Sienna menaruh ponselnya ke dalam tasnya setelah panggilan telpon dari Megan berakhir. Gadis itu menoleh saat seseorang memasukkan lima botol yogurt ke dalam keranjangnya. Jantung Sienna berdegup dengan kencang saat melihat pria tampan dengan setelan jas tersenyum kepadanya.
"Sial!" umpatnya.Pria itu terkekeh mendengar umpatan gadis di sampingnya. Tangannya terulur mengambil keranjang yang terlihat sangat berat karena belanjaan gadis itu.Sienna mendengus. "Kok bisa tahu aku di sini sih?" tanyanya."Percuma bayar mahal kalau gak bisa melacak keberadaan kamu."Sienna menghentakkan kakinya. Berjalan menuju deretan kulkas yang berisi minuman-minuman. Dia membuka kulkas itu mengambil susu dan minuman dingin lainnya.Pria itu terkekeh melihat wajah memberenggut Sienna. Sienna terlihat tidak senang bertemu dengannya. Tidak sepertinya yang lega mendapati Sienna baik-baik saja.Sienna berjalan menuju kasir masih dengan pria berjas mengikutinya. Kasir itu sesekali mencuri pandang kepada pria berjas."Mba titip sebentar ya."Setelah mendapat jawaban dari kasir Sienna menarik tangan pria berjas menuju tumpukan keranjang. Sienna memberikan dua keranjang kepada pria berjas.Dengan menyeringai Sienna memberikan isyarat kepada pria berjas untuk mengikutinya. Sienna kembali ke tempat snack dan minuman dingin yang tertata rapi. Tanpa memikirkan berapa uang yang akan dia habiskan. Sienna memasukkan snack dan minuman-minuman dingin ke dalam keranjang."Kamu gila?" tanya pria berjas menahan bobot keranjang yang cukup berat."Iya." Setelah itu Sienna berjalan kembali menuju kasir."Bayarin."Pria itu terkekeh mendengar nada bicara Sienna yang masih ketus kepadanya. Sienna menyuruhnya untuk membayar belanjaannya yang sangat banyak tapi dia tidak memintanya dengan baik. Benar-benar Sienna mode marah. Dia akan menyuruh sesuka hatinya."Terima kasih Mbak."Sienna berjalan lebih dulu keluar Mini Market. Pria itu membawa belanjaan Sienna yang cukup banyak untuk ukuran perempuan yang tinggal seorang diri."Abang pulang aja. Aku balik ke kostan aku sendiri."Savero, kakak laki-laki Sienna berjalan menuju mobilnya yang terparkir rapi di depan mini market. Tidak memperdulikan perkataan adiknya."Abang dengerin aku dulu issshh!!" Sienna menghentakkan kakinya berjalan menyusul Savero."Why Sweetheart? Abang gak denger kamu ngomong apa," kata Savero, menutup bagasi mobilnya."Abang pulang aja, jangan ikutin aku lagi. Bilang sama mami dan papi kalau aku gak mau dijodohin."Savero membuka pintu di samping kemudi. Mendorong dengan perlahan Sienna agar masuk ke dalam mobil. Savero terkekeh saat mendengar teriakan Sienna karena dia menutup pintunya saat Sienna berbicara."Abang dengerin aku gak sih dari ta—""Sienna diam dulu, Setelah ini ikuti semua perkataan Abang," potong Savero. Membuat Sienna diam.Savero memasangkan safe belt ke tubuh Sienna. Menurut Savero, adiknya itu orang yang aneh, dia tidak mau memakai safe belt jika sedang marah kepadanya.Sienna akan berbuat sesuka dia jika sedang marah. Menjadi gadis urakan adalah gayanya jika sedang marah kepada seseorang. Dan orang yang sering merasakan itu adalah Savero."Belok atau lurus nih?" tanya Savero saat melihat pertigaan."Lurus aja terus, sampai capek," jawab Sienna."Lucu banget kamu Dek." Savero mengusap kepala Sienna dengan sayang.Sienna membuang pandangannya ke luar jendela. Menikmati pemandangan pinggir jalan. Baginya