Angga berjalan menuju kelas. Koridor nampak ramai karena jam istirahat sedang berlangsung. Banyak siswa duduk di sepanjang koridor, entah bergosip, berjoget, dan bernyanyi bersama dengan diiringi gitar.
Angga menatapnya dengan tatapan kasihan dan mencemooh. Karena mamanya yang berselingkuh.Kedua orangtuanya tidak memberitahu permasalahan keduanya. Mamanya hanya berkata kalau papanya sedang sibuk oleh karena itu dia tidak bisa pulang. Angga pria yang sudah cukup mengerti dengan keanehan di dalam keluarganya.Mamanya membawa teman laki-lakinya ke rumah, jika papanya tidak ada. Apakah itu belum cukup bukti jika ada permasalahan diantara keduanya? Ditambah dengan berita-berita diluar sana.Thalia dan Lendra menganggap kedua anaknya masih kecil sehingga tidak mungkin mengerti dengan permasalahan yang pelik di dalam rumah tangga mereka. Tapi ternyata salah, Angga sudah cukup mengerti dengan perceraian.Yang Angga tahu papa dan mamanya tidak akan pernah bisa bersama karena perselingkuhan yang dilakukan mamanya. Dan Angga baru saja mengetahui fakta kalau mamanya sudah sejak lama berselingkuh.Jangan tanya Angga tahu darimana, karena semua orang membicarakan perselingkuhan artis fenomenal seperti mamanya. Setiap hari selalu ada berita tentang mamanya.Angga menelungkupkan wajahnya di meja. Tanpa dia sadari air matanya menetes. Ini kali pertama Angga menangis karena permasalahan kedua orangtuanya."Ngapain gue nangis," decaknya.Angga membereskan tasnya. Memasukkan semua buku-bukunya ke dalam tasnya. Setelah yakin kalau tidak ada barang yang tertinggal Angga keluar dari kelas.Angga berlari menuju gerbang belakang. Gerbang yang tidak pernah dijaga dan dikunci dengan gembok yang mudah dihancurkan dengan batu. Ini kali pertama Angga kabur, semoga nasib baik berpihak kepadanya.Gerbang belakang nampak sepi. Tapi nasib baik tidak berpihak kepada Angga. Pria itu berdecak kesal saat melihat gerbang belakang di gembok. Dengan terpaksa laki-laki itu mengambil kursi, menaiki tembok pembatas.Angga menoleh saat mendengar suara kamera ponsel seseorang. Tak jauh dari posisi Angga saat ini, dia melihat seorang siswi dengan rambut pendek tersenyum miring kepadanya."Lo!""Udah lanjutin aja kaburnya."Angga menatap kepergian siswi berambut pendek itu dengan kesal. Tapi kemudian dia tidak peduli jika gadis berambut pendek itu akan memberitahu wali kelasnya perihal masalah ini."Haah..." Angga menghembuskan nafasnya saat berhasil melewati tembok.Angga tidak tahu kemana tujuannya saat ini. Dia hanya terus mengikuti kemana kakinya melangkah.Pikirannya kembali berputar tentang permasalahan kedua orangtuanya. Angga merasa dunianya hancur. Dia tidak tahu bagaimana dia menjalani hidup tanpa keduanya bersama-sama lagi."Masa mati sih, kan gak lucu. Ara sama siapa nanti kalau gue mati. Papa pasti nanti nikah dan punya keluarga baru, emang bisa istri barunya terima gue sama Ara," celoteh Angga.Angga mengabaikan tatapan orang-orang yang berpas-pasan dengannya. Mereka menatap Angga dengan tatapan kasihan. Angga seperti orang gila yang berbicara seorang diri."Pusing!!!"Pletak!!"Aduuuh kening gue."Angga melotot saat tanpa sengaja batu yang dia tendang mengenai seorang wanita. Wanita dengan baju batik dan celana bahan itu melotot menatap Angga.Angga berlari mendekati wanita itu. "Maaf Kak, saya gak sengaja."Wanita itu menelusuri penampilan Angga. Membuat Angga risih tapi itu tidak penting, yang penting dia harus mendapatkan maaf dari wanita itu."Iya, besok lagi jangan nendang-nendang krikil. Nendang batu bangunan aja, biar kaki kamu yang sakit, bukan orang lain."Angga meringis mendengar perkataan wanita dewasa yang dia yakini seorang mahasiswa. Dilihat dari cara berpakaian dan wajah wanita itu yang terlihat masih muda."Iya maaf Kak.""Iya saya maafin. Udah sana pergi."Angga membungkuk setelah itu pergi meninggalkan wanita itu. Samar-samar Angga mendengar suara wanita lain menanyakan apa yang terjadi dengan wanita itu."Untung baik, coba kalau jahat. Kena getok kali ya kepala gue pake sepatu heels kakak itu."