Beranda / Romansa / MELODI ABELIA / 10. Mengubah Kontrak

Share

10. Mengubah Kontrak

last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-30 05:11:24

Jalanan ibu kota tak terlalu padat di akhir pekan. Arsya melajukan mobilnya dengan kecepatan lumayan tinggi, namun tak terburu-buru. Kami sama-sama mengenakan pakaian kasual hari ini. Meski berpakaian kasual, Arsya tetap terlihat seperti orang berada. Aku memandangi wajah pria di sampingku itu. Walaupun dia menyebalkan, aku harus mengakui bahwa dia memang sangat tampan.

“Kenapa menatap saya seperti itu?” tanya Arsya tanpa menoleh.

Aku berdehem. “Tidak. Saya hanya ingin memastikan bahwa kamu memang orang yang dapat dipercaya. Tentang kontrak perjanjian kita, saya harap kamu tidak melanggarnya."

Arsya tersenyum. “Tenang saja. Saya adalah orang yang bisa dipercaya, makanya saya bisa menjadi direktur di usia muda."

“Kamu terlalu jemawa," cibirku. “Semuanya akan lebih mudah kalau saat itu kamu hanya meminjamkan uang pada saya, tanpa meminta saya menandatangani kontrak menyebalkan itu."

“Saya sudah bilang kalau saya hanya meminjamkan uang padamu, maka tidak ada keuntungannya bagi saya. Lagi pula, saya ingin mengenalmu lebih jauh.” Arsya menoleh sekilas padaku, lalu fokus kembali menatap jalanan di depannya.

Benar-benar pria aneh, sungutku dalam hati.

Sesampainya di mall, aku dan Arsya menonton film di bioskop terlebih dahulu. Setelahnya, Arsya mengajakku ke beberapa outlet fashion eksklusif. Dia membelikan pakaian dan barang fashion lainnya dengan harga yang cukup fantastis bagiku. Kalaupun misalnya aku menjadi orang kaya, kurasa aku akan berpikir ulang untuk membeli barang-barang semahal itu.

Namun Arsya tetap membelikannya untukku, meski aku berusaha menolak. Karena malas berdebat, maka kuterima saja. Rasanya aku ingin mengubah kontrak, terutama poin ketentuan darinya tentang pemberian hadiah. Benar-benar menyebalkan kalau aku harus menerima semua pemberiannya karena terikat akan ketentuan itu.

Aku menghela napas ketika memasuki outlet ke sekian. Saat aku dan Arsya sedang memilih blazer, aku melihat ada dua orang pengunjung wanita memperhatikan kami.

“Ceweknya cantik, tapi tidak kelihatan berkelas seperti cowoknya,” komentar salah seorang di antara mereka.

Sudah jelas komentar itu ditujukan untukku karena tak ada orang lain selain kami di dekat situ. Namun aku pura-pura tak mendengar.

“Sepertinya bukan istri atau pacar,” sahut pengunjung wanita yang satu lagi.

“Terus apa? Simpanan?”

Mereka lalu tertawa terbahak. Mendengar itu, aku tak bisa menahan langkahku untuk menghampiri mereka.

“Maksud kalian apa membicarakan saya seperti itu?” tanyaku membuat kedua wanita itu tersentak.

“Dengar, ya. Saya bukan simpanan! Dia single, saya single. Tidak ada yang salah jika kami menjalin hubungan meski kami berbeda kelas sosial.” Aku mengatur nada bicaraku namun menekankan setiap kata yang kuucapkan.

Mereka baru saja akan membuka mulut, ketika aku bersuara lagi. “Dan kalaupun saya seorang simpanan, apa hak dan urusan kalian membicarakan saya?!”

“Maaf, Mbak.” Mereka berkata serempak dengan wajah pucat.

“Ada apa, Abelia?” tanya Arsya yang kini sudah berdiri di sampingku lagi.