pandangan di luar lebih menyenangkan daripada pemandangan di dalam mobil.Savero memarkirkan mobilnya di depan kost putri dimana Sienna tinggal beberapa bulan ini. Masih seperti saat di Mini Market, Savero membawa belanjaan Sienna, mengikuti Sienna masuk ke area kost putri.Savero terus berjalan. Mengabaikan tatapan penghuni kost lain. Beberapa dari mereka bahkan menghentikan kegiatan mereka demi melihat ketampanan Savero.Wangi khas parfum kesukaan Sienna menyambut indra penciuman Savero. Savero masuk ke dalam kamar Sienna masih dengan sepatu melekat di kakinya."Abang sepatunya!!" teriak Sienna memukul punggung Savero.Savero meletakkan belanjaan Sienna kemudian kembali ke luar untuk melepas sepatunya. Beberapa penghuni kost terkekeh mendengar teriakan Sienna."Kotor 'kan kamar aku," keluh Sienna. Menyapu bekas sepatu Savero di dalam kamarnya."Sorry, Abang gak tau kalau sepatu harus di lepas." Savero berjalan menuju kamar mandi Sienna. Melihat bagaimana bentuk kamar mandi di kamar yang kecil."Kecil banget kamar mandinya."Sienna memutar matanya. "Abang pikir ini hotel yang kamar mandinya sebagus kamar mandi di rumah."Savero mengabaikan perkataan Sienna. Dia kembali memperhatikan kamar adiknya. Kamar kecil itu terlihat cukup nyaman karena Sienna mendekor kamar itu dengan sangat rapi.Di samping tempat tidur terdapat meja belajar. Di atas meja belajar terdapat foto-foto Sienna bersama keluarga, sahabat, dan idolanya.Di samping meja belajar terdapat kulkas kecil berwarna hitam. Kulkas itu tidak akan pernah dibiarkan kosong oleh Sienna. Dia akan dengan segera membeli minuman untuk mengisi kulkas kosong itu."Bersih dan rapi, kamu yang dekor ini Dek?" tanya Savero dengan tidak yakin kalau Sienna yang merapikan kamarnya."Aku sama temen aku. Lihat di internet tutorialnya, terus aku beli barang-barangnya." Sienna merebahkan tubuhnya di kasur dengan nyaman."Pantes, Abang gak percaya sih kalau kamu yang kerjain semua ini."Savero tahu betul adiknya. Di rumah, dia tidak pernah membersihkan kamarnya. Dia selalu meninggalkan kamarnya dalam ke adaan berantakan. Asisten rumah tangga yang akan membereskan kamarnya."Di sini apa-apa harus sendiri, gak bisa ngandelin orang lain. Mati kali kalau aku terlalu ngandelin orang lain."Savero merebahkan tubuhnya di samping Sienna. Melihat kasur Sienna yang rapi, membuat Savero mengantuk. Kasur itu seperti memanggilnya untuk menidurinya."Bagus juga pemikiran kamu setelah pergi dari rumah. Jadi mandiri dan dewasa.""Abang awas, sempit tau." Sienna berusaha mendorong tubuh besar Savero."Abang ngantuk pengen tidur, Sweetheart." Savero memeluk tubuh Sienna membuat Sienna kesal dengan tingkah kakaknya."Lepas dulu itu jasnya. Gak nyaman tidur pakai jas."Savero melepas jasnya memberikan kepada Sienna. Dengan kesal Sienna beranjak meletakkan jas Savero di kepala kursi. Melihat mata panda kakaknya membuat Sienna tidak tega kembali mengusir kakaknya.Savero terlihat sangat lelah. Dia terlihat kurang tidur. Mungkin kerjaannya terlalu banyak sehingga membuatnya kurang tidur. Sienna tidak tahu karena sudah beberapa minggu tidak bertemu dengan Savero.Tok!Tok!"Kak Ara!""Sebentar!"Sienna mencari plastik berisi pesanan Megan dan beberapa snack yang tadi dia beli. Setelah mendapatkan apa yang dia cari, Sienna membuka pintu dengan perlahan."Astaga Megan!" pekik Sienna saat melihat kening Megan yang menonjol dengan sedikit