Beranda / Romansa / MELODI ABELIA / 8. New Apartment

Share

8. New Apartment

last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-27 06:55:39

Abelia tak punya pilihan lain. Ia sudah terlanjur menandatangani kontrak perjanjian menjadi sugar baby tersebut. Maka ia pun terpaksa mengikuti permainan Arsya. Hari itu Pak Luki—sopir keluarga sekaligus orang kepercayaan Arsya—datang membantu Abelia pindah dari indekos ke apartemen baru yang disediakan oleh Arsya di kawasan Sudirman, Jakarta.

Sepeninggalan Pak Luki, Abelia mulai menyusun barang-barang di apartemen barunya. Apartemen itu memiliki satu kamar tidur all in dilengkapi kamar mandi dan dapur mini, serta area ruangan untuk menonton TV yang dibatasi dengan partisi berupa lemari sebagai pemisah dengan area tempat tidur. Meski hanya berupa apartemen studio, Abelia tahu harga unit apartemen itu sangat mahal karena berada di salah satu kawasan pusat bisnis ibu kota.

Selesai berkemas, sore itu Abelia memutuskan untuk tidur sebentar. Malam nanti, Arsya sudah bilang akan datang menemuinya. Kebetulan ada beberapa hal yang ingin Abelia diskusikan, salah satunya adalah nominal uang bulanan yang diberikan oleh Arsya terlalu besar baginya. Arsya tak meminta pembayaran atas uang bulanan yang ia berikan, tetapi Abelia bersikeras untuk menggantinya di kemudian hari karena tak ingin berutang budi.

Malamnya, sepulang kerja Arsya singgah ke apartemen Abelia. Ia mengedarkan pandangannya untuk memastikan semua bagian apartemen terasa nyaman bagi wanita itu.

“Kamu suka kamar apartemen ini? Atau mau apartemen yang lebih besar?” tanya Arsya.

Abelia menggeleng. “Terima kasih. Ini sudah lebih dari cukup. Saya justru takut kalau menempati apartemen yang terlalu besar.”

Arsya mengangguk sambil menatap Abelia yang mengenakan setelan piyama lengan panjang. Lalu ia menurut ketika wanita itu mempersilakannya untuk duduk di sofa.

“Berapa harga sewa apartemen ini?” tanya Abelia ketika mereka sudah duduk.

“Saya membelikannya untukmu.”

Mata Abelia membulat mendengarnya, lantas menghela napas. “Lalu, berapa harga beli apartemen ini? Biar saya cicil setiap bulan pembayarannya padamu.”

“Saya kan sudah bilang kamu tidak boleh membayarnya karena ini pemberian saya. Dan kamu tidak boleh menolak pemberian saya sesuai yang tertulis di kontrak,” ujar Arsya.

“Tapi kenapa kamu harus membelikan apartemen ini untuk saya sedangkan kontrak kita hanya setahun?” Abelia berdecak. “Oh, ya. Saya juga ingin membicarakan tentang nominal uang bulanan yang kamu berikan. Jumlahnya terlalu besar bagi saya.”

Arsya mengernyit. “Kenapa kamu memprotes semua pemberian saya? Jelas saja saya memberikanmu banyak uang dan materi lainnya karena saya mampu. Kamu tidak akan saya jadikan pacar yang tertindas.”

Abelia sudah akan membuka mulutnya, tetapi ia mengatupkannya lagi. Meski terdengar menyebalkan, apa yang dikatakan oleh Arsya itu sepertinya benar. Pemberian yang berlimpah adalah hal yang wajar untuk seorang seperti Arsya pada wanita yang dia mau. Namun, bukankah perjanjian mereka hanya sebatas relationship contract? Dan sudah jelas dalam kontrak bahwa Abelia ingin mengganti semua uang yang Arsya berikan karena ia menganggap tawaran relationship contract ini sebagai caranya meminjam uang pada pria itu.

“Dalam kontrak sudah tertulis bahwa saya akan mengganti uangmu nanti dan saya khawatir tidak sanggup mengganti kalau jumlahnya terlalu besar.” Abelia berusaha menjelaskan.

“Kalau begitu, tidak usah kamu ganti,” sahut Arsya.

“Tapi saya tetap ingin menggantinya!”

“Kalau begitu, gantilah semampumu saja. Tidak usah dipaksakan.”

