Marsha, teman kantor mas duda..
Pagi ini setelah mengantar kedua anaknya, Lendra membersihkan rumah. Mulai dari mencuci baju hingga mengepel rumah. Sebelum berangkat sekolah, sejak kemarin Angga selalu membantunya menyapu rumah. Anak laki-lakinya itu sudah pandai membantunya meringankan pekerjaan rumah.Lendra tidak berniat memperkerjakan pembantu karena dia masih sanggup. Toh pekerjaannya sekarang fleksibel sehingga dia bisa membagi waktu dengan mudah. Tidak seperti saat dia bekerja di perusahaannya dulu, Lendra harus pintar membagi antara pekerjaannya sebagai karyawan dan freleence design grafis juga menemani kedua anaknya mengerjakan tugas.Di tengah-tengah kesibukannya, ponsel Lendra berdering pertanda ada pesan masuk. Keningnya berkerut saat melihat nomor asing yang menghubunginya. Bukan hanya nomor asing itu yang membuatnya bingung tapi juga kode nomor asing itu, yang mana kode luar negeri."Alex.."Lendra membaca pesan yang kembali orang itu kirim. Nama ini seperti tidak asing baginya. Lendra terkekeh saat pri
Lendra dan Sienna duduk di ruang tengah untuk membicarakan Adhara. Setelah permintaan Adhara setengah jam yang lalu, Sienna mengiyakan permintaan Adhara. Lendra? Duda beranak dua itu, tentu saja mengizinkan asalkan Sienna tidak keberatan.Keduanya belum berbicara sejak Lendra meletakkan dua cangkir teh di depan meja kaca. Sienna merasa sangat canggung jika tidak ada Adhara bersamanya. Karena jika ada Adhara, gadis kecil itu lah yang lebih banyak bicara, sehingga Sienna hanya menanggapi saja. Dia tidak perlu berpikir bagaimana memulai pembicaraan."Maaf karena merepotkan Ibu dan terimakasih karena mau merawat Ara." Lendra berusaha memecah keheningan. Terlalu lama diam membuatnya tidak nyaman, guru anaknya itu butuh istirahat jadi Lendra berusaha cepat membicarakan masalah putrinya agar Sienna cepat istirahat.Bukan hanya Lendra yang merasa tidak nyaman, duda dua anak itu juga yakin kalau Sienna merasa tidak nyaman dengan situasi yang mereka hadapi sekarang. Sehingga Lendra harus cepat
Sienna menatap dengan kesal mamanya yang tidak memberi izin kepadanya untuk memilih gaun sesuai keinginannya. Lantas untuk apa Sienna pulang kalau mamanya yang memilih gaun untuknya, kalau tahu akan seperti ini Sienna lebih baik tidak pulang.Batinnya tertawa perih, sejak kecil Sienna memang tidak bisa memilih sesuai keinginannya. Jika Sienna memilih A mamanya akan memilih B. Keinginan mamanya dan Sienna berbanding terbalik. Sampai sekarang, untuk memilih gaun pertunangannya saja Sienna tidak bisa memilih. Bayangkan saja jodoh mamanya yang mengatur, dan gaunnya dia juga yang mengatur. Sienna ingin bebas berpendapat seperti orang-orang diluar sana."Sienna akan turuti Mama, tapi Sienna gak mau pertunangan ini diketahui oleh media."Sofia menatap Sienna sekilas. "Kamu tidak bisa mengajukan syarat. Ikuti aturan Mama.""Sienna bukan anak kecil lagi Ma. Sienna anak Mama, darah yang mengalir di tubuh Sienna ada darah Mama, Mama tahu maksud Sienna kan?"Sofia adalah wanita yang keras kepala