Aku hanya menoleh sekilas padanya, lantas berbalik. “Saya mau pulang, Arsya,” ucapku seraya bergegas beranjak meninggalkan outlet. Tak kupedulikan Arsya yang memanggilku.

“Saya tidak tahu bahwa kamu adalah orang yang temperamental,” komentar Arsya ketika kami sudah berada di dalam mobil.

Keningku berkerut mendengarnya. Sesaat kemudian aku menyadari bahwa yang dia maksud adalah tindakanku menghampiri dua pengunjung wanita yang menggunjingku tadi.

“Temperamental?" Aku tertawa kecil." Saya membela diri malah kamu tuding temperamental!”

Arsya tak menyahut. Ia lalu menyodorkan sebotol air mineral padaku dan aku meneguknya hingga setengah botol. Ternyata aku haus. Atau karena masih diliputi kekesalan? Kuletakkan botol air mineral itu kembali. Arsya masih mengunci mulutnya. Keheningan menguasai kami untuk beberapa saat.

“Kamu orang pertama yang membuat saya menyusul langkah seorang wanita dan memanggil namanya sambil membawa paper bag berisi belanjaan,” ujar Arsya kemudian, masih tak menoleh.

Ada raut ketidaksukaan di wajahnya. Apa dia merasa kesal akan hal itu? Tapi aku tidak seharusnya merasa bersalah, bukan?

“Maaf,” ucapku memandang lurus ke depan. “Tapi kalau kamu tidak mau melakukannya, seharusnya tidak usah kamu lakukan.”

“Kamu juga orang pertama yang tidak menghargai saya dengan berbicara seperti itu.”

Aku menoleh. “Saya kan sudah bilang maaf. Sebaiknya kita memang tidak usah berbelanja saja tadi!”

“Dan kamu adalah orang pertama yang berani mengomeli saya seperti itu,” sahut Arsya lagi. “Mama saya bahkan tak pernah melakukannya.”

Aku menghela napas kasar. “Sepertinya saya adalah orang pertama yang membuat harimu jadi buruk.”

“Sepertinya begitu.” Arsya menaikkan alisnya, menyetujui ucapanku.

“Kalau begitu kamu pulang saja. Turunkan saya di sini, saya bisa pulang sendiri,” sungutku.

Arsya menatapku dan menggeleng. “Saya akan singgah ke apartemenmu dan kamu harus membuat suasana hati saya jadi baik lagi.”

“Apa maksudmu?” tanyaku.

Kembali Arsya tak menyahut. Dan aku pun memilih untuk tak peduli. Kupalingkan wajahku ke arah jendela, menatap hampa ke tepi jalan. Pikiran tentang pengubahan kontrak itu melintas lagi di kepalaku. Kuputuskan untuk mengatakannya pada Arsya nanti.

Sesampainya di apartemen, aku ingin segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Namun dari sudut mata kulihat Arsya mengikuti langkahku. Alarm di kepalaku menyala dan jantungku berdegup. Ketika aku berbalik, Arsya sudah berada di hadapanku. Aku mundur hingga bersandar pada lemari. Arsya melangkah mendekat dan meletakkan sebelah lengannya di atas kepalaku. Ia menatapku lekat.

“What are you doing, Arsya?” Aku menahan tubuhnya. “Jangan macam-macam!”

Arsya tak menjawab. Ia memandangi wajahku beberapa lama, lalu tersenyum.

“Saya akan memasak untukmu,” ucapnya seraya menjauhkan tubuhnya, membuatku mengembuskan napas lega.

Ia lalu berjalan ke arah lemari pendingin dan mengambil sekotak kemasan spaghetti instant. Ketika kulihat ia sibuk di dapur dan kupastikan ia tak berniat melakukan hal buruk padaku, aku bergegas mandi dan berganti baju. Begitu selesai, kulihat dua porsi spaghetti telah terhidang di atas meja makan kecil dekat dapur. Kami lalu duduk berseberangan. Aku mengangguk ketika ia menyuruhku menghabiskan makananku. Aku sudah merasa lapar lagi. Padahal tadi sebelum menonton film dan berbelanja, kami sudah makan siang.