“Kalau kamu tidak mau mengurangi jumlah uang bulanan itu, maka saya tidak mau tinggal di apartemen ini!” ancam Abelia.

Arsya menatapnya. “Kalau begitu, silakan tinggal di apartemen saya. Akan lebih baik jika kita tinggal bersama dan agar kamu tidak merasa berutang.” Ia tak mau kalah dengan ancaman Abelia.

Abelia menelan ludah mendengar perkataan pria di sampingnya itu. “Only in your dream! Saya tidak akan tinggal bersamamu,” desis Abelia.

“Kalau begitu—”

“Okay, stop!” Abelia meninggikan suaranya, kemudian mengembuskan napas perlahan. “Saya tahu saya tidak punya pilihan lain selain tinggal di apartemen ini.”

Arsya yang sempat tersentak karena nada suara Abelia yang meninggi tadi, kini tersenyum menang. “Good girl,” komentarnya sambil menyilangkan lengan di dada, masih mengulum senyum.

Sementara Abelia melemparkan pandangan mencibir pada pria super menyebalkan yang duduk di dekatnya itu. Rasanya memang begitulah seninya menjadi orang kaya. Menggunakan uang untuk mendapatkan apa pun yang diinginkan, hanya tinggal pintar memainkan kata atau membuat jebakan. Abelia ikut menyilangkan lengannya di dada. Mereka saling berdiam diri untuk beberapa lama.

“Kamu sudah makan malam?” tanya Arsya.

Abelia hanya mengangguk, tak mengubah posisi duduknya.

“Saya belum.”

Saya tidak peduli, sahut Abelia dalam hati.

“Kita pesan delivery, ya. Kita makan malam bersama. Kalau kamu sudah makan, kamu tetap saya minta untuk menemani saya makan,” ujar Arsya seraya menatap layar ponselnya.

Wanita di sampingnya tak menyahut. Abelia memilih untuk tak membantah. Selama Arsya sibuk memilih menu delivery, ia pun kembali membuka laptopnya ingin mencari informasi seputar UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang dengan mudah bisa dilakukan di rumah. Abelia tak menyadari bahwa Arsya sudah selesai memesan menu delivery dan kini tengah memperhatikan apa yang ia lakukan.

“Laptop dan ponsel kamu sudah terlihat sangat usang,” komentar pria itu.

Abelia mengerutkan kening. Kata-kata Arsya terdengar seperti penghinaan di telinganya. Ia menatap raut wajah pria itu sejenak. Bagaimana bisa Arsya melontarkan komentar yang tak enak itu tanpa merasa bersalah? Ia kemudian menyipitkan mata, sudah mengetahui ke mana arah pembicaraan Arsya.

“Jangan bilang kamu mau membelikan saya laptop dan ponsel baru?” tebak Abelia.

Arsya mengangguk. “Kamu benar. Besok akan saya belikan dan kamu tidak boleh menolak.”

Kembali Abelia tak menyahut. Ia hanya menghela napas dan melanjutkan kegiatannya. Tak berapa lama makanan delivery pesanan Arsya sudah datang. Abelia yang tadinya sudah makan malam, melihat lezatnya makanan yang tersaji kembali menjadi lapar. Ia pun makan bersama Arsya. Sungguh semua hal bisa ditolaknya kecuali makanan. Arsya hanya tersenyum memandangi Abelia yang terlihat lahap mengunyah makanannya.

Setelah menyelesaikan hidangan, Arsya membuang sisa makanan mereka dan merapikan meja. Sementara Abelia hanya duduk bersandar sambil meminum jus mangga kesukaannya. Ia hanya menoleh sekilas melihat Arsya yang kembali duduk di sampingnya, dengan jarak yang lebih dekat.

“Abelia,” panggil Arsya pelan.

Abelia hanya menaikkan alisnya sebagai jawaban.

“Maafkan saya kalau ada hal-hal yang membuatmu tidak nyaman atau perkataan saya yang mengganggumu tadi.” Arsya terdiam sejenak sebelum melanjutkan, “Saya tidak bermaksud apa-apa. Hanya saja saya memang ingin mengenalmu lebih jauh.”

Kali ini Abelia menoleh.

“Kamu tidak perlu khawatir. Saya tidak akan menyentuhmu melebihi kesepakatan kita. Silakan kamu ingatkan saya atau marah ketika saya melakukan hal-hal yang tidak seharusnya,” tutur Arsya.