Sore ini taman kota terlihat cukup ramai. Banyak pengunjung yang datang untuk menikmati berbagai jajanan yang dijual di pinggir jalan dekat taman itu. Bukan hanya jajanan, di sana juga terdapat tempat bermain. Jika kalian malas mengelilingi taman itu, menyewa sepeda bisa menjadi solusi.Mulai dari anak-anak, remaja dan orang dewasa mengunjungi taman itu. Gadis cantik dengan bibir berbentuk hati dan seorang pria tampan duduk di tangga yang berada di taman itu.Keduanya mengobrol dengan sangat menyenangkan. Sienna, gadis cantik itu menatap dengan kagum wajah pria di sampingnya. Dari samping wajah pria di sampingnya itu terlihat sangat tampan, rahang yang tegas, hidung mancung dan bibirnya yang tipis terlihat sangat sempurna.Sienna menatap kagum pria di sampingnya. Pria itu tidak pernah terlihat jelek. Ketampanannya bertambah saat dia tertawa melihat sesuatu yang lucu. Sienna tidak tahu apa yang pria itu tertawakan. Fokus Sienna hanya kepada pria di sampingnya, yang lain nampak tidak jel
Hari senin pagi ini, Sienna bangun cukup pagi karena dia harus menyiapkan sarapan untuk adik-adik kostnya. Ya, pagi ini adalah jadwalnya bersama Megan menyiapkan sarapan. Biasanya saat piket pagi, mereka akan membeli sarapan sendiri, tapi malam tadi dia, Hana dan Megan belanja di pasar malam yang mereka lewati, sehingga dia dan Megan memutuskan untuk membuat sarapan.Ketukan di pintunya membuat Sienna membuka pintu kamarnya. Sienna berdecak saat melihat Megan dengan rambut acak-acakan dan mata yang masih mengantuk berdiri di depan kamarnya. Tanpa berbicara apapun gadis itu masuk, menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuk milik Sienna."Bangun Megan! jangan bilang lo males ya," teriak Sienna, mencoba membangunkan Megan."Kak, gue males banget masak, kita beli aja yuk."Sienna memutar bola matanya mendengar perkataan Megan. Selalu seperti ini jika piket pagi bersama Megan. Megan akan mengajaknya untuk tidak masak dan membeli saja untuk sarapan mereka. Meskipun Sienna juga malas untuk m
Savero menatap gerbang sekolah dasar dimana Sienna bekerja. Sudah setengah jam pria itu menunggu tapi adiknya belum juga keluar. Sudah mencoba menghubungi, tapi Sienna tidak membalasnya. Tidak biasanya Sienna slow respon, Sienna selalu fast respon, apa lagi keduanya telah membuat janji.Savero keluar dari mobilnya menuju gerbang sekolah dasar yang terbuka lebar. Seorang satpam datang saat melihat Savero dengan pakaian formalnya. Satpam bernama Pak Tarno itu tersenyum hangat kepada Savero menanyakan apa ada yang bisa dia bantu.Pak Tarno meninggalkan Savero setelah dia menjawab pertanyaan pria paruh baya itu. Savero menunggu Sienna di post satpam selagi satpam sekolah itu memanggil Sienna. Selang beberapa menit kepergian Pak Tarno, Savero menatap pria yang menghentikan motornya di sebrang post satpam.Savero menoleh ke parkiran saat mendengar suara hentakan sepatu. Seorang gadis kecil berlari memanggil pria yang memarkirkan motornya di sebrang post satpam. Savero menatap anak dan ayah i