“Saya tidak tahu kalau kamu bisa memasak,” komentarku. Spaghetti yang dihidangkannya terasa lezat di lidahku.

“Hanya bisa memasak masakan western yang mudah,” jawabnya.

Selanjutnya kami tak saling bicara. Hanya terdengar suara denting peralatan makan. Usai menikmati hidangan, kami beranjak ke sofa untuk menonton TV. Entah kenapa aku tak menikmati acara-acara yang ditayangkan, meski sudah memindah saluran beberapa kali. Aku menoleh pada Arsya. Ia pun hanya menatap kosong pada layar datar itu. Keheningan kembali menguasai kami. Sungguh, kami terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Aku terkekeh dalam hati.

“Arsya, saya ingin mengubah kontrak.” Suaraku memecah keheningan. Setelah ragu sesaat, akhirnya kusampaikan juga keinginan yang sejak tadi memenuhi kepalaku.

Kening Arsya berkerut. “Untuk apa?”

“Lebih tepatnya menghapus poin kedua persyaratan darimu,” ujarku.

Arsya menggeleng dan kembali mengalihkan pandangannya ke layar TV.

Aku berdecak. “Tapi saya tidak mau terus-terusan menerima pemberianmu. Saya merasa tak enak hati. Apalagi barang-barang yang kamu belikan harganya sangat mahal.”

“Arsya!” Tanpa sadar aku memegang lengannya karena ia tak kunjung menyahut. Namun aku segera menarik tanganku lagi.

Ia menghela napas. “Kamu hanya boleh mengubah sedikit, tidak boleh menghapus poin itu.”

Terdengar lebih baik daripada tidak diperbolehkan sama sekali. Aku pun mengangguk dan bergegas membuka laptop untuk mencari file kontrak. Poin kedua yang semula berbunyi:

Pihak II tidak boleh menolak hadiah ataupun pemberian berupa materi lainnya dari pihak I, kecuali uang.

Kutambahkan menjadi:

Pihak II tidak boleh menolak hadiah ataupun pemberian berupa materi lainnya dari pihak I, kecuali uang dan pemberian dengan nominal harga yang sangat mahal.

Setelah menyetujui perubahan pada poin itu, Arsya ingin menambahkan satu poin lagi dalam ketentuannya. Kami sempat berdebat namun akhirnya menemukan kesepakatan. Ketentuan dari Arsya ditambahkan satu poin lagi yang berbunyi:

Pihak I diperbolehkan untuk menemui Pihak II setiap hari dengan waktu berkunjung tidak lebih dari pukul 11 malam.

Usai mengetik perubahan kontrak, aku pun mencetaknya untuk kami tanda tangani. Setelahnya, Arsya tak juga pulang. Apakah dia benar-benar ingin menghabiskan waktu bersamaku seharian hingga pukul 11 malam nanti? Mataku sudah sangat mengantuk, namun aku tak berani tidur. Tentu saja aku belum bisa memercayai Arsya sepenuhnya. Pria di sampingku itu tersenyum memandangiku yang menguap berkali-kali. Sampai kemudian ia berpamitan karena ada urusan mendadak, aku benar-benar merasa lega. Setelah ia berlalu, aku segera merebahkan diri di ranjang dan terlelap.