***Sienna keluar kelas sedikit terlambat karena ada sedikit masalah. Sekolah sudah mulai sepi karena bell pulang sekolah sudah berbunyi lima belas menit yang lalu. Sienna sedikit mempercepat langkahnya. Hari ini dia akan pergi ke mini market, membeli kebutuhannya yang sudah hampir habis.Ojek online sudah menunggu Sienna di depan gerbang sekolah. Sienna duduk dengan perlahan. Sudah beberapa bulan menaiki ojek online tapi masih membuat Sienna takut menaiki kendaraan beroda dua itu.Seperti biasa Sienna meminta sang pengendara untuk berhati-hati. Tidak butuh waktu lama untuk Sienna sampai di tempat tujuan. Gadis itu turun setelah mengucapkan terimakasih."Pak, sudah pakai gopay ya," kata Sienna membenarkan tasnya."Oh iya Neng. Terima kasih Neng.""Sama-sama Pak."Sienna masuk ke dalam mini market. Suara kasir menyambut Sienna yang pertama kali dia dengar saat pintu berhasil dia buka. Mini market nampak sepi, hanya ada dua pengunjung. Sienna mengambil keranjang terlebih dahulu. Setelah itu berjalan menuju rak yang berisi peralatan mandi."Selamat datang!"Suara kasir kembali terdengar setelah Sienna selesai memasukkan sikat gigi, sabun, sampo dan pasta gigi ke dalam keranjang. Sienna menuju dimana makan-makanan ringan berada. Dia hampir melupakan teman menontonnya.Snack yang biasa menemaninya menonton sudah habis. Dia harus membelinya kembali. Begitu juga kulkas kecil yang berisi roti, susu dan aneka minuman. Kulkas kecil yang dia beli hasil dari tabungannya dikhususkan untuk minuman dingin. Kulkas itu kosong sejak tiga hari yang lalu, dia tidak bisa membiarkan kulkas itu tidak terisi penuh.Ditengah kesibukannya, Sienna kembali mendengar kasir mini market itu menyambut pembeli yang baru saja datang. Dari sudut matanya, Sienna bisa melihat seseorang memperhatikannya.Risih dengan tatapan orang itu, Sienna membalas tatapan orang yang entah sejak kapan memperhatikannya itu dengan alis yang bertaut."Aneh," bisik Sienna saat pria itu segera membuang pandangannya darinya.Ponsel Sienna berdering saat dia berniat memperhatikan dengan seksama siapa sebenarnya pria itu. Suara tangisan di sebrang sana membuat Sienna bingung. Apa yang terjadi dengan si penelpon?"Ada apa Megan?" tanya Sienna."Kakak, udah mau pulang 'kan? nitip obat merah ya?" pinta seseorang disebrang sana."Lo kenapa? sakit?" tanya Sienna khawatir.Megan dan beberapa temannya adalah mahasiswa yang tinggal di kost putri seperti Sienna. Gadis yang sedang menelpon itu adalah satu dari beberapa penghuni kost yang dekat dengan Sienna.Sienna sudah menganggap Megan dan teman-temannya seperti adiknya. Bukan tanpa alasan Sienna menganggap Megan dan teman-temannya adik. Megan merupakan penghuni kost yang pengertian kepadanya saat dia sakit.Megan dan teman-temannya merawat Sienna dengan sangat baik, sehingga Sienna sayang dengan mereka. Jauh dari keluarga membuat Sienna bersyukur Tuhan memberikan teman satu kost yang baik kepadanya."Iyaa Kak, ada bocah nendang batu kena kepala gue."Setelah itu, Sienna kembali mendengar Megan menangis dengan tersedu-sedu. Samar-samar Sienna mendengar suara teman Megan yang menyuruhnya untuk berhenti menangis."Diem Megan! Tadi lo sok kuat, sekarang nangis."Bersambung..Sienna menaruh ponselnya ke dalam tasnya setelah panggilan telpon dari Megan berakhir. Gadis itu menoleh saat seseorang memasukkan lima botol yogurt ke dalam keranjangnya. Jantung Sienna berdegup dengan kencang saat melihat pria tampan dengan setelan jas tersenyum kepadanya. "Sial!" umpatnya.Pria itu terkekeh mendengar umpatan gadis di sampingnya. Tangannya terulur mengambil