Savero menatap pak Tarno yang melambaikan tangannya saat beberapa anak sekolah dasar berpamitan kepadanya. Ramainya para siswa dan para orangtua yang menjemput anaknya, Savero yakin kalau bel pertanda pulang baru saja berbunyi.Pria tampan itu berjalan mendekati pak Tarno yang akan masuk ke dalam post satpam. Senyum pria paruh baya itu terbit saat melihat, kakak dari salah satu guru yang sangat dia kenal. Kemarin, Sienna memberitahu kepadanya kalau pria tampan dihadapannya adalah kakak laki-lakinya, sehingga pak Tarno tidak perlu berpikir aneh dengan hubungan mereka."Sienna ada Pak?" tanya Savero.Bukan hanya status keduanya sebagai adik dan kaka yang diberi tahu oleh Sienna. Panggilan Savero kepada Sienna juga gadis itu beri tahu agar pak Tarno tidak bingung saat Savero memanggil namanya dengan 'Sienna' bukan 'Ara'."Bu Sienna ya Pak? Saya gak lihat hari ini loh Pak." Pak Tarno menatap sekeliling mencoba mencari guru yang masih ada di sekolah."Coba tanya bu Belva Pak," pak Tarno men
Sienna mengikuti kemanapun Savero berjalan. Sebenarnya Sienna tidak menyukai acara seperti yang dia ikuti sekarang, kalau bukan karena kakaknya, Sienna tidak akan mau pergi ke acara ulang tahun perusahaan keluarganya. Ballroom hotel itu cukup ramai dengan tamu undangan papa dan mamanya. Savero mengajak Sienna untuk menyapa orangtua Rayden. Meskipun Savero tidak menyetujui pertunangan keduanya, dia tetap berlaku sopan kepada kedua orang tua itu. "Sienna, apa kabar?" tanyanya. Sienna menjawab dengan apa adanya. Wanita paruh baya itu menyuruh Sienna untuk bermain ke rumahnya, Sienna tentu saja mengiyakan saja, tanpa berniat berkunjung ke rumah wanita itu. Di sampingnya Savero menyapukan pandangannya mencari keberadaan temannya yang tak kunjung datang. "Abang tinggal bentar ya?" Sienna tersenyum kepada wanita paruh baya itu, kemudian berbisik kepada Savero. "Aku gak mau disini sendirian, aku ikut," bisiknya penuh penekanan. "Tante, Sienna kesana sebentar ya, mau ketemu temen Sienna.
Sienna keluar dari kamar setelah memastikan Lendra tidur. Dia ingin mengisi air minum, air minum di kamarnya habis. Rumah sudah sepi karena anak-anaknya sudah tertidur. Langkah Sienna terhenti saat mendengar pintu rumah terbuka, tidak lama Angga masuk dengan sempoyongan."Bang, kamu mabuk?" tanya Sienna berjalan mendekati Angga."Enggak," jawabnya dengan cengengesan.Sienna menutup hidung saat mencium bau alkohol dan rokok saat berdiri dekat dengan Angga. "Kamu kenapa Bang? Kamu pusing karena thesis kamu? Bilang sama Bunda dan ayah. Bunda kan udah pernah bilang, jangan sentuh alkohol dan rokok, gak baik buat kesehatan kamu Bang.""Jangan ngatur terus lah, Angga udah besar. Mama aja gak pernah ngatur Angga," racaunya.Angga berjalan menaiki tangga, mengabaikan Sienna yang membeku mendengar perkataan Angga. Sejak menikah dengan Lendra, ini kali pertama Sienna merasa sakit hati dengan perkataan Angga."Bunda ngelakuin ini karena sayang sama kamu Bang."Setelah memastikan Angga berhasil
10 tahun kemudianSuasana di studio itu terlihat ramai. Terlihat dua anak laki-laki berbeda umur sedang berpose di depan kamera. Keduanya merupakan sepupu, Elzio dan Azka. Elzio merupakan anak kedua dari pasangan Lendra dan Sienna. Sedangkan Azka adalah putra pertama Savero dan Belva.Elzio terlihat tidak bersemangat karena teriakan para staf yang membicarkan kalau Elzio lucu dan menggemaskan. Anak laki-laki berumur enam tahun yang mewarisi ketampanan Lendra itu tidak suka dipuji lucu. Daripada dipuji lucu, Elzio lebih suka dipuji ganteng atau tampan.“El lucu, liat sini!"“Azka ganteng tangannya masukin ke kantong ya.”Meskipun wajahnya terlihat bete. Elzio berhasil menyelesaikan pemotretan pagi ini. Berbicara tentang pemotretan, ini kali pertama Elzio diminta oleh Megan untuk menjadi model pakaian anak-anak. Sedangkan Azka, ini tahun kedua dia menjadi model untuk produk Megan. Setelah kuliah dan memutuskan untuk menikah, Megan memilih bekerja sendiri tanpa terikat oleh orang lain. T