berwarna merah."Sakit tau Kak," keluhnya."Ayok ke dapur Kakak obatin."Sienna menarik Megan menuju dapur. Dijalan tadi, Hana mengingatkan Sienna untuk masak siang karena mereka berdua yang piket memasak siang ini.Piket memasak ini bukan untuk semua penghuni kost, piket ini hanya untuk Sienna, dan ketiga teman Megan. Mereka memiliki kost khusus mereka, dimana membahas semua hal random.Sesampainya di dapur, ketiga teman Megan menatap Sienna dengan penuh selidik. Matanya menyiratkan banyak pertanyaan yang siap mereka keluarkan untuknya."Kak, cowok lo itu yang di kamar?"Bersambung...Sienna menatap bingung para penghuni kost yang duduk melingkar di dekatnya. Dia sedang membuka bawang menatap teman masaknya dengan bingung. Kenapa para penghuni kost ke dapur. Biasanya mereka tidak peduli jika ada yang memasak, mereka akan datang saat masakan sudah selesai.Olivia, gadis yang masih kuliah itu terkekeh melihat wajah polos Sienna. Sienna terlihat lucu sekali saat bingung. Bahkan Olivia tidak yakin kalau umur Sienna lebih tua darinya."Mereka kepo sama cowok yang ada di kamar Kakak," kata Olivia yang sukses membuat Sienna menghembuskan nafasnya."He's my big brother, udah sana pergi. Umpek ada kalian di sini." Sienna mengusir para penghuni kost."Yah Kak, gak seru banget. Nanti di lanjut ya Kak, penasaran sama Abang ganteng. Aku mau kuliah dulu. Bye..."Hana, gadis dengan rambut pendek itu memberikan kiss bye kepada Sienna membuat Sienna bingung. Tumben sekali Hana bersikap seperti itu, karena biasanya gadis itu akan selalu mengajak Sienna berdebat.Entah masalah micin
Sienna menatap tampilan dirinya dari pantulan cermin. Hari ini dia ada acara makan malam bersama keluarganya dan keluarga pria yang akan dijodohkan olehnya.Seperti yang Savero katakan kemarin kalau Sienna harus datang. Savero berjanji akan membantu adiknya tapi Sienna harus datang terlebih dahulu. Sienna tidak tahu apa rencana kakaknya. Dia hanya mengikuti kemauan kakaknya. Sejauh dia mengenal kakaknya, kakaknya tidak pernah mengecewakannya. Disaat kedua orangtuanya menentang keinginan Sienna, hanya Savero yang mensupport Sienna. Savero selalu berkata 'I have always supported you, even though the world is against you.'Savero mengerti perasaan Sienna yang selalu diatur oleh kedua orangtua mereka. Mereka tidak pernah memutuskan keinginan mereka seorang diri. Orangtua mereka selalu menentang keinginan keduanya.Oleh karena itu. Savero tidak mau adiknya merasakan perjodohan masa kini yang disebabkan oleh keegoisan para orangtua, perjodohan bisnis. Dijodohkan oleh orang yang tidak mere
Tidak ada yang salah hari ini. Lendra merasa dia tidak melakukan kesalahan, tapi tatapan para karyawan di kantor dimana dia bekerja membuat Lendra ragu. Pikirannya bertanya-tanya, apakah dia melakukan kesalahan yang tidak dia sengaja kemarin? "Kasihan sekali anak-anaknya memiliki orangtua yang tidak benar. Ayahnya koruptor, ibunya berselingkuh.""Anak malang, bagaimana nasib mereka kedepannya?""Diam, ada Pak Lendra."Lendra hanya diam mendengar gosip-gosip yang dibicarakan para karyawan. Dia tahu mereka membicarakan dirinya, terlihat dari cara mereka berbicara seraya menatapnya dengan tatapan merendahkan. Lendra mendudukkan dirinya dibalik tempat duduknya. Ada beberapa pekerjaan yang belum dia selesaikan. Kemarin harusnya pekerjaan ini sudah selesai, tapi mendadak putrinya ingin bertemu dengannya, oleh karena itu dia mengabaikan terlebih dulu pekerjaannya. "Lendra, dipanggil pak Direktur." Lendra menghentikan kegiatannya saat mendengar perkataan salah satu teman divisinya. Ini ka