***

Bab terkait

  • MELODI ABELIA   11. Omong Kosong

    Arsya masih sibuk berkutat dengan pekerjaannya siang itu meski sudah jam makan siang. PT, Vibrant Indo Manufacture, perusahaan yang dipimpinnya telah dipercaya sebagai pemasok alat berat bagi pembangunan jalan tol di Sumatera Barat yang akan dikerjakan oleh Mahawira Contractors. Perusahaan konstruksi swasta itu adalah milik Azkaa, kerabat jauhnya. Mereka sudah bertemu untuk membicarakan kerja sama yang telah mereka sepakati. Proyek baru saja dimulai dan Arsya masih terus mempelajari konsep pembangunan jalan tol itu sebagai penyesuaian data untuk menentukan alat berat yang dibutuhkan. Juga memikirkan risiko jika alat berat yang direncanakan terkendala, perusahaannya harus menyediakan alternatif. Sebagai perusahaan manufaktur yang sudah dikenal namanya, tentu saja Arsya tak ingin PT. Vibrant Indo Manufacture salah perhitungan. “Pak, ada tamu yang ingin bertemu. Namanya Pak Derry Laksmana.” Sekretaris Arsya menelepon. Arsya berdecak pelan, namun ia tetap mempers

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • MELODI ABELIA   12. Defeat Your Fear

    Rinai hujan semakin deras di luar sana, namun lalu lintas di bawahnya tetap terlihat padat. Kendaraan di jalan raya penuh sesak dan tampak tak bergerak. Aku memandangi semua itu dari jendela kaca apartemenku. Kupikir malam ini Arsya tak akan datang. Macet dan hujan, sudah pasti menjadi alasan bagi orang-orang yang telah lelah bekerja seharian ingin segera sampai di kediaman mereka untuk beristirahat. Namun ternyata aku salah. Setengah jam kemudian Arsya datang, dengan senyum dan binar di wajahnya. Seolah ada yang ingin dia sampaikan. Seperti biasa, dia akan mengajakku makan sebelum memulai obrolan. Menurutnya, suasana hatiku selalu lebih baik saat perutku kenyang. Padahal saat ini aku sedang tidak lapar karena sudah makan malam tadi. Tapi aku tak bisa menolak harum ramyeon yang kami pesan secara delivery. “Saya baca status kamu di aplikasi chat itu tadi siang.” Arsya membuka obrolan setelah kami selesai makan dan duduk di sofa sambil menonton TV. “Lalu?” “Ayo, kita pergi naik flyin

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-21
  • MELODI ABELIA   13. In A Hotel Bedroom with You

    Deluxe room dengan twin bed di hotel ini terlihat cukup nyaman, meski tak terlalu mewah. Tetapi berdasarkan review di internet, ini adalah salah satu hotel terbaik di Puncak, Bogor. Aku mendesah. Tak pernah kusangka seumur hidupku aku akan berada dalam satu kamar hotel dengan seorang pria yang belum lama kukenal, meski dengan ranjang terpisah. Kupersilakan Arsya untuk mandi terlebih dahulu selama aku membereskan barang-barangku. Untung saja aku membawa baju ganti, underwear, dan handuk dalam tasku. Hal itu selalu kupersiapkan jika bepergian ke luar kota—meski tak berencana menginap—untuk mengantisipasi hal-hal tak terduga seperti ini. Aku tak suka memakai handuk yang disediakan oleh hotel, lebih suka memakai handuk yang kubawa sendiri. Seandainya membawa bed sheet tak cukup merepotkan, mungkin aku pun akan membawa bed sheet milikku sendiri. Aku menoleh sekilas pada Arsya yang sudah selesai mandi dan berganti baju, langsung merebahkan diri di salah satu ranjang. Berge

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-24
  • MELODI ABELIA   14. Wanita Dewasa

    Seorang wanita muda berjalan dengan penuh percaya diri memasuki gedung kantor PT. Vibrant Indo Manufacture. Kemeja body fit dan rok span yang dikenakannya semakin menampakkan lekuk tubuhnya yang berisi. Sepasang high heels hitam di kakinya menghasilkan irama beraturan setiap kali ia menjejakkan kaki jenjangnya ke lantai.Binar di mata wanita itu menunjukkan bahwa ia sedang dalam suasana hati yang baik dan bersemangat. Ia mengulum senyum. Kalau dengan cara pendekatan personal ia tak bisa meluluhkan pria yang dikaguminya, maka ia akan menggunakan pekerjaan sebagai sarana untuk mendekati sang pujaan hati.Setelah berbicara sebentar dengan resepsionis di lobi, ia pun menaiki lift untuk mencapai lantai tempat di mana ruangan Direktur Utama berada. Saat akan memasuki ruangan tersebut, langkahnya terhenti karena sekretaris direktur memanggilnya. Wanita itu menghela napas. Sungguh ia malas untuk melakukan percakapan bertele-tele sekadar sebagai formalitas.Sementara itu