Sienna menatap kota New York dari balkon kamarnya. Kalau boleh jujur Sienna lebih menyukai negaranya daripada negara adidaya dimana dia tinggal saat ini. Tapi mau bagaimana lagi, dia harus menemani Lendra.Bukan karena dia tidak percaya Lendra, tapi dia yang tidak bisa jauh dengan suaminya. Kehamilannya membuatnya ingin terus dekat dengan Lendra. Sehingga daripada tersiksa, Sienna lebih memilih pindah.Sienna tersenyum saat merasakan seseorang menyelimuti tubuhnya, kemudian disusul oleh pelukan hangat. Wangi parfum suaminya menusuk indra penciumnya, membuat Sienna merasa tenang."Dingin Sayang, ngapain di luar?" tanya Lendra."Seneng aja liat kota New York dari sini."Hening. Keduanya diam, menikmati hangat dari pelukan mereka dan menikmati kerlap-kerlip lampu kota. Lendra menunduk, meletakkan dagunya di pundak sang istri. Menghirup aroma Sienna yang memabukkan."Savero jadi bulan madu di sini?" tanya Lendra."Enggak, Belva mau ke Swiss. Katanya New York terlalu biasa." Sienna terkeke
Sienna menunggu Lendra di sebrang perusahaan dimana suaminya itu bekerja. Sienna menunggu di sebuah kafe yang mana waktu itu Joshua juga menunggu Lendra. Semalam suaminya itu mengatakan kalau akan mengajak Sienna ke toko kue yang mana pemiliknya adalah adik dari bosnya.Mendengar makanan yang akan mereka, Sienna tentu saja setuju. Semua tentang makanan membuatnya excited. Keduanya sempat sedikit berdebat terkait waktunya.Lendra ingin setelah pulang kerja saja dan bersama-sama dari apartemennya menuju toko tersebut, tapi Sienna tidak setuju. Dia memilih mereka bertemu di kafe yang berada di sebrang perusahaan dimana Lendra bekerja.Bukan tanpa alasan Sienna memutuskan seperti itu, wanita itu tidak mau membuat suaminya lelah karena harus bolak-balik. Lagipula Sienna merasa baik-baik saja harus berjalan menuju tempat kerja Lendra.Selagi menunggu Lendra, Sienna memesan strawberry latte dan potato wedges. Syukurlah kafe sedang tidak ramai sehingga pesanan Sienna cepat dikerjakan.Tidak be
Lendra merenggangkan otot-ototnya yang terasa menegang karena duduk di depan komputer terlalu lama. Dia baru saja menyelesaikan pekerjaannya yang membuatnya terpaksa tinggal jauh dari anak-anaknya.Lendra melihat jam tangan yang melingkar di pergelangannya. Sekarang sudah waktunya pulang. Dia mulai mematikan komputer dan laptopnya, juga membereskan mejanya."Pak pulang duluan ya!"Lendra mengiyakan saat anggota timnya satu demi satu berpamitan kepadanya. Setelah mejanya terlihat rapi seperti biasa, ia beranjak dari duduknya membawa ponsel dan tas kerjanya meninggalkan ruangannya.Ponsel Lendra berdering pertanda ada pesan masuk. Dia menaiki lift terlebih dahulu sebelum memutuskan membaca pesan.[Pak Lendra toko roti saya akan buka mulai besok terima kasih atas design logonya. saya ada kupon khusus untuk bapak berlaku mulai besok sampai waktu yang tertera. Saya tunggu kunjungannya pak.]Lendra tersenyum tipis melihat pesan yang dikirim oleh Jane beserta foto toko kue milik wanita itu.