Lendra memeluk tubuh Ardio dan Kenzie bergantian. Dia sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Kenzie yang selalu membantunya, juga Ardio, kakak Kenzie yang selalu bersedia membantu Lendra dalam penceraiannya bersama Thalia. Ardio seorang pengacara, pria itu bersedia membantu Lendra dalam mengurus perceraiannya dan memenangkan hak asuh anak. Bahkan pria jenius itu membantu Lendra dengan suka rela tanpa mau dibayar oleh Lendra. Kenzie dan Lendra menjadi sahabat sejak lama. Ardio menganggap Lendra seperti adiknya sendiri, sehingga dia tidak mau saat Lendra ingin membayar jasanya. "Sekali lagi terimakasih Bang. Gue gak tahu bagaimana membalas kebaikan lo." Ardio tersenyum, memukul pundak Lendra dengan ringan. "Carikan adik gue jodoh, itu balasan lo untuk gue." Lendra terkekeh mendengar perkataan Ardio. Jodoh? Yang benar saja, Lendra saja bahkan baru bercerai bagaimana dia mencarikan jodoh untuk Kenzie? Tapi Lendra akan berusaha mencarikan sahabatnya jodoh, demi membalas kebaikan A
Rumah kontrakan itu terlihat sepi, hanya ada Lendra yang sedang sibuk dengan laptopnya di ruang tengah. Dia sedang mengerjakan design milik klien Ardio, kakak laki-laki Kenzie. Designnya tidak sulit karena sang klien hanya ingin Lendra menambahkan lima tone warna agar foto itu tidak terlihat seperti aslinya. Lendra cukup bingung, kenapa ada seorang wanita yang ingin mengabadikan momen saat dia berpisah dengan seseorang yang pernah dia cintai. Tapi ternyata tidak bagi kliennya, pernikahan mereka tanpa cinta. Kliennya itu bercerita kalau momen itu adalah momen yang sangat membahagiakan untuknya karena dia bisa berpisah dengan seseorang yang tidak dia cintai. Sehingga foto itu akan menjadi salah satu koleksi foto-foto momen indah di hidupnya. Terdengar cukup aneh tapi itu kenyatannya. Lendra hanya mengiyakan saat kliennya itu bercerita. Dia tidak mau membahas terlalu jauh, sehingga membuatnya semakin menilai kliennya 'aneh'. Ketukan dipintunya membuat Lendra beranjak dari duduknya. S
Ruang makan di rumah itu terdengar cukup ribut karena sang kepala keluarga tengah membuat sarapan untuk kedua anaknya. Biasanya dia selesai membuat sarapan sebelum kedua anaknya bangun, tapi hari ini dia bangun cukup siang karena semalam dia harus lembur mengerjakan beberapa kerjaan dari kliennya.Melihat papanya yang tengah sibuk, Angga berinisiatif menuangkan susu untuk dirinya dan adiknya, tidak lupa dia membuatkan teh untuk papanya. Seperempat jam kemudian Lendra berhasil menyelesaikan masakannya."Hari ini kita keluar yuk."Lendra menatap kedua anaknya yang sedang makan. Hari ini dia berencana membelikan putranya ponsel, karena putranya itu belum memilikinya. Bukan tanpa alasan Lendra membelikan Angga ponsel, dia membelikan Angga ponsel agar mudah menghubungi putranya."Ayok Pa!" seru Adhara dengan semangat.Adhara mengangguk dengan semangat. Sedangkan Angga terkekeh melihat adiknya. Dia akan ikut kemana saja asalkan bersama adiknya. Dia akan bahagia jika adiknya bahagia. Sesimpl