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-02
  • MELODI ABELIA   15. A Kiss Won't Hurt

    Jika cermin di depanku ini bisa bicara, aku akan bertanya padanya. Apakah aku sudah terlihat cantik? Sekali lagi aku mematut penampilanku. Dari pantulan cermin kulihat dress selutut berwarna maroon dengan kerah sabrina membalut tubuhku. Lalu riasan wajah natural dan rambut sebahuku yang kubiarkan tergerai. Mungkin bukan penampilan yang sempurna untuk sebuah kencan, tetapi setidaknya bisa membuatku merasa percaya diri. Sore tadi Arsya meneleponku. Dia bilang akan menjemputku malam ini untuk makan malam di sebuah restoran fine dining. Katanya sudah lama dia ingin mengajakku berkencan. Dan aku tak merasa perlu menolak kencan yang hanya berupa makan malam bersama. Selama Arsya masih mengajakku ke tempat umum, maka tak ada masalah. Lagi pula, sudah lama aku tidak makan di restoran mahal. Setelah mengenakan high heels, aku duduk di sofa menunggunya. Sesekali aku bersenandung untuk menghilangkan bosan. Tak berapa lama, Arsya datang menjemputku. Aku bangkit seraya mengambil tas yang kuletakk

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-05
  • MELODI ABELIA   16. Suasana Kaku

    Secercah sinar masuk, memberi penglihatan di sepasang mata bening yang mulai terbuka. Dengan pandangan samar, Abelia berusaha menguasai dirinya. Tepat di atasnya, ia melihat rahang tegas pria itu. Abelia mencoba melihat ke sekeliling. Sekian detik kemudian, ia menyadari bahwa Arsya tengah menggendong tubuhnya dan mereka masih berada di atas rooftop hotel. Tampaknya ia pingsan hanya sekejap tadi.Mau ke mana Arsya membawanya? Jantung Abelia berdegup memikirkan kemungkinan bahwa pria itu akan membawanya ke salah satu kamar hotel. Ia memang pernah tidur sekamar dengan Arsya, tapi waktu itu dalam keadaan terdesak dan mereka tidur di ranjang terpisah. Kali ini bisa saja Arsya akan macam-macam padanya. Menyadari hal tersebut, Abelia pun memberontak.“Lepaskan saya, Arsya! Turunkan saya!”Arsya tersentak mendengar suara dari wanita yang digendongnya. Seulas senyum terukir di di wajah pria itu. Ia pun menghentikan langkah.“Kamu sudah sadar, Abe

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • MELODI ABELIA   17. Accidentally Accident

    Memulai usaha ternyata tak semudah yang dikatakan oleh para motivator dalam sebuah seminar. Bisnis online saat ini sudah menjamur, berbagai jenis barang bisa ditemukan pada e-commerce. Kalau menjual barang yang pasaran, maka akan kalah bersaing dengan para produsen yang kerap kali menjual produk mereka dengan harga murah di marketplace. Aku harus mencari produk yang unik untuk kujual. Namun sampai sekarang aku belum menemukan ide ingin menjual apa. Saat aku tengah sibuk menjelajah internet untuk mencari inspirasi, ada pesan masuk dari Arsya mengatakan bahwa ia akan datang. Aku memperbolehkannya. Sebenarnya aku sedang tak ingin bertemu siapa pun. Namun kontrak yang mengikat di antara kami kadang membuatku tak enak untuk menolak kedatangannya. Setengah jam kemudian Arsya tiba. Seperti biasa, dia mengajakku makan bersama setelah memesan makanan secara delivery. “Abelia, Selasa nanti mama saya ulang tahun,” ujar Arsya. “Lalu?” “Bagaimana kalau hari ini ka