keranjang yang terlihat sangat berat karena belanjaan gadis itu. Sienna mendengus. "Kok bisa tahu aku di sini sih?" tanyanya. "Percuma bayar mahal kalau gak bisa melacak keberadaan kamu." Sienna menghentakkan kakinya. Berjalan menuju deretan kulkas yang berisi minuman-minuman. Dia membuka kulkas itu mengambil susu dan minuman dingin lainnya. Pria itu terkekeh melihat wajah memberenggut Sienna. Sienna terlihat tidak senang bertemu dengannya. Tidak sepertinya yang lega mendapati Sienna baik-baik saja. Sienna berjalan menuju kasir masih dengan pria berjas mengikutinya. Kasir itu sesekali mencuri pandang kepada
Sienna menatap bingung para penghuni kost yang duduk melingkar di dekatnya. Dia sedang membuka bawang menatap teman masaknya dengan bingung. Kenapa para penghuni kost ke dapur. Biasanya mereka tidak peduli jika ada yang memasak, mereka akan datang saat masakan sudah selesai.Olivia, gadis yang masih kuliah itu terkekeh melihat wajah polos Sienna. Sienna terlihat lucu sekali saat bingung. Bahkan Olivia tidak yakin kalau umur Sienna lebih tua darinya."Mereka kepo sama cowok yang ada di kamar Kakak," kata Olivia yang sukses membuat Sienna menghembuskan nafasnya."He's my big brother, udah sana pergi. Umpek ada kalian di sini." Sienna mengusir para penghuni kost."Yah Kak, gak seru banget. Nanti di lanjut ya Kak, penasaran sama Abang ganteng. Aku mau kuliah dulu. Bye..."Hana, gadis dengan rambut pendek itu memberikan kiss bye kepada Sienna membuat Sienna bingung. Tumben sekali Hana bersikap seperti itu, karena biasanya gadis itu akan selalu mengajak Sienna berdebat.Entah masalah micin
Sienna menatap tampilan dirinya dari pantulan cermin. Hari ini dia ada acara makan malam bersama keluarganya dan keluarga pria yang akan dijodohkan olehnya.Seperti yang Savero katakan kemarin kalau Sienna harus datang. Savero berjanji akan membantu adiknya tapi Sienna harus datang terlebih dahulu. Sienna tidak tahu apa rencana kakaknya. Dia hanya mengikuti kemauan kakaknya. Sejauh dia mengenal kakaknya, kakaknya tidak pernah mengecewakannya. Disaat kedua orangtuanya menentang keinginan Sienna, hanya Savero yang mensupport Sienna. Savero selalu berkata 'I have always supported you, even though the world is against you.'Savero mengerti perasaan Sienna yang selalu diatur oleh kedua orangtua mereka. Mereka tidak pernah memutuskan keinginan mereka seorang diri. Orangtua mereka selalu menentang keinginan keduanya.Oleh karena itu. Savero tidak mau adiknya merasakan perjodohan masa kini yang disebabkan oleh keegoisan para orangtua, perjodohan bisnis. Dijodohkan oleh orang yang tidak mere
Tidak ada yang salah hari ini. Lendra merasa dia tidak melakukan kesalahan, tapi tatapan para karyawan di kantor dimana dia bekerja membuat Lendra ragu. Pikirannya bertanya-tanya, apakah dia melakukan kesalahan yang tidak dia sengaja kemarin? "Kasihan sekali anak-anaknya memiliki orangtua yang tidak benar. Ayahnya koruptor, ibunya berselingkuh.""Anak malang, bagaimana nasib mereka kedepannya?""Diam, ada Pak Lendra."Lendra hanya diam mendengar gosip-gosip yang dibicarakan para karyawan. Dia tahu mereka membicarakan dirinya, terlihat dari cara mereka berbicara seraya menatapnya dengan tatapan merendahkan. Lendra mendudukkan dirinya dibalik tempat duduknya. Ada beberapa pekerjaan yang belum dia selesaikan. Kemarin harusnya pekerjaan ini sudah selesai, tapi mendadak putrinya ingin bertemu dengannya, oleh karena itu dia mengabaikan terlebih dulu pekerjaannya. "Lendra, dipanggil pak Direktur." Lendra menghentikan kegiatannya saat mendengar perkataan salah satu teman divisinya. Ini ka