Suara ketukan pintu di rumahnya membuat Lendra yang tengah bersantai bersama anak-anaknya terpaksa menghentikan aktivitasnya sesaat. Lelah setelah berbelanja di Mall, ketiganya pulang berniat beristirahat seraya menonton acara televisi. Tapi sepertinya niat mereka terpaksa harus terganggu dengan tamu yang mereka tidak tahu siapa.Lendra mengingat-ngingat, siapa gerangan yang bertamu sore-sore begini. Kenzie pasti akan memberitahunya jika akan bertamu. Keluarganya tentu saja tidak mungkin, mustahil orang yang sudah tiada bertamu.Lendra membuka pintu dengan perlahan, menatap bingung gadis yang akhir-akhir ini dibicarakan oleh Kenzie. Marsha, gadis itu tersenyum mengangkat satu kantung plastik entah berisi apa, Lendra tidak mengetahuinya."Kenzi ngasih tau aku rumah Mas Lendra, jadi aku gak papa kan main?" tanya Marsha.Lendra tersenyum tipis, mau menolak tidak mungkin. Dia tidak sejahat itu untuk mengusir tamunya. Lagipula Marsha hanya bermain kan, gadis itu hanya ingin bertemu dengan t
Pagi ini setelah mengantar kedua anaknya, Lendra membersihkan rumah. Mulai dari mencuci baju hingga mengepel rumah. Sebelum berangkat sekolah, sejak kemarin Angga selalu membantunya menyapu rumah. Anak laki-lakinya itu sudah pandai membantunya meringankan pekerjaan rumah.Lendra tidak berniat memperkerjakan pembantu karena dia masih sanggup. Toh pekerjaannya sekarang fleksibel sehingga dia bisa membagi waktu dengan mudah. Tidak seperti saat dia bekerja di perusahaannya dulu, Lendra harus pintar membagi antara pekerjaannya sebagai karyawan dan freleence design grafis juga menemani kedua anaknya mengerjakan tugas.Di tengah-tengah kesibukannya, ponsel Lendra berdering pertanda ada pesan masuk. Keningnya berkerut saat melihat nomor asing yang menghubunginya. Bukan hanya nomor asing itu yang membuatnya bingung tapi juga kode nomor asing itu, yang mana kode luar negeri."Alex.."Lendra membaca pesan yang kembali orang itu kirim. Nama ini seperti tidak asing baginya. Lendra terkekeh saat pri
Sienna keluar dari kamar setelah memastikan Lendra tidur. Dia ingin mengisi air minum, air minum di kamarnya habis. Rumah sudah sepi karena anak-anaknya sudah tertidur. Langkah Sienna terhenti saat mendengar pintu rumah terbuka, tidak lama Angga masuk dengan sempoyongan."Bang, kamu mabuk?" tanya Sienna berjalan mendekati Angga."Enggak," jawabnya dengan cengengesan.Sienna menutup hidung saat mencium bau alkohol dan rokok saat berdiri dekat dengan Angga. "Kamu kenapa Bang? Kamu pusing karena thesis kamu? Bilang sama Bunda dan ayah. Bunda kan udah pernah bilang, jangan sentuh alkohol dan rokok, gak baik buat kesehatan kamu Bang.""Jangan ngatur terus lah, Angga udah besar. Mama aja gak pernah ngatur Angga," racaunya.Angga berjalan menaiki tangga, mengabaikan Sienna yang membeku mendengar perkataan Angga. Sejak menikah dengan Lendra, ini kali pertama Sienna merasa sakit hati dengan perkataan Angga."Bunda ngelakuin ini karena sayang sama kamu Bang."Setelah memastikan Angga berhasil
10 tahun kemudianSuasana di studio itu terlihat ramai. Terlihat dua anak laki-laki berbeda umur sedang berpose di depan kamera. Keduanya merupakan sepupu, Elzio dan Azka. Elzio merupakan anak kedua dari pasangan Lendra dan Sienna. Sedangkan Azka adalah putra pertama Savero dan Belva.Elzio terlihat tidak bersemangat karena teriakan para staf yang membicarkan kalau Elzio lucu dan menggemaskan. Anak laki-laki berumur enam tahun yang mewarisi ketampanan Lendra itu tidak suka dipuji lucu. Daripada dipuji lucu, Elzio lebih suka dipuji ganteng atau tampan.“El lucu, liat sini!"“Azka ganteng tangannya masukin ke kantong ya.”Meskipun wajahnya terlihat bete. Elzio berhasil menyelesaikan pemotretan pagi ini. Berbicara tentang pemotretan, ini kali pertama Elzio diminta oleh Megan untuk menjadi model pakaian anak-anak. Sedangkan Azka, ini tahun kedua dia menjadi model untuk produk Megan. Setelah kuliah dan memutuskan untuk menikah, Megan memilih bekerja sendiri tanpa terikat oleh orang lain. T