Perlahan Abelia mengangguk. Ucapan Arsya yang terdengar tulus itu sedikit menenangkannya. Ia pun mengalihkan pandangannya lagi. Sedangkan Arsya masih memandangi wanita di sampingnya. Kenapa Abelia selalu mengingatkannya akan masa kecil? Arsya tak mampu menjawab pertanyaan tersebut. Ia hanya menatap lekat wajah cantik itu beberapa lama. Sebelum akhirnya ia menyentuh punggung tangan Abelia dan menggenggamnya.

Abelia tersentak, lantas menarik tangannya dari genggaman Arsya.

Kening Arsya berkerut melihat reaksi Abelia. “Bukankah kita boleh berpegangan tangan? Tertulis dalam kontrak.”

Abelia hanya mengangguk gugup dan menoleh sekilas pada Arsya. Setelahnya Abelia kembali memalingkan wajah. Ia lalu memegangi keningnya. Seketika suatu rekaman peristiwa di masa kecilnya terputar kembali di kepalanya, membuat jantungnya berdebar tak menentu. Ia kemudian memeluk dirinya sendiri menahan gigil. Arsya semakin heran melihat wajah Abelia yang pucat, tak mengerti apa yang sedang terjadi pada wanita itu.

“Are you okay, Abelia?”

***

Bab terkait

  • MELODI ABELIA   9. Masa Lalu

    Kala itu aku masih berumur 6 tahun dan kakakku, Ruben, berumur 10 tahun. Kami sedang bermain di taman dekat rumah dengan anak-anak lainnya. Lelah bermain, Ruben mengajakku pulang. Ibu sedang tak ada di rumah, ia pergi selama beberapa hari ke rumah kerabat yang sedang mengadakan pesta, dengan membawa serta adikku, Dikta. Seharusnya hanya ada ayah di rumah. Tapi siang itu ayah tak sendiri.Setelah memasuki pagar yang tak terkunci, aku dan Ruben seperti mendengar suara-suara aneh. Kami menajamkan pendengaran, ternyata berasal dari kamar ayah dan ibu yang berada di bagian depan rumah. Ruben pun mengajakku mendekati kamar ayah dan ibu untuk memastikan. Dari balik tanaman hias yang mulai meninggi, kami mengintip melalui jendela kaca yang tirainya sedikit terbuka. Ayah sedang bersama seorang wanita, tapi bukan ibu.Ayah dan wanita itu bergumul di atas ranjang dengan desahan-desahan yang terdengar menjijikkan di telingaku. Saat itu, aku tak tahu persis apa yang mereka lakukan,

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28
  • MELODI ABELIA   10. Mengubah Kontrak

    Jalanan ibu kota tak terlalu padat di akhir pekan. Arsya melajukan mobilnya dengan kecepatan lumayan tinggi, namun tak terburu-buru. Kami sama-sama mengenakan pakaian kasual hari ini. Meski berpakaian kasual, Arsya tetap terlihat seperti orang berada. Aku memandangi wajah pria di sampingku itu. Walaupun dia menyebalkan, aku harus mengakui bahwa dia memang sangat tampan. “Kenapa menatap saya seperti itu?” tanya Arsya tanpa menoleh. Aku berdehem. “Tidak. Saya hanya ingin memastikan bahwa kamu memang orang yang dapat dipercaya. Tentang kontrak perjanjian kita, saya harap kamu tidak melanggarnya." Arsya tersenyum. “Tenang saja. Saya adalah orang yang bisa dipercaya, makanya saya bisa menjadi direktur di usia muda." “Kamu terlalu jemawa," cibirku. “Semuanya akan lebih mudah kalau saat itu kamu hanya meminjamkan uang pada saya, tanpa meminta saya menandatangani kontrak menyebalkan itu." “Saya sudah bilang kalau saya hanya meminjamkan uang padamu, maka tidak ada keuntungannya bagi saya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-30
  • MELODI ABELIA   11. Omong Kosong