Lendra memeluk tubuh Ardio dan Kenzie bergantian. Dia sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Kenzie yang selalu membantunya, juga Ardio, kakak Kenzie yang selalu bersedia membantu Lendra dalam penceraiannya bersama Thalia. Ardio seorang pengacara, pria itu bersedia membantu Lendra dalam mengurus perceraiannya dan memenangkan hak asuh anak. Bahkan pria jenius itu membantu Lendra dengan suka rela tanpa mau dibayar oleh Lendra. Kenzie dan Lendra menjadi sahabat sejak lama. Ardio menganggap Lendra seperti adiknya sendiri, sehingga dia tidak mau saat Lendra ingin membayar jasanya. "Sekali lagi terimakasih Bang. Gue gak tahu bagaimana membalas kebaikan lo." Ardio tersenyum, memukul pundak Lendra dengan ringan. "Carikan adik gue jodoh, itu balasan lo untuk gue." Lendra terkekeh mendengar perkataan Ardio. Jodoh? Yang benar saja, Lendra saja bahkan baru bercerai bagaimana dia mencarikan jodoh untuk Kenzie? Tapi Lendra akan berusaha mencarikan sahabatnya jodoh, demi membalas kebaikan A
Rumah kontrakan itu terlihat sepi, hanya ada Lendra yang sedang sibuk dengan laptopnya di ruang tengah. Dia sedang mengerjakan design milik klien Ardio, kakak laki-laki Kenzie. Designnya tidak sulit karena sang klien hanya ingin Lendra menambahkan lima tone warna agar foto itu tidak terlihat seperti aslinya. Lendra cukup bingung, kenapa ada seorang wanita yang ingin mengabadikan momen saat dia berpisah dengan seseorang yang pernah dia cintai. Tapi ternyata tidak bagi kliennya, pernikahan mereka tanpa cinta. Kliennya itu bercerita kalau momen itu adalah momen yang sangat membahagiakan untuknya karena dia bisa berpisah dengan seseorang yang tidak dia cintai. Sehingga foto itu akan menjadi salah satu koleksi foto-foto momen indah di hidupnya. Terdengar cukup aneh tapi itu kenyatannya. Lendra hanya mengiyakan saat kliennya itu bercerita. Dia tidak mau membahas terlalu jauh, sehingga membuatnya semakin menilai kliennya 'aneh'. Ketukan dipintunya membuat Lendra beranjak dari duduknya. S
Ruang makan di rumah itu terdengar cukup ribut karena sang kepala keluarga tengah membuat sarapan untuk kedua anaknya. Biasanya dia selesai membuat sarapan sebelum kedua anaknya bangun, tapi hari ini dia bangun cukup siang karena semalam dia harus lembur mengerjakan beberapa kerjaan dari kliennya.Melihat papanya yang tengah sibuk, Angga berinisiatif menuangkan susu untuk dirinya dan adiknya, tidak lupa dia membuatkan teh untuk papanya. Seperempat jam kemudian Lendra berhasil menyelesaikan masakannya."Hari ini kita keluar yuk."Lendra menatap kedua anaknya yang sedang makan. Hari ini dia berencana membelikan putranya ponsel, karena putranya itu belum memilikinya. Bukan tanpa alasan Lendra membelikan Angga ponsel, dia membelikan Angga ponsel agar mudah menghubungi putranya."Ayok Pa!" seru Adhara dengan semangat.Adhara mengangguk dengan semangat. Sedangkan Angga terkekeh melihat adiknya. Dia akan ikut kemana saja asalkan bersama adiknya. Dia akan bahagia jika adiknya bahagia. Sesimpl
Suara ketukan pintu di rumahnya membuat Lendra yang tengah bersantai bersama anak-anaknya terpaksa menghentikan aktivitasnya sesaat. Lelah setelah berbelanja di Mall, ketiganya pulang berniat beristirahat seraya menonton acara televisi. Tapi sepertinya niat mereka terpaksa harus terganggu dengan tamu yang mereka tidak tahu siapa.Lendra mengingat-ngingat, siapa gerangan yang bertamu sore-sore begini. Kenzie pasti akan memberitahunya jika akan bertamu. Keluarganya tentu saja tidak mungkin, mustahil orang yang sudah tiada bertamu.Lendra membuka pintu dengan perlahan, menatap bingung gadis yang akhir-akhir ini dibicarakan oleh Kenzie. Marsha, gadis itu tersenyum mengangkat satu kantung plastik entah berisi apa, Lendra tidak mengetahuinya."Kenzi ngasih tau aku rumah Mas Lendra, jadi aku gak papa kan main?" tanya Marsha.Lendra tersenyum tipis, mau menolak tidak mungkin. Dia tidak sejahat itu untuk mengusir tamunya. Lagipula Marsha hanya bermain kan, gadis itu hanya ingin bertemu dengan t