ide baru. Setelah semalaman berisitirahat di hotel, hari pertama kami berkunjung ke Gua Kristal dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari kota Kupang. Awalnya aku ragu untuk masuk karena sebelumnya aku belum pernah mengunjungi gua atau sejenisnya. Namun, setelah akhirnya turun, tak ayal aku mengagumi keindahan Gua Kristal. Di dalamya terdapat air yang berwarna biru kehijauan, sangat unik. Aku dan Arsya mengambil beberapa foto dari berbagai sisi yang memberikan efek berbeda di setiap sudut pengambilan gambar karena perbedaan cahaya. Puas menikmati keindahan Gua Kristal, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Lasiana yang tak kalah indah.

  • MELODI ABELIA   44. Quality Time

    Hari sudah gelap ketika Abelia dan Arsya tiba di kediaman Hadinata. Rumah besar itu terlihat sepi. Masih dengan perasaan cemas, Abelia mengikuti langkah Arsya masuk ke dalam rumah. Yunita sudah menunggu di ruang tamu dengan penampilannya yang elegan bak putri keraton, seperti biasa.Namun, kali ini ada senyuman di wajah wanita paruh baya itu. Tiba-tiba Abelia merasa tak enak hati karena ia dan Arsya datang dengan tangan kosong. Abelia memang sama sekali tak membawa buah tangan dari Lampung karena ia tak berpikir akan bertemu dengan Arsya kembali, apalagi bertemu Yunita."Lama tidak berjumpa, Abelia," sapa Yunita membuyarkan lamunan Abelia."Ya, Tante," sahut Abelia pelan.Walaupun Yunita bersikap ramah, Abelia masih bisa melihat kesan kaku pada sikap mama Arsya itu. Abelia berkesimpulan bahwa memang begitu watak Yunita karena pada Arsya pun begitu sikapnya. Melihat Abelia masih berdiri di tempatnya, Arsya membimbing wanita itu untu

  • MELODI ABELIA   43. Destiny

    Setahun mengurusi online shop di Lampung, begitu banyak perkembangan yang patut aku syukuri. Sejak delapan bulan lalu, aku sudah mendirikan sebuah outlet tak jauh dari rumahku. Sengaja aku membuatnya agar aku juga bisa menjual produk secara offline dan mempekerjakan penduduk setempat sebagai karyawan.Aku sudah memiliki beberapa orang karyawan untuk mengurusi usahaku secara online dan offline. Selain itu, aku juga menambah produk jualanku berupa kain tapis (kain tenun Lampung) yang bisa bernilai mahal. Kini penjualanku mulai merambah ke negara tetangga. Hal yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya.Ibu sangat bahagia melihat keberhasilanku. Di sela bekerja, aku juga sering mengisi seminar yang masih berhubungan dengan UMKM. Karena banyak tawaran seminar yang berasal dari Jakarta dan akupun berniat membuka cabang outlet di sana secara serius, maka aku memutuskan untuk kembali menetap di ibu kota negara tersebut.Awalnya ibu berat melepasku kemba

DMCA.com Protection Status