    Arsya masih sibuk berkutat dengan pekerjaannya siang itu meski sudah jam makan siang. PT, Vibrant Indo Manufacture, perusahaan yang dipimpinnya telah dipercaya sebagai pemasok alat berat bagi pembangunan jalan tol di Sumatera Barat yang akan dikerjakan oleh Mahawira Contractors. Perusahaan konstruksi swasta itu adalah milik Azkaa, kerabat jauhnya. Mereka sudah bertemu untuk membicarakan kerja sama yang telah mereka sepakati. Proyek baru saja dimulai dan Arsya masih terus mempelajari konsep pembangunan jalan tol itu sebagai penyesuaian data untuk menentukan alat berat yang dibutuhkan. Juga memikirkan risiko jika alat berat yang direncanakan terkendala, perusahaannya harus menyediakan alternatif. Sebagai perusahaan manufaktur yang sudah dikenal namanya, tentu saja Arsya tak ingin PT. Vibrant Indo Manufacture salah perhitungan. “Pak, ada tamu yang ingin bertemu. Namanya Pak Derry Laksmana.” Sekretaris Arsya menelepon. Arsya berdecak pelan, namun ia tetap mempers

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • MELODI ABELIA   12. Defeat Your Fear

    Rinai hujan semakin deras di luar sana, namun lalu lintas di bawahnya tetap terlihat padat. Kendaraan di jalan raya penuh sesak dan tampak tak bergerak. Aku memandangi semua itu dari jendela kaca apartemenku. Kupikir malam ini Arsya tak akan datang. Macet dan hujan, sudah pasti menjadi alasan bagi orang-orang yang telah lelah bekerja seharian ingin segera sampai di kediaman mereka untuk beristirahat. Namun ternyata aku salah. Setengah jam kemudian Arsya datang, dengan senyum dan binar di wajahnya. Seolah ada yang ingin dia sampaikan. Seperti biasa, dia akan mengajakku makan sebelum memulai obrolan. Menurutnya, suasana hatiku selalu lebih baik saat perutku kenyang. Padahal saat ini aku sedang tidak lapar karena sudah makan malam tadi. Tapi aku tak bisa menolak harum ramyeon yang kami pesan secara delivery. “Saya baca status kamu di aplikasi chat itu tadi siang.” Arsya membuka obrolan setelah kami selesai makan dan duduk di sofa sambil menonton TV. “Lalu?” “Ayo, kita pergi naik flyin

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-21
  • MELODI ABELIA   13. In A Hotel Bedroom with You

    Deluxe room dengan twin bed di hotel ini terlihat cukup nyaman, meski tak terlalu mewah. Tetapi berdasarkan review di internet, ini adalah salah satu hotel terbaik di Puncak, Bogor. Aku mendesah. Tak pernah kusangka seumur hidupku aku akan berada dalam satu kamar hotel dengan seorang pria yang belum lama kukenal, meski dengan ranjang terpisah. Kupersilakan Arsya untuk mandi terlebih dahulu selama aku membereskan barang-barangku. Untung saja aku membawa baju ganti, underwear, dan handuk dalam tasku. Hal itu selalu kupersiapkan jika bepergian ke luar kota—meski tak berencana menginap—untuk mengantisipasi hal-hal tak terduga seperti ini. Aku tak suka memakai handuk yang disediakan oleh hotel, lebih suka memakai handuk yang kubawa sendiri. Seandainya membawa bed sheet tak cukup merepotkan, mungkin aku pun akan membawa bed sheet milikku sendiri. Aku menoleh sekilas pada Arsya yang sudah selesai mandi dan berganti baju, langsung merebahkan diri di salah satu ranjang. Berge

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-24
  • MELODI ABELIA   14. Wanita Dewasa

    Seorang wanita muda berjalan dengan penuh percaya diri memasuki gedung kantor PT. Vibrant Indo Manufacture. Kemeja body fit dan rok span yang dikenakannya semakin menampakkan lekuk tubuhnya yang berisi. Sepasang high heels hitam di kakinya menghasilkan irama beraturan setiap kali ia menjejakkan kaki jenjangnya ke lantai.Binar di mata wanita itu menunjukkan bahwa ia sedang dalam suasana hati yang baik dan bersemangat. Ia mengulum senyum. Kalau dengan cara pendekatan personal ia tak bisa meluluhkan pria yang dikaguminya, maka ia akan menggunakan pekerjaan sebagai sarana untuk mendekati sang pujaan hati.Setelah berbicara sebentar dengan resepsionis di lobi, ia pun menaiki lift untuk mencapai lantai tempat di mana ruangan Direktur Utama berada. Saat akan memasuki ruangan tersebut, langkahnya terhenti karena sekretaris direktur memanggilnya. Wanita itu menghela napas. Sungguh ia malas untuk melakukan percakapan bertele-tele sekadar sebagai formalitas.Sementara itu