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10
  • MELODI ABELIA   18. Childhood Trauma

    Suara bising televisi yang menyala di ruang tengah tak mengganggu dua anak laki-laki yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Mata Arsen tak beralih dari konsol game di tangannya, sementara Arsya masih fokus membaca komik Detective Conan sambil bersandar di sofa. Seorang asisten rumah tangga datang membersihkan remah-remah sisa camilan mereka, lalu kembali ke dapur setelah mematikan televisi. Bosan bermain game, Arsen menguap sambil meletakkan konsol game begitu saja ke atas karpet. Dengan senyum usil di bibir, ia meraih sebuah mobil-mobilan berukuran mini dan melemparkannya ke arah Arsya. Sang adik tak membalas, hanya memandang kakaknya dengan raut wajah kesal kemudian lanjut membaca. Arsen terbahak melihat kekesalan Arsya. “Arsya, main di luar, yuk.” Arsen berkata sambil mengunyah camilan yang masih tersisa di atas meja. “Main ke mana?” tanya Arsya acuh tak acuh. “Mama bilang di rumah saja. Banyak penculik di luar.” Arsen terbahak lagi. “Man

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-12

Bab terbaru

  • MELODI ABELIA   From Author

    Hello, MELODI ABELIA readers! Thank you so much for reading love story of Abelia and Arsya. Hope you like it. Cerita ini memang bukan tema populer, tapi aku menyukainya. Tema novel ini memang sedikit dark dengan mengangkat isu kesehatan mental dan konflik keluarga yang pelik. Di sini hampir setiap tokohnya melakukan kesalahan, tidak ada yang sempurna. Masing-masing memiliki sisi baik dan buruk, juga memiliki keterikatan dengan masa lalu. Masing-masing tokoh juga mengalami perkembangan karakter.Terlepas dari kelebihan dan kekurangan dari novel ini, semoga kamu bisa mengambil pelajaran di dalamnya, ya. Semoga juga bisa menjadi bacaan yang menghibur dan berkesan. That's it. Thank you and see you. With Love,Author Remahan Croissant NOTE: JANGAN MENJIPLAK KARYA INI SEBAGIAN ATAUPUN SELURUHNYA. SANK

  • MELODI ABELIA   50. The Eternal Love

    Sekian tahun berlalu. Abelia terbangun di pagi hari karena sinar mentari yang mengintip dari sela tirai jendela kaca. Segera ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya, ia melihat kalender. Ia tak akan pernah lupa pada tanggal itu. Hari ulang tahun Arsya, pria yang sangat dan akan selalu ia cintai. Perlahan Abelia menghela napas. Sambil menyunggingkan senyum, ia beranjak ke kamar anaknya. Putranya yang bernama Abizhar, berumur 5 tahun. Putrinya yang bernama Aubrie, berumur 3 tahun. Abelia segera membangunkan mereka untuk mandi dan bersiap-siap. Karena mereka sulit sekali dibangunkan, Abelia menciumi pipi mereka hingga terbangun. "Ayo, bangun. Hari ini ulang tahun papa," ucap Abelia. Abizhar dan Aubrie segera bangkit dari ranjang mungil mereka masing-masing. "Oh, ya. Hari ini ulang tahun papa!" seru mereka. "Apakah kita akan menemui papa hari ini, Ma?" tanya Abizhar. "Tentu saja, Sayang. Makanya mandi, biar cepat bertemu papa." Abelia tersenyum. "Ayo, mandi, M