Sienna menatap kota New York dari balkon kamarnya. Kalau boleh jujur Sienna lebih menyukai negaranya daripada negara adidaya dimana dia tinggal saat ini. Tapi mau bagaimana lagi, dia harus menemani Lendra.Bukan karena dia tidak percaya Lendra, tapi dia yang tidak bisa jauh dengan suaminya. Kehamilannya membuatnya ingin terus dekat dengan Lendra. Sehingga daripada tersiksa, Sienna lebih memilih pindah.Sienna tersenyum saat merasakan seseorang menyelimuti tubuhnya, kemudian disusul oleh pelukan hangat. Wangi parfum suaminya menusuk indra penciumnya, membuat Sienna merasa tenang."Dingin Sayang, ngapain di luar?" tanya Lendra."Seneng aja liat kota New York dari sini."Hening. Keduanya diam, menikmati hangat dari pelukan mereka dan menikmati kerlap-kerlip lampu kota. Lendra menunduk, meletakkan dagunya di pundak sang istri. Menghirup aroma Sienna yang memabukkan."Savero jadi bulan madu di sini?" tanya Lendra."Enggak, Belva mau ke Swiss. Katanya New York terlalu biasa." Sienna terkeke
Sienna menunggu Lendra di sebrang perusahaan dimana suaminya itu bekerja. Sienna menunggu di sebuah kafe yang mana waktu itu Joshua juga menunggu Lendra. Semalam suaminya itu mengatakan kalau akan mengajak Sienna ke toko kue yang mana pemiliknya adalah adik dari bosnya.Mendengar makanan yang akan mereka, Sienna tentu saja setuju. Semua tentang makanan membuatnya excited. Keduanya sempat sedikit berdebat terkait waktunya.Lendra ingin setelah pulang kerja saja dan bersama-sama dari apartemennya menuju toko tersebut, tapi Sienna tidak setuju. Dia memilih mereka bertemu di kafe yang berada di sebrang perusahaan dimana Lendra bekerja.Bukan tanpa alasan Sienna memutuskan seperti itu, wanita itu tidak mau membuat suaminya lelah karena harus bolak-balik. Lagipula Sienna merasa baik-baik saja harus berjalan menuju tempat kerja Lendra.Selagi menunggu Lendra, Sienna memesan strawberry latte dan potato wedges. Syukurlah kafe sedang tidak ramai sehingga pesanan Sienna cepat dikerjakan.Tidak be
Lendra merenggangkan otot-ototnya yang terasa menegang karena duduk di depan komputer terlalu lama. Dia baru saja menyelesaikan pekerjaannya yang membuatnya terpaksa tinggal jauh dari anak-anaknya.Lendra melihat jam tangan yang melingkar di pergelangannya. Sekarang sudah waktunya pulang. Dia mulai mematikan komputer dan laptopnya, juga membereskan mejanya."Pak pulang duluan ya!"Lendra mengiyakan saat anggota timnya satu demi satu berpamitan kepadanya. Setelah mejanya terlihat rapi seperti biasa, ia beranjak dari duduknya membawa ponsel dan tas kerjanya meninggalkan ruangannya.Ponsel Lendra berdering pertanda ada pesan masuk. Dia menaiki lift terlebih dahulu sebelum memutuskan membaca pesan.[Pak Lendra toko roti saya akan buka mulai besok terima kasih atas design logonya. saya ada kupon khusus untuk bapak berlaku mulai besok sampai waktu yang tertera. Saya tunggu kunjungannya pak.]Lendra tersenyum tipis melihat pesan yang dikirim oleh Jane beserta foto toko kue milik wanita itu.