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-02
  • MELODI ABELIA   15. A Kiss Won't Hurt

    Jika cermin di depanku ini bisa bicara, aku akan bertanya padanya. Apakah aku sudah terlihat cantik? Sekali lagi aku mematut penampilanku. Dari pantulan cermin kulihat dress selutut berwarna maroon dengan kerah sabrina membalut tubuhku. Lalu riasan wajah natural dan rambut sebahuku yang kubiarkan tergerai. Mungkin bukan penampilan yang sempurna untuk sebuah kencan, tetapi setidaknya bisa membuatku merasa percaya diri. Sore tadi Arsya meneleponku. Dia bilang akan menjemputku malam ini untuk makan malam di sebuah restoran fine dining. Katanya sudah lama dia ingin mengajakku berkencan. Dan aku tak merasa perlu menolak kencan yang hanya berupa makan malam bersama. Selama Arsya masih mengajakku ke tempat umum, maka tak ada masalah. Lagi pula, sudah lama aku tidak makan di restoran mahal. Setelah mengenakan high heels, aku duduk di sofa menunggunya. Sesekali aku bersenandung untuk menghilangkan bosan. Tak berapa lama, Arsya datang menjemputku. Aku bangkit seraya mengambil tas yang kuletakk

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-05
  • MELODI ABELIA   16. Suasana Kaku

    Secercah sinar masuk, memberi penglihatan di sepasang mata bening yang mulai terbuka. Dengan pandangan samar, Abelia berusaha menguasai dirinya. Tepat di atasnya, ia melihat rahang tegas pria itu. Abelia mencoba melihat ke sekeliling. Sekian detik kemudian, ia menyadari bahwa Arsya tengah menggendong tubuhnya dan mereka masih berada di atas rooftop hotel. Tampaknya ia pingsan hanya sekejap tadi.Mau ke mana Arsya membawanya? Jantung Abelia berdegup memikirkan kemungkinan bahwa pria itu akan membawanya ke salah satu kamar hotel. Ia memang pernah tidur sekamar dengan Arsya, tapi waktu itu dalam keadaan terdesak dan mereka tidur di ranjang terpisah. Kali ini bisa saja Arsya akan macam-macam padanya. Menyadari hal tersebut, Abelia pun memberontak.“Lepaskan saya, Arsya! Turunkan saya!”Arsya tersentak mendengar suara dari wanita yang digendongnya. Seulas senyum terukir di di wajah pria itu. Ia pun menghentikan langkah.“Kamu sudah sadar, Abe

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08

Bab terbaru

  • MELODI ABELIA   From Author

    Hello, MELODI ABELIA readers! Thank you so much for reading love story of Abelia and Arsya. Hope you like it. Cerita ini memang bukan tema populer, tapi aku menyukainya. Tema novel ini memang sedikit dark dengan mengangkat isu kesehatan mental dan konflik keluarga yang pelik. Di sini hampir setiap tokohnya melakukan kesalahan, tidak ada yang sempurna. Masing-masing memiliki sisi baik dan buruk, juga memiliki keterikatan dengan masa lalu. Masing-masing tokoh juga mengalami perkembangan karakter.Terlepas dari kelebihan dan kekurangan dari novel ini, semoga kamu bisa mengambil pelajaran di dalamnya, ya. Semoga juga bisa menjadi bacaan yang menghibur dan berkesan. That's it. Thank you and see you. With Love,Author Remahan Croissant NOTE: JANGAN MENJIPLAK KARYA INI SEBAGIAN ATAUPUN SELURUHNYA. SANK

  • MELODI ABELIA   50. The Eternal Love

    Sekian tahun berlalu. Abelia terbangun di pagi hari karena sinar mentari yang mengintip dari sela tirai jendela kaca. Segera ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya, ia melihat kalender. Ia tak akan pernah lupa pada tanggal itu. Hari ulang tahun Arsya, pria yang sangat dan akan selalu ia cintai. Perlahan Abelia menghela napas. Sambil menyunggingkan senyum, ia beranjak ke kamar anaknya. Putranya yang bernama Abizhar, berumur 5 tahun. Putrinya yang bernama Aubrie, berumur 3 tahun. Abelia segera membangunkan mereka untuk mandi dan bersiap-siap. Karena mereka sulit sekali dibangunkan, Abelia menciumi pipi mereka hingga terbangun. "Ayo, bangun. Hari ini ulang tahun papa," ucap Abelia. Abizhar dan Aubrie segera bangkit dari ranjang mungil mereka masing-masing. "Oh, ya. Hari ini ulang tahun papa!" seru mereka. "Apakah kita akan menemui papa hari ini, Ma?" tanya Abizhar. "Tentu saja, Sayang. Makanya mandi, biar cepat bertemu papa." Abelia tersenyum. "Ayo, mandi, M