  • MELODI ABELIA   49. For The Love of Abelia

    Penantian Arsya berakhir sudah. Hari bahagianya bersama Abelia yang sempat tertunda kini telah terwujud. Sebuah hari bahagia di mana ia dan sang kekasih akhirnya mengucap ikrar suci dan janji untuk saling setia dalam ikatan pernikahan. Mereka mengikuti semua prosesi pernikahan yang sakral dalam suasana syahdu. Para tamu yang hadir pun ikut terlarut. Ijab kabul dan prosesi adat telah selesai dilakukan. Sekarang saatnya mereka bersanding di pelaminan mengebakan sepasang gaun pengantin hasil rancangan desainer ternama. Arsya terlihat semakin tampan dalam balutan tuxedo berwarna putih, sedangkan Abelia mengenakan gaun panjang sederhana berwarna putih yang terlihat mewah dengan taburan payet di bagian dada. Para tamu mengagumi keelokan penampilan mereka. Ditambah dengan dekorasi pernikahan yang didominasi dengan warna putih semakin membuat suasana pesta pernikahan itu begitu agung. Arsya menoleh pada Abelia, wanita yang sudah sah menjadi istrinya. Keel

  • MELODI ABELIA   48. Penantian Arsya

    Kebekuan melingkupi Abelia dan Arsya sepanjang perjalanan. Setibanya di apartemen Abelia pun mereka masih saling berdiam diri tanpa sepatah kata terucap. Sambil menahan air mata, Abelia menatap Arsya. Mereka saling menatap dalam diam dengan pandangan yang redup. Suasana yang dingin pun tercipta. Semua kebahagiaan yang terjadi pada mereka belakangan ini seolah lenyap begitu saja. Abelia merasa dia harus kembali mengulang masa-masa sakit, tetapi kali ini lebih perih. Masa lalu yang kelam kembali datang menghampiri. Membuat luka yang sudah hampir sembuh kini menganga kembali. "Arsya," panggil Abelia pelan. "Lebih baik kita akhiri hubungan ini." Perlahan Abelia melepaskan cincin tunangan yang melekat di jari manisnya. Melihat itu, Arsya menahannya dan menggeleng. "Aku tidak mau, Abelia." "Lalu maumu bagaimana? Tetap menjalani hubungan sampai ke pernikahan setelah semua fakta itu?" cecar Abelia. Sejenak Arsya terdiam, lantas mengangguk. "Bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan seora

  • MELODI ABELIA   47. Misery

    Suasana bahagia masih meliputi hati Abelia dan Arsya sejak hari pertunangan mereka kemarin. Mereka tak bisa menyembunyikan kelegaan akan hubungan mereka yang sudah masuk ke jenjang yang lebih serius. Kedua pihak keluarga juga sudah membicarakan persiapan pernikahan mereka yang rencananya akan dilaksanakan dalam beberapa bulan ke depan. Hanya tinggal selangkah lagi untuk benar-benar saling memiliki.Kini Abelia bisa sedikit lebih fokus pada outlet barunya yang sudah dibuka dan beroperasi. Ia sudah mempekerjakan beberapa orang karyawan yang didapatnya dari rekomendasi supplier produk jualannya. Hari-hari yang sibuk akan segera dimulai. Abelia harus membagi waktu antara mengurusi bisnis dan mempersiapkan pernikahan.Namun, Abelia tak merasakan masalah berarti karena ada Arsya yang selalu mendukungnya. Hari itu Arsya menemani Abelia mengunjungi outlet-nya yang dinamakan Abelia Mode. Selain menjual kain, Abelia juga berencana untuk memproduksi pakaian berbahan d

  • MELODI ABELIA   46. Engagement and Something

    Hari pertunangan Abelia dan Arsya secara resmi tengah berlangsung. Mereka memilih tema garden party sebagai dekorasi. Lantunan musik romantis terdengar dari sebuah band akustik yang berada di salah satu sudut taman. Nada dan melodi yang merdu itu seakan membuat para tamu terhanyut dalam kesyahduan. Keluarga dari kedua belah pihak telah datang. Abelia datang hanya bersama keluarga intinya yang sempat menginap semalam di hotel. Sementara dari pihak keluarga Arsya tidak hanya dihadiri oleh keluarga inti, tetapi juga kerabat dekat termasuk Derry dan Delisha. Semua tamu tampak menikmati suasana pesta yang hangat itu. Arsya dan Abelia berdiri berdampingan di depan sebuah dekorasi hiasan bunga bertuliskan inisial nama keduanya. Mereka mengobrol dengan para kerabat yang sebaya. Setelah para kerabat itu berlalu, Delisha berjalan mendekati Arsya dan Abelia yang tampak sibuk bercanda satu sama lain. Melihat itu, Dikta menyusul karena merasa khawatir Delisha akan membuat