Sienna mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia merasa asing dengan tempat ini, langit-langit ini bukanlah kamarnya di rumah orangtuanya ataupun kamarnya bersama Lendra.Kekehan terbit saat sadar kalau dia bukan di negaranya. Tapi di apartemen Lendra yang berada di luar negeri. Sienna membalikkan tubuhnya agar menghadap suaminya yang memeluknya dari belakang.Tangan Sienna terulur, menyentuh hidung Lendra yang terlihat tinggi, Sienna menurunkan jarinya hingga menyentuh bibir tipis Lendra yang entah sudah berapa kali dia cicipi."Mas.."Sienna menyentuh tenggorokannya saat merasakan tenggorokannya kering. Dengan terpaksa Sienna menyudahi aktivitasnya mengagumi ketampanan Lendra yang sedang tertidur.Sienna menatap tampilannya yang berantakan. Dia hanya mengenakan dalamannya, tadi saat sudah hampir terlelap, dia merasa sangat gerah sehingga dia membuang bajunya begitu saja. "Kok mas Lendra gak pake baju juga?" tanyanya saat melihat kemeja Lendra berada di bawah tempat tidurnya.Dengan s
Megan berlari keluar kelas saat dosen killer bernama Alka itu sudah keluar dari kelasnya. Jeje yang melihat Megan buru-buru keluar tidak sempat menahan temannya itu. Megan berlari seperti sedang di kejar oleh rentenir.Hari ini Megan ada janji menemani Kenzie mencari kado untuk keponakannya yang berhasil dalam ujian hariannya. Cukup aneh rasanya memberi hadiah untuk hasil ujian hariannya, karena biasanya orang yang mendapat hadiah karena mendapat juara 1 di kelasnya.Akan tetapi pemikiran itu sirna karena keponakan Kenzie yang satu ini cukup nakal, sehingga sulit untuknya belajar. Oleh karena itu Kenzie inisiatif memberikan hadiah agar keponakannya itu mau belajar.Megan membenarkan rambutnya saat melihat mobil Kenzie terparkir di depan gedung prodinya. Dia berjalan dengan sedikit cepat agar tidak membuat Kenzie kesal karena menunggunya terlalu lama."Om nunggu lama ya?" tanya Megan setelah berhasil masuk ke dalam mobil Kenzie."Lumayan, tapi gak papa. Kamu baru selesai kan?" Kenzie m
Sienna menggerutu sepanjang perjalanan menuju rumahnya bersama Lendra. Bagaimana tidak menggerutu, Belva baru saja memberitahunya kalau dia dan Savero akan bertunangan.Dan parahnya sahabatnya itu baru memberitahunya beberapa jam sebelum pertunangan mereka terlaksana. Ya pertunangan mereka akan dilaksanakan nanti malam. Dan Belva baru memberitahunya pagi ini.Lendra dan Adhara yang berada di satu mobil yang sama dengan Sienna hanya bisa bungkam. Keduanya tidak berani berkomentar, takut membuat suasana hati bumil itu menjadi semakin buruk."Abang gak nganggep aku adek lagi ya?" tanya Sienna.Sienna tengah menelpon Savero. Tanpa mengucapkan salam pembuka, wanita itu langsung saja mengucapkan pertanyaan yang membuat Savero bingung disebrang sana."Kamu kenapa Dek?" tanya Savero di sebrang sana.Sienna melirik Lendra yang tengah fokus menyetir dan Adhara yang tertidur karena lelah belajar seharian ini. Wanita itu mendengus sebal dengan pertanyaan Savero."Abang mau tunangan tapi gak ngasi
Sienna berjalan menuju gazebo yang berada di taman belakang dengan membawa kue yang tadi dia beli sebelum sampai ke ruamahnya.Sienna memainkan ponselnya selagi menunggu Lendra yang tengah mengambil laptop Sienna. Sienna ingin sekali menonton di gazebo bersama Lendra, sehingga dia meminta suaminya untuk mengambil laptopnya di kamar Adhara selagi dia mengganti baju dan menyiapkan kue untuk mereka.Dua hari yang lalu Sienna dan Adhara menonton melalui laptop. Keduanya menonton film disney. Itu sebabnya laptop Sienna bisa berada di kamar putrinya.Sienna memperhatikan Lendra yang tengah berjalan dengan membawa laptop di tangan kirinya. Pandangan Sienna tidak lepas dari Lendra. Entah kenapa Lendra terlihat semakin tampan dengan kaos hitam dan celana boxer yang menggantung di pinggangnya.Melihat Sienna yang hanya diam menatapnya dengan senyum di bibirnya membuat Lendra mengernyit bingung. Ada apa dengan istri cantiknya itu?Lendra meletakkan laptopnya terlebih dahulu di atas meja sebelum