Sienna mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia merasa asing dengan tempat ini, langit-langit ini bukanlah kamarnya di rumah orangtuanya ataupun kamarnya bersama Lendra.Kekehan terbit saat sadar kalau dia bukan di negaranya. Tapi di apartemen Lendra yang berada di luar negeri. Sienna membalikkan tubuhnya agar menghadap suaminya yang memeluknya dari belakang.Tangan Sienna terulur, menyentuh hidung Lendra yang terlihat tinggi, Sienna menurunkan jarinya hingga menyentuh bibir tipis Lendra yang entah sudah berapa kali dia cicipi."Mas.."Sienna menyentuh tenggorokannya saat merasakan tenggorokannya kering. Dengan terpaksa Sienna menyudahi aktivitasnya mengagumi ketampanan Lendra yang sedang tertidur.Sienna menatap tampilannya yang berantakan. Dia hanya mengenakan dalamannya, tadi saat sudah hampir terlelap, dia merasa sangat gerah sehingga dia membuang bajunya begitu saja. "Kok mas Lendra gak pake baju juga?" tanyanya saat melihat kemeja Lendra berada di bawah tempat tidurnya.Dengan s
Megan berlari keluar kelas saat dosen killer bernama Alka itu sudah keluar dari kelasnya. Jeje yang melihat Megan buru-buru keluar tidak sempat menahan temannya itu. Megan berlari seperti sedang di kejar oleh rentenir.Hari ini Megan ada janji menemani Kenzie mencari kado untuk keponakannya yang berhasil dalam ujian hariannya. Cukup aneh rasanya memberi hadiah untuk hasil ujian hariannya, karena biasanya orang yang mendapat hadiah karena mendapat juara 1 di kelasnya.Akan tetapi pemikiran itu sirna karena keponakan Kenzie yang satu ini cukup nakal, sehingga sulit untuknya belajar. Oleh karena itu Kenzie inisiatif memberikan hadiah agar keponakannya itu mau belajar.Megan membenarkan rambutnya saat melihat mobil Kenzie terparkir di depan gedung prodinya. Dia berjalan dengan sedikit cepat agar tidak membuat Kenzie kesal karena menunggunya terlalu lama."Om nunggu lama ya?" tanya Megan setelah berhasil masuk ke dalam mobil Kenzie."Lumayan, tapi gak papa. Kamu baru selesai kan?" Kenzie m
Sienna menggerutu sepanjang perjalanan menuju rumahnya bersama Lendra. Bagaimana tidak menggerutu, Belva baru saja memberitahunya kalau dia dan Savero akan bertunangan.Dan parahnya sahabatnya itu baru memberitahunya beberapa jam sebelum pertunangan mereka terlaksana. Ya pertunangan mereka akan dilaksanakan nanti malam. Dan Belva baru memberitahunya pagi ini.Lendra dan Adhara yang berada di satu mobil yang sama dengan Sienna hanya bisa bungkam. Keduanya tidak berani berkomentar, takut membuat suasana hati bumil itu menjadi semakin buruk."Abang gak nganggep aku adek lagi ya?" tanya Sienna.Sienna tengah menelpon Savero. Tanpa mengucapkan salam pembuka, wanita itu langsung saja mengucapkan pertanyaan yang membuat Savero bingung disebrang sana."Kamu kenapa Dek?" tanya Savero di sebrang sana.Sienna melirik Lendra yang tengah fokus menyetir dan Adhara yang tertidur karena lelah belajar seharian ini. Wanita itu mendengus sebal dengan pertanyaan Savero."Abang mau tunangan tapi gak ngasi
Sienna berjalan menuju gazebo yang berada di taman belakang dengan membawa kue yang tadi dia beli sebelum sampai ke ruamahnya.Sienna memainkan ponselnya selagi menunggu Lendra yang tengah mengambil laptop Sienna. Sienna ingin sekali menonton di gazebo bersama Lendra, sehingga dia meminta suaminya untuk mengambil laptopnya di kamar Adhara selagi dia mengganti baju dan menyiapkan kue untuk mereka.Dua hari yang lalu Sienna dan Adhara menonton melalui laptop. Keduanya menonton film disney. Itu sebabnya laptop Sienna bisa berada di kamar putrinya.Sienna memperhatikan Lendra yang tengah berjalan dengan membawa laptop di tangan kirinya. Pandangan Sienna tidak lepas dari Lendra. Entah kenapa Lendra terlihat semakin tampan dengan kaos hitam dan celana boxer yang menggantung di pinggangnya.Melihat Sienna yang hanya diam menatapnya dengan senyum di bibirnya membuat Lendra mengernyit bingung. Ada apa dengan istri cantiknya itu?Lendra meletakkan laptopnya terlebih dahulu di atas meja sebelum