  • MELODI ABELIA   49. For The Love of Abelia

    Penantian Arsya berakhir sudah. Hari bahagianya bersama Abelia yang sempat tertunda kini telah terwujud. Sebuah hari bahagia di mana ia dan sang kekasih akhirnya mengucap ikrar suci dan janji untuk saling setia dalam ikatan pernikahan. Mereka mengikuti semua prosesi pernikahan yang sakral dalam suasana syahdu. Para tamu yang hadir pun ikut terlarut. Ijab kabul dan prosesi adat telah selesai dilakukan. Sekarang saatnya mereka bersanding di pelaminan mengebakan sepasang gaun pengantin hasil rancangan desainer ternama. Arsya terlihat semakin tampan dalam balutan tuxedo berwarna putih, sedangkan Abelia mengenakan gaun panjang sederhana berwarna putih yang terlihat mewah dengan taburan payet di bagian dada. Para tamu mengagumi keelokan penampilan mereka. Ditambah dengan dekorasi pernikahan yang didominasi dengan warna putih semakin membuat suasana pesta pernikahan itu begitu agung. Arsya menoleh pada Abelia, wanita yang sudah sah menjadi istrinya. Keel

  • MELODI ABELIA   48. Penantian Arsya

    Kebekuan melingkupi Abelia dan Arsya sepanjang perjalanan. Setibanya di apartemen Abelia pun mereka masih saling berdiam diri tanpa sepatah kata terucap. Sambil menahan air mata, Abelia menatap Arsya. Mereka saling menatap dalam diam dengan pandangan yang redup. Suasana yang dingin pun tercipta. Semua kebahagiaan yang terjadi pada mereka belakangan ini seolah lenyap begitu saja. Abelia merasa dia harus kembali mengulang masa-masa sakit, tetapi kali ini lebih perih. Masa lalu yang kelam kembali datang menghampiri. Membuat luka yang sudah hampir sembuh kini menganga kembali. "Arsya," panggil Abelia pelan. "Lebih baik kita akhiri hubungan ini." Perlahan Abelia melepaskan cincin tunangan yang melekat di jari manisnya. Melihat itu, Arsya menahannya dan menggeleng. "Aku tidak mau, Abelia." "Lalu maumu bagaimana? Tetap menjalani hubungan sampai ke pernikahan setelah semua fakta itu?" cecar Abelia. Sejenak Arsya terdiam, lantas mengangguk. "Bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan seora

  • MELODI ABELIA   47. Misery

    Suasana bahagia masih meliputi hati Abelia dan Arsya sejak hari pertunangan mereka kemarin. Mereka tak bisa menyembunyikan kelegaan akan hubungan mereka yang sudah masuk ke jenjang yang lebih serius. Kedua pihak keluarga juga sudah membicarakan persiapan pernikahan mereka yang rencananya akan dilaksanakan dalam beberapa bulan ke depan. Hanya tinggal selangkah lagi untuk benar-benar saling memiliki.Kini Abelia bisa sedikit lebih fokus pada outlet barunya yang sudah dibuka dan beroperasi. Ia sudah mempekerjakan beberapa orang karyawan yang didapatnya dari rekomendasi supplier produk jualannya. Hari-hari yang sibuk akan segera dimulai. Abelia harus membagi waktu antara mengurusi bisnis dan mempersiapkan pernikahan.Namun, Abelia tak merasakan masalah berarti karena ada Arsya yang selalu mendukungnya. Hari itu Arsya menemani Abelia mengunjungi outlet-nya yang dinamakan Abelia Mode. Selain menjual kain, Abelia juga berencana untuk memproduksi pakaian berbahan d