  • MELODI ABELIA   45. The Taste of Love

    Ini pertama kalinya aku berlibur ke Kupang, Nusa Tenggara Timur. Memang tak salah kalau Arsya ingin mengajak liburan ke sini karena begitu banyak wisata alam yang indah dan memanjakan mata. Kalau sudah mengeksplor keindahan alam biasanya kepenatan akan hilang dan tergantikan dengan ketenangan dan tentu saja munculnya ide-ide baru. Setelah semalaman berisitirahat di hotel, hari pertama kami berkunjung ke Gua Kristal dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari kota Kupang. Awalnya aku ragu untuk masuk karena sebelumnya aku belum pernah mengunjungi gua atau sejenisnya. Namun, setelah akhirnya turun, tak ayal aku mengagumi keindahan Gua Kristal. Di dalamya terdapat air yang berwarna biru kehijauan, sangat unik. Aku dan Arsya mengambil beberapa foto dari berbagai sisi yang memberikan efek berbeda di setiap sudut pengambilan gambar karena perbedaan cahaya. Puas menikmati keindahan Gua Kristal, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Lasiana yang tak kalah indah.

  • MELODI ABELIA   44. Quality Time

    Hari sudah gelap ketika Abelia dan Arsya tiba di kediaman Hadinata. Rumah besar itu terlihat sepi. Masih dengan perasaan cemas, Abelia mengikuti langkah Arsya masuk ke dalam rumah. Yunita sudah menunggu di ruang tamu dengan penampilannya yang elegan bak putri keraton, seperti biasa.Namun, kali ini ada senyuman di wajah wanita paruh baya itu. Tiba-tiba Abelia merasa tak enak hati karena ia dan Arsya datang dengan tangan kosong. Abelia memang sama sekali tak membawa buah tangan dari Lampung karena ia tak berpikir akan bertemu dengan Arsya kembali, apalagi bertemu Yunita."Lama tidak berjumpa, Abelia," sapa Yunita membuyarkan lamunan Abelia."Ya, Tante," sahut Abelia pelan.Walaupun Yunita bersikap ramah, Abelia masih bisa melihat kesan kaku pada sikap mama Arsya itu. Abelia berkesimpulan bahwa memang begitu watak Yunita karena pada Arsya pun begitu sikapnya. Melihat Abelia masih berdiri di tempatnya, Arsya membimbing wanita itu untu

  • MELODI ABELIA   43. Destiny

    Setahun mengurusi online shop di Lampung, begitu banyak perkembangan yang patut aku syukuri. Sejak delapan bulan lalu, aku sudah mendirikan sebuah outlet tak jauh dari rumahku. Sengaja aku membuatnya agar aku juga bisa menjual produk secara offline dan mempekerjakan penduduk setempat sebagai karyawan.Aku sudah memiliki beberapa orang karyawan untuk mengurusi usahaku secara online dan offline. Selain itu, aku juga menambah produk jualanku berupa kain tapis (kain tenun Lampung) yang bisa bernilai mahal. Kini penjualanku mulai merambah ke negara tetangga. Hal yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya.Ibu sangat bahagia melihat keberhasilanku. Di sela bekerja, aku juga sering mengisi seminar yang masih berhubungan dengan UMKM. Karena banyak tawaran seminar yang berasal dari Jakarta dan akupun berniat membuka cabang outlet di sana secara serius, maka aku memutuskan untuk kembali menetap di ibu kota negara tersebut.Awalnya ibu berat melepasku kemba

DMCA.com Protection Status