  • MELODI ABELIA   46. Engagement and Something

    Hari pertunangan Abelia dan Arsya secara resmi tengah berlangsung. Mereka memilih tema garden party sebagai dekorasi. Lantunan musik romantis terdengar dari sebuah band akustik yang berada di salah satu sudut taman. Nada dan melodi yang merdu itu seakan membuat para tamu terhanyut dalam kesyahduan. Keluarga dari kedua belah pihak telah datang. Abelia datang hanya bersama keluarga intinya yang sempat menginap semalam di hotel. Sementara dari pihak keluarga Arsya tidak hanya dihadiri oleh keluarga inti, tetapi juga kerabat dekat termasuk Derry dan Delisha. Semua tamu tampak menikmati suasana pesta yang hangat itu. Arsya dan Abelia berdiri berdampingan di depan sebuah dekorasi hiasan bunga bertuliskan inisial nama keduanya. Mereka mengobrol dengan para kerabat yang sebaya. Setelah para kerabat itu berlalu, Delisha berjalan mendekati Arsya dan Abelia yang tampak sibuk bercanda satu sama lain. Melihat itu, Dikta menyusul karena merasa khawatir Delisha akan membuat

  • MELODI ABELIA   45. The Taste of Love

    Ini pertama kalinya aku berlibur ke Kupang, Nusa Tenggara Timur. Memang tak salah kalau Arsya ingin mengajak liburan ke sini karena begitu banyak wisata alam yang indah dan memanjakan mata. Kalau sudah mengeksplor keindahan alam biasanya kepenatan akan hilang dan tergantikan dengan ketenangan dan tentu saja munculnya ide-ide baru. Setelah semalaman berisitirahat di hotel, hari pertama kami berkunjung ke Gua Kristal dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari kota Kupang. Awalnya aku ragu untuk masuk karena sebelumnya aku belum pernah mengunjungi gua atau sejenisnya. Namun, setelah akhirnya turun, tak ayal aku mengagumi keindahan Gua Kristal. Di dalamya terdapat air yang berwarna biru kehijauan, sangat unik. Aku dan Arsya mengambil beberapa foto dari berbagai sisi yang memberikan efek berbeda di setiap sudut pengambilan gambar karena perbedaan cahaya. Puas menikmati keindahan Gua Kristal, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Lasiana yang tak kalah indah.

  • MELODI ABELIA   44. Quality Time

    Hari sudah gelap ketika Abelia dan Arsya tiba di kediaman Hadinata. Rumah besar itu terlihat sepi. Masih dengan perasaan cemas, Abelia mengikuti langkah Arsya masuk ke dalam rumah. Yunita sudah menunggu di ruang tamu dengan penampilannya yang elegan bak putri keraton, seperti biasa.Namun, kali ini ada senyuman di wajah wanita paruh baya itu. Tiba-tiba Abelia merasa tak enak hati karena ia dan Arsya datang dengan tangan kosong. Abelia memang sama sekali tak membawa buah tangan dari Lampung karena ia tak berpikir akan bertemu dengan Arsya kembali, apalagi bertemu Yunita."Lama tidak berjumpa, Abelia," sapa Yunita membuyarkan lamunan Abelia."Ya, Tante," sahut Abelia pelan.Walaupun Yunita bersikap ramah, Abelia masih bisa melihat kesan kaku pada sikap mama Arsya itu. Abelia berkesimpulan bahwa memang begitu watak Yunita karena pada Arsya pun begitu sikapnya. Melihat Abelia masih berdiri di tempatnya, Arsya membimbing wanita itu untu

  • MELODI ABELIA   43. Destiny

    Setahun mengurusi online shop di Lampung, begitu banyak perkembangan yang patut aku syukuri. Sejak delapan bulan lalu, aku sudah mendirikan sebuah outlet tak jauh dari rumahku. Sengaja aku membuatnya agar aku juga bisa menjual produk secara offline dan mempekerjakan penduduk setempat sebagai karyawan.Aku sudah memiliki beberapa orang karyawan untuk mengurusi usahaku secara online dan offline. Selain itu, aku juga menambah produk jualanku berupa kain tapis (kain tenun Lampung) yang bisa bernilai mahal. Kini penjualanku mulai merambah ke negara tetangga. Hal yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya.Ibu sangat bahagia melihat keberhasilanku. Di sela bekerja, aku juga sering mengisi seminar yang masih berhubungan dengan UMKM. Karena banyak tawaran seminar yang berasal dari Jakarta dan akupun berniat membuka cabang outlet di sana secara serius, maka aku memutuskan untuk kembali menetap di ibu kota negara tersebut.Awalnya ibu berat melepasku kemba

DMCA.com Protection Status